BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
selalu ada dan melekat dalam setiap bentuk masyarakat. Karena itu kejahatan
Selain memiliki dimensi lokal, nasional dan regional kejahatan juga dapat
masa kini dalam waktu yang singkat dan dengan mobilitas yang cepat dapat
berdimensi transnasional.
batas negara di dunia melalui jaringan manajemen yang rapi dan teknologi
yang canggih dan masuk ke Indonesia sebagai negara transit atau bahkan
Tindak Pidana Narkotika sendiri diatur dalam Bab XV Pasal 111 sampai
masyarakat dan lingkungan sosial sehingga dalam Pasal 114 ayat (1) UU No.35
“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
hukuman yang dapat dijatuhkan kepada seorang terpidana yang telah divonis
dengan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap
(inkraht). Fungsi pemidanaan 4 pada saat ini tidak lagi sekedar penjeraan,
Selama ini yang banyak dipersoalkan dalam ilmu hukum pidana hanya
dan pertanggungan jawab pidana, dan penerapan hukum pidana yang pada
pemasyarakatan, atau Ilmu hukum pidana yang dikembangkan saat ini, masih
masih belum serasi. Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur
balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan lembaga “rumah penjara”
secara berangsur-angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak
pidana dan kembali menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi
yang baik, taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan
Salah satu hak bagi warga binaan Lapas Narkotika Bollangi dilindungi
adanya pemberian remisi. Remisi pada hakekatnya merupakan hak bagi seluruh
menjalani pidana sementara, bukan pidana seumur hidup dan pidana mati.
1983, di tiap kabupaten atau kotamadya dibentuk Rutan. Namun kondisi yang
menampung narapidana seperti halnya Lapas. Hal ini juga mengingat kondisi
hukuman ke Lapas, banyak yang tetap berada di dalam Rutan hingga masa
hak-hak yang dilindungi oleh hak asasi manusia dan undang undang Indonesia,
hakekatnya adalah hak semua narapidana dan berlaku bagi siapapun sepanjang
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
5
Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi, serta secara khusus terdapat dalam
32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Remisi.
syarat:
bulan.
dan
baik.”
6
dilakukannya;
menyatakan ikrar;
terorisme.
dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi, serta secara khusus terdapat dalam
32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
asas kesamaan hak di hadapan hukum (equality before the law) yang
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian
berikut :
Psikotropika.
9
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam rangka
penyalahgunaan narkotika.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Remisi
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, remisi
adalah pengurangan masa menjalani pidana yang diberikan kepada narapidana dan
angka 6).
kita bahwa remisi merupakan salah satu sarana hukum yang penting dalam
bagian integral dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana. Pemberian
pelaksanaan pidana penjara, disparitas pidana dan akibat pidana berupa hilang
kemerdekaan. Dengan demikian remisi menjadi tolak ukur bahwa narapidana dan
anak pidana dapat berkelakuan baik selama menjalani pidana. Remisi dapat
11
binaan pemasyarakatan untuk cepat bebas, tetapi agar dijadikan sarana untuk
menerima dengan baik pembinaan yang dilakukan oleh Lapas maupun Rutan akan
sadari bahwa manusia mempunyai dua potensi dalam kehidupannya, yaitu potensi
untuk berbuat baik dan potensi untuk melakukan perbuatan buruk (jahat),
Namun dengan tekad dan kesungguhan hati untuk memperbaiki diri, niscaya
kemerdekaan .
dijadikan semangat dan tekad bagi warga binaan untuk mengisi hari-hari
12
menjelang bebas dengan memperbanyak karya dan cipta yang bermanfaat bagi
tersebut dapat dimaknai sebagai persiapan diri dan kesungguhan untuk tidak
melanggar hukum lagi yang akan sangat mendukung dan menunjang keberhasilan
dan anak pidana yang berkelakuan baik dengan tujuan untuk memotivasi
narapidana yang bersangkutan dan narapidana yang lain untuk berbuat baik dan
menghirup udara bebas. Namun demikian hak itu juga dapat menimbulkan
membantu kegiatan pembinaan di Lapas”. Untuk syarat ini yang berpeluang lebih
13
besar dapat melakukannya adalah narapidana yang mempunyai dana yang besar,
narapidana sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Pengurangan masa pidana
merupakan salah satu sarana hukum dalam rangka mewujudkan tujuan sistem
pada Huruf i Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaa Hak Warga Binaan Pemasyaratan. Dalam Pasal 1 Angka 1,2, dan 3
Remisi.
syarat:
bulan.
dan
baik.”
berikut :
menyatakan ikrar;
Indonesia
pidana terorisme.
Di antara Pasal 34A dan Pasal 35 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal
Pasal 34B
oleh menteri.
narapidana yang:
sakit berkepanjangan.
masyarakat.”
tentang Remisi. Dalam ketentuan ini, pemerintah telah mengatur secara limitatif
Selain itu pemerintah juga menetapkan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ini dapat kita temui pada
2. Jenis-Jenis Remisi
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 174 Tahun 1999, remisi adalah
pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana dan anak pidana
yang telah berkelakuan baik selama menjalani pidana terkecuali yang dipidana
Pakar hukum pidana dari Universitas Trisakti Abdul Fickar Hadjar menilai,
ada kesalahpahaman dalam memaknai arti remisi pada sistem hukum di Indonesia.
yuridiksi dari pengadilan. Ini yang sering keliru,” kata Fickar dalam acara diskusi
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3 Keres RI No. 174 Tahun 1999
Agustus.
Dengan ketentuan jika suatu agama mempunyai lebih dari satu hari besar
keagamaan dalam satu tahun, maka yang dipilih adalah hari besar yang lebih
19
tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden RI No. 174 Tahun 1999 tentang Remisi,
a. Setiap Hari Raya Idul Fitri bagi narapidana dan anak pidana yang
beragama Islam.
b. Setiap Hari Raya Natal bagi narapidana dan anak pidana yang
beragama Kristen.
c. Setiap Hari Raya Nyepi bagi narapidana dan anak pidana yang
beragama Hindu.
d. Setiap Hari Raya Waisak bagi narapidana dan anak pidana yang
beragama Budha.
kemanusiaan.
bulan.
20
ayat (1);
setiap tahun.
a. 15 (lima belas) hari bagi narapidana dan anak pidana yang telah
b. 1 (satu) bulan bagi narapidana dan anak pidana yang telah menjalani
1 (satu) bulan;
21
a. ½ (satu perdua) dari remisi umum yang diperoleh pada tahun yang
b. 1/3 (satu pertiga) dari remisi umum yang diperoleh pada tahun yang
besarnya remisi khusus dihitung sejak tanggal penahanan sampai dengan hari
besar keagamaan yang dianut oleh narapidana dan anak pidana yang
bersangkutan.
lamanya masa menjalani pidana dihitung dari sejak penahan yang terakhir. Untuk
sebagaimana dimaksud dalam ayat didasarkan pada agama narapidana dan anak
pidana yang pertama kali tercatat dalam buku register Lembaga Pemasyarakatan.
Narapidana dan anak pidana pada suatu tahun tidak memperoleh remisi,
besarnya remisi pada tahun berikutnya didasarkan pada remisi terakhir yang
pidana paling sedikit 5 (lima) tahun berturut-turut serta berkelakukan baik, dapat
diubah pidananya menjadi pidana penjara sementara, dengan lama sisa pidana
yang masih harus dijalani paling lama 15 (lima belas) tahun. Perubahan pidana
Kepala Rumah Tahanan Negara atau Kepala Cabang Rumah Tahanan Negara
Indonesia atau pada hari besar keagamaan yang dianut oleh narapidana dan anak
pidana yang bersangkutan. Jika terdapat keraguan tentang hari besar keagamaan
yang dianut oleh narapidana atau anak pidana, Menteri Hukum dan Perundang-
Indonesia.
Remisi Khusus.
tentang Pemasyarakatan.
Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan.
24
Pemasyarakatan tidak disertai dengan adanya suatu peraturan yang tegas dalam
pelaksanaannya
Indonesia Nomor 174 Tahun 1999, yaitu merupakan sebagai motivator untuk
berkelakuan baik. Melakukan hal-hal yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri
yang salah satunya adalah berkelakuan baik. Berkelakuan baik yang merupakan
syarat mutlak pemberian remisi dapat terealisai hingga narapidana atau anak
5. Narapidana
kehilangan kemerdekaannya, dilain sisi dari keadaan Napi ada hak-hak narapidana
bersalah oleh hakim dan harus menjalani hukuman. Selanjutnya Wilson (dalam
Narapidana adalah manusia biasa seperti manusia lainnya hanya karena melanggar
norma hukum yang ada sehingga dipisahkan oleh hakim untuk menjalani
hukuman.
Pasal 14 ayat (1) UU No. 12 Tahun 1995 hak hak narapidana adalah sebagai
berikut:
e. Menyampaikan keluhan.
tertentu lainnya.
keluarga.
sebagai peristiwa yang dapat dipidana. Sedangkan delik dalam bahasa asing
disebut delict yang artinya suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan
hukum yang dengan sengaja telah dilakukan oleh seseorang yang dapat
27
definisi mengenai delik yakni Delik adalah suatu perbuatan atau tindakan yang
terlarang dan diancam dengan hukuman oleh undang undang (Pidana). Andi
yang mengandung unsur unsur sebagai berikut: (Amir Ilyas SH., MH, Hal.28)
rumusan delik)
suatu dasar pokok dalam menjatuhi pidana pada orang yang telah
yang telah dilakukannya untuk dapat diadili dan bilamana terbukti benar telah
terjadinya suatu tindak pidana yang dilakukan si pelaku maka yang bersangkutan
dapat dijatuhi hukuman sesuai dengan Pasal dalam undang undang yang
mengaturnya.
Tindak pidana atau disebut juga dengan delik adalah suatu perbuatan yang
dilarang untuk dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Jika perbuatan tersebut
Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum
larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang
tindak pidana yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat yang dibedakan atas
kejahatan yang dapat dilihat dari ancaman dalam pelanggaran tidak ada
dipidana.
pidana aktif /positif atau biasa juga disebut dengan tindak pidana
berbuat. Sedangkan tindak pidana pasif terbagi atas dua yaitu tindak
pidanapasif murni dan yang tidak murni. Tindak pidana pasif murni
31
ialah tindak pidana yang dirumusan secara formil atau tindak pidana
tindak pidana positif tetapi dapat dilakukan dengan cara tidak berbuat
menerus.
pidana itu masih berlangsung terus menerus atau biasa disebut dengan
kodifikasi hukum pidana materil yang termuat dalam buku II dan buku
III. Sedangkan tindak pidana khusus adalah semua tindak pidana yang
32
(propria).
berlaku pada semua orang. Akan tetapi, ada perbuatan yang hanya
kualifikasi tertentu.
adanya pengaduan dari pihak yang berhak atau yang merasa dirugikan,
dilakukannya penuntutan.
pidana yang diperberat atau yang diperingan itu menjadi lebih berat
perundang undangan.
berangkai
(KUHP) dikenal dengan istilah strafbaar feit dan dalam kepustakaan tentang
bangsa dan Negara. Masadepan suatu Negara sudah pasti terletak pada para
Narkoba merupakan istilah yang sering kali digunakan oleh penegak hukum
dan masyarakat.Narkoba dikatakan sebagai bahan berbahaya bukan hanya
karena terbuat dari bahan kimia tetapi juga karena sifatnya yang dapat
membahayakan penggunanya bila digunakan secara bertentangan atau
melawan hukum.Narkotika, psikotropika dan zat adiktif adalah istilah kedokteran
untuk sekelompok zat yang jika masuk kedalam tubuh manusia dapat
menyebabkan ketergantungan (adiktif) dan mempengaruhi sistem kerja otak
(psikoaktif). Lydia Harlina Martono, (2005)
Termasuk didalamnya jenis obat, bahan atau zat yang penggunaannya diatur
dengan Undang-undang dan peraturan hokum lain maupun yang tidak diatur tetapi
Jadi istilah yang sebenarnya lebih tepat digunakan untuk kelompok zat yang
Psikotropika dan Zat Adiktif) karena istilah ini lebih mengacu pada istilah yang
Narkoba atau lebih tepatnya (Napza) adalah obat, bahan dan zat yang bukan
termasuk jenis makanan. Oleh sebab itu jika kelompok zat ini dikonsumsi oleh
manusia baik dengan cara dihirup, dihisap, ditelan, atau disuntikkan maka ia akan
Akibatnya, sistem kerja otak dan fungsi organ vital tubuh lain seperti jantung,
pernafasan, peredaran darah dan lain-lain akan berubah meningkat pada saat
mengkonsumsi dan akan menurun pada saat tidak dikonsumsi (menjadi tidak
teratur).
Ensiklopedia Indonesia adalah obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri yang
36
berasal dari daerah viseral dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong atau
kondisi sadar tetapi harus digertak) serta adiksi.Efek yang ditimbulkan narkotika
Secara umum, yang dimaksud dengan narkotika adalah sejenis zat yang
narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu “narke” yang berarti terbius sehingga
mempunyai bungan yang dapat menyebabkan orang menjadi tidak sadarkan diri.
Sasangka (,2003).
a. Bahwa narkotika ada dua macam yaitu narkotika alam dan narkotika
stimulant;
Dari kesemua pendapat para ahli bisa diambil kesimpulan dari pengertian
Tentang Nrkotika Pasal 1 angka 1, yaitu: “Narkotika merupakan zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
hilangnya rasa sakit, mengurangi sampai menghilangkan rasa ngeri dan dapat
disebutkan dalam pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang No.35 Tahun
digolongkan ke dalam:
a. Narkotika Golongan I;
narkotika adalah zat yang bernama “Opioid” atau Opiat. Opiat ini berasal dari
frasa “opium” yang merupakan extract dari bunga opium. Opioid adalah devirasi
dari opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat, tetapi tidak
didapatkan dari opium. Turunan dari opiad ini diantaranya sebagai berikut: ( A.R.
Sujono, 2011)
disuntikkan.
pil atau cairan jernih dan dipakai dengan cara ditelan atau
disuntikkan.
d. Methadone
e. Damerol
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tidak untuk maksud pengobatan tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya dan
pengaruh pada narkotika adalah sementara sebab setelah itu akan timbul perasaan
40
tidak enak. Untuk menghilangkan perasaan tidak enak tersebut maka seseorang
memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian tidak meneruskan sebagai pecandu namun
menjadi social use. Ada yang bersifat (situasional use), menggunakan narkotika
saat stress, kecewa, sedih, sampai saat ini mereka masih bisa mengendalikan
tetap narkotika. Saat itu mereka tidak mempunyai pegangan, dalam keadaan
lepas kontrol dan saat narkotika mengambil alih kontrol muncul dependence use
(ketergantungan).
narkotika.
memang sangat besar seperti teman dekat atau orang lain yang
oleh kelompoknya.
ketergantungan.
berulang kali;
pemakaiannya;
Semua jenis narkotika akan merubah perasaan dan cara pikir orang yang
gembira dan rasa bebas. Perubahan pada pikiran seperti stres menjadi hilang dan
dengan orang lain tetapi lepas kendali. Perasaan-perasaan seperti inilah yang
”high” dengan mengubah susunan biokimiawi molekul sel otak pada sistem
43
dalam limbus ini terdapat hipotalamus yaitu pusat kenikmatan pada otak) yang
disebut neuro-transmitter.
narkotika dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang
antara lain :
seperti depresi,cemas;
berlaku;
Faktor individu atau internal pelaku adalah faktor yang berasal dari dalam
diri individu yang meliputi kejiwaan seseorang. Ada berbagai penyebab yang
mendorong seseorang kedalam tindak pidana narkotika, antara lain penyebab
internal tersebut adalah: Taufik Makaro, (2010 - Hlm. 53)
narkotika.
pengguna narkotika.
tujuan-tujuan tertentu.
pengalamanpengalaman emosional;
kurang kesibukan;
i. Karena didorong rasa ingin tahu (curiosty) dan karena iseng (just
for kicks).
sakit);
bersamaan.
D. Landasan teori
Soekanto. Kata “efektif” berasal dari bahasa inggris yaitu effecctiveI yang artinya
sesuatu yang dilaksanakan berhasil dengan baik. Kata “efektif” dapat juga di
kamus besar bahasa Indonesia. Sedangkan efektivitas itu sendiri adalah keadaan
dimana dia diperankan untuk memantau. Jika dilihat dari segi hukum, yang
dimaksud dengan “dia” disini adalah pihak yang berwenang yaitu polisi. Kata
efektivitas sendiri lahir dari kata efektif, yang artinya terjadi suatu efek atau akibat
Menurut Soerjono Soekanto salah satu fungsi hukum, baik sebagai kaidah
maupun sebagai sikap atau perilaku adalah menimbang perilaku manusia, masalah
pengaruh hukum tidak hanya terbatas pada timbulnya ketaatan atau kepatuhan
pada hukum, tapi mencakup efek dari hukum terhadap sikap tindak atau perilaku
baik yang berifat positif maupun negative. Efektivitas penengak hukum sangat
berkaitan erat dengan efektivitas hukum. Agar hukum itu efektif, maka diperlukan
aparat penegak hukum untuk menegakan sanksi tersebut. Suatu sanksi dapat
52
terjadinya kemacetan.
2. Teori Pemidanaan
untuk menjatuhkan sangsi atau hukuman untuk seseorang yang telah melakukan
tindak pidana ataupun pelanggaran. Pemidanaan adalah kata lain dari sebuah
hanya untuk sebuah peristiwa hukum pidana tetapi bisa juga hukum perdata.
dimana pemidanaan ditujukan bukan karena seseorang telah berbuat jahat tetapi
agar pelaku kejahatan tidak lagi berbuat jahat dan orang lain takut melakukan
kejahatan serupa.
undangan, oleh karena itu para sarjana menyebutnya dengan teori yang
56
yang banyak itu dapt dikelompokkan ke dalam tiga golongan besar, yaitu sebagai
a. Teori absolut
pembalasan)
fisik maupun psikis yang berupa perasaan tidak senang, sakit hati,
pula bagi keluarga dan masyarakat disekitar korban. Oleh sebab itulah
umumnya.
Teori relatif atau teori tujuan juga disebut teori utilitarian, lahir sebagai
reaksi terhadap teori absolut. Secara garis besar, tujuan pidana menurut teori
dalam masyarakat.
Teori relatif atau teori tujuan berpokok pangkal pada dasar bahwa pidana
adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum) masyarakat. Untuk mencapai
tujuan ketertiban masyarakat maka pidana mempunyai tiga macam sifat yaitu:
itu,
pencegahan umum ini, pidana yang dijatuhkan pada penjahat ditujukan agar
pencegahan khusus ini lebih maju jika dibandingkan dengan teori pencegahan
58
umum. Menurut teori ini, tujuan pidana ialah mencegah pelaku kejahatan yang
telah dipidana agar ia tidak mengulang lagi melakukuan kejahatan, dan mencegah
agar orang yang telah berniat buruk untuk tidak mewujudkan niatnya itu kedalam
c. Teori Gabungan
absolut (pembalasan) sebagai suatu kesatuan. Teori ini bercorak ganda, dimana
suatu kritik moral dalam menjawab tindakan yang salah. Sedangkan karakter
tujuannya terletak pada ide bahwa tujuan kritik moral tersebut ialah suatu
Teori gabungan ini mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan asas
pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu menjadi dasar
dari penjatuhan pidana. Teori ini diperkenalkan oleh Prins, Van Hamel, dan Van
sosiologis;
dilakukan terpidana.
E. Kerangka pikir
No 28 tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak Binaan
60
Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1999, dan dirubah lagi
menjadi Peraturan Pemerintah no 99 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Keputusan Presiden RI No. 174 Tahun 1999
174 Tahun 1999 tentang Remisi. Dan bagaimana pelaksanaan yang terjadi dalam
pemasyarakatan dan tujuan pemberian remisi dan faktor yang menyebabkan yang
pemasyarakatan
Pelaksanaan
Faktor Penghambat
pemberian remisi
Pemberian Remisi
F. Definisi Operasional
1. Remisi adalah hak bagi seluruh narapidana dan berlaku bagi setiap
baik. Kata “efektif” dapat juga di artikan sebagai sesuatu yang ada efek
dilaksanakan.
4. Narkotika dalam penelitian ini adalah: Zat atau obat yang berasal dari
baik, taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan
62
dan damai
di lembaga pemasyarakatan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
penelitian ini dilakukan atau ditujukan Mengumpulkan data lalu diolah menjadi
B. Lokasi Penilitian
Jenis dan sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan ini
1. Dokumentasi
E. Analisis Data
Untuk memperoleh data primer dan data sekunder seperti tersebut di atas
agar menjadi sebuah tesis yang terpadu dan sistimatis diperlukan suatu sistem
analisis data. Data yang diperoleh di lapangan, baik primer maupun sekunder
BAB IV
di Indonesia
dalam Undang Undang khususnya di Undang Undang No. 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakat. pengurangan masa pidana atau remisi ada dua jenis. Pertama,
remisi umum, yaitu remisi yang diberikan pada hari peringatan Proklamasi
yaitu remisi yang diberikan pada hari besar keagamaan yang dianut oleh
narapidana dan anak pidana yang bersangkutan, dengan ketentuan jika suatu
agama mempunyai lebih dari satu hari besar keagamaan dalam setahun, maka
yang dipilih adalah hari besar yang paling dimuliakan oleh penganut agama yang
bersangkutan
tolak ukur syarat dalam pelaksanaan pemenuhan hak pengurangan masa pidana
(remisi) bagi narapidana dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun
2012 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2006 tentang
perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata
66
Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan dan Kepres No. 174 Tahun
sebagaimana diatur pada Kepres No. 174 Tahun 1999 dalam pasal 5
diberikan remisi 15 (lima belas) hari, pada tahun kedua dan ketiga
tidak, itu dapat dilihat dan dinilai dari setiap pelaksanaan program pembinaan dan
binaan yang baik, taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial
dalam daftar buku register (F) maka narapidana tersebut tidak mendapatkan
dengan pidana penjara kurang dari 5 (lima) tahun masa pidana sebagaimana yang
yaitu :
68
dengan pidana penjara lebih dari 5 (lima) tahun masa pidana yang putusannya
tehitung sejak tahun 2013, selain harus memenuhi persyaratan yang terkandung
terkandung dalam pasal 34A ayat 1,2 dan 3 Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun
2012
persyaratan:
dilakukannya;
pidana terorisme.
undangan.
70
Departemen Hukum dan HAM. Keputusan Menteri Hukum dan HAM tentang
remisi diberitahukan kepada Narapidana dan Anak Pidana pada hari peringatan
Indonesia atau pada hari besar keagamaan yang dianut oleh Narapidana dan Anak
Pidana yang bersangkutan. Jika terdapat keraguan tentang hari besar keagamaan
yang dianut oleh Narapidana atau Anak Pidana, Menteri Hukum dan Perundang-
Bollangi
orang dan tahanan sebanyak 94 orang. Jadi total narapidana dan tahanan
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa Lapas Narkotika Bollangi yang
dihuni dengan 900 warga binaan mengalami kelebihan kapasitas atau disebut juga
over capacity sebanyak 532 orang, karena kapasitas atau daya tampung lapas
71
sebenarnya hanyalah 368 orang. Kemudian dalam tabel diatas juga dapat dilihat
bahwa warga binaan wanita hanya berjumlah 1 (satu) orang, artinya sebagian
dalam Lapas, maka warga binaan wanita tersebut ditempatkan di blok khusus
wanita yaitu blok Mawar. Walaupun ditempatkan di blok khusus, menurut penulis
dengan besarnya ketimpangan jumlah yakni 1 : 289 orang, sangat banyak sekali
seksual yang dilakukan oleh warga binaan laki-laki kepada warga binaan
perempuan tersebut. Karena sama-sama kita ketahui kurungan penjara atau pidana
kemerdekaan ini salah satunya yang paling dirasakan adalah hilangnya hubungan
lebih banyak berada di dalam sel, bahkan untuk 54 dipekerjakan di dapur saja
tidak diperbolehkan.
efektif. Oleh sebab itu, untuk mencengah terjadi kemungkinan buruk, seharusnya
atas bahwa Lapas Bollangi tidak hanya diperuntukkan untuk narapidana saja, akan
tetapi juga terdapat tahanan didalamnya. Ada pun jumlah tahanan di Lapas
72
Tahanan
AI 12 - 12
A II 11 1 12
A III 11 - 11
A IV - - -
AV - - -
Dari tabel di atas, dapat digambarkan bahwa jumlah tahanan yang berada
warga binaan pada tahun 2021 seluruhnya yaitu berjumlah sebanyak 900 orang,
berarti ¼ (seperempat) dari warga binaan adalah tahanan. Seperti yang dijelaskan
blok khusus untuk wanita sehingga 1 orang tahanan pengadilan ini ditempatkan di
Blok A yaitu blok kriminal umum. Artinya tahanan anak ini dicampurkan dengan
bahwa Lapas Bollangi ini telah mengalami kelebihan kapastias yang seharusnya
yakni sebanyak 398 orang, oleh sebab itulah anak baik itu tahanan maupun
Selanjutnya bapak mukdas juga menyampaikan bahwa Lapas ini tidak ada
blok khusus untuk anak, Oleh karena itu maka untuk kasus anak yang terbilang
jarak jika keluarga ingin mnegunjungi anak. Berkaitan dengan penempatan anak
baik itu tahanan ataupun narapidana di Lapas Bollangi yang disatukan dengan
tersebut. Jika dihubungkan dengan tujuan dari pembinaan yaitu agar memperbaiki
diri, menyadari kesalahan, dan tidak mengulangi perbuatan pidana, maka tujuan
dari pemidanaan tersebut tidak berjalan efektif. Ada pun dampak yang dapat
ditimbulkan bagi anak pidana jika disatukan dengan warga binaan dewasa adalah:
macam kasus atau tindak pidana. Mulai dari tindak pidana umum seperti
umum maupun tindak pidana khusus, selanjunya kita beralih ke pemberian remisi.
Remisi Khusus I
201 250
Islam 244
- -
Kristen -
- -
Hindu -
- -
Budha -
Remisi Khusus II 11 23 55
75
Remisi Tambahan - 11 45
Keterangan :
sisa hukumannya.
hukumannya.
Remisi Khusus I : Remisi yang diberikan pada hari raya besar keagamaan,
hukumannya.
pembinaan.
kepada 290 orang narapidana dan anak pidana dan 1 (satu) diantaranya langsung
dinyatakan bebas dan Remisi Umum II sebanyak 154 Orang. Kemudian Lapas
Bollangi juga memberikan remisi khusus yakni pada Hari Raya Idul Fitri tepatnya
kepada 201 orang narapidana dan anak pidana serta Remisi Khusus II sebanyak
11 Orang. Jika diperhatikan dari data tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah
tersebut bahwa di Lapas Narkotika Bollangi pada tahun 2019 hanya memberikan
4 jenis remisi kepada narapidana, yaitu remisi umum dan remisi khusus
sedangkan untuk remisi tambahan tidak ada satupun dari narapidana yang
mendapatkannya.
umum I kepada 301 narapidana, dan tidak ada satu pun dari narapidana tersebut
yang langsung dinyatakan bebas dan Remisi Umum II kepada 165 orang total 466
orang. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 2019 yang hanya
berjumlah 444 orang, maka dapat dikatakan jumlah tahun 2020 mengalami
kenaikan. Kemudian untuk remisi khusus I diberikan kepada 244 narapidana pada
Hari Raya Idul Fitri tepatnya serta remisi Khusu II sekitar 23 Orang. Sedangkan
mengalami kenaikan jika dibandingkan pada tahun sebelumnya. Yakni pada tahun
2021 Lapas Bollangi memberikan remisi umum I kepada total 325 orang, dengan
uraian 2 orang langsung dinyatakan bebas dan 323 orang masih harus menjalani
77
sisa masa pidananya. Remisi Umum II ini diberikan kepada 190 orang. Kemudian
untuk remisi khusus I pada tahun 2021 diberikan kepada 250 orang narapidana
yang bertepatan dengan Hari raya Idul Fitri lalu remisi khusus 2 sebanyak 55
Ada pun jenis remisi tersebut adalah Remisi Umum yang diberikan ada
hari kemerdekaan Negara Kesatuan Repuplik Indonesia (NKRI) yang jatuh pada
tanggal 17 Agustus dan remisi khusus yang diberikan pada hari raya besar
Bollangi tidak pernah ada narapidana yang mendapatkan remisi tambahan, karena
seperti yang diketahui bahwa remisi tambahan adalah apabila narapidana yang
kegiatan lapas, dan lain sebagainya. Berkaitan dengan itu, di Lapas Narkotika
Bollangi tidak pernah ada narapidana yang berbuat seperti syarat yang telah
disebutkan tadi. Oleh karena itulah Lapas Narkotika Bollangi hanyak memberikan
2 jenis remisi yaitu remisi umum dan remisi khusus.” Selanjutnya beliau juga
mengatakan bahwa terkait remisi khusus, 3 tahun terakhir ini hanya diberikan
pada hari Raya Idul Fitri saja karena memang mayoritas narapidana yang
menghuni Lapas Narkotika Bollangi beragama Islam “hanya satu orang yang
Pemberian remisi adalah hak setiap narapidana yang diatur dalam pasal 14
bukan lewat permintaan akan tetapi melalui usulan. Remisi diusulkan oleh petugas
terdapat 2 syarat umum yang harus dipenuhi oleh seluruh narapidana yaitu
berkelakuan baik dan harus telah menjalani masa pidana minimal 6 bulan.
Sedangkan untuk tindak pidana khusus salah satunya narkotika diberikan syarat
tambahan yang harus dipenuhi oleh setiap narapidana narkotika yang tertuang
dalam pasal 34A yaitu harus membuat surat pernyataan bersedia bekerjasama
dengan aparat hukum untuk membongkar tindak pidana yang dilakukan. Surat
bersangkutan. Menurut Kepala Seksi Binadik dan Giatja yaitu Bapak Sahlan,
mengingat telah terjadi dua kali perubahan pada Peraturan Pemerintah yang
tersebut adalah:
pidana.
5 tahun saja. Ada pun syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
1) Berkelakuan baik;
bahwa syarat-syarat pemberian remisi kepada narapidana Pasal 34A ayat (2)
a. Syarat Umum
b. Syarat Khusus
seperti:
bekerjasama sebagai syarat tambahan yang harus dipenuhi oleh setiap narapidana
yaitu Peraturan Pemerintah 99 tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak, Peraturan Menteri Hukum dan HAM tentang syarat dan Tata
82
cara pemberian remisi No. 03 tahun 2018, dan Keputusan Presiden tentang Remisi
Lapas Bollangi, namun Ibu Yuslinar selaku Kepala Sub Seksi Registrasi
mengungkap orangorang serta induk dari organisasi narkoba yang ia lakukan, dan
bersedia untuk memberikan kesaksian dalam proses peradilan. Ada pun tata cara
berikut:
bekerjasama yang menjadi salah satu syarat bagi narapidana narkotika untuk dapat
maka untuk narapidana narkotika yang hukumannya 5 (lima) tahun keatas akan
mendapatkan usulan remisi apabila telah menjalani 1/3 dari 5 (tahun) yaitu sekitar
1 tahun 6 bulan dan diusulkan sesuai dengan prosedur yang diatur dalam
narkotika yang hukumannya dibawah 5 (lima) tahun untuk diusulkan remisi hanya
harus memenuhi syarat umum yaitu berkelakuan baik dan telah menjalani pidana
narapidana tindak pidana khusus salah satunya adalah tindak pidana narkotika.
tertuang dalam pasal 34A Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tersebut
mempunyai tujuan lanjutan yaitu mempermudah aparat penegak hukum dalam hal
84
dengan adanya syarat tambahan yaitu pernyataan bersedia bekerjasama ini, pelaku
hal tersebut kepada Bapak Sahlan S.H, selaku Kepala Seksi Pembinaan
Narapidana dan Anak Didik di Lapas Bollangi. Dimana beliau menuturkan bahwa
hanya dibuat secara tertulis dan ditanda tangani oleh narapidana narkotika yang
akan diusulkan remisi. Namun implementasi dari surat pernyataan itu sama sekali
tidak ada. Alasannya karena seharusnya surat pernyataan bekerjasama itu dibuat
pada awal proses pemeriksaan seperti penyidikan dan pada saat yang berangkutan
masih dalam status tahanan bukan pada saat yang bersangkutan telah berstatus
Kemudian Ibu Lina menambahkan bahwa kasus narkotika ini sudah pasti
ada organisasinya, untuk itu sangat diperlukan surat pernyataan bekerjasama ini,
tapi peletakkannya tidak efektif jika dijadikan syarat untuk remisi karena apabila
surat pernyataan bekerjasama dilakukan pada saat status yang bersangkutan masih
menjadi narapidana, maka perbuatan terebut tidak akan berpengaruh lagi karena
putusan telah dijatuhkan. Jika dilihat dari keterangan yang diberikan oleh Pak
bekerjasama sebagai salah satu syarat tambahan untuk narapidana narkotika yang
dijatuhi hukuman diatas 5 (tahun) kurang efektif. Hal itu karena implementasi
atau hasil yang diharapkan dari surat pernyataan itu di Lapas Bollangi tidak ada
sama sekali. Jadi, pernyataan tersebut hanyalah sebuah syarat. Berdasarkan uraian
sebelumnya yang disampaikan oleh Bapak Sahlan S.H, terkait pelaksanaan surat
bagi narapidana narkotika yang telah bersedia untuk memberikan informasi dan
bagi aparat hukum jika dilihat dari fakta dilapangan karena itu merupakan syarat
saja, tidak pernah ada tindak pidana narkotika yang terbongar sampai ke akarnya
di Lapas Narkotika Bollangi. Apabila dilakukan pada saat proses peradilan mulai
86
negara, untuk petugas, aparat hukum tidak ada sama sekali. Bahkan tindak pidana
mengalami fluktuasi atau ketidak tetapan, hal itu tentunya dipengaruhi oleh syarat
atau tolak ukur petugas dalam pemberian remisi kepada narapidana narkotika.
berkelakuan baik selama menjalani masa pidana dan tidak terdaftar dalam buku
register (f). Selain itu, narapidana narkotika juga diharuskan untuk mendapatkan
binaan dari segi psikologis yang berguna untuk mengembangkan pola pikir dalam
terjun ke masyarakat.
Tindak Pidana Narkotika. Dasar berkelakuan baik itu sangat efektif untuk
Bollangi, yang jumlah narapidana Tindak Pidana Narkotika paling banyak sebagai
Pengedar atau Bandar. Untuk menilai apakah seseorang narapidana tindak pidana
88
narkotika itu dapat mengubah diri atau masih sama dengan sebelum dipidana,
tidaklah cukup dengan perbutaan baik saja. Hal ini dikarenakan tindak pidana
narkotika ini juga berkaitan dengan masalah psikologis, bukan masalah perilaku
maupun batin.
kapasitas yang dialami oleh Lapas. Sesuai dengan data yang telah penulis
terangkan sebelumnya bahwa Lapas Bollangi yang dihuni oleh 900 narapidana,
sedangkan kapasitas Lapas hanyalah 368 yang artinya Lapas mengalami kelebihan
kapasitas sebanyak 532 orang. Dengan kelebihan kapasiatas ini, tentunya akan
kapasitas ini bisa diselesaikan dengan cara pemberian remisi bagi narapidana.
bersangkutan akan cepat bebas dan mengurangi jumlah warga binaan di dalam
Lapas.
undangan yang berlaku. Bahkan ada beberapa pertimbangan yang tidak tertulis di
dikatakan ketat di Lapas Bollangi, karena dilihat dari data 2 (dua) tahun terakhir
yaitu pada tahun 2020 dan 2021 masih banyaknya jumlah narapidana yang
bahwa selama periode tahun 2019,2020 dan tahun 2021, remisi yang diberikan
kepada narapidana adalah remisi umum dan remisi khusus, sedangkan remisi
tambahan hanya sedikit.Berdasarkan data yang sama dapat diketahui pula, bahwa
pemberian remisi kepada narapidana, baik remisi umum maupun remisi khusus
dilakukan tepat waktu. Pada periode tahun 2019,2020 dan tahun 2021, pemberian
remisi yang diusulkan oleh Kepala Lapas Narkotika Bollangi kepada Menteri
Selatan berlangsung mundur. Dari data tahun 2019, baik pemberian remisi umum,
remisi khusus Idul Fitri, remisi khusus Natal, maupun remisi khusus Waisak harus
istilah remisi susulan, baik untuk remisi umum maupun remisi khusus seperti
remisi umum susulan, remisi khusus susulan Idul Fitri, remisi khusus susulan
Natal, dan remisi khusus susulan Waisak. Dari data tahun 2020, ditemukan pula
mengolah usulan yang diajukan oleh Kepala Lapas Narkotika Bollangi.Hal ini
berarti, bahwa faktor penghambat dalam pemberian remisi tersebut adalah terletak
sehingga hak atas remisi pada tahun yang bersangkutan menjadi hilang.
peraturan yang tegas dalam pelaksanaanya. Hal ini yang mengakibatkan adannya
narapidana.
menjelaskan bahwa yang menjadi faktor utama sehingga hak remisi itu tidak bisa
diberikan kepada para narapidana adalah faktor dari pelaku narapidana itu sendiri.
91
Salah satu faktor sebagai penghambat pemberian remisi seperti narapidana tidak
ke dalam buku Register F. Di dalam buku tersebut tercatat secara terperinci semua
pelanggaran yang dilakukan oleh setiap narapidana, dan telah menjadi syarat
bahwa mereka tidak bisa diberikan remisi.50 Faktor lain dikarenakan bagi
narapidana yang yang masih menjalani masa pidana yang menjadi syarat
harus menjalani menjalani masa hukuman 1/3, dan bagi narapidana yang menjalan
masa hukuman di atas 5 tahun harus menjalani masa hukuman 6 bulan. Dan hal
tersebut haruslah dijalani oleh narapidana yang ingin mendapatkan remisi karena
selaku pihak yang mengupayakan anak didiknya untuk mendapatkan remisi maka
Faktor lain yaitu faktor eksternal yaitu penghambat remisi yang terjadi di
Bollangi, menambahkan yang menjadi faktor lain sehingga hak remisi itu tidak
bisa diberikan kepada para narapidana adalah faktor dari lembaga lain di luar
lembaga pemasyarakatan yang tidak dibarengi dengan suatu peraturan yang tegas
narapidana tersebut.
saling mengadakan koordinasi yang lebih baik dengan pihak-pihak terkait yaitu
dapat diusulkan hak untuk mendapat remisi. Segala bentuk kerja sama baik dari
dalam Lapas maupun dari pihak luar lapas, diharapkan setiap proses remisi dapat
berjalan dengan lancar, karena di dalam peraturan telah jelas bahwa setiap
narapidana atau anak pidana berhak untuk mendapatkan remisi. Sebagai institusi
Negara sebaiknya pihak yang berperan penting dalam proses remisi dapat
93
memberikan hak remisi tersebut kepada setiap narapidana dengan syarat tidak
narapidana pelaku tindak pidana khusus saja yang mendapatkan remisi, semua
sidang, adanya narapidana yang mendapat hukuman disiplin sehingga tidak bisa
indisipliner.
waktu.
instansi terkait.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bollangi yang tidak diberikan remisi atas vonis hukuman yang telah
kepada narapidana, faktor sarana dan prasarana, serta faktor dari perilaku
indisipliner.
B. SARAN
pemasyaakatan tersebut.
4. Penulis berharap tesis ini bisa menjadi rujukan para pembaca demi
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Amir Ilyas. 2012 Asas Asas Hukum Pidana, Rangkang Education Yogyakarta dan Pukap
Indonesia, Yogyakarta
Darwint Parint, Hukum Anak Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2009.
Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana untuk
Mahasiswa dan Praktisi serta Penyuluh Masalah Narkoba, Mandar
Maju, Bandung.
Wimanjaya K. Liotohe, Bahaya Narkotika Bagi Remaja, Edisi Pertama, CV. Petra
Jaya, Jakarta Pusat, 2001.
Moh. Taufik Makaro, Dkk, 2005, Tindak Pidana Narkotika, Ghalia, Jakarta.
B. Jurnal
C. Website
Wahyu Indra Brahmantya, Kelakuan Baik Sebagai Syarat Pemberian Remisi Terhadap
Narapidana Korupsi,e-journal.uajy, 2013, diakses 25 April 2021, http://e-
journal.uajy.ac.id/2091/1/0HK09926.pdf6