Pemikiran Politik Tan Malaka Mengenai Kemerdekaan dan Konsep Negara Indonesia
Dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Filsafat Politik R.01 (4.005) yang diampu oleh:
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS NASIONAL
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Atas karunia Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemikiran Politik Tan Malaka Mengenai
Kemerdekaan dan Konsep Negara Indonesia”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu
persyaratan nilai mata kuliah Filsafat Politik pada Universitas Nasional, Program Studi Ilmu
Politik.
Pada kesempatan kali ini, izinkan penulis untuk menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada:
Penulis mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila terdapat ketidaksesuaian kalimat
dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………….…i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...….…………..ii
ABSTRAK……………………………………………………………………………………………..1
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...……2
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………………………………10
4.1 Pemikiran Konsep Negara Menurut Tan Malaka bagi Kehidupan Masyarakat Indonesia Menurut
Idealnya…………………………………………………………………………………………..10
4.2 Faktor yang Mempengaruhi Pemikiran Tan Malaka Tentang Kemerdekaan
Indonesia………………………………………………………………………………………….11
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………………...13
Kesimpulan……………………………………………………………………………….…………..13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….……...……….……….14
ii
ABSTRACT
This study discusses Tan Malaka's Political Thought of Independence and the Concept
of the Indonesian State. In analyzing the problems that occur, the writer uses descriptive and
qualitative methods. As well as using the theory of Marxism and the concept of Marxism. The
birth of Tan Malaka's thoughts in his various works is a pattern that is in the personality and outlook
on life, as well as Tan Malaka's ideology. Tan Malaka is unique in the thinking of his work. The
thoughts and struggles carried out by Tan Malaka were centered on the main goal. Namely, how
to liberate the nation and at the same time completely overhaul the entire economic, political,
social and cultural order. Tan Malaka has a political role in the struggle of the Indonesian state.
Many of Tan Malaka's works, one of which is Madilog: Materialism, Dialectics, and Logic, are
considered to be his most brilliant and monumental works. Madilog's starting point is the mentality
of the Indonesian people who are generally used to the slavery system. Indonesia, which was more
than 3.5 centuries under colonialism, gradually had a slave mentality, besides mystical and
irrational thoughts.
ABSTRAK
Studi ini membahas mengenai Pemikiran Politik Tan Malaka Mengenai Kemerdekaan dan
Konsep Negara Indonesia. Dalam menganalisis permasalahan yang terjadi, penulis menggunakan
metode deskriptif, dan kualitatif. Serta menggunakan teori Marxsisme dan konsep Marxsisme.
Lahirnya pemikiran Tan Malaka dalam berbagai karyanya adalah corak yang ada didalam
kepribadian dan pandangan hidup, sekaligus ideologi Tan Malaka. Tan Malaka memiliki keunikan
dalam pemikiran karyanya. Pemikiran dan perjuangan yang dilakukan oleh Tan Malaka, terpusat
pada tujuan utama. Yaitu bagaimana memerdekakan bangsanya yang sekaligus merombak secara
total seluruh tatanan ekonomi, pollitik, sosial, dan budaya. Tan Malaka memiliki peranan politik
terhadap perjuangan negara Indonesia. Banyak karya-karya yang dibuat oleh Tan Malaka, salah
satu nya yaitu Madilog: Materialisme, Dialektika, dan Logika yang dianggap sebagai karyanya
paling brilian dan monumental. Titik tolak Madilog adalah mental bangsa Indonesia yang pada
umumnya terbiasa dengan system perbudakan. Indonesia yang lebih dari 3,5 abad dibawah
kolonialisme, secara berangsur memiliki mental budak, disamping pikiran-pikiran mistik dan tidak
rasional.
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
yaitu sudah dikaji mengenai konsep negara dan system ekonomi yang ideal untuk Indonesia.
Padahal, pemikiran Tan Malaka tentang negara yang berdaulat dalam politik dan ekonomi
merupakan salah satu ijtihad Tan Malaka untuk membangun Indonesia.
Tan Malaka memiliki pandangan mengenai bentuk negara dan system ekonomi yang adil dan
baik yang pada saat itu berbeda dengan tokoh-tokoh pendiri bangsa lainnya. Seperti Soekarno, Moh.
Hatta, Sutan Sjahrir, dan lain-lain. Adanya perbedaan itu, sehingga membuat Tan Malaka terkesan
bersebrangan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah pada waktu awal kemerdekaan. Analisis
kajian Tan Malaka terhadap perkembangan masyarakat Indonesia, Tan Malaka memetakan
perkembangan masyarakat Indonesia menjadi tiga periode. Pertama, periode Indonesia asli. Kedua,
periode Hindu-Belanda (masa kegelapan), dan Ketiga, periode Indonesia Merdeka dan Sosialis.
Tan Malaka memiliki peranan politik terhadap perjuangan negara Indonesia. Dihadapan
polisi Inggris Murphy di Hongkong pada tahun 1932, seperti yang ditulis oleh Tan Malaka dalam
buku Dari Penjara ke Penjara: Ingatlah bahwa dari alam kubur suara saya akan lebih keras daripada
atas bumi. Pernyataan tersebut seakan terdengar nyata. Setelah tumbangnya Orde Baru, kita
menjumpai banyak tulisan-tulisan Tan Malaka. Banyak buku-buku yang kontroversial dan dianggap
terlarang. Salah satu tulisan yang fenomenal yaitu Madilog (Materialisme, Dialektika dan Logika),
Aksi Massa, Naar de Republik (Menuju Republik Indonesia), semangat muda, merdeka 100 persen,
dan lain sebagainya.
Gagasan pemikiran yang menarik untuk dibahas kembali ialah pemikiran Tan Malaka yang
memnucak Pada Madilog: Materialisme Dialektika Logika. Madilog sebagai gagasan pemikiran
yang merupakn konsep pemikiran Tan Malaka yang penuh dengan ide moderinisme dalam
terminology Marxsism untuk dilihat dari sudut kekinian gagasan pemikiran Tan Malaka sebagai
orang Minangkabau, meskipun secara ideologis ia menganut paham atau pemikiran yang modern.
Hal tersebutlah yang memberikan keunikan pada pemikiran Tan Malaka, karena ia merupakan
seorang Minangkabau yang modern dan sekaligus nasionalis meskipun menganut paham nasionalis.
(Hananto Kusumo, 2010: 7)
Perjuangan seorang intelektual dimana wilayah pemikiran Tan Malaka tertuang dalam
Madilog. Dalam konteks perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia ini, Tan Malaka membuktikan
dirinya bukanlah seorang intelektualitas salon yang hanya sebatas mencari solusi permasalaha
secara ilmiah hanya dalam lingkungan kebesaran dan keindahan ruang kerja saja. Identitas budaya
3
Minangkabau yang tercermin dalam cara berfikir dengan segala sesuatu yang berproses sesuai dengan
tempat dan aturan: logis, telah membawa Tan Malaka menemukan sebuah budaya yang sama dalam
cara berfikirnya meskipun pada ranah berbeda.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Marxisme
Menurut Marx, sejarah bersifat material yang artinya sejarah mengacu pada kondisi-
kondisi fundamental manusia. Obyek studi terhadap kehidupan sosial ekonomi kehidupan
manusia yang sebenarnya ada pada cara berfikir dan merasanya. Berkebalikan dengan filsafat
Jerman, menurut Marx turun dari langit ke bumi. Filsafat marx menurutnya justru naik dari bumi
ke langit. Dengan kata lain, Marx tidak berangkat dari apa yang sedang dibayangkan. Marx
berangkat dari kehidupan manusia yang nyata dan aktif, serta berdasarkan pada proses
kehidupannya yang nyata (Fromm, 2001:14).
Menurut Marx, perkembangan dialektis terjadi lebih dulu dalam struktur bawah dar
masyarakat yang kemudian, menggerakkan struktur atasnya. Marx sendiri mengatakan bahwa
sosialisme yang dikemukakannya adalah sosialisme ilmiah dengan mengkaji konsep Marxsisme
secara utuh. Konsep sejarah Marx (Materialisme Dialektika Historis, sebenarnya berasal dari
kritikannya terhadap dialektika Hegel yang bersifat idealis. Pandangan Marxisme tentang
negara merupakan antitesa dari pandangan liberalisme tentang negara yang menganggap bahwa
negara adalah kontrak sosial untuk perdamaian. Basis analisis Marxsisme adalah materialisme
dialektika historis atau dengan kata lain berdasarka kenyataan material yang berkembang
melalui proses historis. Tahapan ini oleh Marxsisme disebut tahapan masyarakat komunis.
5
BAB III
GAMBARAN UMUM
1. Biografi Tan Malaka
Tan Malaka memiliki nama lengkap Sultan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka. Dilahirkan
pada tanggal 2 Juni 1987 di Suluki, Nagari Pandan Gadang, Sumatera Barat. Tan Malaka
menyatakan bahwa dirinya beragama Islam dan beradat asli Minangkabau. Tan Malaka lahir
dalam budaya yang peduli akan pendidikan dan memiliki tradisi keagamaan yang kuat. Tan
Malaka merupakan salah satu tokoh founding fathers bangsa Indonesia. Ketika ibunya sakit, ia
melihat ibunya selalu membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika ia masih kecil, ibunya sering
menceritakan kisah-kisah para Nabi. Seperti kisah Nabi Adam dan Siti Hawa, Nabi Muhammad,
dsb. Ayahnya merupakan seorang vaksinator yang bekerja pada pemerintah Hindia belanda.
Tan Malaka melanjutkan pendidikannya ke sekolah guru-guru pribumi di fort de kock
atau Bukit Tinggi. Setelah tamat belajar disekolah guru pada Oktober 1913, keluarga Horensma
yang meruakan guru disekolah raja yang telah menganggap Tan Malaka sebagai anak sendiri,
Tan Malaka berangkat ke Belanda untuk melanjutkan pendidikannya di Rijks kweek School di
Harleem atas bantuan biaya dari Yayasan Engku Fond. Biaya tersebut dianggap sebagai
pinjaman yang akan dibayarnya, apabila sudah bekerja dan berpenghasilan. Watak tan Malaka,
di Belanda mulai terbentuk. Di Belanda, ia berkenalan dengan teori revolusioner, sosialisme,
dan Marxisme-komunisme, melalui berbagai buku dan brosur. Bahkan, ia sempat diminta
Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) untuk mewakili Indisce Vereeniging dalam
kongres pemuda Indonesia dan pelajar ideologi di kota Deventer. Dengan berinteraksi Bersama
mahasiwa lainnya, Tan Malaka semakin yakin bahwa jika keyakinan itu ia pegang dengan
konstisten. Disitulah awal masa pengembangan politiknya.
November 1919, setelah Perang Dunia I selesai, Tan Malaka pulang ke Indonesia untuk
bekerja sebagai guru di Tanjung Morawa. Matanya mulai terbuka ketika ia melihat betapa
kejamnya system kapitalis yang dilakukan diperkebunan yang memperlakukan bangsanya
sebagai kuli kontrak. Lalu dengan pikiran jernih dan keyakinan hati, Tan Malaka menentukan
pilihan untuk meninggalkan semua kemewahan, keistimewaan, dan kenikmatan sebagai guru
perkebunan yang mendapat perlakuan yang sama dengan orang Belanda. Tan Malaka membuat
persiapan untuk menerjunkan diri sepenuhnya kemedan politik, guna memperjuangkan nasib
6
bangsa dan melawan system kapitalis yang menjajah Indonesia.
Tahun 1921-1922 merupakan permulaan yang nyata bagi Tan Malaka karena ia telah
mendirikan sekolah rakyat pertama di Semarang. Desember 1921, PKI mengadakan kongres
VIII SI Semarang. Tan Malaka mewakili Semaun menjadi ketua partai. Dengan jabatan baru
ini, tentu saja ini merupakan kegiatan politiknya, disamping kegiatan dalam pergerakan buruh
dan Pendidikan yang semakin meningkat sebagai tokoh gerakan. Dengan posisi seperti itu,
menyebabkan Tan Malaka menjadi sasaran penangkapan dan penahanan penguasa colonial.
Perjuangan rakyat Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan Belanda, kemudian
jepang, dan perjuangan untuk mengusir masuknya Kembali belanda ke Indonesia yang
disebabkan kehendak untuk menentukan nasib sendiri. Kehendak itu untuk mempunyai
pemerintahan dan negara sendiri yang diharapkan dapat melindungi kepentingan-kepentingan
rajyat dalam bidang ekonomi, sosial, politik, serta budaya.
7
dibangunnya. Tulisan ini berisi menganai pokok-pokok pikiran yang akan dikembangkan atau
diajarkan dalam sekolahnya. Rentjana Ekonomi, ditulis di Surabaya pada tanggal 28 November
1945 yang menguraikan percakapan dengan simbolisasi yang sama seperti yang ada dalam
tulisannya Politik, yang menjelaskan tentang rencana pembangunan ekonomi. Menurutnya,
ekonomi sosialah yang dapat membawa kemakmuran bagi Indonesia kelak. Moeslihat, ditulis
di Surabaya pada tanggal 2 Desember 1945. Tulisan ini berisi tentang percakapan yang sama
juga dalam Politik, yaitu menguraikan tentang strategi dan taktik dalam perjuangan untuk
membawa Indonesia ke arah kemerdekaan.
Surat Kepada Partai Rakyat yang ditulis pada tanggal 31 Juli 1948, di penjara Magelang
sebagai sambutan tertulis dalam pembentukan Kongres Partai Rakyat agar menjadi partai yang
memperhatikan dan memperjuangkan rakyat. Karya-karya Tan Malaka mencakup semua
bidang kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi, kemandirian, dan konsistensi yang
dirasa jelas dalam gagasan dan perjuangan implementasinya. Dari tulisan-tulisan yang telah
dibuatnya lah, kini semua orang bisa mengenal gagasan-gagasan Tan malaka.
Ciri khas pemikiran dan gagasan Tan malaka adalah: Pertama, dibentuk dengan berfikir
ilmiah berdasarkan ilmu pengetahuan. Kedua, bersifat Indonesia-sentris. Ketiga, futuristic,
memprediksi kedepan. Keempat, orisinil, mandiri, konsekuen, dan konsisten. Pemikiran dan
gagasan tersebut, dituangkan dalam bentuk buku dan brosur, yang jumlahnya sekitar 27. Serta,
raturan risalah di berbagai surat kabar Hindia Belanda dan Belanda.
Dari berbagai hasil pemikiran Tan Malaka, hanya Madilog: Materialisme, Dialektika,
dan Logika yang dianggap sebagai karyanya paling brilian dan monumental. Titik tolak Madilog
adalah mental bangsa Indonesia yang pada umumnya terbiasa dengan system perbudakan.
Indonesia yang lebih dari 3,5 abad dibawah kolonialisme, secara berangsur memiliki mental
budak, disamping pikiran-pikiran mistik dan tidak rasional.
Karl Marx, seorang filsuf dari Jerman dan juga Frederick Engels, mereka berdua ini yang
mempengaruhi pemikiran Tan Malaka. Serta G. F. Hegel yang merupakan seorang filsur
idealisme. Sudah tidak menjadi rahasia umum, bahwa ideologi Marxisme sangat mempengaruhi
pemikiran, sikap dan Gerakan yang dilakukan oleh Tan Malaka, meskipun ia menoleh untuk
dalam menjadikan dirinya sebagai pengikut marx. Perkenalannya Marx dan Hegel ada saat itu,
membuat pemuda Indonesia yang mulanya diharapkan menjadi guru sangat terkagum kagum
dengan filsafat materialisme Marx. Pemikiran inilah yang pada akhirnya menjadi tempat
berpijak yang pada akhirnya menjadikannya seorang konseptor negara yang memimpikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia di bawah bendera sosialisme dan keadilan. Factor yang
menyebabkan karekter politik Tan Malaka diantaranya yaitu budaya Minangkabau. Kemudian
membawa garis religiusitas, sehingga banyak mempengaruhi cara berfikir Tan Malaka.
9
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pemikiran Konsep Negara Menurut Tan Malaka bagi Kehidupan Masyarakat Indonesia
Menurut Idealnya
Pemikiran-pemikiran dan perjuangan yang dilakukan oleh Tan Malaka, terpusat pada
tujuan utama. Yaitu bagaimana memerdekakan bangsanya yang sekaligus merombak secara
total seluruh tatanan ekonomi, pollitik, sosial, dan budaya. Jauh sebelum Soekarno menulis
“Indonesia Menggugat” pada tahunn 1932 yang didalamnya berisi, arti penting kemerdekaan
bagi bangsa Indonesia atau Moh. Hatta dengan Kearah Kemerdekaan Indonesia Merdeka pada
tahun 1930. Sementara itu, Tan Malaka menulis pamphlet dengan judul “Naar De Republik
Indonesia (Menuju Republik Indonesia)” yang sebagai konsepsi menuju kemerdekaan
Indonesia yang pertama kali terbit di Kowloon China, paril 1925 semasa pengasingannya.
Dimana, semua ide, program dan konsep mengenai negara Indonesia ia tuangkan didalamnya.
Tekadnya yang besar untuk bergabung dalam pergerakan kemerdekaan, membuatnya
masuk kedalam Partai Komunis Indonesia (PKI) yang notabene nya adalah Partai Komunis
pertama di Asia pada waktu itu yang didirikan diluar Uni Soviet. Tan Malaka seperti yang sudah
dijelaskan oleh Alfian (1981: 157) merupakan salah seorang cendikiawan Minangkabau yang
menerima visi atau idealisasi adat dan falsafah hidup masyarakat Minangkabau. Cara berfikir
yang dikembangkan oleh Tan Malaka sesuai dengan visi rantau: Thesis-antithesis-sintesis.
Disini Tan Malaka adalah antithesis yang berkonflik dengan thesis. Dari sana lah lahir syntesis
hasil pemikiran atau idealisme baru yang akan mendorong setiap manusia untuk mengadakan
perubahan-perubahan perbaikan pada nasibnya.
Tan Malaka telah memikirkan konsep sebuah negara yang ideal. Dalam tulisannya, Naar
De Republik (Mennuju Republik Indonesia). Tan Malaka adalah penggagas pertama Indonesia.
Ia sangat gigih dalam menentang kolonialisme. Dimana, Sebagian besar hidupnya berada dalam
pengusiran dan pembuangan. Tidak bisa dipungkiri bahwa Tan Malaka merupakan salah satu
orang yang berjuang dengan jalan pemikirannya sendiri untuk membuat Indonesia merdeka.
Selain itu, Tan Malaka juga mengembangkan bagaimana cara berfikir secara luas dalam
bukunya Madiloh (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Madilog ini sebagaimana yang telah
10
dijelaskan Malaka (2017: 123) mengajak untuk memperguankan pikiran “rasional” karena
pengetahuan dan cara berfikir yang begitu adalah tingkatan tertinggi dalam peradaban manusia
dan tingkatan pertama untuk masa depan. Madilog ini adalah cara berfikir baru yang dapat
digunakan untuk memerangi cara berfikir lama yang sangat mempengaruhi oleh dunia mistik
yang menyebabkan orang menyerah kepada alam.
Tan Malaka menjelaskan bahwa negara sosialis terbentuk karena adanya pertentangan
kelas. Pertentangan yang terjadi tersebut karena adanya pertentangan kelas. Pertentangan
tersebut terjadi karena perkembangan sebuah negara dengan adanya hukum dialektika yakni
sebagai thesis, antithesis, dan synthetis. Sebagai thesis, Tan Malaka menyebutnya dengan
sebutan masyarakat yang berada karena atas dasar kepemilikann beersama atas alat-alat dan
hasil produksi. Antithesisnya yaitu adalah masyarakat kapitalis yang mulai terpecah karena
kepemilikan hanya pada sekelompok orang. Synthesisnya yaitu ia menyebut masyarakat di
seluruh dunia yang berjuang menuju masyarakat komunis modern.
11
pergerakan politk. Bisa saja Tan Malaka meletakkan diri dalam dua pilihan, yaitu tunduk dan
melawan. Antara bertahan sebagai guru dengan mendapat gaji tinggi dan darah kaum proletary
di negerinya atau mencampakkan semua kemewahan dan menuju perlawanan perlaku manusia.
Dalam berjuang, Tan Malaka memiliki konsep yang bukan hanya sekedar menang,
namun juga memikirkan setelah mendapatkan kemenangan itu untuk apa. Disinilah letak
kehebatan Tan Malaka disamping sebagai ahli strategi perang, ternyata ia juga ahli berfilsafat
dan filsafat yang dibawanya adalah filsafat revolusioner yang bisa digunakan sebagai dasar
perjuangannya. Muhtar Said mengutip berkataan dalam karya Tan Malaka yang berjudul
Manifesto Jakarta (1945), “Jangan dibolehkan modal asing mengganggu kemajuan perusahaan
Indonesia. Hal ini pasti akan terjadi kalua modal asing diperbolehkan lagi menyewa tanah dan
menguasai bahan Indonesia” (Purwaningsih: 2019:60).
Konsep berfikir Tan Malaka terkait dengan system negara yang ada dalam bayangannya
yaitu memposisikan negara mempunyai kekuasaan penuh yang dapat menontrol sampai lapisan
bawah. Selain itu, Tan Malaka memahami komunisme bukan sebagai suatu tatanan nilai yang
diukur dengan dogma, tetapi suatu strategi dan taktik demi mewujdukan cita-cita bangsa
Indonesia. Komunisme diartikan Tan Malaka yaitu sebagai sarana dalam mengusir penjajah di
Indonesia, terbukti dalam komitmen Internasioal yang menginginkan persatuan antar Pan-
Islamisme dengan komunisme untuk menghapus Feodalisme dan Imperialisme.
Namun, untuk menata Indonesia, revolusi nasional saja tidak cukup. Perlu adanya
revolusi sosial guna menciptakan sebuah tatanan hidup tanpa penindasan dan berpihak kepada
keadilan. Pemikiran inilah yang pada akhirnya menjadi tempat berpijak yang pada akhirnya
menjadikannya seorang konseptor negara yang memimpikan kesejahteraan bagi rakyat
Indonesia di bawah bendera sosialisme dan keadilan. Factor yang menyebabkan karekter politik
Tan Malaka diantaranya yaitu budaya Minangkabau. Kemudian membawa garis religiusitas,
sehingga banyak mempengaruhi cara berfikir Tan Malaka.
12
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Tan Malaka memiliki pandangan mengenai bentuk negara dan system ekonomi yang adil dan
baik yang pada saat itu berbeda dengan tokoh-tokoh pendiri bangsa lainnya. Seperti Soekarno, Moh.
Hatta, Sutan Sjahrir, dan lain-lain. Dengan adanya perbedaan tersebut, membuat Tan Malaka
terkesan bersebrangan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah pada waktu awal kemerdekaan.
Analisis kajian Tan Malaka terhadap perkembangan masyarakat Indonesia, Tan Malaka membagi
perkembangan masyarakat Indonesia menjadi tiga periode. Pertama, periode Indonesia asli. Kedua,
periode Hindu-Belanda (masa kegelapan), dan Ketiga, periode Indonesia Merdeka dan Sosialis.
Pemikiran dan perjuangan yang dilakukan oleh Tan Malaka, terpusat pada tujuan utama. Yaitu
bagaimana memerdekakan bangsanya yang sekaligus merombak secara total seluruh tatanan
ekonomi, pollitik, sosial, dan budaya. Jauh sebelum Soekarno menulis “Indonesia Menggugat” pada
tahunn 1932 yang didalamnya berisi, arti penting kemerdekaan bagi bangsa Indonesia atau Moh.
Hatta dengan Kearah Kemerdekaan Indonesia Merdeka pada tahun 1930. Sementara itu, Tan
Malaka menulis pamphlet dengan judul “Naar De Republik Indonesia (Menuju Republik
Indonesia)” yang sebagai konsepsi menuju kemerdekaan Indonesia yang pertama kali terbit di
Kowloon China, paril 1925 semasa pengasingannya. Tan Malaka bertemu dengan tokoh-tokoh
pergerakan dan bergabung dengan Serikat Dagang Islam (SDI) serta menjadi ketua PKI
menggantikan Semaun. Organisasi inilah yang menjadi alat politik dan perlawanan yang dilakukan
oleh Tan Malaka, yang hingga pada akhirnya membentuk Partai Republik Indonesia dan Partai
Murba. Pengalaman Tan Malaka sewaktu di Belanda sangat mempengaruhi pemikirannya. Dari
berbagai hasil pemikiran Tan Malaka, hanya Madilog: Materialisme, Dialektika, dan Logika yang
dianggap sebagai karyanya paling brilian dan monumental. Titik tolak Madilog adalah mental
bangsa Indonesia yang pada umumnya terbiasa dengan system perbudakan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Zulhelmi, Z. (2015). Konsep Sosial Politik Tan Malaka Dan Relevansinya Bagi Hak Asasi
Manusia. Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, Dan Fenomena
Agama, 16(2), 20-37.
Dedi, A. (2018). PEMIKIRAN POLITIK SOEKARNO, BUNG HATTA, DAN TAN MALAKA
DALAM KEHIDUPAN POLITIK DI INDONESIA. Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Negara, 4(4), 527-532.
Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Permata, H. (2011). Filsafat dan Konsep Negara Marxsisme. Jurnal Filsafat. 21(3), 200-223.
Ponirin, P., & Silaban, A. P. Pemikiran Politik Tan Malaka Tentang Konsep Negara
Indonesia. Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, 4(1), 58-69.
14