Anda di halaman 1dari 67

PENGARUH TERAPI HEALING TOUCH TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH

PASIEN HIPERTENSI

KARYA ILMIAH KEPERAWATAN

MOH. RIDAI
NPM. 72163XXXX

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2021/2022
PENGARUH TERAPI HEALING TOUCH TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH
PASIEN HIPERTENSI

KARYA ILMIAH KEPERAWATAN

Untuk Memperoleh Gelar Profesi Ners (Ners) Dalam Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja

Oleh:
MOH. RIDAI
NPM. ……………………

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2021/2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Keperawatan ini hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : ……………………………………….
NPM : ……………………………………….
Tanda tangan :

Meterai Rp.10.000,-

Tanggal : ……………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
KARYA ILMIAH KEPERAWATAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN KOMBINASI PENDEKATAN MRP (MOTOR


RELEARNING PROGRAMME) DAN CORE-5 STRENGTHENING TERHADAP PENINGKATAN
KESEIMBANGAN STATIS DAN DINAMIS PADA KASUS CVD-SI DEXTRA DI RS X

KARYA ILMIAH KEPERAWATAN

NAMA MAHASISWA
NPM…………………

KARYA ILMIAH KEPERAWATAN INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL ………………………………….

Pembimbing,

(……………………………..)
NIDN…………………..

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners

(………………………………)
NIDN………………………….
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA ILMIAH KEPERAWATAN

Diajukan oleh:
Nama : ……………………………………………………………….
NPM : ……………………………………………………………….
Program Studi : Profesi Ners
Judul : ……………………………………………………………….

Karya Ilmiah Keperawatan ini telah diuji dan dinilai oleh dewan Penguji Karya Ilmiah Keperawatan
Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja
Pada Tanggal ……………………………………………

DEWAN PENGUJI
Ketua Penguji :. …………………………………….(…...tanda tangan…)
Anggota Penguji : :…………………………………….(…...tanda tangan…)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners

(………………………………)
NIDN………………………….

Menyetuji,
Dekan fakultas Ilmu Kesehatan

(………………………………)
NIDN………………………….
HALAMAN PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Wiraraja, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ..........................................................................................................
NPM : ..........................................................................................................
ProgramStudi : ..........................................................................................................
Fakultas : ..........................................................................................................

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Wiraraja Hak
Bebas Royalti Non eksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
.......................................................................................................................................... beserta perangkat
yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini Universitas Wiraraja berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan skripsi saya maupun artikel ilmiah yang ada di dalamnya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : …………………….
Pada tanggal : …………………….

Yang menyatakan
TTD & Materai

( …………………………………. )
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya hanturkan atas kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan Karunia- Nya yang telah
melimpahkan Taufiq, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Keperawatan ini dengan judul .........................................................................’
Penyusunan karya ilmiah keperawatan ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, serta dukungan yang
telah diberikan dari berbagai pihak, untuk itu ijinkan peneliti menyampaikan terima kasih kepada :

1. xxxxxxx, selaku Rektor Universitas Wiraraja


2. xxxxxxx, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiaraja
3. xxxxxxx, selaku Ketua Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja
4. xxxxxxx, selaku Direktur RSUD............../ Kepala Puskesmas yang telah memberikan ijin
penelitian
5. xxxxxxxx, selaku pembimbing utama yang telah memberikan arahan selama proses skripsi ini.
6. xxxxxxxx, selaku pembimbing kedua yang telah memberikan arahan selama proses skripsi ini.
7. xxxxxxx, selaku penguji yang telah memberikan saran pada saat proses ujian
8. Jajaran Dosen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja dan semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan laporan penelitian ini.
9. Orang tua yang selalu memberikan motivasi
10. Teman – teman angkatan 2014 Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah keperawatan ini. Untuk
itu saya sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari segenap pembaca. Akhir
kata semoga skripsi ini dapat memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.

Sumenep, ………………………..

Peneliti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK

JUDUL ABSTRAK (ditulis huruf kapital dengan spasi 1)


Oleh: Nama Mahasiswa

Isi abstrak penelitian (penjelasan pada 4.2.1 poin J). Paragraf ditulis tanpa indensi
dengan spasi 1.

Kata kunci: terdiri dari 3 hingga 5 kata yang mewakili isi penilitan
ABSTRACT

JUDUL ABSTRAK DALAM BAHASA


INGGRIS By : Nama Mahasiswa

Isi abstrak penelitian dalam bahasa inggris (penjelasan pada 4.2.1 poin J). Paragraf
ditulis tanpa indensi dengan spasi 1.

Keywords : terdiri dari 3 hingga 5 kata dalam bahasa inggris yang mewakili
isi penilitan (sama dengan kata kunci pada abstrak bahasa Indonesia)
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi masalah serius

saat ini. Hipertensi dikategorikan sebagai the silent disease atau the silent killer

karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap Hipertensi atau tidak

mengetahui sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Ukuran tekanan darah

terdiri dari tekanan darah sistol dan tekanan diastol. Tekanan darah sistol

adalah tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi. Tekanan darah

diastol adalah tekanan ketika jantung berelaksasi. Nilai normal tekanan darah

seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan

kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktivitas sehari - hari,

tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran setabil. Hipertensi

merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan

pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan

darah.

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam

sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara

umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional. Adapun dalam terapi

ini yang bisa digunakan untuk menurunkan tekanan darah misalnya terapi bekam,

terapi relaksasi, terapi pijat dan juga terapi healing touch (Kamalluddin, 2010).
Healing touch adalah terapi yang diyakini dapat mengidentifikasi dan

memperbaiki ketidakseimbangan energy klien dengan meletakkan/ mengusapkan

tangan di atas pasien atau tubuh yang merasa sakit (Kamalluddin, 2010). Dalam

peran ini otak dan kulit adalah organ yang sangat penting. Kulit adalah system

organ yang paling penting ia menempatkan nilai yang besar pada nilai terapeutik

sentuhan terutama sebagai alat untuk menurunkan efek ketegangan. kulit adalah

organ terkuat yang dapat menerima rangsangan pada tubuh manusia, dan ketika

reseptor sensoriknya dirangsang, hormon oksitoksin (yang membuat tubuh merasa

lebih baik) dilepaskan. Pada saat yang bersamaan kortisol (hormon stress)

berkurang. Berhubungan dengan orang lain melalui sentuhan merupakan ekspresi

kepedulian secara sederhana dan pengalaman terapeutik yang kuat. Penggunaan

sentuhan telah di aplikasikan secara universal dalam konteks penyembuhan.

Sentuhan digunakan untuk memberi kenyamanan, berkomunikasi dan

mengaktivasi sifat tubuh dalam penyembuhan diri (Slevin, 2006).

Insiden Hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut WHO

dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta

penderita Hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap

tahunnya. Didapatkan dari  januari sampai Desember 2015 dan januari sampai

maret 2016 Jumlah penderita Hipertensi yang dirawat diberbagai Rumah Sakit

didunia mengalami peningkatan antara 10% sampai dengan 20% dalam setahun.

(WHO, 2017). Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2017

prosentase lansia dunia di estimasi 10,1% dari jumlah penduduk dunia. Pada

populasi usia lanjut, angka penyandang tekanan darah tinggi lebih banyak lagi,

dialami oleh lebih dari separuh populasi orang berusia diatas 60 tahun.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Indonesia, prevalensi Hipertensi di

Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 60 tahun ke atas. Sekitar 60%

penderita Hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya mengakibatkan

penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan (Depkes, 2015). Berdasarkan Profil

Kesehatan Jawa Timur tahun 2015 tercatat 285.724 jiwa mengidap penyakit

Hipertensi.

Introduksinya adalah :
Stroke atau gangguan peredaran darah pada otak
merupakan salah satu sindrom yang diakibatkan oleh
gangguan aliran peredaran darah ke otak, yang
menimbulkan gangguan fungsional pada otak berupa
defisit neurologik atau kelumpuhan pada saraf. Stroke
disebabkan oleh keadaan iskemik atau proses
hemoragic yang seringkali diawali oleh adanya lesi
atau perlukaan pada pembuluh darah arteri (Dinata et
al., 2013). Terdapat berbagai macam masalah yang
sangat kompleks bagi kehidupan penderita stroke,
seperti gangguan pada fungsi vital otak yang
menyebabkan adanya gangguan koordinasi, gangguan
keseimbangan, gangguan kontrol postur, gangguan
sensasi, dan ganguan refleks gerak yang akan
menurunkan kemampuan aktivitas fungsional individu
sehari-hari (Irfan, 2010). Kelemahan yang terjadi pada
otot-otot core stability dapat dilatih atau diperkuat
dengan cara latihan core-strengthening yang biasanya
digunakan untuk memperkuat otot-otot daerah
abdomen, lumbal, dan pelvis. Otot-otot di daerah
tersebut akan berkontraksi untuk mengontrol postur
lumbal (Wowiling & Lolombulan, 2016). Masalah
keseimbangan dapat dilatih dengan beberapa macam
bentuk latihan, salah satunya dengan menggunakan
metode Motor Relearning Programme (MRP). Metode
MRP merupakan jenis intervensi fisioterapi yang
paling sering digunakan untuk meningkatkan
keseimbangan dinamis pada pasien stroke hemiparese
dan terbukti sangat bermanfaat dalam meningkatkan
keseimbangan berdiri pada pasien stroke n (Paulina et
al., 2016).

1.1.2 Justifikasi / Skala Masalah


1) Justifikasi adalah pembenaran dan bukti secara
autentik tentang keberadaan masalah yang telah
diuraikan.
2) Dalam paragraf ini diungkapkan kesenjangan:
antara harapan dan kenyataan, antara teori dan praktik,
antara visi dengan realitas.
3) Selain kesenjangan perlu diungkap besar / skala
masalah, artinya seberapa besar masalah itu dapat
diangkat menjadi masalah penelitian, yang dapat
dibuktikan dengan data kualitatif maupun kuantitatif.
Data dapat diperoleh dari literatur yang terbaru, hasil
penelitian yang masih relevan dan survey awal (bukti
empiris).
4) Penyusunan skala masalah dituliskan dari ruang
lingkup yang paling luas hingga ke lingkup pada
tempat penelitian.
1.1.3 Kronologis
1) Kronologis berisi tentang bagaimana urutan
kejadian suatu masalah itu sampai timbulnya akibat
jika masalah tersebut tidak ditangani (dampak).
2) Hal ini diuraikan sesuai dengan teori yang didapat
dari literatur tentang masing- masing variabel serta
akibat jika masalah tersebut tidak diselesaikan.
1.1.4 Solusi
1) Paragraf terakhir berisi tentang alternatif solusi
untuk menyelesaikan masalah dan dampak yang
ditimbulkannya.
2) Upayakan tidak hanya satu solusi, tetapi berbagai
macam solusi untuk beberapa
pihak yang terkait dengan masalah penelitian.
3) Jelaskan bagaimana penelitian ini dapat dipakai
untuk solusi yang telah dipaparkan.
4) Uraikan juga peran fisioterapis dalam solusi
tersebut, sehingga peneliti sebagai fisioterapis ingin
memperdalam pengetahuan tentang kasus ini melalui
desain studi kasus.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI


DENGAN KOMBINASI PENDEKATAN MRP
(MOTOR RELEARNING PROGRAMME) DAN
CORE-5 STRENGTHENING TERHADAP
PENINGKATAN KESEIMBANGAN STATIS DAN
DINAMIS PADA KASUS CVD-SI DEXTRA DI RS X

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
(1) Menerapkan intervensi latihan dengan
kombinasi Pendekatan MRP (Motor Relearning
Programme) dan Core-Strengthening Terhadap
Peningkatan Keseimbangan Statis dan Dinamis
pada kasus Stroke Iskemik Hemiparese Sinistra di
RS X
(2) Menjelaskan pengaruh kombinasi
Pendekatan MRP (Motor Relearning
Programme) dan Core-Strengthening Terhadap
Peningkatan Keseimbangan Statis dan Dinamis
pada kasus Stroke Iskemik Hemiparese Sinistra di
RS X
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Pengertian

Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang serius

pada saat ini, hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik

muda maupun tua. Hipertensi termasuk dalam jenis penyakit degeneratif, seiring

dengan pertambahan usia akan terjadi peningkatan tekanan darah secara perlahan.

Hipertensi sering disebut sebagai ”silent killer” (pembunuh secara diam-diam),

karena seringkali penderita hipertensi bertahun- tahun tanpa merasakan sesuatu

gangguan atau gejala. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada

organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Gejala-gejala yang dapat

timbul akibat hipertensi seperti pusing, gangguan penglihatan, dan sakit kepala.

Hipertensi seringkali terjadi pada saat sudah lanjut dimana tekanan darah sudah

mencapai angka tertentu yang bermakna (Triyanto, 2014).Hipertensi merupakan

keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik lebih dari 90 mmHg (Dafriani, 2019).

Menurut American Society of Hypertension (ASH), hipertensi adalah suatu

sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat dari

kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan. Hipertensi merupakan

penyakit mutifaktral akibat interaksi dari faktor genetik dan faktor lingkungan.

Hipertensi sendiri dikasifikasikan dalam dua jenis yaitu hipertensi primer

(esensial) yang belum diketahui penyebab pastinya dan hipertensi sekunder yang

dapat disebabkan oleh penyakit seperti ginjal, jantung, endokrin, dan gangguan
kelenjar adrenal (Nuraini, 2015).

2.1.2 Klasifikasi

1. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi

a. Hipertensi primer

Hipertensi primer terjadi karena kombinasi genetik dan faktor

lingkungan yang memiliki efek pada fungsi ginjal dan vaskuler. Salah satu

kemungkinan penyebab hipertensi primer adalah defisiensi kemampuan

ginjal untuk menekskresikan natrium yang meningkatkan volume cairan

ekstraseluler dan curah jantung sehingga mengakibatkan peningkatan aliran

darah ke jaringan. Peningkatan aliran darah ke jaringan menyebabkan

konstriksi arteriolar dan peningkatan resistansi caskular perifer (PVR) dan

tekanan darah (Nair & Peate, 2015).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit pada organ yang

mengakibatkan peningkatan Peripheral Vascular Resistance (PVR ) dan

peningkatan curah jantung. Hipertensi sekunder berfokus pada penyakit

ginjal atau kelebihan kadar hormone seperti aldosteron dan kortisol, k

hnedua hormon ini menstimulasi retensi natrium dan air yang

mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan darah (Nair & Peate,

2015).

2. Klasifikasi Berdasarkan derajat Hipertensi

a. Berdasarkan JNC 8

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi JNC 8 dalam Majid (2017)

Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik


Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

Pre –Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Hiperensi Stage -1 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Hipertensi Stage -2 ≥ 160 mmHg ≥ 100mmHg

Klasifikasi hipertensi terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Berdasarkan penyebab

a. Hipertensi Primer/ Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik),

walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti

kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Faktor ini terjadi

sekitar 90% pada penderita hipertensi.

b. Hipertensi Sekunder/ Hipertensi Non Esensial

Hipertensi ini diketahui penyebabnya. Penderita hipertensi

yang disebabkan oleh penyakit ginjal yaitu 5-10 %, sedangkan 1-

2 % penderita hipertensi ini disebabkan oleh kelainan hormonal

atau pemakainan obat tertentu.

2. Berdasarkan bentuk hipertensi

Hipertensi ini disebabkan oleh sistolik (systolic hypertension)

dan diastolik (diastolic hypertension) yang meninggi


2.1.3 Etiologi

Menurut Nair & Peate (2015), penyebab hipertensi primer belom diketahui

secara jelas, tetapi ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi

yang sudah diketahui perkembangannya yaitu: obesitas, stres, rokok, konsumsi

alcohol, asupan natrium yang berlebihan dapat menyebabkan retensi cairan,

riwayat keluarga. Sedangkan hipertensi sekunder dapat terjadi dikarenakan faktor

yaitu: penyakit renalis, sindrom cushing, kontrasepsi oral, koarktasio

(penyempitan) aorta.

2.1.4 Patofisiologi

Reseptor yang menerima perubahan tekanan darah yaitu refleks

baroresptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada hipertensi,

karena adanya berbagai gangguan genetik dan resiko lingkungan, maka terjadi

gangguan neurohormonal yaitu sistem saraf pusat dan sistem renin-angiotensin-

aldosteron, serta terjadinya inflamasi dan resitensi insulin. Resistensi insulin dan

gangguan neurohormonal menyebabkan vasokontraksi sistemik dan peningkatan

resistensi perifer. Inflamasi menyebabkan gagguan ginjal yang disertai gangguan

sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) yang menyebabkan retensi garam dan

air di ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume darah. Peningkatan resistensi

perifer dan volume darah merupakan dua penyebab utama terjadinya hipertensi

(Asikin dkk, 2016).

Hipertensi primer terjadi karena kombinasi genetik dan faktor lingkungan

yang memiliki efek pada fungsi ginjal dan vaskular. Salah satu kemungkinan

penyebab hipertensi primer adalah defisiensi kemampuan ginjal untuk mengekresi

natrium yang meningkatkan volume cairan ekstraseluler dan curah jantun


sehingga mengakibatkan peningkatan aliran darah ke jaringan. Peningkatan aliran

darah ke jantung menyebabkan kontriksi arteriolar dan peningkatan resistensi

vaskular perifer (PVR) dan tekanan darah. (Nair & Peate, 2015). Sedangkan

Hipertensi sekunder terjadi kerena disebabkan oleh penyakit pada organ yang

mengakibatkan peningkatan PVR dan peningkatan curah jantung. Pada sebagian

besar kasus, fokus hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal atau kelebihan kadar

hormon seperti aldosteron dan kortisol. Hormon tersebut menstimulasi retensi

natrium dan air yang mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan darah

(Nair & Peate, 2015).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Penderita hipertensi menunjukkan adanya sejumlah tanda dan gejala,

namun ada juga yang tanpa gejala. Hal ini menyebabkan hipertensi dapat terjadi

secara berkelanjutan dan mengakibatkan sejumlah komplikasi. Hipertensi ada

gejala deskripsinya yaitu hipertensi biasanya tidak menmbulkan gejala. Namun,

akan menimbulkan gejala setelah terjadinya kerusakan organ, misalnya; jantung,

ginjal, otak, dan mata. Sedangkan hipertensi dengan gejala yang sering terjadi

yaitu; nyeri kepala, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sulit untu tidur, lemah,

dan lelah lelah ( Asikin dkk, 2016).

2.1.6 Faktor Resiko

Menurut Nuraini (2015), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai

respon peningkatan cardiacoutput atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada

beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain :


1. Genetik: adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan

dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara

potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi

mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada

orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu

didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi

dalam keluiiiiiiiarga.

2. Obesitas: berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah

pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National

Institutes for Health USA, prevalensi tekanan darah tinggi pada orang

dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria

dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria

dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal

menurut standart internasional).

3. Jenis kelamin: prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan

wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause salah satunya adalah penyakit jantung koroner. Wanita yang

belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang

berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).

Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen

dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia

premenopause. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi


sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari

kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut

berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang

umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.

4. Stres: stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin

akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung

memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.

5. Kurang olahraga: olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan

penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk

hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila

jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi

tertentu. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi

karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak

aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung

mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan

sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang

mendesak arteri.

6. Pola asupan garam dalam diet: badan kesehatan dunia yaitu World Health

Organization (WHO) dalam Nuraini (2015), merekomendasikan pola

konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar

sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar

2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang

berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler


meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,

sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume

cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,

sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.

7. Kebiasaan Merokok: merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.

Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi

maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami

ateriosklerosis.14 Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S

Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap

28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak

merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14

batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang

perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada

kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.

2.1.7 Komplikasi

Menurut Nuraini (2015), hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk

terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan

dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko

terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi

semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20

tahun. 20 Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak

terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab


kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai

stroke dan gagal ginjal.

2.1.8 Penatalaksanaan

Menurut Nair & Peate (2015), penataaksanaan pada penderita hipertensi

dapat digunakan berbagai cara yaitu melalui metode farmakologi dan metode non

farmakologi:

1. Pengobatan hipertensi dengan metode farmakologi diresepkan dokter

yaitu diuretic untuk mengurangi beban cairan yang menyebabkan

penurunan curah jantung sehingga membantu menurunkan tekanan

darah.

2. Pengobatan hipertensi dengan metode non farmakologi dengan

pengontrolan manual seperti pembatasan asupan natrium karena dapat

memicu retensi air yang menyebabkan peningkatan volume yang

bersirkulasi dan peningkatan curah jantung sehingga dapat terjadi

hipertensi, pengaturan diet (diet tinggi sayur dan buah serta rendah

lemak jenuh), pengaturan stress (teknik relaksasi menurunkan tekanan

darah dan beban kerja jantung).

Sedangkan menurut JNC VII dalam Nuraini (2015), penanganan hipertensi

bertujuan untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas penyakit

kardiovaskuler dan ginjal. Penatalaksaaan ini bertujuan untuk menurunkan

tekanan sistolik dan distolik dalah darah mencapai target <140/90 mmHg.

Pengobatan untuk menurunkan tekanan darah dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu non-farmakologi dan farmakologi yaitu:


1. Terapi farmakologi

Terapi farmakologi yaiu memberikan terapi obat antihipertensi yag

di anjurkan oleh JNC VII dalam Nuraini (2015) yaitu diuretic, terutama

jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteon antagonis, beta blocker, calcium

chanetl bocker atau calciumantagonist, Angiotensin Converting Enzyme

Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blockeratau AT1 receptor

antagonis/ blocker (ARB). Adapun contoh obat antihipertensi antara lain

yaitu;

a. Beta –blocker (misalnya: Propanolo, antenolol)

b. Penghambat angiotensin converting enzyme (misalnya: captopril,

enalapril)

c. Antagonis angiotensin II (misalnya: candesartan, losartan)

d. Calcium channel blocker (misalnya amlodipine, nifedipin)

e. Alpha-blocker (misalnya doksasozin)

Menurut Majid (2017), semua kelas obat antihipertensi, seperti

angiotensin converting enzim inhibitor (ACEI), angiotensin reseptor bloker

(ARB), beta-bloker (BB), kalsium chanel bloker (CCB), dan diuretik jenis

tiazide, dapat menurunkan komplikasi hipertensi yang berupa kerusakan organ

target.
Tabel 2.1 pengobatan hipertensi berdasarkan stage JNC 8 dalam

Majid (2017)

Klasifikasi TDS TDD Modifika Obat Awal


Tekanan mm mmHg si Gaya
Tanpa Dengan Indikasi
Darah Hg Hidup
Indikasi
Normal < < 80 Anjuran Tidak perlu Gunakan obat

120 menggunaka yang spesifik

Pre- 120- 80-89 ya n obat dengan indikasi

Hipertensi 139 antihiperten (resiko).

si.

Hiperten 140- 90-99 ya Untuk Gunakan obat

si

Stage 1 159 semua yang spesifik

kasus

gunakan dengan indikasi

diuretik (resiko).

jenis Kemudian

thiazide, tambahkan obat

pertimban antihipertensi

gk

an ACEi, (diuretik, ACEi,

ARB, BB, ARB, BB,

CCB atau CCB,) seperti

kombinasi yang dibutuhkan

ka
n

Hiperten > >100 ya Gunakan

si

Stage 2 160 kombinasi

obat

(biasanya

diuretik

jenis

thiazide

dan

ACEi/

ARB/

BB/CCB

komplikasi kardiovaskuler. Selain itu, diuretik meningkatkan khasiat

penggunaan regimen obat antihipertensi kombinasi, yang dapat

digunakan dalam mencapai tekanan darah target, dan lebih

bermanfaat jika dibandingkan dengan agen obat antihipertensi

lainnya. Meskipun demikian, sebuah pengecualian didapatkan pada

percobaan yang telah dilakukan oleh Second Australian National

Blood Pressure yang melaporkan hasil penggunaan obat awal ACEI

sedikit lebih baik pada laki-laki berkulit putih dibandingkan pada

pasien yang memulai pengobatannya dengan diuretik.

Obat diuretik jenis tiazide harus digunakan sebagai pengobatan


awal pada semua pasien dengan hipertensi, baik penggunaan secara

tunggal maupun secara kombinasi dengan satu kelas antihipertensi

lainnya (ACEI, ARB, BB, CCB) yang memperlihatkan manfaat

penggunaannya pada hasil percobaan random terkontrol. Daftar

faktor resiko yang disertai dengan jenis obat antihipertensi sebagai

pengobatan awal dapat dilihat pada tabel 4. Jika salah satu obat tidak

dapat ditoleransi atau kontraindikasi, sedangkan kelas lainnya

memperlihatkan khasiat dapat menurunkan resiko kardiovaskuler,

obat yang ditoleransi tersebut harus diganti dengan jenis obat dari

kelas berkhasiat tersebut.

Sebagian besar pasien yang mengidap hipertensi akan

membutuhkan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mendapatkan

sasaran tekanan darah yang seharusnya. Penambahan obat kedua dari

kelas yang berbeda harus dilakukan ketika penggunaan obat tunggal

dengan dosis adekuat gagal mencapai tekanan darah target. Ketika

tekanan darah lebih dari 20/10 mmHg di atas tekanan darah target,

harus dipertimbangkan pemberian terapi dengan dua kelas obat,

keduanya bisa dengan resep yang berbeda atau dalam dosis

kombinasi yang telah disatukan. Pemberian obat dengan lebih dari

satu kelas obat dapat meningkatkan kemungkinan pencapaian

tekanan darah target pada beberapa waktu yang tepat, namun harus

tetap memperhatikan resiko hipotensi ortostatik utamanya pada

pasien dengan diabetes, disfungsi autonom, dan pada beberapa orang

yang berumur lebih tua. Penggunaan obat- obat generik harus


dipertimbangkan untuk mengurangi biaya pengobatan (Majid, 2017).

Menurut Muhadi (2016), Guideline JNC 8 dalam Muhadi

(2016) tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan

mempertahankan target tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak

tercapai dalam 1 bulan perawatan, tingkatkan dosis awal atau

tambahkan obat kedua dari salah satu kelas yang direkomendasikan

(thiazide-type diuretic, CCB, ACEI atau ARB). Dokter harus terus

menilai tekanan darah dan menyesuaikan regmen perawatan sampai

target tekanan darah dicapai. Jika target tekanan darah tidak tercapai

dengan 2 obat, tambahkan dan titrasi obat ketiga dari daftar yang

tersedia. Jangan gunakan ACEI dan ARB bersama-sama pada satu

pasien. Jika target tekanan darah tidak dapat tercapai menggunakan

obat di dalam rekomendasi, karena kontraindikasi atau perlu

menggunakan 3 obat, obat antihipertensi kelas lain dapat digunakan.

2. Terapi non farmakologi

Hipertensi dapat ditangani dengan terapi non-

farmakologis, yaitu dengan perubahan gaya hidup. Beberapa

perubahan gaya hidup yang dapat menurunkan tekanan darah

adalah pembatasan konsumsi garam, pembatasan konsumsi

alkohol, banyak mengkonsumsi sayuran dan buah- buahan,

penurunan dan pengendalian berat badan, serta olah raga teratur

(Sunarti 2017).

1) Pembatasan Konsumsi Garam

Konsumsi garam yang berlebihan dapat mengakibatkan


kontribusi pada hipertensi resisten. Rata-rata konsumsi garam di

beberapa negara adalah 9-12 g/hari. Jika konsumsi ini di kurangi,

maka dapat membantu menurunkan tekanan arah sistolik

sebanyak 1-2 mmHg pada orang dengan tekanan darah normal

dan dapat menurunkan 4-5 mmHng dengan hipertensi (Mancia et

al., 2013 dalam Sunarti, 2017). Pembatasan asupan garam tingkat

sedang yaitu kira-kira 1,8 g/hari mampu menurunkan tekanan

darah sistolik dan diastolik 2 mmHg dan 1 mmHg pada

normotensi, serta 5mmHg dan 2,7 mmHg pada orang hipertensi.

Kaitan antara asupan garam dengan peningkatan tekanan

darah dapat dijelaskan melalui adanya aktivitas simpatetik yang

menyebabkan kenaikan volume cairan ekstraseluler disertai

dengan resistensi pembuluh darah kapiler (Sunarti, 2017). Ketika

asupan garam berkurang, maka terdapat rangsangan fisiologis

dari SRA sistem saraf simpatetik. Respon kompensasi ini lebih

besar pada penurunan asupan yang dilakukan secara tiba-tiba dan

dalam jumlah besar dibandingkan dengan pengurangan asupan

dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang lama.

Menurut beberapa cara yang direkomendasikan untuk

pengurangan asupan garam, yaitu:

1. Mengurangi penggunan garam dapur dan penyedap makanan.

2. Tidak menambahkan garam saat mengkonsumsi makanan yang

sudah matang.

3. Membatasi konsumsi makanan dan minuman olahan atau


makanan dan minuman olahan mengandung natrium yang

tinggi.

4. Memperhatikan kandungan garam setiap membeli atau

mengkonsumsi makanan olahan ataupun makanan siap makan.

2) Pembatasan Konsumsi Alkohol

Pengonsumsian alkohol secara kronis telah diketahui

dapat menimbulkan gangguan beberapa organ seperti

gastrointestinal, kardiovaskular, dan sistem saraf yang dapat

menyebabkan disfungsi fisiologis dan berakibat pada masalah

kesehatan (Husain et al., 2014). Hipertensi atau peningkatan

tekanan darah merupakan salah satu dari efek samping yang di

timbulkan oleh tingginya pengonsumsian alkohol. Pada

peminum alkohol yang berat, dapat terjadi peningkatan tekanan

darah rata-rata sekitar 5-10 mmHg, dengan peningkatan tekanan

sistolik lebih besar dibandingkan peningkatan tekanan diastolik.

Beberapa hipotesis telah dikemukanan terkait

mekanisme hubungan antara konsumsi alkohol dengan

hipertensi. Di dalam tubuh alkohol dapat mempengaruhi

bebrapa proses diantaranya, yaitu:

1. Menstimulasi saraf simpatis, endotelin, SRAA (rennin

angiotensin asldosteron), kortisol, insulin (atau resistensi

insulin).

2. Menyebabkan penurunan kalsium atau magnesium.

3. Menghambat substansi atau senyawa yang dapat


menyebabkan pembuluh darah menjadi rileks atau

vasodilatsi.

4. Meningkatkan kadar kalsium intraseluler atau elektrolit

lainnya di dalam otot polos pembuluh darah yang mungkin

memeditasi oleh perubahan pada transport elektrolit di

membran. Secara garis besar pengaruh konsumsi alkohol

berlebihan terhadap kenaikan tekanan darah

3) Penurunan Berat Badan

Penurunan berat badan dapat membantu untuk

mengontrol faktor resiko hipertensi pada penderita dengan

overweight atau obesitas. Penurunan berat badan juga dapat

meningkatkan manfaat obat antihipertensi dan memperbaiki

faktor resiko hipertensi (Sunarti 2017). Penurunan berat badan

tidak dapat dikatakan sebagai faktor tunggal dalam penurunan

tekanan darah. Beberapa faktor lain yang dapat mendukung

penurunan berat badan yaitu, aktivitas fisik dan pengaturan diet

diprediksikan menjadi faktor penyerta dalam penuruanan

tekanan darah. Penurunan berat badan dikaitkan dengan adanya

perbaikan sensitivitas insulin, penurunan presentase lemak

tubuh, serta perbaikan sistem metabolisme lemak dan glukosa,

yang berkaitan dengan perbaikan homeostasis tekanan darah

(Sunarti, 2017).

4) Berhenti Merokok

Merokok dapat menginduksi kenaikan tekanan darah


secara temoorer, yaitu sekitar 15 menit atau lebih, tetapi pada

perokok berat, kenaikan tekanan darah cenderung kronis. Hal

ini kemungkinan di sebabkan oleh kekakuan arteri. Merokok

juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sentral dan

indeks augmentasi. Berhenti merokok akan mengurangi

kejadian stress oksidatif. Perubahan kebiasaan dari merokok

menjadi tidak merokok, dapat memperbaiki disfungsi endotel

vaskuler yang akan menurunkan indeks augmentasi (Sunarti,

2017).

Asupan rokok terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase tar dan

fase gas. Fase tar diartikan sebagai material yang terperangkap

dalam ombridge glasssfiber filter ketika asap rokok melewati

filter tersebut. Sementara itu, fase gas diartikan sebagai zat

yang dapat melewati filter. Kedua senyawa tersebut

mengandung radikal bebas dalam jumlah yang cukup banyak.

Fase tar mengandung sebanyak 10 radikal bebas per gramnya,

sedangkan fase gas mengandung >10 radikal bebas per hisapan.

Berdasarkan komponen-komponen yang telah dikenal, nikotin

termasuk ke dalam komponen fase tar, sedangkan monoksida

termasuk salah satu komponen fase gas.

Tingginya radikal bebas yang terdapat dalam tubuh

dapat berakibat pembentukan stress oksidatif. Stress oksidatif

dapat timbul dikarenakan tidak adanya keseimbangan antara

netralisasi radikal bebas dengan pembentukannya. Stress


oksidatif dapat memicu terjadinya bebrapa penyakit, termasuk

diantaranya yaitu hipertensi. Hipertensi dapat dipicu oleh stress

oksidatif melalui penurunan ekspresi eNOS, penurunan ekspresi

dan ativasi eNOS menyebabkan berkurangnya NO yang

berakibat pada peningkatan kekuatan pembuluh darah, sehingga

menimbulkan hipertensi.

Kandungan nikotin dalam rokok dapat menstimulasi

kelenjar adrenal untuk mensekresi katekolamin. Nikotin juga

dapat merangsang kerja sistem saraf simpatis. Adanya

katekolamin dan aktivasi sistem saraf simpatis akan

menyebabkan pembuluh darah perifer berkontraksi, sehingga

terjadi kenaikan tekanan darah dan detak jantung. Nikotin juga

diketahui agen vasokontriksi. Faktor-faktor inilah yang

menyebabkan terjadinya vasokontriksi tidak normal pada

perokok sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.

5) Aktivitas Fisik dan Olahraga Rutin

Aktivitas merupakan salah satu faktor pencegahan

terjadinya hipertensi. Aktivitas fisik dan olahraga terbukti

mempunyai efek protektif terhadap kenaikan tekanan darah.

Secara definisi, aktivitas fisik dan olahraga memiliki arti yang

berbeda. Aktivitas fisik adalah setiap gerak tubuh yang

menggunakan energy lebih besar dari keadaan istirahat.

Sedangkan olahraga adalah komponen dari aktivitas fisik yang

terncana, terstruktur dan berulang-ulang untuk meningkatkan


atau mempertahankan status kesehatan. Olahraga dianjurkan

untuk mendukung pengobatan dengan obat antihipertensi

(Sunarti, 2017).

6) Manajemen Stres

Stress telah diketahui mampu meningkatkan tekanan

darah secara akut melalui peningkatan kardiak output dan

denyut jantung tanpa mempengaruhi tahanan perifer. Stress

akut mampu meningkatkan kadar katekolamin, kortisol,

vasopressin, endopin, dan aldosteron. Hormone- hormnon

tersebut berperan aktif dalam menaikkan tekanan darah. Stress

juga dapat menurunkan ekresi natrium oleh ginjal. Retensi

natrium akan menyebabkan SRA diaktifkan, sehingga tekanan

darah akan naik.

2.2 Healing Touch

2.2.1 Pengertian Healing Touch

Healing Touch atau terapi sentuhan lembut dalam kondisi rileks untuk

memberikan keseimbangan energi fisik, emosi dan spiritual yang bertujuan dalam

proses penyembuhan. Terapi ini dapat menselaraskan kondisi bioenergi, pikiran

dan program terapi medis.

Healing Touch berhubungan dengan penyembuhan spiritual atau

penyembuhan energi, sentuhan terapeutik, serta penyembuhan jarak jauh. Tahun

1970an para perawat mengembangkan bentuk Healing Touch khusus yang disebut

Therapeutic Touch buat menyediakan pendekatan penyembuhan yang lebih


menyeluruh (melihat badan dan pikiran secara keseluruhan, bukan sebagai

komponen-komponen yang terpisah).

Inti dari healing touch adalah percaya bahwa energi-energi yang vital atau

tekenan hidup mengalir secara bebas melalui ruang dan terus secara berkelanjutan

dalam kehidupan setiap makhluk hidup. Pada orang yang sehat, energi ini

bergerak keluar masuk tubuh dengan seimbang. Dipercayai bahwa penyakit

diakibatkan oleh aliran energi yang tak seimbang. Para pelaku Healing Touch

menggunakan tangan mereka buat mengubah aliran energi dan mengembalikan

kesehatan. Healing Touch tak membutuhkan kontak antara praktisi dengan pasien

selama masa pengobatan. Para praktisi menggerakan tangannya beberapa inci di

atas tubuh pasien.

Terapeutik touch (terapi yang dilakukan dengan sentuhan adalah salah satu

pengobatan energi yang dilakukan dengan cara si teraoetis (orang yang melakukan

terapi/pengobatan) menggerak-gerakan telapak tangan di sekitar wilayah energi

pasieenya. Praktik terapi ini didasarkan pada kepercayaan bahwa setiap makhluk

hidup atau bahkan benda yang dikatakan hidup memiliki wilayah energi

kehidupan yang dapat dilihat atau dirasakan di luar tubuhnya.

2.2.2 Fungsi Terapi Healing Touch

Orang menggunakan healing touch untuk menyembuhkan berbagai

penyakit. Para pendukung healing touch percara ini berguna untuk

menyembuhkan luka, menyembuhkan infeksi mengurangi rasa sakit dan cemas.

Beberapa studi telah menunjukan bahwa seperti yoga dan meditasi,

healing touch mengurangi kecemasan dan stress.


Penelitian kecil sudah dilakukan terhadap efek healing touch, susah untuk

melakukannya dengan cara tradisional, tapi beberapa studi menunjukan bahwa

teknik ini berhasil.

2.2.3 Manfaat Healing Touch

Sebagian besar studi menunjukan bahwa Healing Touch bisa meredakan

sakit sepada akibat kontraksi otot (tension headache) dan mengurangi rasa sakit

akibat terbakar, osteoarthritis, atau akibat operasi. Selain itu terapi ini juga

berfungsi mempercepat penyembuhan luka dan memperbaiki fungsi area area

yang mengalami arthritis.

Healing Touch juga bisa membuat relaks. Ada juga pasien kanker,

penyakit jantungm dan pasien luka bakar yang melaporkan bahwa Healng Touch

mengurangi kecemasan secara signifikan. Secara umum relaksasi yang

ditimbulkan terapi ini bisa mengurangi stress, menurunkan tekanan darah, serta

memperbaiki pernapasan. Dengan relaks kadar kolesterol juga bisa menurun,

sistem kekebalan tubuh meningkat. Terapi ini juga Insya Allah bisa mengobati

berbagai penyakit fisik juga dipadukan dengan pengobatan medis dan herbal,

segala macam penyakit psikis (kejiwaan) dan termesuk juga penyakit non fisik

(sihir, santet, teluh, guna-guna, gangguan jin, dll).

2.2.4 Kelebihan dari Terapi Healing Touch

1. Dapat tercapai kondisi relaksasi hanya dengan sentuhan sederhana

2. Mensupport energi alamiah tubuh menuju keselarasan

3. Cocok untuk segala umur

4. Dapat diterapkan pada pasien-pasien yang mnegalami gangguan

jantung
5. Dapat berjalan selaras dengan program medis

2.2.5 Tujuan dari Terapi Healing Touch

1. Merestorasi keselarasan dan keseimbangan sistem energi tubuh

2. Mensupport diri pasien melalui proses sentuhan untuk meningkatkan

kemampuan tubuh, pikiran, emosi dan spiritual dalam mencapai

kondisi kesehatan yang optimal.

2.2.6 Dampak dari Terapi Sentuhan

Berikut ada empat damfak positif dari terapi sentuhan

1. Perkembangan otak

Klien yang sakit sangat membutuhkan sentuhan hangat. Menurut

penelitian yang dilakukan Alice Sterling Honing, PhD, seorang

Profesor di Syracuse University, klien yang jarang disentuh otaknya

lebih kecil 20% dibantingkan dengan yang sering disentuh.

2. Tingkah laku

Tingkah laku anak yang sering sidentuh penuh kasih sayang akan lebih

baik dibandingkan dengan yang jarang disentuh. Sentuhan juga bisa

membuat orang dewasa lebih bahagia dan berefek menenangkan.

Seseorang yang memiliki gangguan tingkah laku juga bisa ditenangkan

dengan terapi sentuhan.

3. Kesehatan

Sentuhan terbukti memiliki kekuatan untuk menurunkan tekanan darah

tinggi dan mengurangi hormon stres. Saat seseorang diberikan

sentuhan kadar Oxytocin akan meningkat dan menimbulkan efek

menenangkan.
4. Penyembuhan

Menurut American Hospital Association, sekitar 37% rumah sakit di

Amerika memiliki terapi penyembuhan alternatif selain medis. Salah

satunya adalah terapi sentuhan. Terapi sentuhan yang biasanya

dilakukan dengan pemijatan bisa mengatasi saraf yang tegang pada

pasien. Hal tersebut bisa membantu proses penyembuhan menjadi

lebih cepat.

dengan pandangan yang sehat tidak seperti sebelumnya.

2.2.7 Cara Kerja Healing Touch

Ada dua teori yang mendukung kerja terapi ini. Teori pertama

menyatakan kalau rasa sakit yang sebenarnya berkaitan dengan

pengalaman menyakitkan baik secara fisik maupun mental (seperti infeksi,

cidera, atau hubungan yang tidak harmonis) yang tertinggal dalam sel-sel

tubuh yang bersipat merusak serta mengganggu cara kerja sel-sel lain

didalam tubuh yang hasilnya adalah penyakit, dan terapi ini diyakini bisa

memulihkan kesehatan dengan cara komunikasi antara sel-sel.

Teori kedua berdasarkan pada prinsip fisika kuantum. Darah, yang

mengandung besi menghasilkan bidang elektromagnetik saat bersilkurasi

didalam tubuh. Berdasarkan teori ini kadang-kadang kita bisa melihat

bagian yang disebut dengan elektromagnetik tubuh. Secara umum, Healing

touch didasarkan pada ide bahwa keseimbangan aliran gelombang energi

yang menghasilkan kesehatan optimal. Para Quranic Healer mengalirkan

gelombang energi Ruqyah (dari hasil pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan

doa Rasulullah) pada tangan mereka dan kemudian menyeimbangkan


kembali ketidak stabilan energi tubuh seorang pasien. Saat menerima

Healing Touch, Pasien biasanya akan merasa hangat, relaks, nyaman serta

hilangnya rasa sakit, pada kasus-kasus tertentu akan mengeluarkan emosi

negatif dan semua penyakit (yang berhubungan dengan racun, kuman

penyakit) keluar dari tubuh baik melalui keringat maupun muntahan.


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yang
digunakan dalam mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan
terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan
menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian studi kasus
dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa
peristiwa, aktivitas atau individu

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.3 Subyek Penelitian/Kasus
Pada sub bab ini dideskripsikan tentang karakteristik subyek penelitian
yang akan diteliti. Subyek penelitian yang digunakan adalah 2 pasien (2
kasus) dengan masalah yang identik

3.4 Etika Penelitian


Dicantumkan etika yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari :
1) Informed Consent (persetujuan menjadi responden)
2) Anonimity (tanpa nama)
3) Confidentiality (kerahasiaan)
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengkajian Klien 1 (Format Pengkajian menyesuaikan bidang minat/
Departemen/ stase)
Di bawah ini contoh format pengkajian KMB

A. Identitas Pasien (1)


Nama Pasien : .................................................................
No. RM : .................................................................
Tempat Tanggal Lahir : .................................................................
Umur : .................................................................
Agama : .................................................................
Status Perkawinan : .................................................................
Pendidikan : .................................................................
Alamat : .................................................................
Pekerjaan : .................................................................
Jenis Kelamin : .................................................................
Suku : .................................................................
Diagnosa Medis : .................................................................
Tanggal Masuk RS : .................................................................
Tanggal Pengkajian : .................................................................
Sumber Informasi : .................................................................

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :.........................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
.............................................................................................
2. Riwayat Penyakit Sekarang
:.................................................................
...........
......................................................................................................................
...
......................................................................................................................
......
......................................................................................................................
...
......................................................................................................................
....

3. Riwayat Penyakit Dahulu


:.................................................................
..........
......................................................................................................................
..
......................................................................................................................
..
......................................................................................................................
..
......................................................................................................................
...

4. Riwayat Penyakit Keluarga


:.................................................................
............
......................................................................................................................
....
......................................................................................................................
.....
......................................................................................................................
...

5. Genogram :
C. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11
Pola)
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
........................................................................................................................
..
........................................................................................................................
..
........................................................................................................................
..
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit :
........................................................................................................................
..
........................................................................................................................
..
Selama sakit :
........................................................................................................................
..
........................................................................................................................
..
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
........................................................................................................................
..
........................................................................................................................
....
Selama sakit :
........................................................................................................................
....
........................................................................................................................
..
4. Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Kemampuan melakukan ROM

Kemampuan Mobilitas di tempat tidur

Kemampuan makan/minum

Kemampuan toileting

Kemampuan Mandi

Kemampuan berpindah

Kemampuan berpakaian

Ket. : 0 = Mandiri
1 = Menggunakan alat bantu
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Tergantung Total
5. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit :
........................................................................................................................
..
........................................................................................................................
..
Selama sakit :
........................................................................................................................
.......................
........................................................................................................................
........................
6. Sensori, Persepsi dan Kognitif
........................................................................................................................
.......................
........................................................................................................................
.......................
7. Konsep diri
a. Identitas Diri :
.................................................................................................................
.......................
.................................................................................................................
.......................
b. Gambaran Diri :
.................................................................................................................
.......................
.................................................................................................................
.......................
c. Ideal Diri :
.................................................................................................................
.......................
.................................................................................................................
.......................
d. Harga Diri :
.................................................................................................................
.......................
.................................................................................................................
........................
e. Peran Diri :
.................................................................................................................
........................
.................................................................................................................
.........................................................................................................
8. Sexual dan Reproduksi
Sebelum sakit :
........................................................................................................................
................................................................................................................
........................................................................................................................
.......................
Selama sakit :
........................................................................................................................
.......................
........................................................................................................................
........................
9. Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit :
........................................................................................................................
......................
........................................................................................................................
........................
........................................................................................................................
.......................
Selama sakit :
........................................................................................................................
....
........................................................................................................................
...
10. Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit :
........................................................................................................................
....
........................................................................................................................
...
Selama sakit :
........................................................................................................................
...
........................................................................................................................
..
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit :
........................................................................................................................
..
........................................................................................................................
..
Selama sakit :
........................................................................................................................
..
........................................................................................................................
.
D. Pemeriksaan Fisik
1 Tingkat Kesadaran : .................................................................
2 TTV :S: °C N : X/mnt TD :
mmHg RR : X/mnt
3 Kepala : .................................................................
4 Mata, Telinga, Hidung : ................................................................
Mata : .......................................................................................
.......................................................................................
Hidung : .......................................................................................
.......................................................................................
Telinga : .......................................................................................
.......................................................................................
5 Mulut : ................................................................
6 Leher : .................................................................
7 Dada/Thoraks : ................................................................
Inspeksi : ......................................................................................
.......................................................................................
Palpasi : ......................................................................................
.......................................................................................
Perkusi : ......................................................................................
.......................................................................................
Auskultasi :
.......................................................................................

8 Abdomen
Inspeksi : ......................................................................................
.......................................................................................
Auskultasi : ......................................................................................
.......................................................................................
Palpasi : ......................................................................................
.......................................................................................
Perkusi : ......................................................................................
.......................................................................................

9 Genetalia : ................................................................

10 Ekstremitas : .................................................................

11 Kulit : .................................................................

E. Pemeriksaan Penunjang
...................................................................................................................
...................................................................................................................
F. Therapy
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
..................................................................................................................
G. Analisa Data
Data Masalah Penyebab

DS:

DO:

H. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas


……………………………………………………..
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
(Nursing Care Plan)
DIAGNOSA
HARI/ TGL TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : .............................................................
No. RM : .............................................................
Umur : ............................................................:
Dx Medis : .............................................................

Hari/Tgl Dx. Keperawatan Jam Implementasi TTD/Nama Evaluasi TTD/Nama


4.1.2 Pengkajian Klien 2
A. Identitas Pasien (2)
Nama Pasien : .................................................................
No. RM : .................................................................
Tempat Tanggal Lahir : .................................................................
Umur : .................................................................
Agama : .................................................................
Status Perkawinan : .................................................................
Pendidikan : .................................................................
Alamat : .................................................................
Pekerjaan : .................................................................
Jenis Kelamin : .................................................................
Suku : .................................................................
Diagnosa Medis : .................................................................
Tanggal Masuk RS : .................................................................
Tanggal Pengkajian : .................................................................
Sumber Informasi : .................................................................
- Dan seterusnya sesuai format pengkajian pasien pertama –

4.2 Fisioterapi Dengan Kombinasi Pendekatan MRP (Motor Relearning Programme)


dan Core-5 Strengthening terhadap Peningkatan Keseimbangan Statis Dan Dinamis
Pada Kasus CVD-S1 Dextra Di RS X

Pada bab ini dituliskan hasil dari penerapan intervensi yang telah dilakukan. Memuat
ulasan dan solusi dengan alasan-alasan ilmiah berdasarkan teori pada text book atau
artikel jurnal ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan minimal 5 judul artikel ilmiah
yang berkaitan dengan judul KIK yang dipilih. Ulasan berorientasi pada problem solving
dengan argumentasi ilmiah/logis. Pembahasan terkait intervensi yang telah diterapkan
pada asuhan keperawatan yang disertai dasar teori dan penelitian terdahulu. Penulis
mempertahankan argumentasi diperbolehkan mengutip sumber-sumber referensi yang
relevan. Tidak dianjurkan tanpa memberikan klarifikasi ilmiah.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan inti/sintesis dari pembahasan, yang sekurang-kurangnya
sesuai dengan jumlah sub bab pada pembahasan mengacu pada kasus dan temuan
pembahasan. Penulisan dalam bentuk operasional.
1) Penatalaksanaan fisioterapi dengan metode Core Strengthening Exercise dan
Motor Re-learning Programme (MRP) pada kasus CVD SI memiliki hasil yang
signifikan terhadap peningkatan keseimbangan dinamis dan statis
2) Peningkatan frekuensi terapi dapat meningkatkan angka keberhasilan dalam
penatalaksanaan fisioterapi….. yang dilakukan
5.2 Saran
Saran merupakan implikasi hasil penelitian terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan dan penggunaan praktis. Sekurang-kurangnya memberi saran bagi
peneliti selanjutnya, sebagai hasil hasil pemikiran penelitian atas keterbatasan
penelitian yang dilakukan. Saran diharapkan spesifik mengacu pada hasil penelitian
dan operasional dalam pelaksanaannya (kapan, siapa, dan dimana)
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel Theoretical Mapping (contoh)

Metode Penelitian
(Desain (D),
Judul, Author. Negara Tujuan Sample (S),
NO. Hasil
Tahun (jenis jurnal) Penelitian Variabel (V),
Instrumen (I),
Analisis (A))
1 Self Care Indonesia mengetahu D : Crossectional Hasil analisis
Penderita Tb i self care S : Penderita TB statistik
Dalam penderita dengan BTA(+) menggunakan uji
Mengurangi (Nasional) TB dalam dan SUSP, Chi Square
Resiko mengurang Penderita TB menunjukkan nilai
Penularan i resiko yang bisa (ρ=0,001) dengan
Penyakit Di penularan. membaca demikian nilai ρ
Puskesmas didapat lebih kecil dari (ɑ
Barabaraya sebanyak 60 =0,05) (ρ<ɑ). Maka
Makassar sampel. Ha diterima dan Ho
V : self care ditolak yang berarti
Meiharti Penderita Tb ada pengaruh antara
Priyatna Dewi, Dalam self care penderita
Suarnianti,dan Mengurangi TB dengan resiko
Syaifuddin Resiko penularan di
Zaenal Penularan. Puskesmas
I : wawancara dan Barabaraya.
kuesioner Kesimpulan
(2020) A : UjiChi Square penelitian ini yaitu
self care pada
penderita TB paru di
puskesmas
Barabaraya Kota
Makassar mayoritas
tergolong kurang.
2 Knowledge, Indonesia menganali D : crossectional Analisis data
Family And sis S : Populasi dalam menggunakan uji
Social Support, (Internasional) hubungan penelitian ini Spearman’s rho
Self Efficacy And antara sebanyak 77 dengan nilai
Self Care pengetahu orang dan signifikansi α≤0.05.
Behaviour In an, diperoleh 65 Ada hubungan yang
Pulmonary dukungan responden signifikan antara
Tuberculosis keluarga dengan teknik pengetahuan
Patients dan purposive (p=0,003) dan
dukungan sampling. dukungan keluarga
Titin Sukartini, sosial V : Knowledge, (p=0,000) dengan
Navisa dengan Family And self-efficacy. Tidak
Khoirunisa, dan self Social Support, ada korelasi antara
Laily Hidayati efficacy Self Efficacy dukungan sosial
dan self And Self Care (p=0,106) dengan
(2019) care Behaviour self-efficacy. Ada
behaviour I : kuesioner hubungan antara
pada pengetahuan, pengetahuan
ISSN : 1907- pasien dukungan (p=0,048) dukungan
6637 eISSN : dengan keluarga, keluarga (p=0,036)
2579-9320 tuberculosi dukungan dan dukungan sosial
s paru. sosial, self (p=0,022) dengan
efficacy dan self self-care behaviour.
care Ada hubungan
A : Uji Spearman’s antara pengetahuan
rho dan dukungan
keluarga dengan
self-efficacy,
sedangkan dukungan
sosial tidak memiliki
hubungan. Ada
hubungan antara
pengetahuan,
dukungan keluarga
dan dukungan sosial
dengan self-care
behaviour.
3 Hubungan Indonesia mengetahu D : cross-sectional Hasil menunjukkan
Strategi Koping i hubungan S : Jumlah sampel bahwa ada hubungan
Dengan Self (Nasional) antara penelitian ini positif yang
Efficacy Dan strategi sebanyak 105 signifikan antara
Self Care Pada koping responden yang strategi koping
Pasien dengan self memenuhi dengan self efficacy
Tuberkulosis efficacy kriteria inklusi. (p=0,015), ada
Paru dan self V : strategi koping, hubungan strategi
care. self efficacy dan koping dengan self
Firda Dwi self care care (p=0,018).
Yuliana, I : kuesioner
Makhfudli,dan A : Spearman Rho.
Tiyas
Kusumaningrum
(2019)
4 Investigating the Iran The aim of D : correlational The result, rating
Relationship the present study was performed by
between (Internasional) study was S : conducted on dividing the patients’
Components of to 144 smear- scores of the self-
Pender’s Health investigate positive care behavior
Promotion the pulmonary dimensions into
Model and Self- relationshi tuberculosis three groups of poor,
care Behaviors p between patients, moderate, and good
among Patients the selected from 45 levels. Accordingly,
with Smear- component healthcare 43.7% (n=62) and
positive s of centers of 39.4% (n=56) of the
Pulmonary Pender’s Mashhad in participants
Tuberculosis Health 2015 using obtained good and
Promotion purposive moderate knowledge
Masoud zare, Model and sampling scores, respectively.
Zakieh Asadi, self-care method Considering the
Mohammad behaviors V : Components of attitude scores, 59%
Vahedian among the Pender’s Health (n=85) and 32.7%
Shahroodi, smear- Promotion (n=47) of the
Hamidreza positive Model, Self- patients had good
Bahrami – pulmonary Care Behavior and moderate
aghanaki tuberculosi I : Self-Care attitude levels,
(2016) s patients Behavior respectively. In
in Questionnaire, terms of the scores
Evidence Based Mashhad. Components of of the Behavior
Care Journal, 6 Pender’s Health Observation
(4): 7-7 Promotion Checklist, 43.1%,
Model, and 31.2%, and 13.7% of
Evidence Based Behavior the patients were at
Care Journal Observation moderate, good, and
2017 06:07 Checklist poor levels,
originally A : The data were respectively. In total,
published online analyzed using the majority of the
01 January 2017 Spearman’s participants (45.3%,
DOI: rank-order n=63) had a
10.22038/ebcj.2 moderate level of
016.7983 self-care behavior.
Online ISSN: Furthermore, 41%
2008-370X and 13.7% of the
patients were at
good and poor levels
in this regard,
respectively.
However, there was
a correlation
between the level of
total self-care
behavior and the
components of
Pender’s HPM
(P<0.001).
The results also
demonstrated a
strong and direct
correlation between
the total score of
self-care behavior
and Pender’s HPM.
In other words,
increased amount of
total self-care
behavior in
individuals could
lead to higher scores
of HPM.
5 The Effects of Iran The aim of D : quasi- Findings mean age
Health Belief (Internasional) study was experimental of the subjects was
Model(HBM) to S : 160 smear- 55.2 years and
based on Health determine positive treatment duration
Education and the pulmonary TB was 32 days. 53.8%
food advised on efficacy of patients were were females,
the Promotion of the HBM randomly illiterate (76.9%),
Self-care on the selected in residents of rural
Behaviors in promotion Sistan region by areas (76.9%) and
Tuberculosis of self-care stratified 21.2% of them had a
patients behaviors sampling. They family history of TB.
in patients were divided 83.7% of them had
Azadeh Heydari, with into two groups been previously
Khoushabi smear- of 80 control trained about TB.
Fahimeh positive subjects and 80 Paired T-test
Mohammad pulmonary cases. In indicated a
Reza Shadan, Ali TB. sampling, 3 significant difference
Miri towns of the on the promotion of
(2017) region (Zabol, the model construct,
Hirmand and knowledge and self-
Zahak) were care behaviors in the
Scholars each considered test group after
Research as a unique intervention
Library class. (P<0,001) and T-test
Der Pharmacia V : Health Belief showed a significant
Lettre, 2017, 9 Model(HBM), difference between
[5]:60-72 Health groups (P<0.05) in
Education and all the constructs,
ISSN 0975-5071 food advised, knowledge and self-
USACODEN :D and the care behaviors with
PLEB4 Promotion of the exception of
Self-care perceived severity
Behaviors and self-efficacy
I : comprises of after the
the HBM and a intervention. The
two-part correlation test
questionnaire revealed a positive
designated correlation between
accordingly. the model construct
The first part and knowledge in the
was composed test group
of (p<0.001). Analysis
demographics. of data showed an
The second part increase on daily
contained intake of food items
questions after intervention in
regarding the the case group
structure of the (p<0.05).
model,
awareness and
self-care
behaviors.
A : paired T-test

Lampiran 2
Standart Operasional Prosedur (jika ada SOP)

Anda mungkin juga menyukai