Anda di halaman 1dari 4

UJI KEPEKAAN (SENSITIVITY TEST)

I. Prosedur
Standard kekeruhan :
Tabung yang dipakai harus sama dengan tabung kultur yang dibandingkan:
0,5 mL 1,175% BaCl2.2 H2O + 99,5 mL H2SO4 1% = 1500 juta kuman/mL
Direct dan Indirect :
a. Strain berasal dari culture murni (direct), satu ose penuh strain ditanam dalam broth
– inkubasi 35oC 2-3 jam. Kekeruhan broth dibandingkan dengan standard, untuk
menyesuaikan dipakai broth steril / PZ
b. Dengan swab steril kultur dalam broth ditanam merata pada agar MH, sebelum
streak, swab diperas dulu pada dinding tabung (dengan menekan sambil diputar)
Cara streak :
a. Meliputi seluruh permukaan plate diulang tiga arah. Setiap ganti arah, cawan petri
diputar 60oC. Streak diakhiri dengan memutar swab mengelilingi tepi plate.
b. Plate setelah ditanami, dibiarkan beberapa menit pada temperatur kamar dalam
keadaan tertutup
c. Disk antibiotika diletakkan dengan pinset/jarum steril pada permukaan plate agak
ditekan, satu disk diletakkan sentral dan disk mengelilingi pada jarak sama; 1,5 cm
dari tepi plate. Untuk plate ukuran 9-10 mm, maksimun 7 disk
d. Setelah inkubasi 35oC semalam, zona hambatan diukur dengan penggaris melintasi
diameter disk. Cawan petri tetap tertutup. Pengukuran dilakukan dari dasar plate
(terbalik). Hasil pengukuran dicocokkan dengan tabel.
Kesalahan
- Disk antibiotika kadaluwarsa
- Cara menghitung daerah hambatan kurang teliti
Catatan
1. Plate sudah harus sudah diinkubasi 30 menit sejak tes dimulai
2. Temperatur sebaiknya tidak melebihi 35oC, karena beberapa antibiotik dapat rusak
3. Inkubasi tidak perlu dengan candle jar/desikator
4. Tumpukan plate sebaiknya tidak terlalu tinggi
5. Cara direct dikerjakan langsung dari spesimen, hanya bila keadaan memaksa.
Kemudia disusul dengan cara indirect untuk konfirmasi.
Tabel antibiotika
Diameter of Zone Inhibition (mm)
Antibiotika
Resisten Intermediet Sensitif
Cefprozil <15 16 - 20 >21
Cephradine <15 16 >17
Penicillin <2.8 2.9 - 3.8 >3,9
Sulphamethoxazoile trimethoprin <10 11 - 15 >16
Rifampicin <16 17 - 19 >20
Ampicilin <13 14 - 16 >17
Ticarcilin <14 15 - 17 >18
Cefadroxil <15 16 >17
Steptomycin <6 7-9 >9

II. Hasil
Gambar Keterangan
Diameter inhibisi pada sampel ibu hamil
Cefprozil : 28 cm
Cephradine : -
Penicillin : -

III. Pembahasan
Antibiotik adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan
manusia. Dalam pembicaraan disini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas pada
jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit. Antibiotik adalah zat yang
dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau membasmi
mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik
penuh. (Gunawan, 2012:585).
Pada prinsipnya tes kepekaan terhadap antimikroba adalah penentuan terhadap bakteri
penyebab penyakit yang kemungkinan menunjukkan resistensi terhadap sesuatu
antimkroba atau kemampuan suatu antimikroba untuk menghambat pertumbuhan
bakteri yang tumbuh in vitro, sehingga dapat dipilih sebagai antimikroba yang
berpotensi untuk pengobatan.
Secara prinsip, pemilihan antimikroba yang tepat harus mempertimbangkan aktivitas
mikrobiologik dan farmakodinamik masing- masing terhadap pola sensitivitas kuman
setempat. Dosis efektif antimikroba merupakan fungsi dari kadar hambat minimal,
kemampuan pertahanan tubuh individu, dan profil farmakokinetika antimikroba
(Dwiprahasto, 2005:179).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan antibiotik cefprozil
menunjukkan sifat sensitif (>21 mm) pada sampel pasien ibu hamil dengan ukuran
diameter zona inhibisi 28 cm. sedangkan antibiotik cephradine dan penicillin tidak
menunjukkan adanya zona inhibisi, dengan artian antibiotik tersebut tidak menghambat
ataupun membunuh bakteri yang ada pada sampel ibu hamil.
Penisilin diklasifikasikan sebagai golongan β-laktam karena cincin laktam meraka yang
unik. Mereka memiliki ciri-ciri kimiawi, mekanisme kerja, farmakologi, efek klinis,
dan karakteristik imunologi yang mirip dengan sefalosporin, monobactam, carbapenem,
dan β-laktamase inhibitor, yang juga merupakan senyawa β-laktam.
Sefalosporin serupa dengan penisilin, tetapi lebih stabil terhadap banyak β-laktamase
bakteri sehingga memiliki aktivitas spektrum yang lebih luas. Akan tetapi, galur E. coli
dan spesies Klibsiella mengekspresikan β-laktamase berspektrum luas, yang dapat
dihidrolisis sebagian besar sefalosporin, saat ini menjadi masalah. Sefalosporin tidak
aktif terhadap enterococcus L monocytogenes. Sefalosporin terbagi dalam beberapa
generasi, yaitu :
Sefalosporin generasi pertama meliputi sefadroksil, sefazolin, sefaleksin, sefalotin,
sefapirin, dan sefradin. Obat-obat ini sangat aktif terhadap kokus gram positif seperti
pneumokokus , streptokokus, dan stafilokukus. Sefalosporin tidak aktif terhadap galur
stafilokokus yang resisten terhadap metisilin. E. coli, K. pneumonie, dan Proteus
mirabilis seringkali sensitif terhadap obat ini, tetapi aktifitas terhadap P. aeruginosa,
proteus indol- positif, enterobakter, Serratia mercescens, sitrobakter, dan asinetobakter
sangat kecil. Kokus anaerob (misalnya, peptococcus, peptostreptokokus) biasanya
sensitif, tetapi Bacteroites tidak demikian.
Anggota dari sefalosporin generasi kedua, antara lain: sefaklor, sefamandol, sefonisid,
sefuroksim, sefprozil, lorakarbef, dan seforanid serta sefamisin yang terkait secara
struktural seperti sefoksitin, sefmetazol, dan sefotetan, yang memiliki aktivitas terhadap
bakteri anaerob. Kelompok obat ini tersusun atas berbagai obat (heterogen) yang
memiliki perbedaan nyata dalam hal aktivitas, farmakokinetik, dan toksisitas pada
setiap individu. Pada umumnya obat ini aktif terhadap organisme yang dihambat oleh
obat-obat generasi pertama, tetapi selain itu obat ini memiliki cakupan gram-negatif
yang lebih luas. Sefaklor, sefuroksim aksetil, sefprozil, dan lorakarbef dapat diberikan
per oral.
Hal ini sesuai dengan ditemukannya bakteri gram negatif spesies Escherchia
intermedium pada sampel ibu hamil dan dihasilkannya juga hasil yang sensitif pada
antibiotik cefprozil.
Uji kepekaan antimikroba dilakukan pada isolat mikroba yang didapat dari spesimen
pasien untuk mendapatkan agen antimikroba yang tepat untuk mengobati penyakit
infeksi yang disebabkan oleh mikroba tersebut.
Keberagaman tingkat sensitivitas dapat diakibatkan oleh banyaknya faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat sensitivitas suatu antibiotik terhadap bakteri. Faktor-faktor
tersebut dapat berupa penggunaan antibiotik dalam jangka waktu yang lama,
penggunaan yang tidak tepat, kepatuhan pasien dalam meminum obat dan masih
banyak lagi baik dari tingkat sel bakteri maupun tingkat ekonomi pasien.

IV. Kesimpulan
 Secara prinsip, pemilihan antimikroba yang tepat harus mempertimbangkan aktivitas
mikrobiologik dan farmakodinamik masing- masing terhadap pola sensitivitas
kuman setempat
 Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan antibiotik cefprozil
menunjukkan sifat sedangkan antibiotik cephradine dan penicillin tidak
menunjukkan adanya zona inhibisi pada sampel pasien ibu hamil
 Keberagaman tingkat sensitivitas dapat diakibatkan oleh banyaknya faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat sensitivitas suatu antibiotik terhadap bakteri

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/644/648
http://jmk.stikesmitrakeluarga.ac.id/index.php/jmk/article/view/24/22
http://repository.unair.ac.id/10598/12/gdlhub-gdl-s1-2006-istiqomahw-1645-
ff15306.pdf

Anda mungkin juga menyukai