Manufaktur merupakan kegiatan mengolah suatu bahan menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah atau nilai guna lebih. Sedangkan indutri anufaktur adalah kelompok perusahaan sejenis yang mengolah bahan menjadi setengah jadi atau barang jadi yang bernilai tambah besar. Perkembangan industri manufaktur di Indonesia pastinya memiliki banyak tantangan. Beberapa tantangan yang dihadapi dalam industri manufaktur salah satunya yang paling sering adalah masalah produksi. Mesin adalah komponen utama untuk mempermudah suatu proses produksi dan tenaga kerja. Apabila ada masalah yang muncul dari mesin manufaktur seperti menghitung manual, menunggu output hasil terlalu lama, dan lain sebagainya. Dari permasalahan tersebut otomatis akan menghambat produktivitas. Masalah yang kedua yaitu kesulitan dalam mengontrol persediaan. Saat ini masih banyak produsen yang bisnisnya berskala kecil, dalam mengelola persediaan bahan masih secara manual. Seperti melakukan pengecekan stok secara manual itu sangat tidak efisien dan rawan kesalahan karena ketidakakuratan dalam perhitungan. Sebenarnya menggunkan barcode scanner bisa mempermudah pengecekan. Masalah yang ketiga yaitu kesulitan meningkatkan tenaga kerja yang berkulitas. Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja yang berkualitas, seharusnya produsen lebih kreatif dan selektif dalam perekrutan karyawan. Produsen harus memastikan bahwa mereka mampu bekerja dengan cepat, tanggap, sesuai target, dan tidak keberatan apabila jadwal yang berubah. Masalah yang keempat yaitu kesulitan dalam mengelola prospek penjualan. Produsen harus paham terhadap prospek mereka sendiri. Kesalahan yang sering dialami produsen yaitu melakukan prospek dengan cara yang sama. Padahal setiap prospek meiliki karakter dan kebutuhan yang berbeda. Produsen juga sering kesulitan mengidentifikasi prospek yang berpotensi. Mereka sering focus pada peluang yang tidak menjanjikan dan lupa terhadap follow up dengan prospek yang meiliki potensi tinggi. Pada intinya, pemahan produsen tentang prospek penjualan harus lebih ditingkatkan Masalah yang kelima yaitu kesulitan dalam memprediksi permintaan produk. Masalah utamanya produsen tidak memiliki pelaporan canggih untuk memperkirakan berapa banyak yang harus dijual dalam satu bulan atau satu tahun. Ini, mengakibatkan barang yang diproduksi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pelanggan. Masalah yang keenam yaitu kesulitan dalam meningkatkan efisiensi pabrik. Saat ini banyak produsen yang memilih untuk mengorbankan kualitas produk demi mengurangi biaya produksi. Tetapi cara tersebut salah, justru akan menurunkan keuntungan, sebab pelanggan akan tidak puas karena kualitas yang kurang maksimal dan akhirnya pelanggan akan berhenti melakukan pembelian. (Rishna, 2019) Selain masalah-masalah diatas, ada masalah lain yang muncul akibat covid-19. Permasalahan yang dihadapi yaitu kendala cash flow serta kebutuhan akan modal kerja. Salah satu solusi untuk kendala cash flow yaitu memberikan fasilitasi restrukturisasi kredit. Hampir semua perusahaan perlu adanya rekstrukturisasi kredit, bukan hanya sector UMKM. Untuk modal kerja, hal itu sangat dibutuhkan untuk restarting industri ketika kondisi kembali normal dan bisa beraktivitas seperti semula. Sebab, modal kerja tersebut nantinya diperlukan agar dapat kembali mendorong investasi. Selain itu, juga dilakukan pemberian rangsangan untuk meacu pasar ekspor dan pemenuhan bahan baku. (Nurul Adriyana Sabilah, 2020)