ABSTRACT
Equilibrium is a state characterized by no change in the macroscopic properties of
the system with respect to time. This practicum aims to create and analyze a
description of vapor-liquid. In this lab, an ethanol-water binary solution was used as
a sample and analyzed using a hand refractometer. The concentration variations
made from the ethanol solution were 0,08; 0,23; 0,38; 0,53; and 0,68. From the
experimental results, the value of the liquid phase concentration (Xw) was obtained at
2°Brix, 7°Brix, 12°Brix, 14°Brix and 17°Brix. For the value of the vapor phase
concentration (Xd) obtained 15°Brix, 9°Brix, 7°Brix, 5°Brix and 2°Brix at
temperatures of 96°C, 90°C, 85°C, 82°C and 79°C. The value of the constant
obtained is 2,22; 1,79; 1,49; 1,32; and 1,18. Based on the idea of liquid vapor it can
be said that the higher the temperature, the higher the concentration.
Keywords: Ethanol, hand refractometer, manufacture, concentration, temperature.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan percobaan kesetimbangan uap cair ini yaitu untuk membuat
dan menganalisis kurva kesetimbangan uap cair sistem biner.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
dengan tekanan uap luar saat itulah disebut mendidih. Zat cair dalam wadah terbuka,
tekanan uap zat cair yang dipanaskan akan naik dan ketika tekanan sama dengan
tekanan luar, penguapan dapat terjadi di seluruh bagian cairan, dan uap dapat memuai
di lingkungannya. Walaupun tekanan uap naik ketika cairan dipanaskan, rapatan uap
bertambah karena uap itu dibatasi oleh volume tetap dan rapatan cairan sedikit
berkurang karena wadah yang tertutup, dapat diketahui batas antara fasa uap dan fasa
cair yang tidak setimbang. Tahap ketika rapatan uap sama dengan rapatan sisa cairan,
dan batas antar fasa hilang disebut kesetimbangan antara uap dan cair (Perry, et al.,
2008).
Menurut (Kuswandi, et al., 2008 dalam Tim Penyusun, 2020), kesetimbangan
fasa seperti kesetimbangan uap-cair berhubungan dengan suatu sistem pada saat mana
fasa cair berada dalam kesetimbangan dengan fasa uapnya. Karakteristik dari
kesetimbangan fasa dalam termodinamika adalah adanya kesamaan tekanan, suhu dan
fugasitas dari masing-masing komponen dalam semua fasa yang berada dalam
kesetimbangan, yaitu:
fvi =fLi .............................................................................................................(2.1)
Dengan:
fV
i = Fugasitas fasa uap komponen I (kPa)
Dengan:
Ki = Tetapan Seimbang
Yi = Mol Fraksi “i” dalam fasa uap
Xi = Mol Fraksi “i” dalam fasa cair
Nilai K, yang dikenal sebagai rasio perbandingan kesetimbangan uap-cair,
digunakan secara luas khususnya dalam industri petroleum dan petrokimia. Menurut
(Aliwarga , et al., 2019), untuk semua campuran dengan dua komponen i dan j,
kevolatilan relatif komponen tersebut, sering disebut nilai alfa (α), didefinisikan
sebagai:
Ki YiXj Yi(1-Xi)
αij = Kj = XiYj = Xi(1-Yi) ...................................................................................(2.4)
Dengan:
αij = Relative Volatility dari komponen i yang lebih volatil ke komponen j
yang kurang volatil (mol)
5
2.3 Etanol
Etanol (etil alkohol) merupakan suatu senyawa kimia dengan rumus kimia
C2H5OH atau CH3CH2OH. Etanol merupakan sejenis cairan yang mudah menguap,
mudah terbakar, tidak berwarna, dan merupakan alkohol yang sangat sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut
obat, pengawet dalam dunia medis, disinfektan serta biasanya digunakan sebagai
antidotum (senyawa yang mengurangi atau menghilangkan toksitas), keracunan
metanol, dan etilen glikol. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan bisa
ditemukan pada minuman beralkohol. Minuman keras merupakan minuman yang
6
273,15°K (0ºC) (Dofianti dan Yuniwati, 2018). Akuades disebut juga aqua purificata
(air murni). Air murni adalah air yang dimurnikan dari destilasi. Satu molekul air
memiliki dua hidrogen atom kovalen terikat untuk satu oksigen. Akuades merupakan
cairan yang jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Akuades juga memiliki berat
molekul sebesar 18,0 g/mol dan pH 7. Akuades merupakan elektrolit lemah. Akuades
dihasilkan dari pengoksidasian hidrogen dan banyak digunakan sebagai bahan pelarut
bagi kebanyakan senyawa (Basri dan Sarjoni, 2003). Dalam bentuk ion, air dapat
dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan
sebuah ion hidroksida (OH-). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air
melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fasa
cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar (Slamet, 2007).
Akuades digunakan pada percobaan di laboratorium karena memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam,
beberapa jenis gas, dan banyak macam molekul organik. Akuades memiliki titik didih
sebesar 100°C (373,15°K) sedangkan titik lelehnya 0°C (273,15°K). Massa jenisnya
1,00 g/cm3 dan viskositasnya 0,952 mPa.s. Sifat dari akuades adalah non-korosif
untuk kulit, non-iritasi untuk kulit, tidak berbahaya dalam kasus dikonsumsi, non-
iritasi untuk paru-paru dan non-korosif untuk mata (Fessenden, 1992).
Tabel 2.2 Karakteristik Akuades
Karakterisik Akuades
Berat molekul 18.02 g/mol
Titik beku 0℃
Titik didih 100℃
Densitas 1,00 g/cm3
Viskositas 0,952 mPa.s
pH 7,0
(Sumber: MSDS, 2021)
parsial gas yang dalam kesetimbangan dengan cairan itu. Dengan kata lain, jumlah
gas yang terlarut sebanding dengan tekanan parsial dalam fasa gas. Faktor
kesebandingannya disebut sebagai konstanta hukum Henry (Khoerunnisa, 2017).
Hukum ini menetapkan hubungan antara tekanan parsial 𝑝𝑖 dari gas murni dan
fraksi molnya xLi dalam pelarut:
Pi =XLi . Ki .....................................................................................................(2.5)
Dengan:
Pi = Tekanan parsial komponen i (Pa)
XLi = Fraksi mol liquid komponen i (mol)
Ki = Konstanta volatilitas komponen i
Menurut (Khoerunnisa, 2017) Hukum Henry menetapkan hubungan antara
tekanan parsial gas murni dalam kesetimbangan dengan larutan yang juga berisi
bahan murni dalam keadaan cair dalam proporsi yang signifikan. Keterbatasan
Hukum Henry terdiri atas:
1. Hanya berlaku untuk larutan encer
2. Tidak ada reaksi kimia antara zat terlarut dengan pelarut, karena jika ada
reaksi kimia, maka kelarutannya dapat terlihat sangat besar.
larutan encer hukum Raoult berlaku bagi pelarutnya. Kenaikan temperatur larutan
akan memperbesar penguapan yang berakibat pula memperbesar tekanan uap larutan
atau tekanan total. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan tekanan uap larutan
dengan tekanan uap pelarut murni dengan fraksi mol pelarut yang ada dalam larutan
(Clark, 2007)
Temperatur dew point terjadi ketika tetesan pertama cairan muncul sebagai
campuran uap yang didinginkan (tekanan konstan). Temperatur bubble point terjadi
ketika gelembung pertama uap muncul sebagai campuran cairan yang dipanaskan
(tekanan konstan). Jika suhu aliran ini diantara dew point dan bubble point,
perhitungan cepat isotermal harus dilakukan untuk menentukan kualitas streaming,
entalpi dan nilai-nilai entropi (Kandula, , et al., 2013). Menurut (Harmiyanto, 2012)
Cara penentuan dew point uap atau gas yang terdiri dari beberapa komponen adalah
dengan metode trial dan error. Adapun langkah-langkah perhitungan antara lain:
1. Asumsikan suhu dew point pada tekanan kolom bagian atas.
2. Baca Ki masing-masing komponen pada suhu dan tekanan tersebut.
3. Bagi masing-masing mole fraksi dengan Ki (Yi/Ki).
4. Jumlahkan hasil dari langkah 3 (Σ Yi/Ki).
Apabila jumlahnya = 1,00 berarti suhu yang diasumsikan tadi sudah benar,
sedangkan apabila tidak = 1,00 maka diulangi kembali langkah awal.
bias. Sudut bias tergantung pada komposisi larutan, yang memungkinkan penggunaan
refractometer untuk evaluasi cepat konsentrasi zat terlarut. Refractometer juga dapat
digunakan, meskipun pada tingkat lebih rendah, untuk mempelajari struktur kimia
senyawa (Ugwu, et al., 2018).
Hand refractometer terbagi menjadi dua jenis, yaitu hand refractometer °Brix
untuk gula 0-32% dan hand refractometer salt untuk NaCl 0-28%. Pengukuran
menggunakan hand refractometer °Brix memanfaatkan prinsip indeks bias. Semakin
tinggi kadar gula pada cairan maka indeks biasnya akan semakin tinggi sehingga
refractometer akan menunjukkan skala yang semakin besar. Kelemahan dari alat ini
adalah adanya pengaruh sinar matahari ketika pengukuran dilaksanakan di lapang
(Misto, et al., 2016).
Semakin tinggi intensitas sinar matahari maka semakin tinggi skala
refractometer yang akan didapatkan. Pada hand refractometer, indeks biasnya sudah
dikonversikan sehingga dapat langsung dibaca kadarnya. Indeks bias adalah salah
satu dari beberapa sifat optis yang penting dari suatu medium. Pengukuran indeks
bias suatu zat cair penting dalam penilaian sifat dan kemurnian cairan, konsentrasi
larutan, dan perbandingan komponen dalam campuran dua zat cair atau kadar yang
diekstrakkan dalam pelarutnya (Novestiana dan Eko, 2015). Nilai indeks bias ini
banyak diperlukan untuk menginterpretasi suatu jenis data spektroskop. Dalam
bidang kimia, indeks bias dapat digunakan untuk mengetahui konsentrasi dan
komposisi larutan. Alat ini biasanya hanya untuk mengukur kadar zat tertentu saja.
Perbedaan dengan refraktometer lain adalah hand refractometer hanya memiliki 1
lubang pengamatan (Harmain, et al., 2018).
12