Malam hari bulan Ramadhan menjadi salah satu malam yang sangat dianjurkan
untuk beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah. Selain karena
banyaknya pahala dan anugerah yang diberikan, pada malam hari juga menjadi
salah satu waktu istirahat bagi umat Islam dari segala penat setelah satu hari
tidak merasakan makan dan minum.
Anjuran beribadah pada malam hari tersebut berdasarkan hadits Nabi
Muhammad yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah, dan dinilai sahih
oleh dua ahli hadits terkemuka, yaitu Imam Bukhari dan Muslim, bahwa
Rasulullah bersabda:
صا َمهُ ِإي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه َ َم ْن قَا َم َر َم
َ ضانَ َو
Artinya, “Barang siapa beribadah pada bulan Ramadhan dan berpuasa karena
iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang
telah berlalu.” (Muttafaq Alaih)
Melalui hadits tersebut, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi (wafat
676 H), dalam kitabnya menilai bahwa ibadah pada malam hari bulan
Ramadhan sangat dianjurkan, selain untuk meraih pahala dan anugerah dari
Allah, juga dengan harapan bisa diampuni segala dosa yang pernah diperbuat
sebelum Ramadhan.
Hanya saja jika ditelusuri lebih dalam, hadits di atas menggunakan lafal-lafal
umum yang tidak bisa dikhususkan pada suatu ibadah tertentu. Oleh
karenanya, perlu ditegaskan bahwa yang dimaksud beribadah pada malam
tersebut adalah shalat Tarawih. Imam Nawawi mengatakan:
ْح ِ صاَل ةُ التَّ َر
ِ اوي َ َو ْال ُم َرا ُد بِقِيَ ِام َر َم
َ َضان
Artinya, “Dan yang dimaksud (hadits) beribadah pada malam hari bulan
Ramadhan adalah dengan shalat tarawih.” (Imam Nawawi, Syarhun Nawawi
‘ala Muslim, [Beirut, Darul Ihya’ at-Turats: 1392], juz VI, halaman 39).
Menurut Imam Nawawi, shalat tarawih merupakan salah satu ibadah sunnah
yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) pada bulan Ramadhan, dan
waktunya adalah setelah shalat Isya’. Shalat yang satu ini juga dianjurkan untuk
berjamaah di tempat-tempat yang ramai, seperti masjid dan mushala, karena
merupakan bagian dari syiar Islam yang harus ditampakkan.
Hanya saja menurut Imam Nawawi, dengan melakukan shalat tarawih di bulan
Ramadhan, Allah akan menjadikan dosa besar berubah menjadi dosa kecil.
Dengan demikian, Allah akan memberi ampunan atas dosa tersebut. (an-
Nawawi, Syarhun Nawawi ‘ala Muslim, [Beirut, Darul Ihya’ at-Turats: 1392], juz
VI, halaman 40)
Senada dengan pendapat di atas, Syekh Muhammad Syamsul Haq Abu at-
Thayyib dalam salah satu kitabnya juga menjelaskan bahwa dosa yang
dimaksud pada hadits di atas adalah dosa kecil, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa Allah akan memberi ampunan atas semua dosa-dosa
besar,
Artinya, “Yaitu, mulai dari dosa-dosa kecil, dan diharapkan ampunan dosa
besar.” (Abu ath-Thayyib, ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, [Beirut, Darul
Kutub Ilmiah: 1415], juz IV, halaman 171).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faidah shalat tarawih jika
dilihat dari sisi rohani melalui hadits Rasulullah dan para ulama adalah
diampuninya segala dosa, yaitu dosa kecil, serta masih ada harapan
diampuninya dosa besar.
Kedua, Faidah Jasmani
Shalat tarawih selain memiliki faidah rohani sebagaimana penjelasan di atas,
juga memiliki faidah jasmani, yaitu untuk kesehatan badan serta terhindar dari
penyakit-penyakit makanan yang dikonsumsi ketika berbuka puasa.
Syekh Muhyiddin Mistu dalam kitabnya menjelaskan faidah shalat yang satu ini
menggunakan perspektif jasmani. Dalam kitabnya disebutkan,
ْح ُسنَّةٌ ُمَؤ َّك َدةٌ لِلرِّ َجا ِل َوالنِّ َسا ِء َو ِه َي ِع ْشرُوْ نَ َر ْك َعةً َوتُفِ ْي ُد هَضْ َم الطَّ َع ِام َوتَ ْن ِش ْيطَ ْال ِجس ِْم ِ صاَل ةُ التَّ َر
ِ اوي َ
ُ ُّ ْ
ِ َْو َمغفِ َرةَ الذنو
ب
Artinya, “Shalat tarawih sangat dianjurkan bagi laki-laki dan perempuan, yaitu
terdiri dari 20 rakaat, dan berfaidah menghancurkan makanan (dalam perut),
membangkitkan semangat badah, dan ampunan dosa-dosa.” (Syekh Muhyiddin
Mistu, as-Shawmu Fiqhuhu wa Asraruhu, [Beirut, Darul Qalam: 1979], halaman
111).
Dari dua faidah di atas, dapat disimpulkan bahwa anjuran shalat tarawih
melalui hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tersebut
memiliki kandungan yang sangat banyak, ia tidak hanya sebatas rohani berupa
spiritual saja, akan tetapi juga sangat berpengaruh pada kesehatan jasamani
berupa emosional. Wallahu a’lam bisshawab.