Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDU

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BERKELAINAN MENTAL SOSIOEMOSIONAL


KELAS II SEMESTER 1 SEKOLAH SADAR

Disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Pendidikan Anak Berkebetuhan Khusus
Dosen Pengampu: Drs. Purnomo M.Pd.

Disusun oleh:

Mutiasani Khilmatun Nafis

NIM 1401418061

Presensi 05

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL ANAK TUNAGRAHITA

Hari/Tanggal : Selasa, 25 Mei 2021

Nama Siswa : Ayani Ayuna

Alamat : Jalan Mangga Biru Nomor 41

Sekolah : SDN Busan 03

Kelas : II (Dua)

Bid Kesulitan : Tergolong Tunagrahita Ringan tingkat kecerdasan intelektual (IQ) : 60


- Tidak mampu menyebutkan kembali huruf yang ditulis.
- Kurang berkomunikasi, bersosialisasi dengan temannya.
- Belum dapat menghitung penjumlahan dan pengurangan sederhana
Guru : Guru Pembimbing Khusus

A. KOMPETENSI SISWA SAAT INI


1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca]
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. KOMPETENSI DASAR YANG HARUS DIKUASAI


3.3 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan yang melibatkan
bilangan cacah sampai dengan 999 dalam kehidupan sehari-hari serta mengaitkan
penjumlahan dan pengurangan
4.3 Menyelesaikan masalah penjumlahan dan pengurangan bilangan yang melibatkan bilangan
999 dalam kehidupan sehari-hari serta mengaitkan penjumlahan dan pengurangan
C. INDIKATOR
3.3.1 Mengidentifikasi penjumlahan dan pengurangan dua bilangan
3.3.2 Menyusun soal cerita yang memuat penjumlahan dan pengurangan
3.3.3 Menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan pada soal cerita
4.3.1 Menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan dengan benar
Tujuan Materi Kegiatan Pembelajaran Bahan, Alat, Evaluasi Penanggung
Umum Khusus Pembelajaran dan Media. Pembelajaran Jawab
1. Membantu siswa 1. Melalui media Operasi 1. Siswa didampingi oleh Media Pohon 1. Apabila siswa Guru
tunarungu pohon Penjumlahan dan Guru Pembimbing Peneguran sudah mampu Pembimbing
2. Menemukan peneguran Pengurangan: Khusus di dalam kelas. (Penjumlahan dengan materi Khusus
kebutuhan- (penjumlahan a. Kalimat 2. Siswa diperlihatkan dan yang diberikan
kebetuhan yang dan matematika media pohon Pengurangan) maka materi
diperlukan, pengurangan), operasi peneguran Kartu bilangan akan
melalui program siswa dapat penjumlahan (penjumlahan dan Pensil ditingkatkan
pendampingan mengidentifikasi dan pengurangan) oleh Buku kemateri lebih
individual siswa penjumlahan pengurangan Guru. Lcd lanjut dan guru
dapat berhasil dan b. Penjumlahan 3. Guru bercerita tentang Proyektor pembimbing
dengan baik, dan pengurangan c. Pengurangan gotong royong yang Buku guru dan memberikan
dapat dua bilangan memuat kalimat buku siswa. sebuah tugas
mempertahankan dengan benar matematika tentang soal evaluasi.
hasil yang 2. Melalui operasi penjumlahan Tujuannya
dicapainnya. pengamatan soal dan pengurangan untuk
3. Membantu siswa cerita yang 4. Siswa memahami soal meningkatkan
untuk memuat operasi cerita gotong royong kemampuan
meningkatk an penjumlahan yang memuat kalimat IQnya lebih
kemampuan dan matematika tentang luas. Materi
intelektualn ya pengurangan operasi penjulahan dan dan KKM
(IQ). matematika, pengurangan dengan ABK ini
4. Dapat siswa dapat bantuan guru. berbeda
meningkatk an menyusun soal dengan siswa
kemampuan cerita yang 5. Siswa memperhatikan yang nomal
menulis dan memuat guru dalam menyusun pada
membaca siswa. penjumlahan kartu bilangan untuk umumnya.
5. Membantu siswa dan menghitung operasi 2. Apabila siswa
untuk pengurangan penjumlahan dan belum mampu
meningkatk an dengan benar. pengurangan yang dengan materi
kemampuan 3. Melalui soal terdapat pada soal yang diberikan
berhitung cerita yang cerita tersebut maka materi
bilangan. memuat operasi 6. Guru bertanya kepada akan diajarkan
6. Membantu siswa penjumlahan siswa apakah siswa kembali,
untuk dan sudah memahami apabila siswa
menemukan pengurangan materi cara menghitung tetap belum
bakat dalam matematika, operasi penjumlahan mampu maka
dirinya. siswa dapat dan pengurangan materi akan
menghitung 7. Siswa menirukan cara disederhanakan
operasi menghitung operasi bahkan diganti.
penjumlahan penjumlahan dan
dan pengurangan.
pengurangan 8. Siswa berlatih
dengan benar. menghitung operasi
4. Melalui kartu penjumlahan dan
bilangan, siswa pengurangan dengan
dapat bantuan kartu bilangan.
menyelesaikan 9. Guru memberikan
operasi motivasi dan apresiasi
penjumlahan kepada siswa mengenai
dan keberhasilan dalam
pengurangan belajarnya.
dengan tepat

Semarang, 2021
Guru Pembimbing Khusus

………………………………
NIP
ANAK BERKELAINAN MENTAL EMOSIONAL

1) Anak Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-
rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa
perkembangan. Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ. Tunagrahita ringan (IQ
: 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat
berat (IQ dibawah 20). Pengklasifikasian anak tunagrahita perlu dilakukan untuk memudahkan
guru dalam menyusun program layanan/pendidikan dan melaksanakannya secara tepat.
Untuk memahami klasifikasi anak tunagrahita maka perlu disesuaikan dengan klasifikasinya
karena setiap kelompok tunagrahita memiliki klasifikasi yang berbedabeda. Klasifikasi
akademik tunagrahita berdasarkan barbagai tinjauan diantaranya :
a. Berdasarkan kapasitas intelektual (skor IQ)
a) Tunagrahita ringan IQ 50-70
b) Tunagrahita sedang IQ 35-70
c) Tunagrahita berat IQ 20-35
d) Tunagrahita sangat berat memiliki IQ di bawah 20
b. Berdasarkan kemampuan akademik
a) Tunagrahita mampudidik
b) Tunagrahita mampulatih
c) Tunagrahita perlurawat
c. Berdasarkan tipe klini pada fisik
a) Down’s Syndrone (mongolism)
b) Macro Cephalic (Hidro Cephalic)
c) Micro Cephalic
Pengklasifikasian anak tunagrahita perlu dilakukan untuk memudahkan guru dalam
menyusun program layanan/ pendidikan dan melaksanakannya secara tepat. Perlu diperhatikan
bahwa perbedaan individu (individual deferences) pada anak tunagrahita bervariasi sangat
besar, demikian juga dalam pengklasifikasi terdapat cara yang sangat bervariasi tergantung
dasar pandang dalam pengelompokannya. Klasifikasi itu sebagai berikut :
a. Klasifikasi yang berpandangan medis, dalam bidang ini memandang variasi anak
tunagrahita dari keadaan tipe klinis. Tipe klinis pada tanda anatomic dan fisiologik yang
mengalami patologik atau penyimpangan. Kelompok tipe klinis diantaranya:
a) Down Syndrom (dahulu disebut mingoloid)
Pada tipe ini terlihat raut rupanya menyerupai orang Mongol dengan cirri : mata sipit
dan miring, lidah tebal dan terbelah-belah serta biasanya menjulur keluar, telinga kecil,
tangan kering, semakin dewasa kulitnya semakin kasar, pipi bulat, bibir tebal an besar,
tangan bulat dan lemah, kecil, tulang tengkorak dari muka hingga belakang tampak
pendek.
b) Kretin
Pada tipe kretin nampak seperti orang cebol dengan ciri: badan pendek, kaki tangan
pendek, kulit kering, tebal, dan keriput, rambut kering, kuku pendek dan tebal.
c) Hydrocephalus
Gejala yang nampak adalah semakin membesarnya Cranium (tengkorak kepala) yang
disebabkan oleh semakin bertambahnya atau bertimbunnya cairan Cerebro-spinal pada
kepala. Cairan ini member tekanan pada otak besar (cerebrum) yang menyebabkan
kemunduran fungsi otak.
d) Microcephalus, Macrocephalus, Brachicephalus, dan Schaphocephalus
Keempat istilah tersebut menunjukkan kelainan bentuk dan ukuran kepala, yang
masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
- Microcephalus : bentuk ukuran kepala yang kecil
- Macrocephalus : bentuk ukuran kepala lebih besar dari ukuran normal -
Brachicephalus : bentuk kepala yang melebar
- Schaphocephalus: memiliki ukuran kepala yang panjang sehingga menyerupai
menara.
e) Cerebral Palsy (kelompok kelumpuhan pada otak)
Kelumpuhan pada otak mengganggu fungsi kecerdasan, disamping kemungkinan
mengganggu pusat koordinasi gerak, sehingga kelainan cerebral palsy terdiri
tunagrahita dan gangguan koordinasi gerak. Gangguan koordinasi gerak menjadi kajian
dalam bidang penanganan tunagrahita.
f) Rusak Otak (brain damage)
Kerusakan otak berpengaruh pada berbagai kemampuan yang dikendalikan oleh
pusat susunan syaraf yang selanjutnya dapat terjadi gangguan kecerdasan, gangguan
pengamatan, gangguan tingkah laku, gangguan perhatian, gangguan motorik.
b. Klasifikasi yang berpandangan pendidikan, memandang variasi anak tunagrahita dalam
kemampuannya mengikuti pendidikan.
Kalangan American Education (Moh. Amin, 1995:21) mengelompokkan menjadi
Educable mentally retarded, trainable mentally retarded and Totally / costudial dependent
yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : mampu didik, mampu latih, dan perlu rawat.
Pengelompokan tersebut sebagai berikut :
a) Mampu didik,anak ini setingkat mild, borderline, marginally dependent, moron, dan
debil. IQ mereka berkisar 50/55-70/75.
b) Mampu latih, setingkat dengan morderate, semi dependent, imbesil, dan memiliki
tingkat kecerdasan IQ berkisar 20/25-50/55.
c) Perlu rawat, mereka termasuk totally dependent or profoundly mentally retarded,
severe, idiot, dan tingkat kecerdasannya 0/5-20/25.
c. Klasifikasi yang berpandangan sosiologis memandang variasi tunagrahita dalam
kemampuannya mandiri di masyarakat, atau peran yang dapat dilakukannya dalam
masyarakat. Menurut AAMD (Amin, 1995:22-24) klasifikasi itu sebagai berikut
a) Tunagrahita ringan, tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 50-70, dalam
penyelesaian diri pada lingkungan social yang lebih luas dan mampu melakukan
pekerjaan setingkat semi terampil.
b) Tunagrahita sedang, tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar antara 30- 50, mampu
melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self-help), mampu mengadakan
adaptasi social dilingkungan terdekat, dan mampu mengerjakan pekerjaan yang rutin
yang perlu pengawasan atau bekerja ditempat kerja terlindung (sheltered work shop).
c) Tunagrahita berat dan sangat berat, mereka sepanjang hidupnya selalu tergantung
bantuan dan perawatan orang lain. Ada yang masih mampu dilatih mengurus sendiri
dan komunikasi secara sederhana dan dalam batas tertentu, mereka memiliki tingkat
kecerdasan (IQ) kurang dari 30.
d. Klasifikasi yang dikemukakan oleh leo Kanner (Amin,1995:22-24), dan ditinjau dari
sudut tingkat pandangan masyarakat sebagai berikut:
a) Tunagrahita absolute, termasuk kelompok tunagrahita yang jelas nampak
ketunagrahitaannya baik berada di pedesaan maupun perkotaan, dimasyarakat petani,
maupun masyarakat industry, di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan di
tempat pekerjaan. Golongan ini penyandang tunagrahita kategori sedang.
b) Tunagrahita relative, termasuk kelompok tunagrahita yang dalam masyarakat tertentu
dianggap tunagrahita, tetapi di tempat masyarakat lain tidak dipandangtunagrahita.
Anak tunagrahita dianggap demikian adalah anak tunagrahita ringan karena
masyarakat perkotaan yang maju dianggap tunagrahita dan di masyarakat pedesaan
yang masih terbelakang dipandang bukan tunagrahita.
c) Tunagrahita semu (pseudo mentally retarded) yaitu anak tunagrahita yang
menunjukkan penampilan sebagai penyandang tunagrahita tetapi sesungguhnya ia
mempunyai kapasitas kemampuan yang normal. Misalnya seorang anak dikirim ke
sekolah khusus karena menurut kasiltes kecerdasannya rendah, tetapi setelah
mendapat pengejaran remedial dan bimbingan khusus menjadikan kemampuan belajar
dan adaptasi sosialnya normal.
e. Klasifikasi menurut kecerdasan (IQ), dikemukakan oleh Grosman (Hallahan & Kauffman,
1988:48) sebagai berikut :
TREM IQ RANGE FOR LEVEL
Mild Mental Retardation 55-70 to Aprox, 70
Moderate Mental Retardation 35-40 to 50-55
Severe Mental Retardation 20-25 to 35-40
Profound Mental Retardation Bellow 20 or 25
2) Anak Tunalaras
Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang ditunjukkan
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya.
Pada hakekatnya, anak-anak tunalaras memiliki kemampuan intelektual yang normal, atau
tidak berada dibawah rata-rata.kelainan lebih banyak terjadi pada perilaku sosialnya. Beberapa
klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan
perilaku social ini adalah :
a. Berdasarkan perilakunya
a) Beresiko tinggi ; hiperaktif suka berkelahi, memukul, menyerang, merusak milik
sendiri atau orang lain, melawan, sulit berkonsentrasi, tidak mau bekerja sama, sok
aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat
dipercaya, suka mencuri, mengejek, dan sebagainya
b) Beresiko rendah ; autism, khawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak mau
bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering menangis, malu, dan
sebagainya.
c) Kurang dewasa ; suka berfantasi, berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif,
suka mengantuk, mudah bosan, dan sebagainya.
d) Agresif ; memiliki gang jahat, suka mencuri dengan kelompoknya, loyal terhadap
teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang larut malam, dan terbiasa minggat
dari rumah.
b. Berdasarkan kepribadian
a) Kekacauan perilaku
b) Menarik diri(withdrawll)
c) Ketidakmatangan(immaturity)
d) Agresi social
Referensi:

Bahan Ajar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus


Purnomo. 2017. Bahan Ajar Penddikan Anak Berkebutuhan Khusus. Semarang: Universitas
Negeri Semarang (UNNES)
Suparno. 2007. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Departemen Pendidikan nasional,
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Anda mungkin juga menyukai