Anda di halaman 1dari 7

DAMPAK POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP

KARAKTER ANAK
Keluarga adalah institusi sosial yang pertama dan utama bagi
kehidupan anak, dimana anak lebih banyak menghabiskan waktu
bersama anggota keluarganya dari pada dengan institusi sosial
lainnya. Anggota keluarga dipahami sebagai orang yang paling
berarti dalam kehidupan anak selama proses perkembangan dan
pembentukan kepribadian. Keluarga memiliki pengaruh yang
jauh dan besar terhadap tumbuh kembang anak melebihi institusi
sosial lainnya (dalam bidang ekonomi, pendidikan, politik, agama,
dll). Pengaruh keluarga pada perkembangan dan pembentukan
kepribadian anak berdampak pada, (i) apabila anak hidup dalam
permusuhan, maka dia akan belajar berkelahi, (ii) bila anak
hidup dalam ketakutan, maka dia akan jadi penakut, (iii) bila
anak hidup dikasihani, maka dia akan mengasihi dirinya, dll.

Selanjutnya terhadap pola asuh orang tua terhadap anak


diartikan sebagai pola perilaku yang digunakan untuk
berhubungan dengan anak-anak. Pada dasarnya pola asuh yang
diterapkan oleh tiap-tiap keluarga berbeda dengan keluarga
lainnya. Berkaitan dengan pola asuh ini terdapat tiga macam pola
asuh orang tua, yaitu otoriter, permisif dan autoritatif.

Pola asuh otoritatif diartikan sebagai bentuk pola asuh yang


menekankan pada pengawasan orang tua kepada anak untuk
mendapatkan ketaatan atau kepatuhan. Dimana orang tua
bersikap tegas, suka menghukum dan cenderung mengekang
keinginan anak. Hal ini yang dapat menyebabkan anak kurang
inisiatif, cenderung ragu dan mudah gugup. Oleh karena sering
mendapat hukuman anak menjadi tidak disiplin dan nakal. Pola
asuh permisif diartikan sebagai bentuk pengasuhan di mana
orang tua memberi kebebasan sebanyak mungkin pada anak
untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung
jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orang tua. Mereka
cenderung tidak menegur atau memperingatkan apabila anak
sedang dalam bahaya, dan sedikit bimbingan yang diberikan oleh
orang tua. Namun, orang tua dalam pola pengasuhan seperti ini
biasanya bersifat hangat, sehingga sering kali disukai oleh anak.

Sementara itu pola asuh autoritatif diartikan sebagai pola


pengasuhan orang tua yang dicirikan dengan adanya hak dan
kewajiban orang tua dan anak adalah sama dalam arti saling
melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab, dan
menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin. Pola asuh
ini adalah pola asuh yang baik dan cocok untuk diterapkan para
orang tua kepada anak-anaknya. Anak yang diasuh dengan
dengan teknik pola asuhan ini nantinya akan menjadi anak yang
yang hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri,
terbuka pada orang tua, menghargai dan menghormati orang tua,
tidak mudah stress dan depresi dan berprestasi baik.

Dari sini dapat dimengerti bahwa tumbuh kembang kepribadian


anak sangat dipengaruhi oleh cara orang tua dalam
pengasuhannya. Oleh karena itu, sebaiknya sebagai orang tua
hendaknya bijak dalam memberikan pola pengasuhan terhadap
anak, agar anak nantinya tumbuh menjadi pribadi anak dewasa,
terbuka terhadap orang tua dan cerdas.

Sumber: Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan.


Yogyakarta: UNY Press.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul


"Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan
Kepribadian Anak", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/elawoo/
55292ad26ea83496748b45a2/pengaruh-pola-asuh-orang-tua-
terhadap-pembentukan-kepribadian-anak

Kreator: Ela Yuliana Sari


Menjadi orang tua adalah kebahagiaan tersendiri bagi orang dewasa yang sudah menikah.
Menjalankan misi yang diberikan oleh Allah SWT yaitu untuk memiliki anak harus
dididik dan dikembangkan dengan baik. Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan
kepribadian pada anak. Menurut Sigmund Freud dalam The Theory of Psychoanalysis,
perkembangan kepribadian seorang anak dipengaruhi oleh apa yang diterimanya pada
masa keemasannya , yaitu usia enam tahun pertama kehidupan dan kemampuan
mengalami setiap fasenya. pembangunan. , jika seorang anak diberikan pendidikan dan
pengasuhan yang baik, maka anak tersebut akan memiliki karakter yang baik hingga
dewasa. Lingkungan pertama yang ditemui anak adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, dan saudara kandung. Dalam interaksi, seorang anak menyesuaikan diri dengan apa
yang dilihat dan dipelajari dalam keluarga. Seorang anak yang dibesarkan oleh keluarga
yang kuat secara emosional, akan mempengaruhi kecerdasan emosionalnya saat ia
tumbuh dewasa.

Adapun beberapa cara didikan orang tua dan dampaknya pada anak :

A. Tipe otoriter Tipe otoriter

di sini berarti peran orang tua dalam keluarga: orang tua sebagai atasan dan anak
sebagai bawahan. Jadi apa yang orang tua katakan adalah bahwa anak-anak harus
patuh. Anak harus menuruti keinginan orang tuanya. Beberapa anak bosan dan
ingin keluar dari semua aturan yang dibuat orang tua mereka. Anda harus
mengikuti aturan yang mereka tetapkan dan Anda tidak dapat membantah. Jadi
mereka merasakan penyempitan dan mencoba mencari jalan keluar. Tipe orang
tua otoriter, anak-anak mereka biasanya berperilaku baik dalam keluarga, tetapi
brutal dalam hubungan. Mereka melakukan apa yang mereka inginkan, karena
masing-masing dapat dikaitkan secara bebas. Disiplin terjadi, tetapi bukan karena
anak menghormati orang tuanya, tetapi karena takut kepada mereka

B. Tipe Permisif

Pada tipe permitif maksudnya yaitu ada orang tua yang sangat terlalu sayang pada
anaknya, sehingga menuruti segala kemauan anaknya karena tidak mau melihat
anaknya bersedih, menangis atau kecewa. Ini lah orang tua dengan tipe permisif.
Bertolak belakang dengan tipe otoriter, disini orang tua cenderung memberi
kebebasan yang berlebihan kepada anak sehingga seorang keblabasan dan
bersikap semaunya. Peran orang tua terlalu lemah sehingga anak tidak
menghormati orang tuanya sendiri dan orang tua tidak kuasa melawan anaknya.
Seorang anak juga dibebaskan dalam melalukan hal apapun sehingga mereka
tidak ada rasa hormat dan rasa takut terhadap orang tuanya. Anak akan bersikap
tidak disiplin dan manja karena orang tua selalu membelanya.

C. Tipe Arsetif

Keluarga sedang mendiskusikan sesuatuTipe arsetif adalah tipe demokrasi dalam


keluarga, yaitu setiap pendapat dipertimbangkan. Setiap aturan yang dibuat jelas
kaena disertai alasan – alasan yang kuat sehingga anak dibuat mengerti setiap
peraturan yang dibuat. Sehingga anak mengerti setiap konsekuensi yang akan
diterima ketika ia melanggar aturan dalam keluarganya. Tanpa adanya kekerasan
misalnya bentakan, pukulan terhadap anak, anak akan menyadari kesalahannya.
Dan kosekuensi yang ada dijalankan secara baik. Sehingga kedisplinan dalam
keluarga akan tercipta dengan sendirinya karena kesadaran rasa hormat dari anak
atas orang tuanya.

Beberapa dampak yang terajdi pada anak jika dididik dengan kasar:

Anak akan menjadi lebih agresif

Anak cenderung menjadi “jutek”, tidak peduli kepada orang lain (menjadi
individualisme) menjadi lebih mudah marah. Hal ini dikarenakan pola berfikir
anak yang beranggapan kalau oranng lain akan menyakiti, sehingga iaharus
melindungi dirinya, membatasi dirinya dengan orang lain dan mudah marah bila
sedikit saja merasa terganggu.Anak bisa menjadi jauh dengan orang tua.Di zaman
sekarang sudah banyak orangtua yang berhubungan baik dengan anaknya,
orangtua menjadi tempat ternyaman untuk anak bercerita, berkeluh kesah, mencari
saran, dan lainnya. Tapi masih ada juga orang tua yang masih berlaku kasar
terhadap anaknya, mengobrol saja rasanya sangat susah. Apalagi jika orangtua
tersebut cuek terhadap anaknya yang tidak pernah menghiraukan keberadaan
anaknya sendiri. Padahal anaknya sangat butuh perhatian dari orangtuanya sendiri.
Adapun dampak yang terjadi pada anak adalah anak menjadi diam dan merasa
kesepian. Mereka akan lebih dekat dan terbuka kepada teman-temannya karena
mereka merasa kalau teman-temannya ini lebih peduli kepadanya. Dan adanya
batasan antara hubungan orangtua dan anak. Anak cenderung akan melakukan hal
yang mereka suka dibelakang orangtuanya tetapi akan bersikap sangat penurut di
depan orangtuanya.

Berikut adalah cara agar didikan orangtua yang benar yang dapat diterapkan
dalam keluarga:

Meluangkan waktu

Walaupun sibuk bekerja orangtua juga harus meluangkan waktu untuk anak agar
dapat memantau anaknya secara dekat dan anak tersebut merasa akan dapatnya
perhatian dari orangtuanya.
Mengenali anak

Dengan mengenali anak orangtua akan tahu bagaimana fisik dan psikologi anak
berkembang dan akan lebih mudah untuk mengontrol anak tersebut.

Menerapkan aturan yang logis

Adapun beberapa orangtua yang menerapkan aturan tidak logis dan tidak
mempertimbangkan pendapat anaknya yang akan membuat anak tersebut
berpeluang besar untuk memberontak pada orangtua. Dengan diterapkannya
peraturan yang logis dan demokrasi akan membuat anak menerima dan mematuhi
aturan tersebut.Memberi pujian dan dukunganHanya memberikan pujian akan
membuat anak merasa dihargai, bahagia, dan diakui kemampuannya.

Refrensi : Fatma Fitriani (2016), DIDIKAN ORANG TUA TERHADAP ANAK.

Qurrotu Ayun (2017), POLA ASUH ORANG TUA DAN METODE


PENGASUHAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK,IAIN
Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia

https://retizen.republika.co.id/posts/20189/pengaruh-pola-asuh-
orangtua-terhadap-kepribadian-anak
anita eka samira.2021
Orang tua memiliki tanggung jawab yang penuh terhadap kebutuhan seorang anak.
Kebutuhan ini tidak hanya berupa materi melainkan non materi seperti fisik dan
mental. Kebutuhan ini dapat diperoleh melalui pola asuh yang diterapkan oleh orang
tua terhadap anak. Pola asuh dapat membantu anak untuk bertumbuh dan
berkembang sesuai dengan tugas perkembangan dalam tahapan perkembangan.
Pemilihan pola asuh sangatlah relatif, tergantung perspektif orang tua yang
menginginkan pola asuh seperti apa yang akan digunakan. Namun pemilihan pola
asuh harus dipertimbangkan bagaimana dampaknya terhadap perkembangan anak.
Bukan hanya perkembangan fisik melainkan perkembangan kepribadian anak tersebut
pula. Penjelasan mengenai pola asuh di peroleh berdasarkan konsep yang berkaitan
dengan tema pola asuh dan dampaknya terhadap kepribadian anak. Hal ini untuk
menjelaskan bagaimana dampak dari pola asuh yang berbeda-beda terhadap
perkembangan kepribadian anak.
 

http://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/27453
Gina Sonia, Nurliana Cipta Apsari.2020
Pentingnya Pola Asuh
Tepat untuk
Membentuk
Kepribadian Anak
Masing-masing orang tua memiliki cara tersendiri untuk membesarkan anaknya,
termasuk cara pola asuh. Namun, terkadang ada orang tua yang tidak menyadari
pola asuh seperti apa yang sebenarnya diterapkan, padahal pola asuh adalah bagian
terpenting dalam pembentukan tingkah laku dan kecerdasan anak.

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh faktor nature dan nurture. Psikolog Dr.
Rose Mini Agoes Salim, M.Psi menjelaskan, faktor nature merupakan pemberian
Tuhan dan sulit untuk diubah, sementara faktor nurture merupakan faktor
pengasuhan seperti nutrisi, stimulasi, pola asuh, dan lainnya.

Kedua faktor inilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku
cerdas pada anak.

“Perlakuan orang tua terhadap anak memberikan kontribusi yang besar sekali
terhadap kompetensi sosial, emosi, dan kemampuan kecerdasan atau intelektual
anak,” jelas Rose dalam acara puncak peringatan Hari Anak Nasional yang digelar di
Gedung Siwabessy Kemenkes, Selasa (31/7).

Menurutnya, terdapat empat macam bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang
tua, antara lain uninvolved atau kurang terlibat, indulgent atau permisif, authoritative
atau demokratis, dan authoritarian atau otoriter. Pada pola asuh uninvolved, Romi
menjelaskan, hubungan antara orang tua dan anak kurang hangat, orang tua tidak
banyak terlibat atau cenderung pasif terhadap kehidupan anak, dan orang tua
cenderung menjaga jarak.

Namun, orang tua tetap memperhatikan dan menyediakan kebutuhan dasar anak
seperti makanan, pendidikan, rumah, dan lain-lain. Pola asuh kedua, indulgent, yaitu
pola asuh di mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, namun
cenderung tidak mengarahkan yang jelas.

Selanjutnya authorative, yaitu pola asuh dengan membuat aturan, bersikap tegas,
namun tetap fleksibel dan memberikan dukungan, serta melatih anak untuk
mengatur dirinya sendiri. Terakhir, pola asuh authoritarian, orangtua sangat
mengontrol perilaku anak, namun tak menjaga kehangatan hubungan dengan anak.
Romi menambahkan, keempat pola asuh ini sebenarnya dapat diterapkan secara
bergantian sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Orang tua harus
mampu mengenali situasi yang tepat untuk menerapkan pola asuh.

“Keempat pola asuh semuanya dibutuhkan, jangan dibuang salah satu. Disesuaikan
saja dengan kebutuhan dan lingkungan,” papar Romi.

Selain dengan pola asuh, untuk membentuk anak cerdas juga perlu didukung
dengan gizi seimbang. Damayanti Rusli Sjarif, Divisi Nutrisis Pediatrik dan Penyakit
Metabolik RSCM, dalam kesempatan yang sama menyampaikan untuk
mempersiapkan anak-anak agar menjadi cerdas, tinggi, dan sehat sampai tua
diawali dengan mencegah malnutrisi di 1000 hari pertama kehidupan.

“Penambahan berat dan tinggi badan dimulai sejak dua tahun pertama atau 1000
hari pertama kehidupan, dan hal tersebut sangat berpengaruh untuk pertumbuhan
selanjutnya,” jelas Damayanti.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian
Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui
nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669,
dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (Tasha)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat


drg. Widyawati, MKM

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/
20180731/2527052/pentingnya-pola-asuh-tepat-membentuk-
kepribadian-anak/
2018

Anda mungkin juga menyukai