Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah

PATOLOGI ADMINISTRASI NEGARA


Dosen Pangampu : Ir. Sartika Yuliana, M.Si

Tentang
PATOLOGI ADDMINISTRASI NEGARA

Disusun oleh ;
Febrian Sukma
(Nim. )

STIA ADABIAH PADANG


TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr, wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas saya pada  Mata Kuliah Patologi Administrasi Negara.

Saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Ibu Dosen
Ir.Sartika Yuliana, MSi dan kepada semua yang telah membantu dan mendukung
dalam penyusunan makalah ini.

Saya sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.

Akhir kata, semoga  makalah  ini dapat bermanfaat bagi kami dan para teman-
teman semuanya.

Wassalammualaikum wr, wb.

Sawahlunto, 25 Mei 2022


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1. Pengertian Administrasi secara umum
2. Fenomenologi Administrasi
3. Kebenaran Ilmiah Administrasi
4. Fokus Kajian Administrasi

BAB II DEFINIS ADMINISTRASI NEGARA


1. Definisi Administrasi Publik
2. Perkembangan Teori Administrasi Negara
3. Ciri-ciri Administrasi Negara

Bab III PARADIGMA ADMINISTRASI PUBLIK


1. Prinsip Administrasi Publik
2. Pergeseran Paradigma Administrasi Publik
3. Patologi Birokrasi
4. Etika Birokrasi dan Kepemimpinan
5. Reformasi Birokrasi
6. Dimensi Administrasi Publik

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN ADMINISTRASI SECARA UMUM

Administrasi berasal dari bahasa Latin : Ad = intensif danministrare =


melayani, membantu, memenuhi. Administrasi merujuk pada kegiatan
atau usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan atau mengatur
semua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan. Administrasi adalah
bisnis dan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan untuk
mencapai tujuan.

Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan yang meliputi: catatan,


surat menyurat, pembukuan ringan, mengetik, agenda, dan sebagainya
administrasi teknis. Administrasi dalam arti luas adalah seluruh proses
kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan dengan
menggunakan infrastruktur tertentu yang efisien dan efektif.

Administrasi Menurut Para Ahli

Berikut ini merupakan pengertian administrasi menurut para ahli :

Arthur Grager

Administrasi adalah fungsi komunikasi pelaksanaan dan jasa dari slip


organisasi.

George Terry

Administrasi adalah pengendalian, dan pengorganisasian kerja, serta


mobilisasi mereka yang menerapkannya untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.

Dr. Sondang Siagian

Menurut Dr. Sondang Siagian (2012:13 admintrasi dapat didefinisikan


sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau
lebih yang didasrkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.
William Leffingwell dan Edwin Robinson

Administrasi adalah cabang dari manajemen yang berkaitan dengan


pelaksanaan pekerjaan kantor yang efisien, kapan dan di mana pekerjaan
itu harus dilakukan.

Ulbert

Administrasi dalam arti sempit didefinisikan sebagai persiapan sistematis


dan pencatatan data dan informasi baik secara internal maupun eksternal
untuk tujuan memberikan informasi dan membuatnya lebih mudah untuk
memulihkan sebagian atau seluruhnya. Sebuah pemahaman sempit
administrasi lebih dikenal sebagai Administrasi.

Munawardi Reksohadiprowiro

“dalam arti sempit” administrasi berarti pemerintahan, termasuk


pengaturan setiap rapi dan sistematis serta penentuan fakta dan ditulis
dengan tujuan memperoleh pandangan yang komprehensif dan keterkaitan
antara fakta dengan fakta lain.

Hadari nawawi (1979),

Administrasi pendidikan adalah rangkaian kegiatan dan pengendalian


sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan dalam lembaga
pendidikan formal secara sistematis.

2. FENOMENOLOGI ADMINISTRASI

Juhaya S.Praja mengatakan bahwa fenomenologis adalah realitas


dalam arti yang ada diluar dirinya dan ini hanya dapat dicapai
dengan mengalami secara intuisi, maka apa yang kita anggap sebagai
realitas dalam pandangan biasa itu untuk sementara harus
ditinggalkan. Pemikiran terhadap pendekatan fenomenologi
administrasi sangat besar pengaruhnya di dalam keber ha si la n
penca pa ia n tujua n yang t ela h dit entu ka n sebelumnya.
Fenomenologi administrasi dilihat dari sudut pandangnya ada
beberapa macam, antara lain, fenomena politik, sosial, alam, organisasi,
lingkungan, ekonomi, dan fenomena keamanan.

Empirikal merupakan sinonim realiatas administrasi yang bisa


berkembang dalam alam pikiran manusia dan alam nyata di sekitar
kehidupan manusia yang sering diistilahkan dengan bendawi. Atau
bisa juga diartikan dengan keadaan tentang ada dan yang dapat
ditangkap oleh indera. Empirikal administrasi ada beberapa macam,
ada; a. Empirikal keilmuan administrasi, meliputi kebenaran
konseptual administrasi, kebenaran teoritis
administrasi,kebenaran berfikir administrasi.

b. Empirikal profesional administrasi, meliputi kebenaran menata


administrasi, mencipta administrasi, dan mendesain
administrasi.

3. KEBENARAN ILMIAH ADMINISTRASI

Wujud kebenaran ilmu administrasi sangat banyak jenisnya, antara lain


adalah; Kebenaran sumber, kebenaran data, iformasim analisis,
kebenaran berfikir, dan kebenaran bertindak. Fenomena
menunjukkan bahwa kebenaran administrasi tampaknya sudah berada
di cakrawala yang luas dan hampir tidak jelas lagi dinding pemisah
yang tidak dapat ditembus oleh pemikiran dalam pembenaran ilmuan
administrasi. Kini manusia sebagai pencari pencari pembenaran
administrasi senantiasa mengalami kelelahan dalam rangka
mengikuti dinamika perkembangan dan perubahan yang begitu
cepat di bidang ilmu admnistrasi yang tidak memiliki lagi batas akhir
dalam pencapaian tujuan.
4. FOKUS KAJIAN ADMINISTRASI

Objektivitas kajian ilmu administrasi sepatutnya mengikuti alur


pemikiran yang pendekatannya secara radikal, menyeluruh, rasional
dan objektif yang memfokuskan kepada hakekat realitas awal dan
akhir terhadap perkembangan ilmu administrasi yang hanya berada
dalam alam pemikiran manusia.

Sedangkan subjektivitasya terhadap kajian administrasi dapat


dilihat atas tindakan yang spekulatif dan tidak mengarah kepada
pandangan yang sbenarnya.

Penetapan fokus yang tepat dalam rangka pelaksanaan aktivitas


administrasi yang telah ditentukan sebelumnya itu m er u pa ka n
s u a t u g a m b a r a n b a h w a k a n m e m b er ik a n su a t u keberhasilan
secara berdayaguna dan berhasil guna.

Demikian pula sebaliknya, ketidakjelasan fokus administrasi yang


akan dilaksanakan itu dapat dipastikan akan mengalami
hambatan- hambatan. Jika hambatan ini tidak dapat diatasi maka
tentuakan terjadi kegagalan dan akhirnya aktivitas administrasi
yang bersangkutan akan mati.
BAB II
DEFINISI ADMINISTRASI NEGARA

1. DEFINISI ADMINISTRASI PUBLIK


Berikut definisi administrasi publik menurut para ahli. Antara lain;

Chandler dan Plano dalam Keban (2004)

Administrasi publik adalah serangkaian proses dimana sumber daya dan


personel publik diorganisir dan dikoordinasikan untuk memformulasikan,
mengimplementasikan, dan mengelola keputusan-keputusan dalam
kebijakan publik.

Rshall E. Dimock, Gladys O. Dimock dan Louis W.Koenig dalam


Harbani Pasolong (2007:7)

Pengertian administrasi publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh


pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah di dalam melaksanakan
kekuasaan politiknya. Kekuasaan politik ini bisa di dapatkan dari sistem
demokrasi dan juga sistem warisan (kerajaan).

Dwight Waldo (1984:17)

Definisi administrasi publik adalah sebagai manajemen yang dilakukan


dalam sebuah organisasi dari manusia-manusia dan peralatannya guna
mencapai tujuan pemerintah. Tujuan pemerintah ini di dapatkan dari
sistem kapanye pada tehap sebelumnya.

Harbani Pasolong (2007:8)

Mengartikan bahwa administrasi publik ialah bentuk kerjasama yang


dilakukan oleh sekelompok orang atau lembaga dalam melaksanakan
tugas-tugas pemerintahan dalam memenuhi kebutuhan publik secara
efisien dan efektif.
Dr.H.Amin Ibrahim (2007)

Mengartikan bahwa administrasi publik adalah seluruh upaya


penyelenggaraan pemerintah yang meliputi kegiatan manjemen pemerintah
(perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pembangunan) dengan sebuah mekanisme kerja serta dukungan sumber
daya manusia.

Fesler (1980)

Arti administrasi publik adalah upaya penyusunan dan pelaksanaan


kebijakan yang dilakukan oleh birokrasi dalam sekala besar untuk
kemudian beralifiasi pada kepentingan publik (masyarakat), yang pada
intinya arti ini di dapatkan untuk kepentingan masyarakat.

Barton dan Chappel

Pengertian administrasi publik adalah bentuk “the work of


government“yang artinya pekerjaan yang dilakukan pemerintah pusat atau
pemerintah daerah untuk kepentingan bersama, baik untuk masyarakat
itu sendiri ataupun untuk pemerintah.

Nigro dan Nigro

Pengertian administrasi publik adalah bentuk usaha kerjasama kelompok


dalam lingkungan publik, yang kemudaian mencakup dalam tigal, yakni
lembaga judikatif, lembaga legislative, dan lebaga axekutif yang dilakukan
kerjasama dalam upaya menciptakan kesejahteraan bersama.

Starling

Menurutnya, ia mengartikan administrasi publik sebagai upaya dicapai


pemerintah yang kemudian upaya tersebut akan bisa dilakukan sesuai
dengan pilihan kebijakan sebagai mana yang telah di janjikan pada saat
kampanye pemilihan.
Rosenbloom

Mengartikan administrasi publik sebagai bentuk pemanfaatan teori, proses


manajemen, politik, dan hukum untuk kemudian mampu menjadi bentuk
optimalisasi pemerintah guna menjamin bahwa pemerintah adalah fungsi
pengaturan pelayanan masyarakat.

Administrasi publik juga mempunyai berbagai macam definisi. Tetapi, apabila


kita telaah lebih mendalam definisi-definisi mengenai administrasi publik, kita
menemukan beberapa pola pemikiran yang berbeda.

1. Pola Pemikiran Pertama Pola pemikiran pertama memandang


administrasi publik sebagai satu kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah, khususnya oleh lembaga eksekutif. Misalnya, Marshall
Edward Dimock dan Gladys Ogden Dimock (1964), yang mengutip
definisi W.F Willougby, yaitu: "Administrative function is the function of
actually administering the law as declared by the legislative and
interpreted by the judicial branches of government". ("fungsi
administrasi adalah fungsi untuk secara nyata mengatur pelaksanaan
hukum yang dibuat oleh lembaga legislatif dan ditafsirkan oleh lembaga
yudikatif').

Sekalipun Willoughby (dalam Dimock & Dimock, 1964) menunjukkan


bahwa administrasi publik hanya berkaitan dengan fungsi untuk
melaksanakan hukum, tetapi ia juga menyatakan bahwa "public
administration as field is mainly concerned with the means for
implementing political values" (administrasi publik sebagai satu bidang
studi berkaitan terutama dengan sarana untuk melaksanakan nilai-nilai
politik).

2. Pola Pemikiran Kedua Pola kedua menyatakan bahwa administrasi


publik lebih luas daripada sekedar membahas aktivitas-aktivitas
lembaga eksekutif saja. Artinya, administrasi publik meliput seluruh
aktivitas dari ketiga cabang pemerintahan, mencakup baik lembaga
eksekutif maupun lembaga legislatif dan yudikatif, yang semuanya
bermuara pada fungsi untuk memberikan pelayanan publik.
Dengan pola pikir demikian J.M Pfiffner berpendapat bahwa: "public
administration is the coordination of collective efforts to implement
public policy". ("administrasi publik adalah koordinasi dari usaha-usaha
kolektif yang dimaksudkan untuk melaksanakan kebijakan
pemerintah").

Pendapat tersebut sepenuhnya didukung oleh Gerald E. Caiden


(1984:3) dengan mengatakan bahwa: "administrasi publik meliputi
setiap bidang dan aktivitas yang menjadi sasaran kebijaksanaan
pemerintah; termasuk proses formal dan kegiatankegiatan DPR,
fungsi-fungsi yang berlaku dalam lingkungan pengadilan, serta
kegiatan dan lembaga militer".

2. PERKEMBANGAN TEORI ADMINISTRASI NEGARA

1. Teori Administrasi Klasik Banyak dukungan teori untuk administrasi


publik merupakan awal yang mengasyikkan, dukungan teori datang dari
sumbersumber nonpublik, terutama kajian-kajian atas perusahaan swasta,
sesuai dengan penekanan di awal abad kedua puluh, yang menekankan
pada efisiensi sebagai tujuan utama dari administrasi publik maupun
administrasi privat.

Korelasi antara kepopuleran administrasi klasik dengan penekanannya


pada efisiensi, baik pada privat dan pada sektorsektor publik telah
diilustrasikan dengan baik oleh Frederick W. Taylor dalam karyanya
Principles of Scientific Management. Kadang-kadang prinsip ini disebut
Taylorisme, ajaran Taylor atau sering juga disebut sebagai aliran
manajemen ilmiah, ajaran Taylor menekankan pada peleburan atau
penyatuan sumber daya.

Pengaruh Taylor’s di awal studi dan praktik administrasi publik sangat


besar. Walaupun di sana telah dikemukakan faktor-faktor di dalam
administrasi publik yang membuat "satu jalan/cara terbaik" lebih sulit
untuk ditetapkan dibanding dengan administrasi privat, para sarjana
klasik menitikberatkan pada manajemen ilmiah.
Leonard D. White dan Luther Gulick, mereka menulis langkah-langkah
administrasi yang bersifat ortodoks/kuno/lama, banyak
menggambarkan usaha Taylor's. Gulick, memberikan contoh, ia (Taylor)
terkenal atas penekannya pada pembagian kerja yang rasional,
koordinasi, dan supervisi pekerjaan dalam administrasi publik. Ini
merupakan esai yang terkenal pada tahun 1937 atas peran eksekutif dalam
pemerintahan

2. Teori Administrasi Modern Suatu serangan hebat atas aplikasi yang tak
memenuhi syarat dari prinsip-prinsip klasik ke administrasi publik terjadi
setelah Perang Dunia II. Disertai oleh usaha seluruh ilmu-ilmu sosial, riset-
riset atas pengambilan keputusan administrasi telah memberi petunjuk
untuk dipertimbangkan pengaruh manusia sebagai masyarakat dan aktor
politik.

Teori klasik dalam pengertian ilmiah, ini sehubungan dengan


penekanannya untuk satu cara terbaik dalam membagi tenaga kerja,
mensupervisi, merencanakan, melaporkan dan mengkoordinasi. Ini
perhatian kecil yang perlu diindahkan atas respons para pekerja terhadap
norma-norma yang mengabaikan faktor-faktor yang menggerakkan perilaku
mereka. Orientasi studi manajemen ilmiah, seperti seseorang pemimpin di
dalam Kantor Pemberi Hak Paten di tahun 1947, kadang-kadang jatuh
karena ia memberikan perhatian kecil kepada efek-efek reorganisasi dari
hubungan-hubungan kelompok primer atas status pekerja.

Seperti teori klasik, sesudah Perang Dunia II teori modern telah


disokong oleh oleh riset pribadi. Studi Hawthorne yang terkenal, yang
disponsori oleh Western Electric, walaupun diselenggarakan antara 1927
dan 1932, ini tidak mendapat perhatian di dalam administrasi publik
sampai lama kemudian. Perincian eksperimen diketahui dengan baik. Akhir
periode ini, beberapa tahun yang lalu, perilaku empat belas pekerja telah
dinilai di bawah berbagai kondisi kerja untuk menentukan efek kondisi
kerja yang berubahubah atas produktivitas pekerja. Manajemen
heran mendengar bahwa faktor-faktor sosial, bukan faktor ekonomi, rasa-
rasanya lebih bertanggung jawab atas kondisi perilaku pekerja.
3. CIRI-CIRI ADMINISTRASI NEGARA

Kita bisa mengenali administrasi negara dengan karakteristiknya. Berikut


ini merupakan ciri-ciri administrasi Negara :

1. Administrasi negara adalah aktivitas yang tidak dapat dihindarkan


(unavoidable), yang berpusat pada hubungan antara negara dengan
masyarakat yang bersifat pasti.
2. Administrasi negara memiliki prioritas, yaitu pelayanan dan
pengarahan kepada masyarakat umum. Dengan kata lain,
kesejahteraan rakyat menjadi tanggung jawab moral oleh pelaksanaan
administrasi negara.
3. Administrasi negara memiliki monopoli dalam hal menggunakan
kekuasaan dan wewenang untuk memaksakan kehendak kepada
masyarakat. Ini bertujuan supaya masyarakat tunduk terhadap
hukum positif di negaranya.
4. Top management Administrasi Negara sifatnya adalah politis. Birokrasi
merupakan organisasi masyarakat yang dikepalai oleh pejabat yang
dipilih oleh publik yang bersifat non-karier dan menjabat dalam kurun
periode tertentu dengan tugas, fungsi, dan kewajibannya.
5. Administrasi negara adalah institusi publik untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang memiliki tujuan untuk mencapai
peningkatan kualitas hidup tatanan negara. Akan tetapi, kualitas
pelaksanaan administrasi negara sulit diukur dikarenakan sangat
kompleks, bersifat politis, dan multitafsir.

Sementara itu, ciri-ciri administrasi negara menurut Thoha (1997: 43-45) yaitu


sebagai berikut,

“Pelayanan yang diberikan oleh administrasi negara merupakan pelayanan yang


teramat penting apabila dibandingkan dengan pelayanan yang diberikan oleh
organisasi-organisasi yang sifatnya swasta, sebab swasta biasanya lebih
cenderung mengutamakan profit.”
BAB III
PARADIGMA ADMINISTRASI PUBLIK

1. PRINSIP ADMINISTRASI PUBLIK


Paradigma Administrasi Negara Lama dikenal juga dengan sebutan
Administrasi Negara Tradisional atau Klasik. Paradigma ini merupakan
paradigma yang berkembang pada awal kelahiran ilmu administrasi negara.
Tokoh paradigma ini adalah antara lain adalah pelopor berdirinya ilmu
administrasi negara Woodrow Wilson dengan karyanya “The Study of
Administration”(1887) serta F.W. Taylor dengan bukunya “Principles of
Scientific Management” Dalam bukunya ”The Study of Administration”,

Wilson berpendapat bahwa problem utama yang dihadapi pemerintah


eksekutif adalah rendahnya kapasitas administrasi. Untuk mengembangkan
birokrasi pemerintah yang efektif dan efisien, diperlukan pembaharuan
administrasi pemerintahan dengan jalan meningkatkan profesionalisme
manajemen administrasi negara.

Untuk itu, diperlukan ilmu yang diarahkan untuk melakukan reformasi


birokrasi dengan mencetak aparatur publik yang profesional dan non-
partisan. Karena itu, tema dominan dari pemikiran Wilson adalah aparat atau
birokrasi yang netral dari politik. Administrasi negara harus didasarkan pada
prinsipprinsip manajemen ilmiah dan terpisah dari hiruk pikuk kepentingan
politik Inilah yang dikenal sebagai konsep dikotomi politik dan administrasi.
Administrasi negara merupakan pelaksanaan hukum publik secara detail dan
terperinci, karena itu menjadi bidangnya birokrat tehnis. Sedang politik
menjadi bidangnya politisi.

Ide-ide yang berkembang pada tahun 1900-an memperkuat paradigma


dikotomi politik dan administrasi, seperti karya Frank Goodnow ”Politic and
Administration”. Karya fenomenal lainnya adalah tulisan Frederick W.Taylor
”Principles of Scientific Management (1911). Taylor adalah pakar manajemen
ilmiah yang mengembangkan pendekatan baru dalam manajemen pabrik di
sector swasta – Time and Motion Study.
Manajemen ilmiah dimaksudkan untuk meningkatkan output dengan
menemukan metode produksi yang paling cepat, efisien, dan paling tidak
melelahkan.Jika ada cara terbaik untuk meningkatkan produktivitas di sector
industri, tentunya ada juga cara sama untuk organisasi public.Wilson
berpendapat pada hakekatnya bidang administrasi adalah bidang bisnis,
sehingga metode yang berhasil di dunia bisnis dapat juga diterapkan untuk
manajemen sektor publik.

Teori penting lain yang berkembang adalah analisis birokrasi dari Max Weber.
Weber mengemukakan ciri-ciri struktur birokrasi yang meliputi hirarki
kewenangan, seleksi dan promosi berdasarkan merit system, aturan dan
regulasi yang merumuskan prosedur dan tanggungjawab kantor, dan
sebagainya. Karakteristik ini disebut sebagai bentuk kewenangan yang legal
rasional yang menjadi dasar birokrasi modern.

2. PATOLOGI BIROKRASI
Jenis patologi birokrasi menurut Sondang P. Siagian (1988) ada
beberapa patologi birokrasi yang dapat dijumpai, antara lain:
1. Penyalahgunaan wewenang dan tanggung jawab
2. 2. Pengaburan masalah
3. 3. Indikasi korupsi, kolusi dan nepotisme
4. 4. Indikasi mempertahankan status quo
5. 5. Membina kerajaan

Patologi birokrasi muncul dikarenakan hubungan antar variabel pada


struktur birokrasi yang terlalu berlebihan, seperti rantai hierarki panjang, spesialisasi,
formalisasi dan kinerja birokrasi yang tidak linear.

3. ETIKA BIROKRASI DAN KEPEMIMPINAN

Etika, termasuk etika birokrasi mempunyai dua fungsi, yaitu: pertama,


sebagai pedoman, acuan, referensi bagi administrasi negara (birokrasi publik)
dalam menjalankan tugas dan kewenangannya agar tindakannya dalam
organisasi tadi dinilai baik, terpuji, dan tidak tercela. Kedua, etika birokrasi
sebagai standar penilaian mengenai sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi
publik dinilai baik, tidak tercela dan terpuji.
Leys berpendapat bahwa: “Seseorang administrator dianggap etis apabila ia
menguji dan mempertanyakan standar-standar yang digunakan dalam
pembuatan keputusan, dan tidak mendasarkan keputusannya semata-mata
pada kebiasaan dan tradisi yang sudah ada”.

Selanjutnya, Anderson menambahkan suatu poin baru bahwa: “standar-


standar yang digunakan sebagai dasar keputusan tersebut sedapat mungkin
merefleksikan nilai-nilai dasar dari masyarakat yang dilayani”. Berikutnya,
Golembiewski mengingatkan dan menambah elemen baru yakni: “standar
etika tersebut mungkin berubah dari waktu-kewaktu dan karena itu
administrator harus mampu memahami perkembangan standar-standar
perilaku tersebut dan bertindak sesuai dengan standar tersebut” (Keban,
1994:51).

Beberapa konsep mengenai etika pelayanan publik dapat disimak dari


pendapat-pendapat berikut ini.
a) Etika pelayanan publik adalah:”suatu cara dalam melayani publik dengan
menggunakan kebiasaankebiasaan yang mengandung nilai-nilai hidup
dan hukum atau norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia
yang dianggap baik” (Kumorotomo, 1996:7).

b) Lebih lanjut dikatakan oleh Putra Fadillah (2001:27), etika pelayanan


publik adalah: ”suatu cara dalam melayani publik dengan menggunakan
kebiasaan-kebiasaan yang mengandung nilai-nilai hidup dan hukum atau
norma yang mengatur tingkah laku manusia yang dianggap baik”.

c) Sedangkan etika dalam konteks birokrasi menurut Dwiyanto (2002:188):


”Etika birokrasi digambarkan sebagai suatu panduan norma bagi aparat
birokrasi dalam menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat. Etika
birokrasi harus menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan
pribadi, kelompok, dan organisasnya. Etika harus diarahkan pada
pilihan-pilihan kebijakan yang benar-benar mengutamakan kepentingan
masyarakat luas”.
d) Darwin (1999) mengartikan etika birokrasi (administrasi negara) sebagai
seperangkat nilai yang menjadi acuan atau penuntun bagi tindakan
manusia organisasi. Selanjutnya dikatakan bahwa etika (termasuk etika
birokrasi) mempunyai dua fungsi yaitu: pertama, sebagai pedoman,
acuan, referensi bagi administrasi negara (birokrasi publik) dalam
menjalankan tugas dan kewenangannya agar tindakannya dalam
organisasi tadi dinilai baik, terpuji, dan tidak tercela; kedua, etika
birokrasi sebagai standar penilaian mengenai sifat, perilaku, dan
tindakan birokrasi publik dinilai baik, tidak tercela dan terpuji.

Seperangkat nilai dalam etika birokrasi yang dapat digunakan sebagai


acuan, referensi, penuntun bagi birokrasi publik dalam melaksanakan
tugas dan kewenangannya antara lain: efisiensi, membedakan milik
pribadi dengan milik kantor, impersonal, merytal system, responsible,
accountable, dan responsiveness.

e) Menurut Widodo (2001:241), Etika administrasi negara adalah


merupakan wujud kontrol terhadap administrasi negara dalam
melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok, fungsi dan
kewenangannya. Manakala administrasi negara menginginkan sikap,
tindakan dan perilakunya dikatakan baik, maka dalam menjalankan
tugas pokok, fungsi dan kewenangannya harus menyandarkan pada etika
administrasi negara.

4. DIMENSI ADMINISTRASI PUBLIK


Dengan kata lain, ruang lingkup suatu administrasi
publik meliputi dimensi- dimensi strategis berikut :
- Dimensi Kebijakan
- Dimensi Organisasi
- Dimensi Manajemen -
- Dimensi Moral dan Etika
- Dimensi Lingkungan
- Dimensi Akuntabilitas Kinerja
BAB IV

KESIMPULAN

Pemahamannya bahwa pemikiran dan tindakan sebelum dilaksanakan terlebih

dahulu diputuskan berdasarkan komitmen atau kesepakatan semua manusia

yang terikat dalam kerjasama tersebut. Ada lagi pengertian administrasi dari

Hadari Nawawi, dia mengatakan bahwa administrasi berarti “rangkaian kegiatan

atau proses pengendalian acara atau sistem kerjasama sejumlah orang, agar

berlangsung efektif dan efisian dalam mewujudkan tujuan bersama.”

Pemikiran Nawawi tersebut adalah melihat bahwa ajaran moralitas dan ajaran

etika adminisrasi tersebut sangat penting dalam kehidupan manusia. Dari kedua

argumentasi tadi dapat dilihat walaupun pemaparannya berbeda namun tetap

saja memiliki pemaknaan yang sama yaitu, adanya manusia yang lebih dari dua

orang, ada tujuan yang jelas, pembagian tugas yang jelas, lalu tindakan efektik

dan efisien, serta tindakan yang rasionalitas. Fenomenologis Administrasi Juhaya

S.Praja mengatakan bahwa fenomenologis adalah realitas dalam arti yang ada

diluar dirinya dan ini hanya dapat dicapai dengan “mengalami” secara intuisi,

maka apa yang kita anggap sebagai realitas dalam pandangan biasa itu untuk

sementara harus ditinggalkan. Kata fenomenologi berasal dari kata Yunani

Phenomenon artinya sesuatu yang tampak.

Dengan demikian, fenomenologi adalah aliran yang membicarakan sesuatu yang

tampak. Pemikiran terhadap pendekatan fenomenologi administrasi sangat besar

pengaruhnya di dalam keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Patologi Administrasi Negara, Dr,Umar Congge

2. Ali, Lukman, et.al., 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua.

Balai Pustaka, Jakarta.

3. Astuti, Sri Juni Woro, 2009. “Diskresi Birokrasi” dalam Samudra Wibawa

(ed.) Administrasi Negara Isu-Isu Kontemporer.

4. Graha Ilmu, Yogyakarta. Babie, Earl, 2007.

5. The Practice of Social Research. Thomson Higher Education, Belmont, CA,

USA. Barata, Atep Adya, 2003.

6. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Bertens, K., 2000. Etika. Seri Filsafat Atmajaya: 15. PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai