BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
berkualitas dan mampu bersaing, selain memiliki budi pekerti yang luhur dan
manusia.
1955, kurikulum diberi arti yaitu kurikulum khusus yang digunakan dalam
mata kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
lingkup dan urutan isi, serta proses pendidikan. Di samping kedua fungsi itu,
kurikulum juga merupakan suatu bidang studi yang ditekuni oleh para ahli
Kurikulum tersebut berawal dari tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004 dan 2006. Pada kurikulum 1994 yang merupakan penyempurnaan
dari kurikulum 1984 terdapat perubahan yang menonjol yaitu pada sistem
1
S. Nasution. Asas-Asas Kurikulum. (Jakarta: Bumi Aksara. 2008), hal. 2
2
S. Nasution. Ibid
3
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Prakteknya. (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 1997), hal. 4
3
pelajaran yang didapatkan siswa cukup banyak. Lalu pada kurikulum 2004
mulai dari tujuan, visi – misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar,
tercantum sebagai suatu mata pelajaran yang wajib dipelajari peserta didik.5
penerus untuk mampu menghargai hasil karya agung bangsa di masa lampau,
4
rbaryans.wordpress.com/.../16/bagaimanakah-perjalanan-kurikulum-nasional-pada-pendidikan-
dasar- dan-menengah/ - 108k (diunggah pada tanggal 17 April 2011, pukul 18.01 WIB)
5
Hasan, S Hamid. Kurikulum dan Buku Teks Sejarah (Kongres Nasional Indonesia 1996:
Perkembangan teori dan metodologi dan orientasi pendidikan sejarah). (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1997), hal. 135
4
memupuk rasa bangga sebagai bangsa, rasa cinta tanah air, persatuan dan
pelajaran dari masa lampau sangat beragam dan mencangkup semua aspek-
nasional yang nantinya akan dirancang dan diperinci oleh para pendidik yang
nantinya akan disampaikan kepada peserta didik, salah satunya adalah peran
laki-laki ternyata terselip juga peran perempuan yang tidak kalah heroiknya
memerdekakan bangsa seperti Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, R.A Kartini, dan
6
Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan. Departemen Pendidikan Nasional.
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah SMA & MA. (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas. 2003)., hal. iv
7
Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 1994), hal. 110
8
Sadli, Saparinah. Berbeda Tetapi Setara: Pemikiran Tentang Kajian Perempuan. (Jakarta:
Kompas. 2010), hal. 34
5
perempuan Indonesia aktif di ranah sosial dan politik bukan sesuatu yang
baru.
dan kurikulum 2006 (KTSP). Salah satu penelitian yang peneliti temukan dan
amat relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Budiarti yang
peran perempuan dalam sejarah masih sangat minim. Dari hasil penelitian itu
yang sama dalam tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) terutama dalam
Kurikulum Sejarahnya.
1. Pembatasan Masalah
1984 yang dikenal dengan nama Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Sedangkan batas akhir dari penelitian ini adalah tahun 2006, yang
2006.
2. Perumusan Masalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
dalam sejarah, juga untuk para staf pengajar (guru) khususnya di Sekolah
pengajaran yang lebih setara gender. Lebih lanjut lagi, hasil penelitian ini
1. Metode Penelitian
9
Dudung Abdurahman. Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2007), hal. 63
8
data yang ada, ini dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat dan
teruji.
common sense.
dan jelas.
2. Sumber Penelitian
dan sekunder.
dan mengkaji arsip-arsip Silabus dan RPP. Selain itu juga kajian
E. Jadwal Penelitian
Maret 2012.
F. Sistematika Penulisan
perempuan dalam kurikulum 1994, KBK 2004 dan KTSP 2006. Selain itu
1994, 2004 dan 2006. Disini penulis mencoba untuk menjabarkan faktor-
patriarki dan faktor politik. Kebudayaan patriarki yang sebagian besar dianut
oleh masyarakat Indonesia sejak lama bahkan sejak jaman purba mengikat
baik dari segi ekonomi, sosial, politik bahkan pendidikan. Selanjutnya pada
bab ini juga penulis mencoba memaparkan pengaruh politik pada penulisan
silabus, RPP dan buku materi ajar di Sekolah Menengah Umum. Bab V