I. INFORMASI UMUM :
A. Identitas Modul
Nama Penyusun : Elinda Dewi Efriliani, S.Pd.
Nama Sekolah : SMK N 2 Pekalongan
Tahun Penyusunan : 2023
Jenjang Sekolah : Sekolah Menengah Kejuruan
Alokasi Waktu : 1620 menit (6 pertemuan @6x45’)
Elemen : Menjelaskan fenomena secara ilmiah
Capaian Pembelajaran : Peserta didik menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitarnya dilihat dari berbagai aspek
B. Kompetensi Awal
Peserta didik telah memiliki pengetahuan awal tentang memahami pengertian jati diri
C. Profil Pelajar Pancasila
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Profil Pelajar Pancasila yang diharapkan muncul pada
peserta didik adalah :
Peserta didik akan mengembangkan kemampuan bernalar kritis dan mandiri dalam
menyelesaikan masalah
D. Sarana & Prasarana
Sarana & Prasarana yang dibutuhkan pada saat belajar dengan modul ini antara lain :
- Laptop / HP
- Internet
- LKPD
- Alat tulis
E. Target Peserta Didik
- Peserta didik reguler/tipikal :75%
- Peserta didik dengan kesulitan belajar : 15%
- Peserta didik dengan pencapaian tinggi :10%
F. Model Pembelajaran yang Digunakan
Discovery Learning secara tatap muka
Pertemuan 2
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Orientasi 15 menit
1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan peserta didik
menjawab salam dari guru
2. Salah satu peserta didik memimpin kegiatan berdoa sebelum
pembelajaran dimulai (P5 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME)
3. Guru mengecek kehadiran peserta
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Apersepsi
4. Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan awal
peserta didik tentang peran diri di lingkungan sekitar melalui refleksi
diri
Motivasi
5. Guru memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari materi
yang akan dipelajari
Pemberian Acuan
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
akan berlangsung
Kegiatan Inti Fase 1 : Reflection 210 menit
M = (Mulai Diri)
▪ Menggunakan pertanyaan pemantik untuk dikerjakan yaitu :
Bagaimana mengidentifikasi peran diri di lingkungan sekitar?
E = (Eksplorasi Konsep)
▪ Peserta didik menggali konsep tentang mengidentifikasi peran diri di
lingkungan sekitar dengan mempelajari modul (P5 bernalar kritis)
Fase 2 : Research
R = (Ruang Kolaborasi)
▪ Guru membagi peserta didik membagi menjadi beberapa kelompok.
Masing-masing kelompok akan berdiskusi tentang permasalahan
dalam LKPD 2 (P5 Gotong royong)
R = (Refeleksi Terbimbing)
▪ Guru membimbing peserta didik untuk dapat memahami tentang
identifikasi peran diri di lingkungan sekitar melalui pertanyaan
▪ D = (Demonstrasi Konstektual)
▪ Peserta didik mengerjakan tugas mandiri untuk lebih memahami
identifikasi peran diri di lingkungan sekitar (P5 mandiri)
E = (Elaborasi Pemahaman)
▪ Guru membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan
▪ Peserta didik bisa bertanya jika ada kesulitan
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Penutup K = (Koneksi Antar Materi Peserta didik bersama) 45 menit
▪ Peserta didik dapat menanyakan hal-hal yang belum dipahami
melalui forum
▪ Peserta didik mengerjakan assesmen sumatif berupa kuis tentang
identifikasi peran diri di lingkungan sekitar
A = (Aksi Nyata)
▪ Guru memberikan tugas mencari contoh lain yang ada di sekitar
yang berkaitan dengan materi
▪ Guru memberikan motivasi
▪ Guru menutup dengan memberikan salam
Pertemuan 3
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Orientasi 15 menit
1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan peserta didik
menjawab salam dari guru
2. Salah satu peserta didik memimpin kegiatan berdoa sebelum
pembelajaran dimulai (P5 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME)
3. Guru mengecek kehadiran peserta
Apersepsi
4. Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan awal
peserta didik tentang menerapkan kedudukan dan peran diri sebagai
warga negara Indonesia dan bagian dari warga dunia melalui
simulasi
Motivasi
5. Guru memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari materi
yang akan dipelajari
Pemberian Acuan
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
akan berlangsung
Kegiatan Inti Fase 1 : Reflection 210 menit
M = (Mulai Diri)
▪ Menggunakan pertanyaan pemantik untuk dikerjakan yaitu :
Bagaimana cara menerapan kedudukan dan peran diri sebagai
warga negara Indonesia?
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Kegiatan Inti E = (Eksplorasi Konsep) 210 menit
▪ Peserta didik menggali materi tentang penerapan kedudukan dan
peran diri sebagai warga negara Indonesia dengan mempelajari
modul (P5 bernalar kritis)
Fase 2 : Research
R = (Ruang Kolaborasi)
▪ Guru membagi peserta didik membagi menjadi beberapa kelompok.
Masing-masing kelompok akan berdiskusi tentang permasalahan
dalam LKPD 3 (P5 gotong royong)
R = (Refeleksi Terbimbing)
▪ Guru membimbing peserta didik untuk dapat memahami konsep
penerapan kedudukan dan peran diri sebagai warga negara
Indonesia melalui pertanyaan
D = (Demonstrasi Konstektual)
▪ Peserta didik mengerjakan tugas mandiri untuk lebih memahami
materi
E = (Elaborasi Pemahaman)
▪ Guru membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan
▪ Peserta didik bisa bertanya jika ada kesulitan
Penutup K = (Koneksi Antar Materi Peserta didik bersama) 45 menit
▪ Peserta didik dapat menanyakan hal-hal yang belum dipahami
melalui forum
▪ Peserta didik mengerjakan assesmen sumatif berupa kuis tentang
upaya penerapan kedudukan dan peran diri sebagai warga negara
Indonesia
A = (Aksi Nyata)
▪ Guru memberikan tugas mencari contoh lain yang ada di sekitar
yang berkaitan dengan materi
▪ Guru memberikan motivasi
▪ Guru menutup dengan memberikan salam
Pertemuan 4
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Orientasi 15 menit
1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan peserta didik
menjawab salam dari guru
2. Salah satu peserta didik memimpin kegiatan berdoa sebelum
pembelajaran dimulai (P5 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME)
3. Guru mengecek kehadiran peserta didik
Apersepsi
4. Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan awal
peserta didik tentang interaksi individu dengan kelompok di
lingkungan institusi sosial
Motivasi
5. Guru memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari materi
yang akan dipelajari
Pemberian Acuan
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
akan berlangsung
Kegiatan Inti Fase 1 : Reflection 210 menit
M = (Mulai Diri)
▪ Menggunakan pertanyaan pemantik untuk dikerjakan yaitu :
Bagaimana interaksi individu dengan kelompok di lingkungan
institusi sosial?
E = (Eksplorasi Konsep)
▪ Peserta didik menggali konsep tentang interaksi individu dengan
kelompok di lingkungan institusi sosial dengan mempelajari modul
(P5 bernalar kritis)
Fase 2 : Research
R = (Ruang Kolaborasi)
▪ Guru membagi peserta didik membagi menjadi beberapa kelompok.
Masing-masing kelompok akan berdiskusi tentang permasalahan
dalam LKPD 4 (P5 gotong royong)
R = (Refeleksi Terbimbing)
▪ Guru membimbing peserta didik untuk dapat memahami konsep
interaksi individu dengan kelompok di lingkungan institusi sosial
melalui pertanyaan.
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
D = (Demonstrasi Konstektual)
▪ Peserta didik mengerjakan tugas mandiri untuk lebih memahami
materi
E = (Elaborasi Pemahaman)
▪ Guru membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan
▪ Peserta didik bisa bertanya jika ada kesulitan
Penutup K = (Koneksi Antar Materi Peserta didik bersama) 45 menit
▪ Peserta didik dapat menanyakan hal-hal yang belum dipahami
melalui forum
▪ Peserta didik mengerjakan assesmen sumatif berupa kuis tentang
interaksi individu dengan kelompok di lingkungan institusi sosial
A = (Aksi Nyata)
▪ Guru memberikan tugas mencari contoh lain yang ada di sekitar
yang berkaitan dengan materi
▪ Guru memberikan motivasi
▪ Guru menutup dengan memberikan salam
Pertemuan 5
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Orientasi 15 menit
1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan peserta didik
menjawab salam dari guru
2. Salah satu peserta didik memimpin kegiatan berdoa sebelum
pembelajaran dimulai (P5 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME)
3. Guru mengecek kehadiran peserta didik
Apersepsi
4. Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan awal
peserta didik mengenai dinamika /problematika sosial
Motivasi
5. Guru memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari materi
yang akan dipelajari
Pemberian Acuan
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
akan berlangsung
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Kegiatan Inti Fase 1 : Reflection 210 menit
M = (Mulai Diri)
▪ Menggunakan pertanyaan pemantik untuk dikerjakan yaitu :
Apakah kamu mengetahui dinamika /problematika sosial?
E = (Eksplorasi Konsep)
▪ Peserta didik menggali konsep tentang dinamika /problematika
sosial di lingkungan sekitar dengan mempelajari modul (P5 bernalar
kritis)
Fase 2 : Research
R = (Ruang Kolaborasi)
▪ Guru membagi peserta didik membagi menjadi beberapa kelompok.
Masing-masing kelompok akan berdiskusi tentang permasalahan
dalam LKPD 5 (P5 gotong royong)
R = (Refeleksi Terbimbing)
▪ Guru membimbing peserta didik untuk dapat memahami konsep
dinamika /problematika sosial di lingkungan sekitar melalui
pertanyaan
D = (Demonstrasi Konstektual)
▪ Peserta didik mengerjakan tugas mandiri untuk lebih memahami
materi
E = (Elaborasi Pemahaman)
▪ Guru membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan
Peserta didik bisa bertanya jika ada kesulitan
Penutup K = (Koneksi Antar Materi Peserta didik bersama) 45 menit
▪ Peserta didik dapat menanyakan hal-hal yang belum dipahami
melalui forum
▪ Peserta didik mengerjakan assesmen sumatif berupa kuis tentang
dinamika/problematika sosial dengan kelompok
A = (Aksi Nyata)
▪ Guru memberikan tugas mencari contoh lain yang ada di sekitar
yang berkaitan dengan materi
▪ Guru memberikan motivasi
▪ Guru menutup dengan memberikan salam
Pertemuan 6
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Orientasi 15 menit
1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan peserta didik
menjawab salam dari guru
2. Salah satu peserta didik memimpin kegiatan berdoa sebelum
pembelajaran dimulai (P5 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME)
3. Guru mengecek kehadiran peserta didik
Apersepsi
4. Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan awal
peserta didik tentang faktor penyebab dan solusi untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan
Motivasi
5. Guru memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari materi
yang akan dipelajari
Pemberian Acuan
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
akan berlangsung
Kegiatan Inti Fase 1 : Reflection 210 menit
M = (Mulai Diri)
▪ Menggunakan pertanyaan pemantik untuk dikerjakan yaitu :
Bagaimana mengidentifikasi faktor penyebab dan solusi untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan?
E = (Eksplorasi Konsep)
▪ Peserta didik menggali konsep tentang menganalisis faktor
penyebab dan solusi untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan dengan mempelajari modul (P5 bernalar kritis)
Fase 2 : Research
R = (Ruang Kolaborasi)
▪ Guru membagi peserta didik membagi menjadi beberapa kelompok.
Masing-masing kelompok akan berdiskusi tentang permasalahan
dalam LKPD 6 (P5 gotong royong)
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
R = (Refeleksi Terbimbing)
▪ Guru membimbing peserta didik untuk dapat memahami konsep
menganalisis faktor penyebab dan solusi untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan melalui pertanyaan
D = (Demonstrasi Konstektual)
▪ Peserta didik mengerjakan tugas mandiri untuk lebih memahami
materi
E = (Elaborasi Pemahaman)
▪ Guru membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan
▪ Peserta didik bisa bertanya jika ada kesulitan
Penutup K = (Koneksi Antar Materi Peserta didik bersama) 45 menit
▪ Peserta didik dapat menanyakan hal-hal yang belum dipahami
melalui forum
▪ Peserta didik mengerjakan assesmen sumatif berupa kuis tentang
faktor penyebab dan solusi untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan
A = (Aksi Nyata)
▪ Guru memberikan tugas mencari contoh lain yang ada di sekitar
yang berkaitan dengan materi
▪ Guru memberikan motivasi
▪ Guru menutup dengan memberikan salam
F. Asesmen
Tugas proyek dan soal pilihan ganda (terlampir)
G. Pengayaan & Remedial
Terlampir
H. Refleksi Peserta Didik dan Guru
1. Apa yang kamu peroleh dari pembelajaran?
2. Apa kesulitan yang peserta didik hadapi dalam mengerjakan tugas?
3. Apakah kesulitan peserta didik dapat diatasi?
4. Hal apa saja yang peserta didik lakukan untuk memudahkan belajar interaksi, komunikasi,
sosialisasi, institusi sosial, dan dinamika sosial?
5. Apa strategi yang harus dipilih supaya peserta didik dapat menuntaskan kompetensi?
ASSESMENT
a. Penilaian pengetahuan : Tes Tulis pilihan ganda
b. Penilaian Performa : Membuat laporan diskusi dan presentasi
c. Penilaian Sikap : Observasi
PENGAYAAN DAN REMIDIAL
Ketuntasan proses pembelajaran dapat ditunjukkan dengan pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan
berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Siswa yang belum mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal
yang telah ditetapkan maka dapat dikatakan siswa tersebut belum mencapai ketuntasan. Pokok bahasan atau
materi yang belum mencapai batas KKM harus dianalisis serta dilaksanakan program pendalaman materi dan
selanjutnya diadakan program remedial atau perbaikan. Pada prinsipnya program remedial atau perbaikan
dilaksanakan untuk menuntaskan tujuan pembelajaran yang belum dicapai siswa.
METODE
1. Menjelaskan kembali materi atau soal-soal yang dijawab salah
2. Mengerjakan soal-soal latihan
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Mengumpulkan siswa yang remidi, untuk memperoleh tambahan pelajaran/pengayaan
2. Mengerjakan kembali materi yang belum dimengerti atau dijawab oleh siswa
3. Mempersiapkan soal-soal untuk siswa
4. Siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan
5. Guru memeriksa hasil pekerjaan
6. Siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 melaksanakan tutor sebaya
7. Siswa yang memperoleh nilai < 60 dinyatakan belum kompeten dan diberi tugas atau soal-soal lebih lanjut
REFLEKSI PESERTA DIRI DAN GURU
1. Apa yang kamu peroleh dari pembelajaran?
2. Apa kesulitan yang kamu hadapi dalam mengerjakan LKPD?
3. Hal apa saja yang kamu lakukan untuk memudahkan belajar Interaksi, Komunikasi, Sosialisasi, dan
Dinamika Sosial?
4. Apa harapanmu?
Mengetahui
Kepala SMK Negeri 2 Pekalongan Guru Mata Pelajaran,
A. IDENTITAS DIRI
1. Pengertian Identitas Diri
Identitas diri adalah proses menjadi seorang individu yang unik dengan peran yang
penting dalam hidup (Papalia, 2008), suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan
pribadi, serta keyakinan yang relatif stabil sepanjang rentang kehidupan (Desmita, 2008), dan
merupakan pengorganisasian dorongan-dorongan (drives), kemampuan-kemampuan (abilities),
keyakinan-keyakinan (beliefs), dan pengalaman kedalam citra diri (image of self) yang
konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan, baik menyangkut
pekerjaan, orientasi seksual, dan filsafah hidup ( Woolfolk, dalam Yusuf, 2011). Bila seseorang
telah memperoleh identitas, maka ia akan menyadari ciri-ciri khas kepribadiaanya, seperti
kesukuan atau ketidaksukuannya, aspirasi, tujuan masa depan yang diantisipasi, perasaan
bahwa ia dapat dan harus mengatur orientasi hidupnya (Desmita, 2008).
Menurut Erikson, identitas diri berarti perasaan dapat berfungsi sebagai seseorang yang
berdiri sendiri tetapi yang berhubungan erat dengan orang lain. Ini berarti menjadi seorang dari
kelompok tetapi sekaligus memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan kelompok yang merupakan
kekhususan dari individu itu. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan
siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat. Apakah ia seorang anak atau seorang dewasa?
Apakah nantinya ia dapat menjadi seorang ayah? Apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar
belakang ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya? Secara
keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal? (Hurlock, 1980). Pertanyaan-pertanyaan
ini tidak begitu penting pada masa anak-anak, namun menjadi kian umum dan intens pada
masa remaja. Tidak jarang ramaja menjadi ragu terhadap eksistensi dirinya sendiri, sehingga
pencapaian identitas diri merupakan salah satu tugas yang penting dan mendasar dalam
kehidupan remaja (Purwandi, 2004)
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Identitas
Soetijiningsih (2004) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan identitas seseorang, yaitu :
a. Keluarga
Orang tua adalah sosok yang penting dalam perkembangan identitas remaja
(Santrock, 2003). Salah satu faktor yang berkaitan dengan perkembangan identitas remaja
adalah iklim keluarga. Iklim keluarga yang sehat, yaitu interaksi sosioemosional diantara
anggota keluarga (ibu-ayah, orang tua-anak, dan anak- anak) sikap dan perlakuan orang
tua terhadap anak berjalan dengan harmonis dan penuh kasih sayang, remaja akan
mampu mengembangkan identitasnya secara realistik dan stabil (stabil). Sebaliknya,
dengan iklim keluarga yang kurang sehat, ramaja akan mengalami kegagalan dalam
mencapai identitasnya secara matang, mereka akan mengalami kebingungan, konflik atau
frustasi (Yusuf, 2011).
b. Reference group
Reference group merupakan kelompok-kelompok yang terbentuk ketika memasuki
masa remaja. Pada umumnya remaja menjadi anggota kelompok usia sebaya (peer group)
(Seotijiningsih. 2004). Misalnya kelompok agama atau kelompok yang berdasarkan
kesamaan minat tertentu. Teman sebaya merupakan kelompok acuan bagi seorang anak
untuk mengidentifikasi dirinya dan untuk mengikuti standar kelompok. Sejak seorang
remaja menjadi bagian dari kelompok teman sebaya tersebut, identitas dirinya sudah mulai
terbentuk, karena teman sebaya membantu remaja untuk memahami identitas diri
(jati/diri) sebagai suatu hal yang sangat penting (Yusuf, 2011)
c. Significant other
Yaitu merupakan seorang yang sangat berarti, seperti sahabat, guru, kakak, bintang
olahraga atau bintang film atau siapapun yang dikagumi. Orang-orang tersebut menjadi
tokoh ideal (idola) karena mempunyai nilai-nilai ideal bagi remaja dan mempunyai
pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan identitas diri, karena pada saat ini remaja
giat-giatnya mencari model. Tokoh ideal tersebut dijadikan model atau contoh dalam
proses identifikasi. Remaja cenderung akan menganut dan menginternalisasikan nilai-nilai
yang ada pada idolanya tersebut ke dalam dirinya. Sehingga remaja sering berperilaku
seperti tokoh idealnya dengan meniru sikap maupun perilakunya dan bahkan merasa
seolah-olah menjadi seperti mereka (Seotjiningsih, 2004).
3. Perkembangan Status Identitas
Menurut Marcia (Desmita, 2008) pembentukan identitas diri memerlukan adanya dua
elemen penting, yaitu eksplorasi (krisis) dan komitmen. Eksplorasi menunjuk pada suatu masa
di mana seseorang berusaha menjelajahi berbagai alternatif pilihan yang ada, serta
menetapkan dan memberikan perhatian terhadap alternatif tersebut. Sedangkan komitmen
merujuk pada usaha membuat keputusan mengenai pekerjaan atau ideologi, serta menentukan
berbagai strategi untuk merealisasikan keputusan tersebut. Seseorang dikatakan memiliki
komitmen bila elemen identitasnya berfungsi mengarahkan tindakannya, dan selanjutnya tidak
membuat perubahan yang berarti terhadap elemen identitas tersebut.
Halim (2010) menyatakan untuk dapat merasakan peranan masa depan dalam
masyarakat, remaja harus mengetahui kedudukan identitasnya ( identity status), karena
kedudukan identitas adalah bagian penting dalam pembentukan identitas diri. Bagaimana
individu pada masa remaja melalui proses pembentukan identitas, peneliti aliran Erikson, James
Marcia (Desmita, 2008) mengemukakan bahwa terdapat empat status identitas, tergantung dari
cara menyelesaikan krisis identitas.
Keempat status identitas tersebut diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya eksplorasi
dan komitmen. Adapun empat status identitas dapat dilihat pada tabel berikut :
Status Identitas
Diffusion Foreclocure Moratorium Achivement
Eksplorasi (Krisis) Tidak ada Tidak ada Ada Ada
Komitmen Tidak ada Ada Tidak ada Ada
Periode dari masa remaja
Awal Pertengahan Pertengahan Akhir
dimana status sering terjadi
(Sumber: Desmita, 2008: 217)
a. Identity Diffusion/Confusion
Merupakan istilah yang digunakan Marcia (Santrock, 2003). bagi remaja yang belum
pernah mengalami krisis (belum pernah mengksplorasi alternatif- alternatif yang berarti)
atau membuat suatu komitmen Menurut Santrock (2003) identitas disffusion/confussion
merupakan suatu kemunduran dalam perspektif waktu, inisiatif, dan kemampuan untuk
mengkoordinasikan perilaku dimasa kini dengan tujuan dimasa depan. Remaja dengan
status ini yaitu remaja yang mengalami kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa
dalam hidupnya (Yusuf, 2011). Selain itu, mereka juga menunjukkan karakteristik seperti,
konsep diri yang kurang kuat, menunjukkan tingkat kecemasan dan kategangan internal
yang tinggi, dan tidak dapat memperkirakan ciri atau sifat kepribadian yang dimilikinya
(Santrock, 2007).
b. Identity Foreclocure
Merupakan istilah yang digunakan Marcia (Santrock, 2003) bagi remaja yang telah
membuat suatu komitmen, tetapi belum pernah mengalami krisis atau mengekspolorasi
alternatif-alternatif yang berarti. Remaja dengan status ini menerima pilihan orangtua
tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu (Yusuf, 2011).
c. Identity Moratorium
Merupakan istilah yang digunakan Marcia (Santrock, 2003) bagi remaja yang berada
dalam krisis (sedang mengeksplorasi alternatif-alternatif), namun tidak memiliki komitmen
sama sekali atau memiliki komitmen yang tidak terlalu jelas. Remaja dengan identitas
moratorium sering dianggap berada dalam krisis.
d. Identity Achiement
Merupakan istilah yang digunakan Marcia (Santrock, 2003) bagi remaja yang telah
melewati atau mengalami krisis (telah mengeksplorasi alternatif- alternatif yang berarti)
dan telah membuat suatu komitmen. Remaja dengan status ini memiliki perasaan stabil
karena telah melakukan eksplorasi dan menemukan identitas dirinya (Seotijiningsih, 2004).
B. DUKUNGAN SOSIAL
1. Pengertian Dukungan Sosial
Dalam mengatasi setiap permasalahan dibutuhkan adanya dukungan sosial. Ada
beberapa defenisi dukungan sosial (social support) dari beberapa tokoh. Menurut Dimatteo
(dalam Lestari, 2013) dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang
lain seperti teman, keluarga, tetangga, rekan kerja dan orang lain. Dukungan sosial merupakan
cara untuk menunjukkan kasih sayang, keperdulian dan penghargaan kepada orang lain.
Individu yang menerima dukungan sosial akan merasa dirinya dicintai, dihargai, berharga dan
menjadi bagian dari lingkungan sosialnya (Sarafino, 2006).
Sarafino menambahkan bahwa dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian,
penghargaan atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu
Selanjutnya Sarafino mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan cara untuk menunjukkan
kasih sayang, keperdulian dan penghargaan untuk orang lain. Individu yang menerima
dukungan sosial akan merasa dirinya dicintai, dihargai, berharga dan merupakan bagian dari
lingkungan sosialnya.
Dukungan sosial dapat juga diperoleh dari hasil interaksi individu dengan orang lain
dalam lingkungan sosialnya, dan bisa berasal dari siapa saja, keluarga, pasangan (suami/istri),
teman maupun teman kerja. Kenyamanan psikis maupun emosional yang diterima individu dari
dukungan sosial akan dapat melindungi individu dari konsekuensi stres yang menimpanya
(Lestari, 2013).
Menurut Cutrona (2009) Dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai perilaku yang
membantu orang-orang yang sedang menjalani situasi kehidupan yang penuh stres untuk
mengatasi secara efektif dengan masalah yang mereka hadapi.
2. Sumber-sumber dukungan sosial
Menurut Cutrona (2000) bahwa sumber-sumber dari dukungan sosial ada lima yaitu :
a. Sumber informasi yaitu keluarga, teman dan tetangga.
b. Sumber formal yaitu tenaga profesioal dan lembaga
c. Sumber semiformal yaitu dukungan dari kelompok-kelompok yang ada di lingkungan
seseorang
d. Jaringan informal seperti orang tua-orang tua yang mempunyai anak
e. Sumber lain yang berminat pada dukungan sosial
Dukungan sosial yang kita terima dapat bersumber dari berbagai pihak. Kahn &
Antonouci (dalam Ormrod, 2007) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi 3 bagian
yaitu :
a. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang
hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya. Misalnya keluarga dekat,
pasangan (suami/istri) atau temah dekat.
b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam
hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Sumber dukungan
ini meliputi teman kerja, sanak keluarga dan teman sepergaulan.
c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi
dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Meliputi dokter, tenaga ahli,
atau tenaga profesional dan keluarga jauh.
Berdasarkan informasi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial dapat
diperoleh melalui orang-orang yang berada di luar diri individu yang sangat berperan dan
membantu dalam memberikan semangat sehingga kesulitan dan permasalahan yang dihadapi
dapat diatasi. Sumber dukungan sosial menurut Muslihah (2011) ada dua macam, yaitu :
a. Sumber dukungan yang berasal dari tenaga profesional atau orang-orang yang ahli
dibidangnya seperti konselor, psikiater, psikolog, dokter, pengacara.
b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari non profesional yaitu orang-orang terdekat
seperti teman dan keluarga.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa sumber dukungan sosial
ada dua yaitu sumber dukungan yang berasal dari tenaga profesional (orang-orang yang ahli
dibidangnya) dan tenaga non profesioanl (orang-orang yang dekat dengan diri individu
tersebut).
3. Aspek Pendukung Sosial
Menurut Sarafino (2006), ada empat aspek-aspek dukungan sosial yaitu :
a. Dukungan Emosional (Emotional Support)
Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, keperdulian dan perhatian
terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan emosional merupakan ekspresi dari afeksi,
kepercayaan, perhatian, dan perasaan yang didengarkan. Kesediaan untuk mendengarkan
keluhan seseorang akan memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi,
mengurangi kecemasan, membuat individu merasa nyaman, tenteram, diperhatikan, serta
dicintai saat menghadapi berbagai tekanan dalam hidup mereka.
b. Dukungan Penghargaan (Esteem Support)
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan penghargaan yang positif untuk
individu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan
perbandingan positif individu dengan individu lain seperti misalnya perbandingan dengan
orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya. Hal seperti ini dapat
menambah penghargaan diri. Individu melalui interaksi dengan orang lain, akan dapat
mengevaluasi dan mempertegas keyakinannya dengan membandingkan pendapat, sikap,
keyakinan, dan peirlaku orang lain. Jenis dukungan ini membantu individu merasa dirinya
berharga, mampu dan dihargai.
c. Dukungan Instrumental (Instrumental Support)
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung yang dapat berupa jasa, waktu,
atau uang. Misalnya memberikan bantuan berupa peminjaman uang ketika seorang ibu
membutuhkan uang tersebut untuk membayar uang kuliah anaknya, sehingga individu
tersebut dapat melaksanakan aktivitasnya.
d. Dukungan informasi (Informational Support)
Dukungan informasi mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran,
informasi atau umpan balik. Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah dengan
cara memperluas wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi.
Informasi tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah
secara praktis. Dukungan informatif ini juga membantu individu mengambil keputusan
karena mencakup mekanisme penyediaan informasi, pemberian nasehat, dan petunjuk.
Aspek-aspek dukungan sosial keluarga menurut Friedman (1998) terdiri dari :
a. Dukungan Pengharapan
Pada dukungan pengharapan keluarga dukungan yang dapat mempengaruhi persepsi
individu tentang ancaman. Dukungan ini membantu individu dalam melawan stress dengan
mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil. Individu diarahkan pada
orang yang pernah mengalami situasi yang sama untuk mendapatkan nasehat dan
bantuan. Kelompok pendukung membantu individu dengan mengurangi ancaman dengan
mengikutsertakan individu dalam membandingkan arti mereka sendiri dengan orang lain
yang mengalami hal-hal yang lebih buruk. Dari dukungan pengharapan, keluarga bertindak
sebagai pembimbing yang dapat mengarahkan individu seperti memberikan umpan balik
(Friedman, 1998). Dukungan ini membuat individu mampu membangun tenaga bagi
dirinya lebih berkompeten dan bernilai.
b. Dukungan Nyata
Jenis dukungan ini meliputi dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial
dan materi yang dapat membantu memecahkan masalah. Contoh menyediakan
perlengkapan sekolah seperti buku pelajaran, alat tulis, pakaian sekolah bagi anggota
keluarga. Tindakan ini mempunyai arti bahwa pada saat terbuka, anggota keluarga tidak
perlu memikirkan untuk membeli sendiri perlengkapan sekolah itu karena sudah disediakan
oleh orang tua, jadi mareka tidak perlu memikirkan diri mereka sendiri. Hal lain dapat kita
lihat pada saat mengunjungi anggota keluarga pada waktu kekuatan dan semangat
mereka turun, membantu meminjamkan uang dan merawat saat sakit, ini merupakan
dukungan yang nyata.
c. Dukungan Informasi
Dukungan dari keluarga dan teman dapat berupa tersedianya feedback. Contoh saat
keluarga mengalami masalah pada saat menjalani perawatan pengobatan yang lama maka
anggota keluarga memberikan dukungan bagaimana cara untuk menjalani proses
pengobatan yang lama untuk mendapatkan hasil yang baik. Dari dukungan informasi ini
keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi (Friedman, 1998).
C. MAKNA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
Setiap orang memiliki hak sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia
hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan
untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang- undang, aturan, dsb), kekuasaan yang
benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Karena setiap orang
memiliki hak, maka pahamilah ada kewajiban yang harus dilaksanakan juga. Sehingga, akan terjadi
keseimbangan antara hak dan kewajiban tersebut. Selain itu semua orang juga harus menyadari
wajibnya menghargai dan menghormati hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain.
Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda, tergantung pada jabatan dan
kedudukan dalam masyarakat. Kedudukan sebagai warga negara menuntun kita untuk
melaksanakan haknya sebagai warga negara. Warga negara diartikan dengan orang-orang yang
menjadi bagian dari sebuah negara. Bahkan warga negara adalah salah satu unsur terbentuknya
negara. Dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 26 menyatakan bahwa warga negara adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga
negara. Kewarganegaraan Republik Indonesia juga mengatur lebih dalam mengenai hak warga
negara dalam UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Menurut Jimly Asshiddiqie, hak-hak tertentu yang dapat dikategorikan sebagai hak
konstitusional warga negara adalah sebagai berikut :
1. Hak asasi manusia tertentu yang hanya berlaku sebagai hak konstitusional bagi warga Negara
Indonesia saja dan bukan bagi setiap orang yang berada di Indonesia. Misalnya mendapatkan
pendidikan dan membela negara.
2. Hak asasi manusia tertentu meskipun berlaku bagi setiap orang, tetapi dalam kasus-kasus
tertentu, kasus bagi warga negara Indonesia, berlaku keutamaan- keutamaan tertentu.
Misalnya bagi warga negara berhak mendirikan partai politik.
3. Hak warga negara untuk menduduki jabatan-jabatan yang diisi melalui prosedur pemilihan baik
secara langsung maupun tidak langsung oleh rakyat. Misalnya menjadi presiden, wakil
presiden, anggota DPR, kepala daerah dan lain-lain.
4. Hak warga negara untuk diangkat dalam jabatan-jabatan tertentu. Misalnya jabatan menjadi
TNI, polisi, ASN (Aparatur Sipil Negara).
5. Hak untuk melakukan upaya hukum guna melawan atau menggugat keputusan- keputusan
warga yang dinilai merugikan hak konstitusional warga negara yang bersangkutan. Contohnya
setelah adanya keputusan kemudian mengajukan banding dipengadilan, pengajuan kasasi ke
Mahkamah Agung dan lain sebagainya.
Dalam UUD NRI Tahun 1945 tentang hak warga negara diatur dalam Pasal 27 – Pasal 34.
Berikut ini beberapa isi pasal yang menjadi hak warga negara :
1. Pasal 27 Ayat (2) berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.”
2. Pasal 27 Ayat (3) berbunyi “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.”
3. Pasal 28 berbunyi Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.”
4. Pasal 29 Ayat (2) berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.”
5. Pasal 30 Ayat (1) berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”
6. Pasal 31 berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.”
7. Pasal 33 Ayat (1) berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.”
8. Pasal 33 Ayat (2) berbunyi “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.”
9. Pasal 33 Ayat (3) berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
10. Pasal 33 Ayat (4) berbunyi “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional.”
11. Pasal 34 Ayat (1) berbunyi “ Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.”
Banyak sekali kan pasal yang membahas tentang hak di negara kita. Inilah yang
menggambarkan bagaimana negara bertanggung jawab dalam melindungi warga negaranya dan
itulah pentingnya bagaimana status kewarganegaraan seseorang sehingga ia memperoleh hak dan
kewajibannya. Selain dalam UUD NRI Tahun 1945, hak juga dibahas diperaturan-peraturan lainnya
yaitu UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Setelah mengetahui tentang hak sebagai warga negara maka akan ada kewajiban-
kewajiban yang harus dilaksanakan dengan tanggung jawab. Menurut KBBI, kewajiban adalah
sesuatu yang diwajibkan, yang harus dilaksanakan; pekerjaan, tugas menurut hukum; segala
sesuatu yang menjadi tugas manusia. Jadi, hak dan kewajiban warga negara berarti kekuasaan yang
benar atas sesuatu dan harus dilakukan oleh penduduk sebuah negara.
Adapun pasal-pasal di UUD NRI Tahun 1945 yang berisi tentang kewajiban warga negara
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Pasal 27 ayat (1) berbunyi “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum pemerintahan setiap warga negara
berkewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
2. Pasal 27 ayat (3) berbunyi “Setiap warga negara berkewajiban untuk ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.”
3. Pasal 28J ayat (1) berbunyi “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Pasal 28J ayat (2) berbunyi “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib
tunduk pada kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan peritimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokrastis.”
5. Berdasarkan pasal 30 ayat (1) berbunyi “Setiap warga negara berkewajiban untuk ikut serta
dalam usaha pertahanan serta keamanan negara.
Dari gambar diatas dapat disimpulkan interaksi sosial berupa hubungan antara individu
dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok.
Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang perorangan, antara kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dan kelompok manusia. Dalam interaksi sosial,
hubungan yang terjadi harus dilakukan secara timbal balik oleh kedua belah pihak. Artinya kedua
belah pihak harus merespon. Jika yang satu bertanya maka dia menjawab, jika diminta bantuan dia
membantu, jika diajak bermain dia ikut main. Dengan demikian interaksi sosial adalah hubungan
yang terjadi antara manusia dengan manusia yang lain, baik secara individu maupun dengan
kelompok.
Proses interaksi sosial akan terjadi apabila di antara pihak yang berinteraksi melakukan kontak
sosial dan komunikasi. Kontak sosial dan komunikasi sosial merupakan syarat terjadinya interaksi
sosial. Tanpa adanya kedua syarat itu, interaksi sosial tidak akan terjadi. Melalui kontak dan
komunikasi seseorang akan memberikan tafsiran pada perilaku orang lain, atau perasaan-perasaan
yang ingin disampaikan kepada orang lain.
Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial didasarkan pada beberapa faktor, antara lain :
1. Faktor Imitasi
▪ Merupakan proses seseorang mencontoh orang lain atau kelompok.
▪ Contohnya, seorang anak perempuan bermain masak-masakan karena melihat ibunya pada
saat memasak di dapur.
2. Faktor Sugesti
▪ Merupakan pengaruh yang dapat menggerakan hati orang.
▪ Contohnya, seorang pasien yang akan berobat ke seorang dokter, pasien tersebut akan
cepat mengalami penyembuhan salah satunya disebabkan adanya rasa sugesti pada dokter
tersebut.
3. Faktor Identifikasi
▪ Merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan orang lain.
▪ Contohnya, seorang anak yang mengidolakan pemain bola, sehingga semua tingkah laku
idolanya akan dilakukan.
4. Faktor Simpati
▪ Merupakan kemampuan untuk merasakan diri seolah-olah dalam keadaan orang lain dan
ikut merasakan apa yang dilakukan, dialami, atau diderita orang lain.
▪ Contohnya, pada saat ada tetangga kita yang tertimpa musibah, maka kita ikut merasakan
kesedihannya dan berusaha membantunya.
Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri, secara terpisah maupun dalam
keadaan tergabung.
Proses interaksi sosial akan terjadi apabila di antara pihak yang berinteraksi melakukan kontak
sosial dan komunikasi. Kontak sosial ini dapat berarti hubungan masing-masing pihak tidak hanya
secara langsung bersentuhan secara fisik, tetapi bisa juga tanpa hubungan secara fisik. Misalnya,
kontak dapat dilakukan melalui surat-menyurat, telepon, sms, dan lain-lain. Dengan demikian
hubungan fisik bukan syarat utama terjadinya interaksi sosial. Komunikasi merupakan proses
penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara langsung maupun
melalui alat bantu agar orang lain memberi tanggapan atau memberi respons.
Kontak sosial dan komunikasi sosial merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Tanpa
adanya kedua syarat itu, interaksi sosial tidak akan terjadi. Melalui kontak dan komunikasi seseorang
akan memberikan tafsiran pada perilaku orang lain atau perasaan-perasaan yang ingin disampaikan
kepada orang lain.
Kontak dan komunikasi menjadi syarat yang penting bagi terwujudnya interaksi sosial,
misalnya kita ketemu dengan orang Inggris lalu berjabat tangan. Orang Inggris berbicara dengan
bahasa Inggris dan kita bicara dengan bahasa Indonesia. Untuk itu agar terjadi kontak dan
komunikasi yang baik, kita harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Itu sangat
penting bagi terjadinya interaksi sosial.
Tidak semua tindakan manusia merupakan interaksi sosial. Tindakan yang bagaimana yang
dapat dikatakan sebagai interaksi sosial? Suatu tindakan manusia dikatakan sebagai interaksi sosial
apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Jumlah pelakunya lebih dari seorang, biasanya dua atau lebih
2. Berlangsung secara timbal balik
3. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati
4. Adanya suatu tujuan tertentu
Berlangsungnya interaksi sosial di dalam masyarakat terdapat aturan yang mengatur perilaku
manusia dalam berinteraksi. Aturan apa sajakah yang menuntun perilaku manusia pada saat
mereka berinteraksi? Ada tiga jenis aturan, yaitu aturan mengenai ruang, mengenai waktu, dan
mengenai gerak dan sikap tubuh.
Aturan mengenai ruang, di mana terjadinya interaksi sosial tersebut. Misalnya, interaksi yang
terjadi di rumah antara orang tua dengan anak, anak dengan anak. Interaksi di sekolah antara
teman dengan teman, siswa dengan kepala sekolah, guru, dan karyawan. Interaksi di masyarakat
antara teman sebaya dan dengan orang yang lebih tua. Aturan mengenai waktu, aturan mengenai
kapan interaksi sosial itu terjadi. Misalnya, interaksi sosial dulu dan sekarang. Aturan mengenai
gerak dan sikap tubuh, dalam interaksi sosial orang lain membaca perilaku kita, selain kata-kata kita,
karena dalam interaksi tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan orang lain tetapi juga apa
yang dilakukannya. Dengan menggunakan gerak dan sikap tubuh seperti, memicingkan mata,
mengangkat bahu, menganggukkan kepala, mengacungkan ibu jari, mengangkat bahu, dan
sebagainya.
Dari gambaran yang sederhana ini jelas bahwa semua orang, tanpa kecuali, selalu
menghadapi masalah. Tetapi apakah suatu masalah yang dihadapi oleh seseorang itu merupakan
masalah sosial? Tentu saja tidak. Untuk itu, uraian berikut akan memberikan gambaran kepada Anda
mengenai perbedaan tersebut.
1. Masalah dan Kita
Masalah merupakan bagian dari kehidupan manusia karena sepanjang hidupnya manusia
akan terus-menerus dihadapkan pada hambatan hidup, yang harus terus-menerus
membutuhkan pemecahan. Hal ini terjadi karena di satu pihak kebutuhan manusia cenderung
tidak terbatas, dan pada pihak lain sumber daya untuk memenuhi kebutuhan itu sangat
terbatas, serta tidak selalu tersedia dengan sendirinya pada saat dibutuhkan.
Dari sinilah bersumber hambatan yang setiap saat dihadapi dan setiap saat pula harus
dipecahkan, jika seseorang ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya. Semakin
bertambah dewasa seseorang maka akan semakin bertambah besar pula kebutuhannya, yang
berarti semakin besar pula hambatan yang harus diatasi.
Hal serupa terjadi karena masyarakat juga selalu mengalami perkembangan. Semakin
maju suatu masyarakat maka semakin tinggi tingkat kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, dan
konsekuensinya semakin besar pula keperluan yang dibutuhkan untuk memenuhinya.
Namun, inilah yang membuat manusia itu unik dan berbeda dengan makhluk lainnya.
Manusia, tidak seperti makhluk lain yang hanya dilengkapi dengan naluri atau instinct yaitu
pola-pola naluriah yang dibawa sejak lahir untuk menanggapi dan menyelesaikan hambatan
yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bagi manusia justru sebaliknya pola-pola itu akan
berkembang dari pengalamannya dalam menanggapi dan menyelesaikan hambatan yang
dihadapi di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, manusia disebut makhluk belajar.
Demikian juga pola-pola belajar yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan prestasi
di sekolah, hal itu akan tumbuh dan berkembang dari pengalaman mengikuti pendidikan di
sekolah dan bimbingan yang diberikan oleh orang tuanya. Keberhasilan mengembangkan pola
hidup untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari itu berarti
merupakan kemajuan, dan sebaliknya kegagalan mengembangkan pola hidup seperti itu akan
merupakan akar dari banyak permasalahan dalam kehidupan.
Berkaitan dengan hal itu, dalam dunia modern, dikembangkan sistem persekolahan, di
mana setiap orang sejak dini dapat dilatih untuk belajar memecahkan berbagai jenis
permasalahan. Kemampuan dan kemahiran seseorang untuk memecahkan masalah terus dilatih
melalui berbagai kegiatan di sekolah, misalnya pelajaran matematika atau latihan memecahkan
soal-soal ujian. Latihan khusus seperti itu dibutuhkan karena pengalaman yang dapat diberikan
oleh keluarga dan masyarakat melalui pergaulan hidup sehari-hari terasa sudah tidak lagi
memadai dalam dunia modern sekarang ini.
Apa yang perlu dipelajari untuk mampu memecahkan permasalahan hidup itu? Paling
sedikit ada 2 hal yang pokok. Pertama, kemampuan memenuhi kebutuhan pribadi, maksudnya
mempunyai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan. Kedua, kemampuan menjalankan peran
sosial dalam masyarakat, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan norma-norma
masyarakat. Tanpa memiliki kedua hal itu, seseorang akan banyak mengalami masalah dalam
kehidupannya sendiri dan juga akan banyak menimbulkan masalah bagi orang lain.
2. Masalah Personal
Masalah yang diuraikan di atas bukanlah masalah sosial. Mills (1959) juga Sulivan dan
Thompson (1988), menyebutnya sebagai masalah personal (personal problems) dan ini berbeda
dengan masalah sosial (social problems). Masalah personal (personal problems) adalah suatu
kondisi yang menghambat seorang individu sehingga terganggu atau bahkan tidak dapat
menjalankan peranannya dengan baik. Misalnya, seorang anak yang kecanduan narkotik akan
terganggu bahkan tidak akan dapat menjalankan peran utamanya, yaitu belajar
mempersiapkan masa depannya.
Hambatan yang dialami anak itu dengan sendirinya akan mempengaruhi lingkungan
terdekatnya, seperti keluarga. Jika seorang anak dalam satu keluarga menjadi kecanduan
narkotik maka tidak hanya anak itu yang akan terganggu, tetapi seluruh keluarganya juga akan
terganggu sehingga keluarga itu tidak akan dapat menjalankan roda kehidupannya sesuai
dengan norma-norma yang mereka anut.
Keadaan seperti itu akan memaksa mereka melakukan penyimpangan-penyimpangan
dari norma yang mereka anut dan junjung tinggi dalam mencapai tujuan hidupnya. Mungkin
mereka dalam keadaan-keadaan tertentu terpaksa berbohong atau menipu, untuk memenuhi
kebutuhan anak yang kecanduan itu, suatu tindakan yang dalam keadaan biasa tidak akan
mereka lakukan. Ini merupakan ciri yang menonjol dari masalah, yaitu selalu membawa pada
keadaan yang memaksakan penyimpangan dari nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh orang yang
mengalaminya
3. Masalah Sosial
Pembedaan antara masalah personal dengan keresahan umum, menurut Mills (1959),
memperlihatkan dimensi yang menjadi ciri khas masalah sosial, dan yang membedakannya
dengan masalah personal. Paling tidak ada 3 dimensi yang dapat dilihat dari penjelasan itu,
yang memberi ciri sosial kepada suatu masalah sehingga memenuhi kriteria untuk disebut
sebagai masalah sosial. Tanpa 3 dimensi itu suatu masalah tidak dapat memenuhi kriteria
sosial. Pertama, keresahan itu mencerminkan bahwa masalah itu terkait dengan kesadaran
moral anggota-anggota masyarakat. Kedua, keresahan umum juga berarti bahwa dalam
masyarakat itu telah mulai terbentuk persamaan persepsi terhadap ancaman yang ditimbulkan
oleh adanya masalah. Ancaman terhadap kestabilan dan keadaan normal, serta terhadap nilai-
nilai moral masyarakat. Masalah sosial selalu terkait dengan kestabilan dan keadaan normal
masyarakat itu. Masalah sosial juga selalu terkait dengan nilai-nilai dan harapan-harapan luhur
bersama dari masyarakat. Dan ketiga adalah mulai berkembangnya kesadaran bahwa masalah
ini tidak dapat diatasi sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan dengan menggalang kerja sama di
antara anggota-anggota masyarakat yang mengalaminya. Ketiga dimensi itu terlihat dari definisi
masalah sosial yang dirumuskan oleh oleh Rubington dan Weinberg (1989), yang menyatakan
sebagai berikut.
Masalah sosial adalah suatu kondisi yang dinyatakan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut oleh sebagian warga, yang sepakat bahwa suatu kegiatan bersama diperlukan untuk
mengubah kondisi itu.
Definisi di atas memperlihatkan beberapa elemen menarik yang menunjukkan sifat dari
masalah sosial. Dengan memahami secara mendalam sifat-sifat itu akan terlihat secara jelas ciri
khas masalah sosial yang membedakannya dengan masalah-masalah lainnya, seperti masalah
psikologis, masalah politik, dan masalah ekonomi.
Dalam bukunya, Abdul Syani mengatakan bahwa masalah sosial memiliki dua penyebab, yaitu :
a. terjadinya disorganisasi di dalam masyarakat, seperti terjadi keresahan, dan pertentangan
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat
b. adanya ketidakmampuan dalam berhadapan dengan inovasi, seperti ketidakmampuan
dalam menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa masalah sosial merupakan masalah yang saling terkait
antara satu gejala dengan gejala yang lain. Dari titik inilah kehadiran sosiologi adalah mencari
keterkaitan antar gejala yang ada, dan terutama mencari sebab-sebab timbulnya masalah dan
bukannya menekankan pada pemecahan masalah yang ada, yang merupakan bagian dari
pekerja sosial.
Masalah sosial dapat dibedakan dengan masalah kesejahteraan sosial. Masalah
kesejahteraan sosial merupakan bagian dari masalah sosial. Sebagai ilustrasi, kemiskinan
merupakan masalah utama yang terbentang dalam domain masalah sosial dan masalah
kesejahteraan sosial. Namun, secara khusus masalah kemiskinan, kemudian menyentuh
dimensi kesejahteraan sosial, seperti fakir miskin, orang dengan kecacatan (ODK), anak dan
lansia telantar, dan rumah tidak layak huni. Populasi yang mengalami problema ini dikenal
dengan istilah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) atau Pemerlu Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (PPKS).
Sejalan dengan ide tersebut maka respons terhadap masalah tersebut juga dapat
dibedakan meskipun sangat bersinggungan. Penanganan masalah sosial dilakukan melalui
strategi pembangunan sosial. Sedangkan pembangunan kesejahteraan sosial sejatinya lebih
difokuskan pada penanganan masalah kesejahteraan sosial. Peran yang dimainkan berbagai
profesi juga tentunya akan berlainan. Peran pekerja sosial lebih dominan dalam pembangunan
kesejahteraan sosial. Sedangkan profesi lainnya, peranan dominannya adalah dalam domain
khasnya masing-masing. Misalnya, guru dalam domain pendidikan dan dokter dalam bidang
kesehatan.
Permasalahan
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia mempunyai sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang sangat besar, tetapi pelaksanan pembanunan belum bisa maksimal atau dapat
dikatakan gagal. Tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pembangunan di
Indonesia? Pemerintah tidak tinggal diam dalam melihat hal ini. Apa solusi yang tepat agar
pembangunan di Indonesia dapat berjalan dengan lancar dan tujuan-tujuan pembangunan dapat
tercapai?
Pembahasan
Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia Pembangunan merupakan proses perubahan yang
berangkat dari situasi nasional tertentu untuk mencapai kondisi nasional yang lain yang lebih baik.
Sejak awal pembangunan kita bersepakat untuk memanusiawikan pembangunan kita. Kita tidak
ingin menjadi manusia mesin tanpa jiwa dan kalbu, dan sekedar menjadi masyarakat teknologis.
Masyarakat maju dan mandiri di Indonesia yang diinginkan dan dikehendaki rakyat dan bangsa
bukanlah masyarakat modern sekuler tanpa kendali agama dan moral.
Kita tidak ingin terjebak dan terperosok kedalam penderitaan dan kesalahan bangsa lain
dalam pembangunan masa depan yang diinginkan rakyat Indonesia adalah masyarakat yang
berkeseimbangan kesejahteraan lahir dan batin. Kegagalan Pembangunan di Indonesia Krisis sosial
yang melanda Indonesia sejak 1997 hingga saat ini bukan terjadi begitu saja, melainkan suatu
proses panjang yang melibatkan seluruh stake holders. Dapat dikatakan, krisis multidimensi yang
terjadi hingga saat ini merupakan wujud nyata dari kegagalan pembangunan. Puncak krisis adalah
terjadinya kerusuhan 1998 yang disusul dengan mundurnya Presiden Soeharto. Kegagalan
pembangunan tidak hanya disebabkan oleh karut-marutnya pelaksanaan pembangunan di lapangan,
melainkan dimulai dari hulunya. Geografi Indonesia sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau dengan
sarana komunikasi dan pengangkutan yang belum sempurna.
Hal ini mengakibatkan banyaknya hambatan dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia.
Kemudian keadaan rakyat, yang menjadi sarana penerangan dan penyuluhan, masih sangat
heterogen dengan kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan serta kecerdasan yang masih
sangat terbatas. Keterikatan sebagian besar rakyat pada tradisi dan kondisi lingkungan juga
merupakan hambatan untuk mengadakan pembaharuan dalam pandangan maupun sikap hidupnya.
Jika kita menyoroti tentang sumber daya manusia yang ada, dapat dikatakan bahwa sebenarnya
Indonesia memiliki sumber daya manusia yang sangat besar, tetapi kualitas SDMnya tidak sesuai
yang diharapkan. Hal ini juga dapat menghambat pelaksanaan pembangunan. Seperti yang kita
lihat, tenaga-tenaga ahli kebanyakan didatangkan dari luar negeri. Kemudian masalah sumber daya
alam, Sebenarnya bangsa kita memiliki sumber daya alam yang sangat besar, tetapi kita tidak bisa
mengolahnya sehingga harus mengadakan kerjasama dengan perusahaan dari luar negeri.
Dengan demikian, sumber daya alam yang seharusnya bisa kita manfaatkan untuk
kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya tidak bisa maksimal karena harus berbagi keuntungan
dengan pihak kedua. Kegagalan atau keberhasilan pembangunan sangat tergantung dari pihak
pelaksana (pemerintah dan masyarakat).
Pemerintah dalam merealisasikan suatu kebijakan harus mendapat dukungan dari rakyatnya,
karena tanpa dukungan dari masyarakat suatu kebijakan tidak dapat berjalan dengan lancar.
Kemudian orang-orang yang duduk di kursi pemerintahan juga sangat menentukan kelacaran
pembangunan, yaitu moral yang dimiliki oleh para pejabat. Sebagai contoh banyak para pejabat
yang melakukan korupsi, sehingga dana-dana yang sebenarnya untuk pembangunan, sebagian
masuk kantong para pejabat. Hal tersebut tidak kita sadari dapat menyebabkan ketidaklancaran
pembangunan.
Gagasan Mengatasi Kegagalan Pembangunan Setelah kita mengetahui beberapa hal yang
menyebabkan kegagalan pembangunan maka dapat diuraikan beberapa solusi yang mungkin dapat
memperlancar pembangunan. Pertama penerangan pembangunan, yaitu upaya menyebarluaskan
pesan-pesan pembangunan melalui kegiatan penerangan pembangunan bertujuan untuk
menciptakan kondisi sosial kultural yang mantap dan dinamis, sehingga setiap warga mau dan
mampu mengembangkan potensi manusiawanya secara optimal. Secara garis besar, tujuan
penerangan pembangunan adalah secara kuatitatif mampu menjangkau masyarakat seluas mungkin
dan secara kualitatif mampu menumbuhkan dan membina kesadaran masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan. Kedua, penyuluhan pembangunan yaitu suatu sistem pendidikan
diluar sekolah untuk anggota masyarakat.
Sasaran penyuluhan adalah manusia. Penyuluhan bertujuan adalah untuk mewujudkan
keadaan yang memungkinkan masyarakat berproduksi lebih baik, melakukan usaha yang lebih
menguntungkan, dan hidup lebih sejahtera baik materi maupun spirit. Berdasarkan pengalama,
untuk lebih berhasilnya pembangunan, maka fungsi penyuluhan oleh instansi terkait selalu ditangani
secara khusus selain fungsi pengaturan dan pelayanan. Dalam konteks ini penyuluhan berfungsi
sebagai faktor penunjang pembangunan. Ketiga, apresiasi keadaan yaitu dalam rangka
mengembangkan peranan dan kegiatan penyuluhan, maka apresiasi keadaan masyarakat perlu
dilakukan dengan cermat. Ada beberapa langkah apresiasi kondisi masyarakat yang perlu
dipertimbangkan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan.
Jangkauan media massa terhadap khalayak yang herterogen masih perlu ditingkatkan.
Sebagai contoh, RRI dan TVRI yang mempunyai stasiun penyiaran atau produksi, baik yang
stasioner maupun keliling di seluruh Indonesia, seharusnya dapat menjangkau seluruh pelosok
tanah air termasuk desa-desa. Hasil penelitian ternyata menunjukkan bahwa di berbagai tempat
siaran RRI dan TVRI kurang atau tidak dapat diterima khalayak dengan jelas. Tujuan menggerakkan
partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan melalui ide-ide pembaharuan dan perubahan
bidang ekonomi, politik, dan sosial dalam masyarakat tidak selalu mudah diterima, kecuali apabila
masyarakat mengerti dan menyadari betul mengenai manfaat yang akan diperoleh dari hasil
pembaharuan tersebut.
Laju komunikasi dalam masyarakat desa akan dapat berjalan dengan lancar apabila dalam
komunikasi ada pengertian yang benar dan menggunakan bahasa yang sama, sederhana, dan
mudah dimengerti. Pada umumnya, pemimpin setempat menyampaikan pesan pembaruan kepada
rakyat melalui media komunikasi tatap muka atau antarpribadi.
Dengan demikian, opini leader setempat memegang peranan penting dalam komunikasi di
daerah pedesaan. Disamping ketiga gagasan tersebut dapat juga dengan memperbaiki mutu
pendidikan di Indonesia. Menanamkan moral yang baik sejak dini sangat penting bagi generasi yang
akan datang. Perbaikan mutu pendidika tersebut bertujuan meningkatkan mutu sumber daya
manusia agar dimasa yang akan datang bangsa kita tidak perlu mendatangkan ahli-ahli dari luar
negeri. Penanaman moral yang baik sejak dini bertujuan untuk meningkatkan mutu budi pekerti
yang baik, jujur, dan bertanggungjawab bagi generasi yang akan datang.
Penutup
Kesimpulan Pembangunan sangat dipengaruhi oleh para pelaksana pembangunan, yaitu
pemerintah dan warga masyarakat (berupa dukungan kepada kebijakan pemerintah). Komunikasi
juga menentukan berhasil tidaknya pembangunan, baik komunikasi melalui media massa maupun
secara langsung oleh para pemimpin setempat. Adanya kerjasama antara pemerintah dengan
masyarakat harus diciptakan agar pembangunan dapat berjalan dengan lancar dan mencapai hasil
yang maksimal. Saran Untuk menagatasi kegagalan pembangunan yang dialami oleh bangsa
Indonesia diperlukan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan yang telag ditetapkan, dengan tujuan
kedepannya agar lebih baik dan membawa manfaat bagi masyarakat luas. Kemudian memajukan
pendidikan nasional sedini mungkin agar muncul generasi-generasi muda yang berkualitas baik secara
moral dan pola pikir yang maju.
LAMPIRAN 2
a. Lembar Observasi 1
Nama : ....................................................
Kelas : ....................................................
b. Lembar Observasi 2
Nama : ....................................................
Kelas : ....................................................
Refleksi diri sendiri!
No Pertanyaan Refleksi pada diri
1 Apakah kamu nyaman hidup dalam
lingkunganmu?
2 Apa yang membuatmu tidak nyaman
berada dalam lingkungan sosialmu?
3 Sumber dukungan sosial apa saja
yang kamu miliki?
4 Apakah kamu merasa lingkungan
sosialmu sesuai dengan harapanmu?
5 Aspek-aspek dukungan sosial apa
saja yang kamu peroleh dalam
keluarga dan lingkunganmu?
6 Apakah kamu adalah orang yang
menguasai situasi dan menghasilkan
hasil yang positif dalam lingkungan?
7 Bagaimana perasaan saya dalam
hidup di lingkungan keluarga?
8 Apakah kamu percaya bahwa kamu
mampu melakukan sesuaru untuk
merubah keadaan yang kurang baik
menjadi baik di lingkunganmu?
9 Apakah kamu mampu menghadapi
kesulitan-kesulitan yang dialami?
10 Apakah kamu orang dengan Self –
efficacy?
c. Lembar Observasi 3
Nama : ....................................................
Kelas : ....................................................
A. Coba kalian perhatikan isi dari pasal-pasal dalam UUD NRI Tahun 1945 tentang hak dan
kewajiban dibawah ini, tuliskan makna dari isi pasal tersebut dan berikan contoh
pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari
N Contoh Pelaksanaan dalam Kehidupan
Pasal Makna Pasal
o Sehari-hari
Pasal Tentang Hak
1 27 ayat 3
2 28
3 29 ayat 2
4 31
5 33 ayat 4
7 27 ayat 3
8 28J ayat 1
9 28J ayat 2
10 30 ayat 1
B. Latihan Soal
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf A,
B, C, D atau E!
1. Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Undang-Undang Pasal ...
a. UU No. 9 Tahun 1998
b. UU No. 39 Tahun 1999
c. UU No. 20 Tahun 2003
d. UU No. 12 Tahun 2006
e. UU No. 36 Tahun 2009
2. Dibawah ini yang merupakan hak untuk melakukan upaya hukum guna melawan atau
menggugat keputusan-keputusan warga yang dinilai merugikan hak konstitusional warga
negara yang bersangkutan adalah ...
a. Mendapatkan pendidikan dan membela negara
b. Mendirikan partai politik
c. Mendaftarkan diri menjadi calon legislatif
d. Menjadi anggota TNI/Polisi
e. Mengajukan kasasi
3. “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” Merupakan
isi dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal ...
a. Pasal 27 ayat 2
b. Pasal 27 ayat 3
c. Pasal 28
d. Pasal 29 ayat 2
e. Pasal 30 ayat 1
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas ...
a. Kekeluargaan
b. Demokrasi ekonomi
c. Kebersamaan
d. Hukum ekonomi
e. Perjanjian masyarakat
5. Berikut ini adalah pasal dalam UUD NRI Tahun 1945 yang membahas tentang kewajiban warga
negara adalah ....
a. Pasal 27
b. Pasal 28
c. Pasal 28J ayat 1
d. Pasal 33 ayat 3
e. Pasal 34 ayat 1
C. Kunci Jawaban dan Pembahasan
1. D
Pembahasan : Sudah jelas UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia
2. E
Pembahasan : Hak untuk melakukan upaya hukum guna melawan atau menggugat keputusan-
keputusan warga yang dinilai merugikan hak konstitusional warga negara yang bersangkutan.
Contohnya setelah adanya keputusan kemudian mengajukan banding dipengadilan, pengajuan
kasasi ke Mahkamah Agung dan lain sebagainya.
3. B
Pembahasan : Sudah jelas Pasal 27 Ayat (3) berbunyi “Setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
4. B
Pembahasan : Sesuai dengan isi Pasal 33 Ayat (4) berbunyi “Perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”
5. C
Pembahasan : Pasal dalam UUD NRI Tahun 1945 yang membahas tentang kewajiban warga
negara adalah pasal 27 ayat (1), Pasal 27 ayat (3), Pasal 28J ayat (1), Pasal 28J ayat (2) dan
pasal 30 ayat (1)
d. Lembar Observasi 4
Nama :
1. ....................................................
2. ....................................................
3. ....................................................
4. ....................................................
5. ....................................................
6. ....................................................
A. Cara Kerja
1. Bentuk kelompok 5-6 kelompok
2. Jawablah bahan diskusi berikut bersama kelompok masing-masing!
3. Setiap kelompok membagi kelompoknya menjadi 2 sub kelompok, subkelompok tetap tinggal
dalam kelompok untuk menerima tamu, dan subkelompok 2 sebagai kelompok yang
berkunjung ke kelompok lain.
B. Bahan Diskusi
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan jawaban yang tepat!
1. Jelaskan pengertian interaksi sosial!
2. Sebutkan 2 syarat interaksi sosial!
3. Sebutkan 4 faktor terjadinya proses interaksi sosial!
4. Sebutkan 4 ciri-ciri interaksi sosial!
5. Sebutkan 3 jenis aturan interaksi sosial!
C. Hasil Diskusi
e. Lembar Observasi 5
Nama : ....................................................
Kelas : ....................................................
KUNCI JAWABAN
1. B Kejadian itu sudah menjadi keresahan umum. (jelas)
2. A Sebab-sebab munculnya masalah sosial. Menurut sosiolog, bagaimana mengatasi masalah
sosial merupakan bagian dari pekerja sosial.
3. D Suatu kondisi yang dinyatakan (jelas).
4. C Adanya suatu kegiatan bersama (jelas).
5. B Bisa mencerminkan ukuran-ukuran umum tentang moral (sudah jelas).
6. D Munculnya pelaku utama (jelas).
7. D Pelaku utamanya (jelas).
8. A Suatu kejadian yang berlawanan dengan norma, namun tetap diterima apa adanya (jelas).
9. C Suatu kejadian yang berlawanan dengan norma sehingga harus dihilangkan (jelas).
10. B Bisa berasal dari alam (jelas).
f. Lembar Observasi 5
Nama : ....................................................
Kelas : ....................................................
PERMASALAHAN
Pada permasalahan di atas, faktor apa yang dapat menyebabkan hal itu dapat terjadi?
Skor Perolehan
Nilai Akhir = × 100
Skor Maksimum
Skor Perolehan
Nilai Akhir = × 100
Skor Maksimum
d. Rubrik penilaian kegiatan presentasi kelompok
1. Power point terdiri dari judul, isi materi dan daftar pustaka
Keterangan Skor :
2 = jika 4 indikator yang terlihat
3 = jika 3 indikator yang terlihat
2 = jika 2 indikator yang terlihat
1 = jika 1 indikator yang terlihat
Kriteria Nilai :
A = 80 – 100 = BAIK SEKALI
B = 70 – 79 = BAIK
C = 60 – 69 = CUKUP
D = < 60 = KURANG
Keterangan :
• Siswa yang belum kompeten maka harus mengikuti pembelajaran remidiasi
• Siswa yang cukup kompeten diperbolehkan untuk memperbaiki pekerjaannya sehingga mencapai level
kompeten
PEMBELAJARAN REMEDIASI
▪ Dinamika/problematika sosial
▪ Faktor penyebab dan solusi untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan
PEMBELAJARAN PENGAYAAN
Menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan faktor penyebab dan solusi untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
Baker, P.J., Louis E.A, Dean S.D (1993). Social Problems : A Critical Thinking Approach. California,
USA : Wadsworth Publishing Company.
Ritzer, G. (1992). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda . (Saduran: Alimandan). Jakarta :
Rajawali Press.
Rubington, E. dan Wainberg, M.S. (1995). The Study of Social Problems, Seven Perspective . New
York. USA : Oxford University Press.
Sullivan, T. dan Thomson, K.S. (1988). Introduction to Social Problems, New York, USA : Macmillan
Publishing Company.