Anda di halaman 1dari 2

https://nasional.tempo.

co/read/739961/893-
persen-lgbt-di-indonesia-pernah-alami-
kekerasan

89,3 Persen LGBT di Indonesia Pernah


Alami Kekerasan
Oleh :

Tempo.co
Rabu, 27 Januari 2016 21:13 WIB

Sejumlah perwakilan Forum LGBTIQ Indonesia mengadakan konferensi pers guna menggugat
pernyataan beberapa pejabat negara tentang LGBT di media massa di kantor LBH Jakarta, 27
Januari 2016. TEMPO/Arief Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Sosial Masyarakat Arus Pelangi menyatakan hampir semua
anggota kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) di Indonesia mengalami
kekerasan karena orientasi seksual dan identitas gendernya. "Pada 2013, sebanyak 89,3 persen
LGBT di Indonesia pernah alami kekerasan," ujar Ketua LSM Arus Pelangi Yuli Rustinawati,
Rabu, 27 Januari 2016.

Yuli menjelaskan, sebanyak  79,1 persen koresponden mengaku pernah mengalami kekerasan,
46,3 persen mengalami kekerasan fisik, dan 26,3 persen dalam bentuk kekerasan ekonomi.  "Dari
sekian banyak LGBT mengalami kekerasan, 65,2 persen di antaranya mencari bantuan ke teman
dan 17,3 persen melakukan percobaan bunuh diri," ujar Yuli.

Sebelumnya, Komunitas LGBT Intersex dan Queer (IQ) Indonesia yang diwakili Komunitas
Bumi Kecil, Jaringan GWL-INA, dan Arus Pelangi menggugat pernyataan pejabat negara
tentang LGBT yang diskriminatif di media massa.

Mereka menganggap pernyataan beberapa Menteri dan pejabat negara melegistimasi kelompok
lain yang mempunyai kebencian kepada LGBT untuk melakukan tindakan kebencian itu. "Pada
kasus ini negara tidak hadir untuk melindungi LGBT," ujar Yuli.

Koordinator Divisi Advokasi Gaya Warna Lentera Indonesia (GWL-INA) Slamet Rahardjo yang
mewakili forum LGBTIQ Indonesia mengatakan semua pernyataan pejabat negara di media
massa sangat diskriminatif terhadap kelompok LGBT. LGBTIQ pun menuntut pemerintah,
khususnya Presiden, menindak tegas para pejabat tersebut.
"Kami meminta Presiden RI, Joko Widodo menindak tegas Menteri Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, Menteri Pendidikan, Walikota Bandung dan beberapa anggota DPR yang
memuat rasa kebencian kepada LGBT," ujar Slamet.

Dalam tuntutan yang dibacakan di Gedung LBH Jakarta, Rabu, 27 Januari 2016, LGBTIQ
mencantumkan nama Menristek M Nasir, Mendikbud Anies Baswedan, Walkoy Bandung
Ridwan Kamil, Ketua MPR Zulkifli Hasan, anggota DPR RI fraksi PPP Reni Marlinawati dan
Kepala Divisi Sosialisasi Anti Kekerasan Anak Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Erlinda.

Slamet juga meminta ketua DPR RI menindak anggota dewan yang bertindak inskonstitusional
berupa ujaran diskriminatif. "Ini inskonstitusional karena bertentangan dengan UUD 1945,
khususnya di dalam pasal 28 ayat (2) yang menjamin perlindungan bagi seluruh warga negara
Indonesia dari perlakuan diskriminatif atas dasar apa pun," ujar Slamet.

Selanjutnya Forum LGBTIQ Indonesia meminta juga kepada Jokowi untuk menghentikan segala
bentuk tindakan kekerasan seperti sweeping dan pengusiran paksa. "Hentikan semua kekerasan,
pengusiran yang didasarkan pada orientasi seksual, identitas gender dan ekspresi gender yang
dilakukan aparat negara maupun ormas, " ujar Slamet.

Slamet juga meminta Presiden untuk memerintahkan penegak hukum untuk menindak tegas
mereka yang melakukan kekerasa dan diskriminasi terhadap orang dan organisasi LGBTIQ
Indonesia. "Kami juga meminta presiden segera memerintahkan Kapolri untuk menjamin
keselamatan dan keamanan anggota LGBTIQ Indonesia sebagai perlindungan kepada warga
Indonesia," ujar Slamet.

Forum LGBTIQ Indonesia juga menganggap larangan masuknya kelompok LGBT ke


lingkungan kampus sebagai sikap pelanggaran konstitusi negara. "Mereka telah khianati
konstitusi karena ini tertulis dalam pasal 28 C UUD 1945 ayat (1), yang isinya setiap orang
berhak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia," katanya.

Anda mungkin juga menyukai