Anda di halaman 1dari 2

Haruskah Surplus Pangan Didayagunakan?

Struktur Pendahuluan
Kebutuhan dasar manusia terdiri atas kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
Itu artinya, sebelum memenuhi kebutuhan yang lain, ketiga kebutuhan ini,
(yaitu) kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggal harus dipenuhi lebih
dulu, Sayangnya, bahkan kebutuhan dasar pun masih menjadi masalah yang
sampai saat ini tidaklah mudah untuk dipecahkan, terutama terkait dengan
kebutuhan pangan.

Struktur Pendahuluan
FAO (Food and Agriculture Organization) sebagai organisasi pangan
internasional mencatat bahwa angka malnutrisi di dunia masih tinggi, termasuk
di Indonesia, Setidaknya pada tahun 2016 tercatat sebanyak 19,4 juta penduduk
Indonesia mengalami malnutrisi.

Di waktu yang bersamaan, Indonesia menjadi negara dengan pembuang


makanan kedua terbanyak di dunia. Makanan-makanan yang dibuang tersebut
berasal dari sisa makanan pesta, acara perusahaan atau perkantoran, restoran,
bahkan sisa makanan rumah tangga. Apakah sisa makanan in sebegitu tidak
berharganya sehingga harus dibiarkan membusuk begitu saja di tempat
sampah? Ataukah ada cara lain untuk memberdayakannya?

Sebuah organisasi nirlaba telah berupaya memberikan solusi bagi permasalahan


terkait pembuangan sisa makanan ini. Dengan slogan zero food waste dan zero
hunger tampak jelas visi dan misi yang diusungnya. Mereka mengajak berbagai
pihak untuk mendonasikan surplus dan sisa makanan tak tersentuh yang
dihasilkan untuk disalurkan pada kelompok-kelompok yang membutuhkan
mulai dari para pengungsi sampai kaum marginal.

Dengan pendekatan 3R yang diterapkan, yakni re-distribute, re-process, dan re-


cycle atau penyaluran kembali, pemrosesan kembali, dan daur ulang, organisasi
in berkontribusi untuk menciptakan wajah Indonesia menjadi lebih baik.
Organisasi ini tidak bekerja sendiri, mereka bekerjasama dengan berbagai pihak
untuk mendapatkan suplai surplus makanan tak tersentuh, makanan yang tidak
diproduksi secara sempurna, bahkan sisa sampah organik untuk disalurkan pada
yang membutuhkan maupun didaur ulang sebagai makanan hewan.
Itu artinya, semakin banyak makanan yang dikelola oleh organisasi ini, maka
semakin banyak pula orang-orang yang telah terbuka matanya dan turut
berkontribusi. Hal ini membawa dampak positif terhadap lingkungan sosial.

Selain bekerjasama dengan organisasi sejenis, kita juga bisa memulai dari diri
kita sendiri. Setidaknya terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi pembuangan makanan antara lain dengan mengambil dan
memesan makanan sesuai porsi yang diperlukan, menggunakan pola pikir
makan untuk memenuhi kebutuhan, bukan sekadar pemenuhan keinginan.

Kesadaran semacam ini akan membawa dampak positif terhadap lingkungan


fisik karena mengurangi pembuangan sampah makanan. Sayangnya, tidak
semua pihak sadar dengan fenomena ini. Masih ada saja pihak yang
menyepelekan kelebihan makanan yang dihasilkannya. Sifat impulsif terhadap
makanan menjadi faktor penyumbang sampah makanan terbesar dalam hal ini.

Selain itu, sempitnya pola pikir dan anggapan bahwa memisahkan surplus
makanan itu merepotkan dan tidak etis serta menurunkan gengsi juga
memberikan kontribusi terhadap jumlah sampah makanan. Kalaupun surplus
makanan itu disalurkan, sistem distribusi yang tidak efisien dapat membuat
makanan menjadi busuk juga.

Struktur Simpulan
Memberdayakan surplus makanan tidaklah sulit jika sudah muncul kesadaran
dari diri sendiri, justru dengan diri sendiri yang memulai diharapkan akan
menularkan pada orang-orang di sekitar kita hingga bekerjasama dengan pihak-
pihak yang mengurusi hal ini. Pada akhirnya ini merupakan proses pembentukan
pola pikir yang masih harus terus dilaksanakan untuk mengubah wajah
Indonesia menjadi lebih baik dalam melihat dan menyikapi makanan.

Anda mungkin juga menyukai