Anda di halaman 1dari 29

IMPLEMENTASI DAN TANTANGAN BUTIR-BUTIR

PANCASILA KE-2 “KEMANUSIAAN YANG ADIL


DAN BERADAB “

Oleh : Kelompok 2
anggota kelompok
BERKAT DAMAI HATI GIAWA ( D1A023081 )
ABDUL HADI HARAHAP ( D1A023225 )
BAYU PRASETYO IRAWAN ( D1A023093 )
JEPRI SARAGIH ( D1A023129 )
RIFKHO NAUFAL ALSHIDQII ( D1A023285 )
MUSTIKO AJI ( D1A023153 )
ALDI SAPUTRA DALIMUNTE ( D1A023369 )
IMPLEMENTASI BUTIR-BUTIR PANCASILA SILA KE 2
DALAM PERATURAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

Implementasi adalah penerapan atau pelaksanaan suatu konsep atau ide dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam konteks nilai-nilai Pancasila, penerapannya mengacu
pada penerapan nilai-nilai dasar Pancasila, termasuk Sila ke 2 “Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab”, dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam lingkungan
sekolah, rumah, dan masyarakat.
Makna dari sila kedua Pancasila adalah keadilan, yakni setiap masyarakat Indonesia
berhak mendapatkan keadilan dalam hal apa pun.
Butir Ke 2 : Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2010 tentang upaya penghapusan
diskriminasi rasa dan etnis.

“Tindakan diskriminasi ras dan etnis adalah perbuatan yang berkenaan


dengan segala bentuk pembedaan, pengecualian, pembatasan, atau pemilihan
berdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau
pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dan
kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik, ekonomi,
sosial, dan budaya.”
Peraturan ini menegaskan bahwa setiap tindakan yang bersifat diskriminatif
berdasarkan ras atau etnis adalah tindakan pidana.Segala tindakan
diskriminasi ras dan etnis bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan berhak atas perlindungan terhadap setiap bentuk diskriminasi ras
dan etnis.
Butir ke 3 : Mengembangkan sikap saling
mencintai sesama manusia.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Bab IV Pasal 5 ayat 2, 3, dan 4 dan Pasal 32

“Pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang


berkelainan (fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial) atau
peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan
secara inklusi, baik pada tingkat dasar maupun menengah.”
Pemerintah Indonesia telah mengadopsi kebijakan pendidikan inklusif yang
bertujuan untuk memastikan bahwa semua anak, termasuk anak-anak
dengan kebutuhan khusus, memiliki akses yang sama terhadap pendidikan
yang berkualitas.
Pendidikan inklusif adalah system penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkung pendidikan
secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Pendidikan inklusi bertujuan

Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta


didik yang memiliki kelainan fisik, emosi, mental, dan sosial atau
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
memperoleh pendidikan.
Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai
keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik
Butir ke 4 : Mengembangkan sikap
saling tenggang rasa dan tepa selira.
Peraturan Gubernur DIY Nomor 103 Tahun 2020

“Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan


Tata Kerja tugas menyelenggarakan fungsi penunjang
urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan
politik.”
Dari peraturan pemerintah diatas pemerintah membentuk
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik atau disingkat
Bakesbangpol.
Badan ini didirikan untuk mempromosikan persatuan
nasional dan harmoni sosial. Badan ini bekerja untuk mencegah
konflik dan mendorong saling menghormati antara kelompok
etnis dan agama yang berbeda di Indonesia.
TANTANGAN DALAM MASYARAKAT
UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN
BUTIR-BUTIR PANCASILA SILA
KE-2
Butir Ke 2 : Mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna
kulit dan sebagainya.
1. Suku dan keturunan

Contoh kasus :
Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial
terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia
pada 13 - 15 Mei 1998.
2. Agama

Contoh kasus :
konflik di Poso pada tahun 2000
3. Jenis Kelamin

Contoh kasus :
Tragedi Mei 1998: Kekerasan terhadap Perempuan
4 . Warna Kulit

Contoh kasus :
salah satu oknum polisi menyebut
sekelompok mahasiswa Papua dengan
nama rasis, yakni “monyet” karena
memiliki warna kulit hitam. Kondisi ini
pun memicu pecahnya kerusuhan di
Papua Barat.
Dari contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
masyarakat yang mencakup berbagai kelompok masyarakat,
penting untuk menghargai persamaan hak dan kewajiban
setiap individu, tanpa membeda-bedakan berdasarkan suku,
keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, dan warna kulit. Melayani masyarakat dengan
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan individu dari
berbagai latar belakang dan mengakui persamaan hak dan
kewajiban setiap individu akan menghasilkan masyarakat
yang lebih harmoni dan bahagia.
Butir ke 3 : Mengembangkan sikap
saling mencintai sesama manusia.
1. Diskriminasi dan Rasisme

Contoh kasus :
Kasus mahasiswa asal Papua
yang mendapat diskriminasi
di Surabaya (16 Agustus 2019)
2. ketegangan Politik

Contoh kasus :
Ketegangan-Ketegangan
Politik Jelang G30SPKI
1965
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini,
penting untuk mendorong dialog, pendidikan, dan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya sikap
saling mencintai sesama manusia. Selain itu,
peran pemimpin masyarakat dan pemerintah
dalam mempromosikan inklusivitas, keadilan, dan
penghormatan terhadap perbedaan juga sangat
penting.
Butir ke 4 : Mengembangkan
sikap saling tenggang rasa dan
tepa selira.
1. Ketidaksetaraan ekonomi

contoh kasus:
Kesenjangan Kaya dan Miskin di
Yogyakarta Makin Lebar, Tertinggi
Nasional
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan
pendekatan berbasis pendidikan, dialog antar
kelompok, serta upaya untuk mempromosikan nilai-
nilai saling tenggang rasa dan kesepakatan.
Pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan individu
semua dapat berperan dalam membangun
masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis.
kesimpulan
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia
serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin
baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Penerapan prinsip kesetaraan dan non-diskriminasi di Indonesia masih
menghadapi beberapa tantangan, seperti adanya diskriminasi terhadap
minoritas agama dan etnis, serta diskriminasi terhadap perempuan dan
penyandang disabilitas

Penerapan Sila ke-2 dalam kebijakan dan peraturan pemerintah Indonesia


menunjukkan komitmen untuk mengembangkan sikap saling mencintai
sesama manusia
terim kasih

Anda mungkin juga menyukai