Absen : 35
Diplomasi Ekonomi
A. Definisi
B. Level Negosiasi
a. Uniteralisme (zero-level)
Di level ini, ada perbedaan mencolok dibanding level – level lainnya, yaitu tidak
ada proses negosiasi karena umumnya dilakukan oleh negara tersebut (sepihak).
Jadi pada level ini lebih tepat dikatakan sebagai bagian dari kebijakan domestik
(negara). Salah satu contonya adalah kebijakan proteksionisme dan liberalisasi.
Namun, karena sifatnya yang ‘sepihak’, aksi ini dapat mengakibatkan beberapa
reaksi dari negara lain dengan melakukan hal yang sama.
b. Bilateralisme
Diantara level lainnya, bilateral tergolong sebagai level negosiasi antar negara
yang paling sederhana, mengingat hanya dua negara yang berpartisipasi. Hal yang
dibahas umumnya seputar perjanjian informal di sektor tertentu, perjanjian
perdagangan, dan investasi bilateral. Namun, kekurangannya adalah pada level ini
umumnya partner yang lebih kuat akan diuntungkan sehingga mudah berujung
menjadi konfrontatif.
c. Regionalisme
d. Plurilateralisme
Adalah kesepakatan diantara dua negara atau lebih namun terbatas dengan
kepentingan tertentu (lebih spesifik). Beberapa badan plurilateral diantaranya
adalah KTT G8, G20, dan persemakmuran, dari beberapa contoh ini mereka
memiliki dua tujuan utama, yaitu mewadahi diadakannya forum dimana
pemerintah nasional dapat mengupayakan rekonsiliasi level domestik dan
internasional, melalui Kerjasama sukarela dan memungkinkan pemerintah
(negara) dengan kepentingan yang sama untuk mengembangkan posisi yang
disepakati yang dapat diusulkan pada konteks multilateral yang lebih luas.
e. Multilateralisme
Pada level ini, hampir melibatkan semua negara, dan biasanya terjadi di berbagai
organisasi spesialisasi multinasional seperti World Trade Center, International
Monetary Fund, World Bank dan lainnya. Bentuk diplomasi multilateral dianggap
cocok untuk perancangan aturan internasional, yang seringkali terkait
perdagangan dan lingkungan. Walaupun kesepakatan yang dihasilkan di level ini
dinilai lebih tinggi (great rewards), namun resikonya juga tinggi.
C. Strategi
Di saat kekuatan pemerintah menyusut (terbatas), maka disaat itulah aktor non
negara dilibatkan, dengan tujuan utama ‘membagi beban’. Contohnya dalam
sektor pembangunan, pemerintah akan mendorong pihak swasta untuk melakukan
investasi dan bentuk kerja sama lainnya. Tantangan dari strategi ini adalah
pemerintah harus mengupayakan aktor non negara yang mereka bagi bebannya,
agar tetap pada agenda yang ingin dicapai.
Dengan tersedianya informasi yang jelas terkait praktik dalam diplomasi ekonomi,
memungkinkan untuk pasar menghasilkan output yang lebih efisien. Tetapi,
dengan transparansi yang besar juga membuat negosiasi terhambat, karena
pemerintah harus memastikan mendapat dukungan dari level domestik (publik
hingga para Menteri), biasanya dengan pembuatan proposal tentative, untuk
mengkonfirmasi mendapatkan tanggapan positif.
d. Menggunakan institusi
Sama seperti pada kasus dilibatkannya aktor non negara, partisipasi dari institusi
dipilih di saat kekuatan (sumber daya) pemerintah terbatas, jadi Tindakan secara
kolektifpun diminati. Contohnya seperti di 1990an dengan perkembangan institusi
(multinasional) yang signifikan, dengan tujuannya untuk membantu negara –
negara berkembang, sehingga mereka juga dapat berpartisipasi secara aktif dalam
sistem ekonomi (global).
salah satu manajemen bencana dalam diplomasi ekonomi, adalah Ketika krisis
moneter di tahun 2007 – 2008 yang disebabkan beberapa hal seperti pertumbuhan
pinjaman hipotek predator, pasar yang tidak diatur, utang konsumen dalam jumlah
besar, penciptaan asset ‘beracun, jatuhnya harga properti (rumah), dan lain – lain.
Pada tahun pertama krisis tersebut beberapa upaya untuk mengatasi ini sudah di
lakukan namun masih belum cukup (gagal) dan mengakibatkan beberapa pihak swasta
mengalami kebangkrutan dan akhirnya pemerintah harus mengintervensi untuk
menyelematkan beberapa pihak yang bangkrut tersebut. selain itu, aksi lain juga
dilakukan seperti menasionalisasikan bank – bank besar, menuangkan uang ke
Lembaga keuangan, menjamin deposan, dan menetralkan asset ‘beracun’ yang
menyumbat neraca bank. Namun, solusi utama yang berhasil memulihkan krisis ini
berasal dari Presiden Prancis saat itu Nicolas Sarkozky pada KTT zona euro pertama
dan menyampaikan bagaimana suntikan modal besar – besaran dapat menyelamatkan
bank – bank yang rentan di Inggris. Kemudian solusi tersebut diterapkan negara –
negara zona euro hingga Amerika serikat juga menerapkan solusi yang serupa.
Selanjutnya konferens G20 yang digelar di AS dengan maksud untuk menerapkan
solusi (saran) yang sama di negara – negara lain terutama berkembang yang
terdampak dan tidak terdampak, dengan partisipasi dari negara – negara berkembang
tentunya. Dari konferensi tersebut terbukti menghasilkan hasil yang efektif dan KTT
G20 dengan cepat menjadi Lembaga yang mapan.
Saat ini G20 bersama dengan Institusi Basel untuk regulasi keuangan menjadi
instrument yang efektif.