Anda di halaman 1dari 6

A.

PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI BIMBINGAN


DAN KONSELING (KONSELOR)
Partisipasi dalam Pengembangan profesi bimbingan dan
konseling antara lain melalui, (a). Keorganisasian, (b). Eksistensi
dan Posisi Pofesi, (c). Sumber Daya Manusia.

A. KEORGANISASIAN
Salah satu keputusan kongres IPBI ke –IX yang berlangsung
di Lampung pada tanggal 15 – 17 Maret 2001 ialah mengubah
nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) yang
di dirikan pada tanggal 17 Desember 1975 di Malang menjadi
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Implikasi
dari pergantian nama ini dilandasi terutama oleh pikiran bahwa
Bimbingan dan Konseling harus tampil sebagai suatu profesi yang
mendapat pengakuan dan kepercayaan publik. Implikasi dari
perubahan nama ini tidak semata-mata pada aspek hokum dan
legalitas melainkan terutama pada aspek pengembangan keilmuan,
seni, dan layanan profesional dari Bimbingan dan Konseling.
Perubahan nama dari IPBI yang tampak lebih kental dengan
asosiasi personnya, menjadi ABKIN yang lebih kental dengan
asosiasi profesinya dipandang sebagai suatu keharusan dan
langkah tepat untuk menghindarkan munculnya pikiran dan
perasaan adanya person-person yang seolah-olah tidak
terakomodasi dalam organisasi, sehingga memandang perlu
adanya asosiasi-asosiasi lain di dalam organisasi yang berorientasi
person. Keutuhan organisasi harus dipertahankan dengan
menggunakan perekat profesi dan bukan perekat person. Secara
keilmuan, seni, dan profesi, perubahan nama membawa implikasi
bagi upaya-upaya pengokohan identitas profesi, penegasan lingkup
layanan, keterkaitan dengan profesi lain yang sejenis, dan seting
layanan.

1
B. EKSISTENSI DAN POSISI PROFESI
Hal yang amat menakjubkan dalam masyarakat abad 21
yang dikenal sebagai masyarakat global adalah jaringan informasi
yang amat luas, cepat, mudah diakses oleh siapapun, kapanpun,
dimanapun. Pergeseran informasi dari untuk didengar kepada
untuk dilihat menyebabkan jutaan byte informasi datang setiap
detik, sehinnga manusia dapat mengalami oversupply informasi
yang penuh dengan ketidakpastian dan kesemrawutan. Kondisi ini
menuntut manusia untuk mampu memilih, menimbang, mengarifi,
merekonstruksi, dan memaknai informasi untuk kepentingan
pemilihan alternative dan pengambilan keputusan. Kompleksitas,
ketakpastian, paradoks, yang bisa menimbulkan kebingungan,
kecemasan dan frustrasi manusia pada hakekatnya adalah wahana
belajar sepanjang hayat (lifelong learning) bagi manusia untuk
menampilkan eksistensi dirinya di dalam dunia global ini.
Struktur kehidupan masyarakat global seperti di atas akan
menempatkan profesi bimbingan dan konseling ke dalam posisi
layanan yang terbuka, interdipenden, interconnected. Tantangan
yang muncul dari posisi semacam ini ialah diperhadapkannya
profesi bimbingan dan konseling ke dalam: diversifikasi kebutuhan
bimbingan dan konseling yang semakin lebar, target populasi
layanan semkain luas dan bervariasi, tujuan konseling semakin
berorientasi pada perkembangan dalam konteks atau sistem untuk
jangka panjang, strategi intervensi akan banyak bernuansa
teknologi, dan lingkup layanan menjadi semakin luas dan beragam.
Kecenderungan ini menuntut bimbingan dan konseling
mengembangkan diversifikasi respons, program dan strategi
intervensi ragam layanan profesional, dan spectrum sumber daya
manusia (konselor) yang harus disiapkan.

C. SUMBER DAYA MANUSIA (KONSELOR)

2
Masalah dan tantangan yang terkait dengan eksistensi dan
posisi profesi membawa implikasi kepada kualifikasi dan spektrum
sumber daya manusia bimbingan dan konseling. Layanan
bimbingan dan konseling tidak lagi sebatas layanan dalam setting
sekolah tetapi juga dalam setting luar sekolah. Mutu dan
kualifikasisumber daya manusia bimbingan dan konseling
(konselor) menjadi salah satu masalah dan kebutuhan mendasar
yang harus ditata, disiapkan, dan dibina secara sistemik dan
sistematik.

D. ORIENTASI, VISI DAN POSISI


Pergeseran orientasi bimbingan dan konseling dari berfokus
kepada individu sebagai klien ke arah individu di dalam sistem dan
menjadikan sistem dan subsistem sebagai klien membawa
implikasi besar kepada peran dan fungsi bimbingan dan konseling .
Fokus utama dari bimbingan dan konseling lebih kepada upaya
untuk memfasilitasi-bahkan mengakselerasi dan mengeskalasi –
pengembangan individu melalui pengembangan lingkungan
perkembangan sebagai lingkungan belajar.
Lifelong learning process menjadi wahana utama
perkembangan individu dalam berbagai setting kehidupannya yang
meliputi dunia kerja, sekolah, keluarga, organisasi, dan setting
kehidupan lainnya. Belajar, bekerja, dan sekolah menjadi sesuatu
yang terpadu (integrated); layanan bimbingan dan konseling
sebagai layanan independen berada dalam posisi
interdipendensidengan layanan ini.
a. Arah Pengembangan dan Pokok-pokok Kebijakan
Berlandaskan kepada masalah dan tantangan serta
orientasi, visi dan posisi bimbingan dan konseling sebagai suatu
profesi, pengembangan ABKIN 2001 – 2005 sebagai organisasi
profesi bimbingan dan konseling diarahkan kepada:

3
 Profesionalisasi, diarahkan kepada upaya pemantapan
keilmuan dan wilayah garapan profesi serta
memeprkokoh indipendensi dan identitas profesi dalam
konteks kesejawatan dan kolaborasi profesional,yang
didukung oleh kepercayaan public yang luas.
 Penataan dan pemantapan organisasi, diarahkan
kepada upaya memperkokoh keutuhan organisasi yang
berlandaskan profesi dengan didukung oleh struktur dan
dinamika organisasi.
 Pemantapan manajemen; diarahkan kepada upaya
untuk menggerakan seluruh potensi dan sumber daya
sehingga terjadi partisipasi menyeluruh yang mampu
mendukung implementasi kebijakan pengembangan
secara efektif dan produktif.
 Peningkatan mutu sumber daya manusia;, diarahkan
kepada upaya untuk meningkatkan kemampuan
profesional dan menyiapkan sumber daya manusia
bimbingan dan konseling dalam spectrum dan standar
mutu profesional yang memadai dan berwawasan
teknologi informasi.
b. Pokok–pokok kebijakan
Sejalan dengan yang digariskan di atas Pokok-pokok
Kebijakan Pengembangan ABKIN dituangkan ke dalam
Garis-garis Besar Program Pengembangan ABKIN 2001 –
2005 (GBPP ABKIN 2001 – 2005) seperti berikut ini:
 Keilmuan
1. Melakukan riset dan pengembangan, baik murni
maupun terapan
2. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain untuk
memperkokoh profesi keilmuan

4
3. Menyelenggarakan dan/atau berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan dan forum ilmiah baik nasional
maupun internasional
4. Mengembangkan publikasi ilmiah
5. Mengembangkan model-model konseling berbasis
riset dan teknologi informasi
6. Membina dan mengembangkan praktek bimbingan dan
konselingdalam berbagai setting dan jenjang
pendidikan
 Keorganisasian
1. Menata dan mengembangkan struktur dan unsur-unsur
organisasi
2. Memberdayakan unsur-unsur organisasi
3. Memberdayakan Pengurus Daerah dan cabang dalam
pengembangan dan implementasi program
4. Memproses aspek hokum dan legalitasorganisasi
 Manajemen Umum
1. Merintis dan mengembangkan sistem teknologi
informasi
2. Mengembangkan revenue generating program
3. Menata manajemen keanggotaan
 Partisipasi Menyeluruh
Partisipasi menyeluruh dari setiap daerah dan cabang
diupayakan melalui pemberian wewenang dan tanggung
jawab daerah dan cabang dalam mengembangkan dan
melaksanakan program dengan tetap menjadkan
kebijakan umum sebagai dasar atau rujukan
 Kolaborasi strategik
Mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak baik di
dalam maupun luar negeri, yang menyangkut berbagai
program.

5
 Peningkatan Sumber Daya Manusia
1. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan baik untuk
kepentingan intern maupun ekstern organisasi
2. Bekerjasama dengan Perguruan Tinggi dan Lembaga
terkait laiinnya dalam pengembangan program dan
penyelenggaraan pendidikan dan latihan baik untuk
calon konselor, konselor, maupun pihak lain yang
memerlukan.
3. Mengembangkan sumber daya manusia yang
berwawasan teknologi informasi
 Profesionalisasi
1. Mengambil inisiatif dan menindak lanjuti upaya-upaya
menjadikan konselor sebagai salah satu jabatan
profesional dari spectrum tenaga kependidikan
2. Mengembangkan sistem sertifikasi dan kredensisasi
profesi konselor
3. Menyelenggarakan layanan kemasyarakatan sesuai
dengan kewenangan profesional.
4. Memantapkan kode etik profesi

Anda mungkin juga menyukai