Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

“ MASALAH SOSIAL “

DISUSUN OLEH :

ANGELINA GRACIA TINAMBUNAN 1805121047

BRYAND SAMUEL SINAGA 1805121021

DEARDO CHRISTIAN SARAGIH 1805121016

LIDYA HUTABARAT 1805121038

RISTARULI ARITONANG 1805121029

YOHANA GRACE 1805121050

JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA

PROGRAM STUDI MICE

TAHUN AJARAN 2018/2019


1.Penyebaran Hoax Tamin Pardede

Kediaman Tamim Pardede di Perumahan Adhiloka, Tangerang, Banten. Tamim


diamankan Bareskrim Polri karena diduga melakukan penghinaan terhadap Presiden Joko
Widodo dan Kapolro Tito Karnavian, Kamis (8/6/2017)Kompas.com/David Oliver Purba
Kediaman Tamim Pardede di Perumahan Adhiloka, Tangerang, Banten. Tamim diamankan
Bareskrim Polri karena diduga melakukan penghinaan terhadap Presiden Joko Widodo dan
Kapolro Tito Karnavian, Kamis (8/6/2017)

Muhammad Tamim Pardede (45) ditangkap lantaran mengunggah video di Youtube yang
memuat penghinaan terhadap Presiden dan Kapolri.

Dalam salah satu videonya, Tamim menyebut bahwa Jokowi berpihak pada blok komunis. Ia
juga menyatakan bahwa Tito termasuk antek Jokowi yang berpaham komunis.

Ia lantas menantang polisi untuk menangkapnya.

"Kalau Jokowi memerintahkan anteknya yang bernama Tito Karnavian dan pasukannya untuk
menangkap saya, saya tidak akan tinggal diam. Jangan harap polisi bisa bawa saya hidup-hidup,"
ujar Tamim dalam video berdurasi hampir 4 menit itu.

Gelar Profesor yang sering dibawa-bawa oleh Tamim Pardede pun diduga palsu.

Sebab, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) secara resmi menyatakan bahwa tidak
pernah ada penganugerahan gelar profesor kepada Tamim.

Dalam salah satu kalimatnya tertulis bahwa ketenaran LIPI di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi kerap membuat orang mencatut nama LIPI untuk tujuan tertentu.

"Salah satu contohnya adalah seseorang yang mengaku bernama Tamim Pardede dan mengklaim
dirinya adalah profesor riset dari LIPI. Dan setelah LIPI melakukan penelusuran data dan fakta,
ternyata nama Tamim Pardede bukan merupakan profesor riset dari LIPI dan lembaga ini tidak
pernah mengukuhkan yang bersangkutan sebagai profesor riset," bunyi siaran pers tersebut.

Solusi :

1.Berhati-hatilah dengan judul yang provokatif

2.Mencari tahu Keaslian situs halaman

3.memperhatikan keaslian foto

4.Mencari tahu asal sumber berita

5,ikut serta mendengarkan seminar antihoax yang sering dilaksanakan


6.Mengadukan kepada Kominfo apabila mendapatkan berita hoax

2.Pengendara Motor di Bawah Umur Makin Marak

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini banyak pengendara sepeda motor muda yang berkendara di
jalanan umum namun belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Hal ini tentu saja masalah
yang harus diperhatikan.

Anak di bawah umur dari sisi aspek kejiwaan memiliki sifat labil dalam mengendalikan
emosionalnya. Karena itu, saat berkendara kendaraan bermotor dapat membahayakan dirinya
sendiri maupun orang lain.

Fenomena anak dibawah umur yang mengendarai kendaraan sepeda motor merupakan masalah
sosial dan hukum yang perlu mendapatkan perhatian bersama.

"Mengapa fenomena ini menjadi masalah sosial, karena kejadian tersebut berada di jalan yang
digunakan untuk ruang lalu lintas umum dan masyarakat. Melihat kejadian tersebut, seakan-akan
masyarakat menjustifikasi atau melakukan pembenaran dengan alasan efesiensi mobilitas, tanpa
memperhitungkan risiko yang akan terjadi," terang Pemehati Masalah Transportasi, Budiyanto
kepada Liputan6.com, Selasa (14/5/2019).

Hasil analisa dan evaluasi menyebut, kejadian kecelakaan lalu lintas diawali dari pelanggaran
lalu lintas dan angkutan jalan.

Harus Dilakukan Kontrol Sosial

Melihat situasi ini, seharusnya kita terdorong melakukan pengendalian sosial atau kontrolisasi
sosial, untuk mencegah penyimpangan serta mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan
bersikap sesuai norma serta nilai yang berlaku.

"Dengan adanya pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota
masyarakat yang berperilaku menyimpang. Situasi ini sebenarnya cukup membahayakan karena
dapat berakibat pada kecelakaan lalu lintas. Kemudian dari aspek hukum, anak dibawah umur
sebenarnya belum diizinkan untuk mengendarai sepeda motor," tutur Budi.

Dengan maraknya anak di bawah umur, mengendarai sepeda motor dan belum memiliki SIM
merupakan pelanggaran hukum dan dari aspek keselamatan cukup rentan terhadap risiko
kecelakaan lalu lintas.
Data yang diperoleh dari Polda metro Jaya kecelakaan yang terjadi mencapai 5.400 kejadian
sepanjang 2018. Dari data tersebut, 239 kejadian melibatkan anak di bawah umur.

Solusi :

1 menanamkan budaya tertib berlalu lintas di kalangan usia dini. Program ini sudah banyak
berjalan seperti polisi cilik yang ada di mana-mana di seluruh kabupaten kota

2. usaha untuk mendekatkan diri ke anak-anak, khususnya dalam dunia pendidikan. Program ini
diselengarakan dengan tajuk "Polisi Go To School".

3,Memberi tahu kan kepada para orang tua bahaya nya berkendara di bawah umur dan sanksi
sanksi tegas apabila tidak memiliki kelengkapan atau melanggar peraturan serta
menginformasikan tingginya tingkat kecelakaan pada anak usia dibawah umur.

3.Buruknya Pemenuhan Hak Beragama

PEMENUHAN atas hak dan kebebasan beragama masih terbilang buruk sepanjang era
reformasi. Dalam kurun waktu 2008 hingga 2016 misalnya, Komnas HAM menyoroti sembilan
kasus terkait kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB).

Komnas HAM mengindikasikan kasus pelanggaran KBB berlangsung bertahun-tahun dan


cenderung mengalami pembiaran oleh negara.

 Kekerasan terhadap Ahmadiyah

Pelanggaran atas hak beragama dan berkeyakinan paling parah dialami jemaah Ahmadiyah.
Komnas HAM mencatat setidaknya telah terjadi pelanggaran hak asasi jemaah Ahmadiyah di 12
daerah.

Sebagian besar pelanggaran tersebut dilegitimasi oleh peraturan daerah, seperti Peraturan
Gubernur Nomor 12 Tahun 2011 tentang Larangan Kegiatan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)
di Jawa Barat dan Peraturan Wali Kota Banjar Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penanganan JAI di
Kota Banjar.

Jemaah Ahmadiyah Indonesia menyatakan, dalam kurun 2016-2017 terdapat 11 kasus penutupan
masjid Ahmadiyah. Sebagian besar penutupan masjid justru diinisiasi oleh pemda.

Selain penutupan rumah ibadah, pelanggaran atas hak sipil juga dialami oleh 116 jemaah
Ahmadiyah yang berada di Permukiman Wisma Transito di Kelurahan Majeluk, Kota Mataram,
Nusa Tenggara Barat (NTB).Kasus terakhir adalah perusakan terhadap rumah dan properti milik
jemaah Ahmadiyah di Lombok Timur pada Mei 2018.
 Kasus Mushala Asy-Syafiiyah di Denpasar

Pelanggaran hak atas kebebasan beragama dan beribadah juga dialami oleh umat Muslim di
Denpasar, Bali, pada Mei 2008. Sebagian kelompok masyarakat melarang pembangunan
mushala Asy-Syafiiyah di Kota Denpasar.

Ketua pengurus mushala, Haji Eko mengatakan, respons sulit didapat dari pemerintah daerah
terkait pengusiran dan penyegelan mushala Asy-Syafiiyah.

 Pengusiran ribuan anggota kelompok Gafatar

Pada awal Januari 2016 ribuan warga anggota kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)
diusir dari Mempawah, Kalimantan Barat. Mereka mengalami kekerasan dan diskriminasi saat
pengusiran.

Perlakuan diskriminatif juga terjadi saat mereka kembali ke daerah asal. Setelah dikembalikan ke
daerah asalnya masing-masing, para warga eks Gafatar mengalami perlakuan tidak adil dari
pemerintah.

Beberapa warga mengaku mengalami pengusiran, pencabutan KTP, dan pencantuman data
pernah terlibat dalam kegiatan kriminal dalam Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).

Peristiwa kekerasan dan perlakuan diskriminatif yang menimpa anggota kelompok Gafatar tak
lepas dari hasil keputusan bersama Kejaksaan Agung dengan Kementerian Agama dan
Kementerian Dalam Negeri.

Hasil keputusan bersama tersebut menyatakan bahwa Gafatar merupakan kelompok yang
memiliki ajaran agama yang menyimpang dari ajaran pokoknya.

 Kasus pembangunan gereja di Aceh Singkil

Pada 22 April 2016, Forum Cinta Damai Aceh Singkil (Forcidas) menyampaikan pengaduan
terkait adanya diskriminasi dalam mendirikan gereja.

Ketua Forcidas Boas Tumangger mengatakan bahwa pemerintah kabupaten tidak bisa
mengakomodasi hak-hak yang seharusnya diterima oleh kelompok umat Nasrani, terkait
pemberian izin pembangunan rumah ibadah.

Boas menuturkan, sebelum maupun sesudah peristiwa pembakaran gereja HKI pada 13 Oktober
2015, izin pembangunan gereja dipersulit. Padahal, seluruh persyaratan yang tercantum dalam
Peraturan Gubernur Tahun 2007 tentang Izin Pendirian Rumah Ibadah telah dipenuhi.

Sejumlah rohaniawan dan perwakilan umat beragama menggelar aksi damai di depan Gedung
MPR/DPR/DPD RI di Senayan, Jakarta, Senin (8/4/2013). Mereka menyampaikan tuntutan
kepada Pimpinan MPR untuk meminta jaminan kebebasan dan toleransi dalam beribadah
terhadap sesama umat beragama.

Sejumlah rohaniawan dan perwakilan umat beragama menggelar aksi damai di depan Gedung
MPR/DPR/DPD RI di Senayan, Jakarta, Senin (8/4/2013). Mereka menyampaikan tuntutan
kepada Pimpinan MPR untuk meminta jaminan kebebasan dan toleransi dalam beribadah
terhadap sesama umat beragama.

Selain soal perizinan tempat ibadah, Boas juga mengadu mengenai pendidikan di Aceh Singkil
yang belum bebas dari praktik diskriminasi.

Menurut dia, sudah berpuluh-puluh tahun semua Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Aceh
Singkil tidak memiliki guru agama Nasrani. Padahal, pelajaran agama menjadi satu syarat bagi
kelulusan siswa.

 Kasus HKBP Filadelfia di Bekasi

Selama hampir 16 tahun umat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Filadelfia Bekasi
belum bisa beribadah dengan tenang. Padahal, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) gereja sudah
mereka kantongi.

Perwakilan majelis gereja, Pasauran Siahaan, menilai, pemerintah daerah tidak memiliki niat
baik untuk menyelesaikan polemik yang dialami jemaat Filadelfia.

Pasalnya, pemda terkesan melakukan pembiaran terhadap sekelompok masyarakat dari luar
wilayah Bekasi yang menolak pembangunan gereja.

Ratusan jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin dan HKBP Filadelfia melaksanakan
ibadah Paskah di seberang Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Minggu (9/7/2017). Ibadah di depan
Istana ini dilakukan karena gereja mereka yang berada di wilayah Bogor dan Bekasi masih
disegel oleh pemerintah daerah setempat.

Solusi :

1. Jangan menghakimi dan berpikiran negatif tentang suku, agama, ras, dan golongan yang
berbeda.
2. Jangan memanggil orang dengan julukan SARA
3. Mencoba bergaul dan bersahabat diluar dari kepercayaan kita
4. Menghormati orang lain melakukan apa yang dipercayai sesuai dengan ajaran agama
masing masing.
5. Memberikan kebebasan untuk beribadah
6. Jangan mudah terpancing akan berita yang sensitive
7. Mencari tau orang atau kelompok kelompok yang mencoba menjadi provokasi dalam
lingkungan masing masing.

Anda mungkin juga menyukai