Anda di halaman 1dari 3

Nama : Suhardi

NIM : E1041161055
Prodi : Sosiologi
Matkul : Sosiologi Politik (REG A)

Soal UAS:
1. Saudara uraikan untuk mengindentifikasi aspek sosiologi dan reformasi politik di era
Presiden Joko Widodo
2. Apa yang anda ketahui tentang perilaku generasi politik dan latar historis dari perilaku
pemilih.
3. Saudara jelaskan disertai contoh tentang tantangan untuk bagsa Indonesia.
4. Apasaja yang saudara ketahui tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada
masyarakat perbatasan di Kalimantan Barat.
5. Bagaimana model serta cara merawat persatuan etnik di Kalimantan Barat berikan contoh
rasional.

Jawaban UAS:
1. Di era Presiden Joko Widodo sudah banyak terjadi banyak perubahan politik di Indonesia.
Contohnya kehadiran Media Sosial sebagaimana yang kita ketahui penggunanya semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Ruang publik baru di Media Sosial hadir, membawa angin
harapan untuk menebus sisi-sisi dunia yang semakin kental dengan persekongkolan
kekuasaan politik dan uang. Harapan itu muncul dari kemajuan teknologi media sosial digital
yang kemudian akan memperkuat demokrasi. Banyak pula aktivis sosial memanfaatkan
media sosial digital untuk terlibat dalam diskursus politik menyangkut isu-isu selama ini
mereka kerjakan secara offline. Media sosial digital menjadi ruang aktivisme sosial yang
menyentuh proses-proses politik demokratisasi. Walaupun pengguna Media Sosial sekarang
sangat aktif dalam membahas masalah-masalah politik atau dalam memperkuat demokrasi
tetapi di era Presiden Joko Widodo itu tidak sepenuhnya bebas, masyarakat dibatasi dalam
berkomentar apalagi topik yang ingin dikomentar berkaitan di politik, ada banyak kasus
pelanggaran berkaitan dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau UU
ITE dan itu sudah beberapa kali di revisi oleh Presiden Joko Widodo untuk memberi rasa
aman, keadilan dan kepastiakan hukum atau membatasi masyarakat dalam berkomentar
negatif, tapi nyatanya sekarang UU ITE itu melenceng dari aturan sebenarnya, tidak
membawa dampak hukum saja, namun juga memberi dampak politik dan sosial masyarakat.
UU ITE sekarang ini melenceng dari niatan awal dan sekarang ada sebagian elit politik untuk
mendapatkan kekuasaan atau untuk menjatuhkan lawan-lawannya. Partisipasi politik
masyarakat memang harus terus diupayakan bangkit dan menjadi kekuatan pengontrol
terutama dalam bergeraknya penyelenggaraan pemerintahan. Setiap rezim berkuasa termasuk
rezim Jokowi, punya potensi “dibajak” oleh sekelompok elite politisi yang berkolaborasi
dengan para pengusaha dalam menikmati kekuasaan. Media massa dan media sosial harus
bisa dioptimalkan sebagai katalisator partisipasi publik. Mengembalikan marwah media
massa sebagai entitas sosial yang memainkan peran pengontrol dan media sosial sebagai
ruang ekspresi yang bebas dominasi pasar dan intervensi negara.
2. Politik saat ini sangat erat dengan Generasi Milenial. Polemik politik yang bermacam-
macam sering terjadi daya tarik tersendiri di masyarakat khususnya para kaum muda. Kaum
milenial sering disebut sebagai penerus bangsa. Anak muda selalu diperebutkan politikus.
Mendekati anak muda dengan segala cara, demi meraup suara para pemilih pemula. Cara
pemikiran kaum muda yang belum matang dan terkesan masih labil sering dimanfaatkan.
Terkadang pemikiran awam tentang politik oleh anak muda malah dijadikan poin emas bagi
mereka. Latar historis dari perilaku pemilih. Perilaku adalah menyangkut sikap manusia yang
akan bertindak sesuatu dan pemilih dapat diartikan sebagai semua pihak yang menjadikan
tujuan utama para kontestan untuk mereka mempengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan
kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Perilaku pemilih sarat
dengan ideology antara pemilih dengan partai politik atau kontestan pemilu. Masing-masing
kontestan membawa ideology yang saling berinteraksi. Pendekatan untuk melihat perilaku
pemilih dapat menggunakan dengan Pendekatan Sosiologis yang menjelaskan bahwa
karakteristik sosial dan pengelompokan sosial usia, jenis kelamin, agama dll memberi
pengaruh cukup signifikan terhadap pembentukan perilaku pemilih.

3. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki adat istiadat,
kebudayaan serta karakter yang berbeda-beda, memiliki agama yang berbeda-beda dan terdiri
atas beribu-ribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun keseluruhannya adalah
merupakan suatu persatuan yang tercermin dalam suatu ikatan “Bhineka Tunggal Ika” yang
artinya “berbeda-beda tetap satu juga”. Yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia.
Usaha untuk mempertahankan NKRI ini perlu dilakukan setiap waktu. Sebab potensi
ancaman, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri pasti ada. Contohnya adalah
kerusuhan antar etnis atau biasa dikenal dengan tragedi sampit. Tentu kita sebagai rakyat
Indonesia tidak ingin sebuah tragedi seperti itu terjadi lagi di masa yang akan mendatang.
Keanekaragaman dalam masyarakat bisa menjadi salah satu sumber konflik yang menjadi
tantangan bangsa Indonesia yang memiliki keberagaman oleh ras, suku, agama dan lain
sebagainya.
4. NKRI Pada masyarakat perbatasan di Kalimantan Barat. Sebagai contoh di daerah
Entikong, Kabupaten Sanggau. Entikong, menjadi daerah termasuk daerah perbatasan lini I.
Daerah ini langsung berhadapan dengan batas dengan Sarawak. Bahkan, Entikong merupakan
satu-satunya daerah yang dilalui jalan tembus antar negara, yaitu Kota Kuching (Sarawak)
dan Kota Pontianak (Kalimantan Barat). Daerah perbatasan Entikong relatif lebih maju
daripada daerah perbatasan daratan lain yang berada di Kalimantan Barat dan Kalimantan
Timur. Daerah Entikong sudah dilengkapi oleh berbagai fasilitas untuk mendukung
tumbuhnya sebuah kota, seperti terminal, warung telpon, hotel, pertokoan dan tempat
karaoke. Fasilitas yang mendukung terlaksananya pemerintahan juga sudah memadai seperti
kantor karantina, imigrasi, bea dan cukai. Aktivitas ekonomi masyarakat perbatasan tidak
homogen seperti yang terjadi di desa-desa yang berada di Kalbar, apalagi yang terletak di
pedalaman. Selain usaha di bidang pertanian baik pertanian ladang, sawah, perkebunan,
kehutanan dan peternakan, masyarakat perbatasan di Entikong sudah banyak yang melakukan
aktivitas perdagangan, jasa dan kegiatan di sektor informal lain. Masyarakat lokal lebih
banyak bekerja sebagai petani karena mereka memiliki lahan pertanian. Saya sempat
menonton video documenter bahwa ada masyarakat perbatasan yang masih keberatan dalam
pelayanan kesehatan. Masalah pelayanan kesehatan masih perlu di tingkatkan lagi untuk
masyarakat perbatasan. Di dalam video kata yang paling saya ingat adalah disaat
mewawancarai salah satu masyrakat perbatasan adalah masalah pelayanan kesehatan dan
biaya untuk berobat begitu mahal di Indonesia yang membuat masayrakat perbatasan itu lebih
memilih berobat di malaysia yang katanya lebih murah. Maka dari itu peran pemerintah
sangat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, selain pelayana kesehatan juga
bagian pendidikan yang harus ditingkatkan di daerah perbatasan NKRI di Kalbar. Dengan
adanya pendidikan masyarakat perbatasan bisa berpikir kreatif, inovatif dan mampu
mengikuti perubahan seperti penggunaan teknologi, penerapan teknologi dalam aspek
kehidupan, dan pola pikir yang berorientasi pada pembangunan.
5. Di Provinsi Kalimantan Barat, dilihat dari perspektif etnisitas sangat beranekaragam, tidak
hanya dihuni oleh etnik Dayak dan Melayu sebagai penduduk asli tetapi juga terdapat etnik
pendatang lainnya seperti etnik Jawa, Sunda, Madura, Bugis, banjar, Padang, Batak, Bali,
Ambon dan Keturunan Cina. Keberagaman yang dimiliki masyarakat di Kalimantan Barat
adalah cerminan dari semboyan kebanggaan bangsa Indonesia yakni “Bhieneka Tunggal Ika”
menjadikan pedoman bagi kita untuk selalu menjaga rasa persatuan dan kesatuan. Merawat
persatuan etnik bisa dengan cara bersikap toleransi. Toleransi diartikan sikap saling
menghormati, saling menerima, saling menghargai di tengah keberagaman dan keragaman
buadaya pada masyarakat. Bersikap menghormati perbedaan juga bisa diterapkan masyrakat
di Kalimantan Barat. Menghormati perbedaan adalah salah satu aspek penting dalam menjaga
perbedaan yang ada di sekitar kita. Menghormati perbedaan salah satu contoh di suatu daerah
yang mayoritas penduduk beragama islam. Sebagai seorang nonmuslim kita harus merasa
tidak keberatan atau mempermasalahkan dalam contoh perayaan kemenangan umat muslim
satu bulan puasa yang biasa di kenal dengan Idul Fitri, begitu juga sebaliknya sebagai
seorang muslim di saat perayaan Natal bagi umat Nasrani.

Anda mungkin juga menyukai