KULIAH TUGAS 3
JAWABAN
1. Para peneliti sekolah efektif lainnya, seperti Gauthier, Shoemaker, Villanova, dan
Para ahli lainnya yang terlibat dalam The Conncecticut School Effectivenes Project
mengemukakan tujuh karakteristik, yaitu sebagai berikut :
A. Keteraturan, ketertiban, dan keamanan, suasana lingkungan ( safe and orderly environment ).
B. Misi sekolah yang jelas ( clear school mission ).
C. Kepemimpinan instruksional ( instructional leadership ).
D. Harapan yang tinggi ( high expectattions ).
E. Kesempatan untuk belajar dan kesempatan anak untuk memanfaatkan waktu belajar
( Opportunity to lear and student time on task ).
F. Sering dilakukan monitor atas kemajuan siswa ( frequent monitoring of student
progress ).
G. Hubungan positif antara rumah dan sekolah ( positive home school relation ).
2. Strategi revitalisasi
tentang pendidikan anak-anak kita, tentang siapa yang seharusnya mengawal pendidikan
anak-anak kita ketika anak-anak kita keluar dari rumah, ketika anak-anak kita pulang
dari sekolah ? dan ketika anak-anak kita kembali ke lingkungan atau sekitar keluarga.
Jadi, sangat dibutuhkan sinergi antara keluarga dan institusi pendidikan lainnya.
Kenapa Keluarga ? Karena keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan utama
yang sangat penting dan sangat besar pengaruhnya bagi perjalan hidup anak. Di
lingkungan keluarga, anak disipkan kelahirannya, di lingkungan keluarga, anak didik
penuh kasih sayang, tumbuh dan berkembang. Dari lingkungan keluarga, anak
merancang program dan berangkat belajar, dan beristirahat. Di lingkungan keluarga,
terjadi proses komunikasi, interaksi, dan pengaruh mempengaruhi yang sangat intens.
Dalam komunikasi dan interaksi dalam berkeluarga proses pendidikan, baik disengaja
ataupun tidak sengaja, baik direncanakan ataupun tidak direncanakan, baik disadari
ataupun tidak disadari. Namun demikian, terjadinya proses pendidikan yang tidak
disengaja, tidak direncanakan, dan tidak disadari itu ternyata dari segi waktu lebih lama,
dari segi frekwensi lebih tinggi, dan dari segi pengaruhnya jika dibandingkan dengan
proses pendidikan yang disengaja, diprogram secara matang, dan di sadari yang
berlangsung di institusi pendidikan formal seperti sekolah/madrasah.
Karena itu, orang tua selaku pendidik harus berupaya menjadi tokoh yang berwibawa,
dihormati dan dicintai, menadi teladan dan panutan. Karena, ibu, misalnya, disebut
“al-umm madrasatul ula/ibu adalah institusi utama dalam kehidupan anak”. Posisi yang
penting ini tidak cukup dengan menuntut anak supaya ber-birrul walidain, tetapi lebih
dari itu, orang tua harus berupaa menjadikan dirinya sebagai tokoh pendidikyang pantas
dihormati, dicintai, dan diteladani anak-anaknya. Dalam iklim seperti ini yang
menjadikan anak-anak terdidik baik, tumbuh dan berkembang dalam iklim keluarga
kondusif, sehingga iklim seperti ini yang mewarnai kehidupan anak, termasuk di
sekolah/madrasah dan masyarakat. Jadi, orang tua harus mengawal pendidikan anak
mulai dari keluarga sampai sekolah dan keluarga lagi.
Sinergi dengan sekolah penting. Jika anak baik dilingkungan keluarga, semoga juga baik
di sekolah/madarasah dan lingkungan yang dilalui anak antara keluarga dan
sekolah/madrasah. Karenanya, tugas guru menjadi berat, diperberat dengan stigma
kalangan tertentu yang menyalahkan guru. Jika anak nakal sering kali guru yang
disalahkan. Padahal, jika orang tua jujur, mestinya harus jujur mengakui bahwa pendidik
utama anak-anak kita adalah orang tuanya sendiri, bukan guru, karena guru hanyalah
membantu kewajiban orang tua, setelah mereka menerahkan pendidikan anak-anak
mereka ke sekolah/madrasah. Kurangnya sinergi keluarga dan sekolah ini terjadi, karena
silaturahim orang tua dengan guru, sehingga “hati pendidik” di lingkungan keluarga dan
pendidik di sekolah/madrasah “kurang nyambung”, sehingga waktu guru menjadi lebih
terbatas dalam mengawal pendidikan anak-anak kita.
Kita perlu refleksi, bahwa kewajiban orang mendidik anaknya tidak mengenal waktu : 23
jam, ketika anak di sekolah/madrasah, kewajiban yang 23jam berkurang, karena yang 6
jam sudah diserahkan ke sekolah/madrasah, sehingga 16 jam sisanya berada di rumah,
dalam iklim dan keteladanan orang tua. Sekali lagi, anak di sekolah/madrasah hanya 7
jam, yang 16jam di lingkungan keluarga, sehingga menjadi tidak adil jika kegagalan
pendidikan anak yang disalahkan justru guru, bukan orang tua,dimana orang tua lebih
berkewajiban. Namun, demikian, karena alasan sibuk, tidak jarang orang tua yang cukup
menerahkakn pendidikan anaknya ke sekolah/madrasah, bahkan diperparah oleh
masyarakat, yang seringmenyuguhkan nilai-nilai yang bertentangan dengan yang
diperoleh anak di sekolah dan keluarga, karena di sekolah/madrasah anak-anak
dibimbing beribadah, namun sesampai di rumah, anak tidak dapat memperoleh contoh
atau teladan dari mereka. Yang lebih parah adalah ketika anak sudah tertarik untuk
menerapkan ajaran agama, namun orang tua tidak hanya acuh terhadap kemajuan ini,
tetapi justru mematahkannya dengan perilaku orang tua yang tidak taat beribadah,
sehingga anak kehilangan reference person (suri teladan) yang ideal. Suasana seperti
inilah yang enjadikan anak memperoleh standar ganda, yang bisa jadi sangat kontradiktif
bagi pendidikan anak. Disini, pentingnya revalitasi peran orang tua.
Yang tidak kalah penting dari problem sinergi pengawalan pendidikan anak-anak kita
adalah merubah minsed kita, bahwa pendidikan tidak sama dengan persekolahan,
pendidikan bisa berlangsung dimana saja, disekolah maupun di luar sekolah. Sekolah
bukan satu-satunya lembaga pendidikan, tetapi hanya salah satu saja. Penegasan ini
penting, karena selama ini sekolah telah mendominasi persepsi masyarakat tentang dunia
pendidikan, kalau tidak belajar di sekolah seolah-olah menjadi tidak terdidik. Penulis
mengimpikan terjadinya sinergi pada ketiga institusi pendidikan yang dialami anak
dalam kehidupan dan eksistensinya memperoleh pengakuan
1.Penjelasan tentang
pelayanan yang ditawarkan yang sangat diperlukan oleh masyarakat;2.Harus jelas
memiliki sasaran publik yang dilayani;3.Kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan
memiliki daya saing yang menyakinkanmasyarakat;
4.Penjelasan aspirasi bisnis yang
diinginkan pada masa mendatang juga bermanfaat dankeuntungannya bagi masyarakat
dengan pelayanan yang tersedia.
Efisiensi merupakan perbandingan antara masukan dan keluaran seperti halnya juga hasil
maksimal yang ditempuh dengan pengaplikasian sumber yang terbatas. Efisiensi adalah
matrik yang membandingkan agenda aplikasian input. Jadi, pengertian efektivitas yaitu
sejauh mana kegiatan atau program itu sanggup menyelesaikan berbagai tujuan yang
sudah ditetapkan. Ukuran ini mencakup semua kegiatan yang ditunjukkan untuk
menciptakan mutu pengalaman dalam belajar.
Aspek ini merupakan ilustrasi darinkinerja profesional pengajar yang ditunjukkan dalam
dominasi bahan ajar, metode serta teknik mengajar buat berbagi hubungan serta suasana
belajar mengajar yang menyenangkan, pemanfaatan fasilitas serta asal belajar,
melaksanakan penilaian akibat belajar. Indikator kualitas mengajar bisa pula dipandang
dalam dokumen perencanaan mengajar, catatan khusus siswa bermasalah, cara
pengayaan, analisis tes yang akan terjadi terhadap belajar, dan sistem informasi
kemajuan atau presentasi belajar peserta didik.
Siswa sudah sepatutnya mendapatkan rangsangan yang menyangkut mutu atau kualitas
pekerjaannya, contoh hasil ulangan, tugas-tugas atau ujian yang dilakukannya. Siswa
artinya pelanggan utama di sekolah, serta oleh karena itu mereka sepatutnya
mendapatkan kepuasan atas setiap layanan yan ia terima di sekolah. Ruang kelas yang
baik memenuhi kriteria jendela, rapikan cahaya, kebersihan, kerapian serta keindahan
akan membuat penghuninya merasa nyaman serta aman berada di dalamnya. Indikator
Outcome, termasuk jumlah lulusan yang menerima jenjang pendidikan berikutnya, nilai
SLTA dan pekerjaan, serta pendapatan.
Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah tidak luput bisa dipandang asal efektivitas,
kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya, serta didentifikasi oleh Sergiovanni dalam
Mulayasa terlibat dalam pengelolaan sekolah dan bisa memberi motivasi serta komitmen
yang lebih pada pembelajaran di sekolah. Hal ini bertujuan untuk mempertinggi suara
dari mereka yang kurang terdengar terpenuhinya dana yang memadai untuk menunjang
implementasi MBS.
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah pada sistem yang pemerintahan yang masih
cenderung terpusat tentulah akan banyak pengaruhnya. Perlu diketahui bahwa
implementasi manajemen mutu berbasis sekolah akan sangat sulit jika para pejabat
sentral dan daerah masih bertahan buat menggenggam sendiri wewenang yang
seharusnya didelegasikan ke sekolah. Terlebih sekolah unggulan serta terpadu ini
menampilkan hidangan kurikulum yang menarik, efektif, efisien serta produktif dalam
menunjang proses belajar bagi peserta didik.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA