Anda di halaman 1dari 2

KELAS XII MIA 3

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Siti Estiya Puji Ningtiyas


2. Tanzila Feby Nur Aini
3. Warda Nadya Paramita
4. Yolanda Oktavia

1. PELANGGARAN HAK WARGANEGARA

[JAKARTA] Penolakan terhadap Susan Jasmine Zulkifli untuk memimpin Kelurahan Lenteng
Agung, Jakarta Selatan, karena alasan agama, merupakan bentuk diskriminasi.

Tindakan memaksakan diri menolak pimpinan yang berbeda agama itu merupakan ujian dalam
menegakkan konstitusi dan nilai-nilai luhur berbangsa dan bernegara.

"Kita melihat ketidakpedulian dan pengabaian terhadap konstitusi pada level menteri dalam
kasus Lurah Susan ini. Sebaliknya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakilnya Basuki Tjahaj
Purnama telah menyadarkan kita akan pentingnya membela konstitusi agar kita tidak membeda-bedakan
semua warga negara berdasarkan agama dan keyakinannya," ujar Direktur Yayasan Denny JA untuk
Indonesia, Novriantoni Kahar di Jakarta, Minggu (28/9).

Dikatakan, Indonesia telah mengalami berbagai ketegangan dan konflik serta intoleransi dan
diskriminasi setelah Era Reformasi. Di sisi lain, rakyat tidak banyak menyaksikan para pemimpin yang
berani dan cakap dalam membela spirit antidiskriminasi.

Yayasan Denny JA, ujar Novriantoni, menilai kebijakan Pemerintah DKI mempertahankan
Lurah Susan merupakan salah satu bentuk tindakan menjunjung tinggi konstitusi.

Sebaliknya, andai Pemda DKI mengikuti aspirasi diskriminatif terhadap Lurah Susan, itu akan
menjadi preseden buruk bagi kehidupan berkonstitusi.

Berkaitan dengan kasus itu, Yayasan Denny JA untuk Indonesia menyatakan bersimpati dan
mendukung Lurah Susan Jasmine Zulkifli secara moral untuk mempertahankan kedudukannya sebagai
Lurah Lenteng Agung.

Lurah Susan diharapkan tetap tabah dalam bertugas dan berupaya keras untuk memberi
pelayanan terbaik kepada segenap warga Lenteng Agung tanpa kecuali.

"Kami juga mendukung kebijakan Gubernur Jokowi dan Wakilnya Basuki Tjahaja Purnama
untuk mempertahankan Lurah Susan serta mengimbau keduanya untuk tetap konsisten mempertahankan
sikap antidiskriminasi," ujarnya.

Novriantoni juga menyayangkan pernyataan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, yang
menyarankan agar Gubernur DKI Jakarta menuruti aspirasi diksriminatif terhadap Lurah Susan.

Menurutnya, berdasarkan survei Yayasan Denny JA dan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) tahun
lalu, sebanyak 67,5% publik Indonesia menilai pemerintah memang tidak maksimal dalam melindungi
konstitusi yang menjamin kemajemukan Indonesia.

"Karena itu pula, bisa dimengerti bila mayoritas publik (87,6%) sangat merindukan
kepemimpinan yang punya semangat antidiskriminasi. Survei kami juga menemukan, mayoritas rakyat
Indonesia (88,8 %) tidak menyukai diskriminasi berbasis agama maupun etnik. Karena itu, sikap
diskriminatif sesungguhnya bukanlah pilihan sikap yang benar bagi pejabat publik mana pun, ujarnya.

Yayasan Denny JA juga mengimbau Presiden Republik Susilo Bambang Yudhoyono agar
bersikap tegas dalam membela konstitusi.

Presiden juga harus memberi teguran keras kepada menteri yang tidak sensitif dengan
kemajemukan Indonesia, apalagi yang nyata-nyata bersikap diskriminatif, baik dalam ucapan maupun
kebijakan. [O-1]

2. PENGINGKARAN KEWAJIBAN WARGANEGARA

Liputan6.com, Jakarta - Pasca uji coba pelarangan kendaraan roda dua melintasi wilayah
Thamrin dan Monas, Jakarta, pro kontra pun mencuat. Walau dianggap kurang bijaksana oleh sebagian
pengguna roda dua, polisi sebagai pelaksana tampaknya punya alasan lain seputar implementasi
kebijakan tersebut.

Tak lain, hal tersebut dikarenakan 78 persen kecelakaan lalu lintas yang terjadi di wilayah hukum
DKI Jakarta didominasi oleh pengguna kendaraan roda dua, atau jenis sepeda motor.

Pada operasi Zebra Jaya yang baru saja tuntas dilakukan Polda Metro Jaya sendiri, roda dua
menjadi penyumbang terbesar pelanggaran lalu lintas yang perharinya total mampu menembus angka 6
ribu tilang. Dalam 14 hari operasi Zebra Jaya 2014, Polda Metro Jaya menjaring hingga 90.000
pelanggaran lalu lintas di Jakarta. (Des/Des)

Anda mungkin juga menyukai