Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“ILMU ADMINISTRASI DAN PERSPEKTIF HISTORIES DALAM


ADMINISTRASI PENDIDIKAN”

  Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Administrasi Pendidikan

Disusun Oleh : I
JUMARDI S.T
MUH. NASRUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


IAIN BONE
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Administrasi sebagai suatu kegiatan bersama terdapat dimana-mana selama


ada manusia yang hidup dan bekerjasama dalam kelompok. Jika kita melihat
sebuah pabrik bekerja menghasilkan semacam benda sebagai produknya, maka di
situ kita melihat ada Administrasi. Jika kita melihat suatu lembaga yang melatih
dan memberikan suatu pelajaran yang akhirnya mereka mendapat sertifikat dari
proses pendidikan itu,maka disitu ada Administrasi pendidikan. 

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan untuk


mengembangkan kemampuan dalam bidang administrasi. Ilmu pengetahuan dan
ketrampilan yang dilaksanakan bertujuan agar tenaga administrasi maupun
pengembangkan ilmu yang telah dipelajari dan dipraktekkan di sekolah dapat
diterapkan secara maksimal. Administrasi sangat diperlukan bagi kelangsungan
proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Semua itu tidak lepas dari
keaktifan orang-orang yang menguasai administrasi dalam sekolah. Orang sering
menganggap remeh administrasi tersebut, padahal jika administrasi dipegang oleh
orang-orang yang kurang terampil maka administrasi tersebut akan berantakan.
Orang yang memegang administraasi adalah orang yang sudah terlatih dalam
bidangnya (orang yang sudah mendapat ilmu atau pelatihan). Administrasi tidak
hanya dalam hal keuangan saja tetapi juga dalam kerapian ( keteraturan) kita
dalam pembukuan.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakan di atas, kami mengangkat permasalahan


untuk dijadikan objek pembahasan dengan rumusan sebagai berikut:

1. Apakah pengertian Ilmu Administrasi ?


2. Bagaimana perspektif historis dalam administrasi pendidikan?

C. TUJUAN MASALAH

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin kami capai


adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian Ilmu Administrasi.


2. Untuk mengetahui perspektif historis dalam administrasi pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT ILMU
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diperoleh di mana-mana
asalkan manusia sadar dalam proses belajar. Pengetahuan (Knowlegde) pada
hakikatnya lepas dari ingatan manusia karena memang pengetahuan pada
ruang bebas, tetapi manusia mempunyai potensi kesadaran untuk berusaha
memiliki pengetahuan. Pertama, kesadaran atau kemampuan terhadap sesuatu
disebut Knower dan kedua, nalar atau kemampuan terhadap sesuatu disebut
(Knowing). Dengan adanya kesadaran atau keinginan yang dilandasi suatu
nalar atau berpikir terhadap sesuatu, maka Output-nya menjadi pengetahuan
(Knowledge) manusia. (Makmur, 2007:1)
Kaitannya antara kemampuan untuk mengetahui sesuatu (Knower)
dengan kemampuan menalar atau berpikir terhadap sesuatu berupa Kognitif
adalah kemampuan menalar atau berpikir terhadap suatu aksi dan reaksi,
Afektif adalah kemampuan untuk merasakan apa yang telah diketahui, dan
Konatif adalah kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan. (Makmur,
2007:1)
Istilah ilmu atau science merupakan segenap pengetahuan yang bermakna
ganda (mengandung dari berbagai arti). Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan
yang rasional dan kognitif dengan disusun secara sistematis dan menggunakan
metode tertentu yang dapat dipelajari sehingga memberikan manfaat baik
dibidang wawasan berpikir maupun dibidang pekerjaan. (Makmur, 2007:2)
Mekanisme ilmu dalam kehidupan manusia dapat digabarkan
sebagai berikut :
Kesadaran yang dapat dialami manusia dapat dibagi atas tiga jenis
yaitu Kesadaran Indrawi (Dunia Nyata), Kesadaran Akal (Alam Pikiran), dan
Kesadaran Rohani (Dunia Rasa). Reaksi atas kesadaran ini dapat mendorong
manusia untuk mempergunakan potensi nalar atau pikiran, sehingga mampu
mengargumentasikan terhadap reaksi tersebut. (Makmur, 2007:2)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, tetapi disisi
lain juga menimbulkan kekhawatiran karena
1. Ada golongan manusia yang memuja ilmu pengetahuan dan teknologi,
tetapi banyak juga yang takut terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi karena dapat menciptakan kesengsaraan dan penderitaan
yang amat pedih.
2. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
mengaburkan antara nyata dengan semu dan antara benar dengan salah.
3. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dapat
menerima kekerasan sebagai suatu yang wajar dan menerima kelembutan
sebagai ketidakwajaran.

Dalam salah satu pemikiran ilmiah tertentu, bisa terjadi banyak


macam realisasi. Misalnya, dapat terjadi pemikiran ilmiah dasarnya dan baik,
namun suatu kejadian dalam dunia realita membuat pemikiran yang baik dan
benar mengalami pergeseran menjadi keburukan dan kesalahan, disinilah
gambaran relatif kebenaran ilmiah.

B. HAKIKAT KONSEP ADMINISTRASI


Administrasi berasal dari bahasa Latin : Ad = intensif dan ministrare
= melayani, membantu, memenuhi. Administrasi merujuk pada kegiatan atau
usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua
kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan.
1. Administer = pembantu, abdi, kaki tangan, penganut.
2. Adminitratio = pemberian bantuan, pemeliharaan, perlakuan,
pelaksanaan, pimpinan, pemerintahan, pengelolaan.
3. Administro = membantu, mengabdi, memelihara, menguruskan,
memimpin, mengemudikan, mengatur.
4. Administrator = pengurus, pengelola, pemimpin.
Administrasi dalam arti sempit, yaitu sebagai kegiatan tata usaha kantor
(catat-mencatat, mengetik, menggandakan, dan sebagainya). Kegiatan ini
dalam bahasa Inggris disebut : Clerical works (FX.Soedjadi, 1989).
Administrasi secara sempit diatas dapat dirangkumkan dalam tiga
kelompok, yaitu:
1. Korespondensi atau surat-menyurat yaitu, rangkaian aktivitas yang
berkenaan dengan pengriman informasi secara tertulis mulai dari
penyusunan, penulisan sampai dengan pengiriman informasi hingga sampai
kepada pihak yang dituju.
2. Ekspedisi, yaitu aktivitas mencatat setiap informasi yang dikirim atau
diterima.
3. Pengarsipan, yaitu proses pengaturan dan penyimpanan informasi secara
sistematis sehingga dapat dengan mudah dan cepat ditemukan setiap
diperlukan

Administrasi dalam arti luas, berasal dari bahasa Inggris


“Administration” , yaitu proses kerjasama antara dua orang atau lebih
berdasarkan rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang telah
ditentukan (S.P. Siagian, 1973)

1. Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap


pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama
mencapai tujuan tertentu. (The Liang Gie, 1980)
2. Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terlibat dalam suatu bentuk usaha
kerja sama demi tercapainya tujuan yang ditentukan sebelumnya. (Sondang
P. Siagian, 1980)
3. Administrasi (lat. Administrare), meliputi segala proses pelaksanaan
tindakan kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditentukan. (Ensiklopedia Indonesia, 1980)
4. adalah suatu daya upaya manusia yang kooperatif, yang mempunyai
tingkat rasionalitas tinggi. (Dwight Waldo, 1971)
5. Administrasi adalah keseluruhan proses dari aktivitas-aktivitas pencapaian
tujuan secara efesien dengan dan melalui orang lain. (Stephen P. Robins,
1983)
Ciri pokok untuk disebut sebagai administrasi, yaitu:

1. Sekelompok orang, artinya kegiatan adminstrasi hanya mungkin terjadi jika


dilakukan oleh lebih dari satu orang.
2. Kerja sama, artinya kegiatan administrasi hanya munkin terjadi jika dua
orang atau lebih bekerja sama. Menurut Gibson, dkk (1983) kelompok
kerjasama formal dan informal dibentuk karena pemuasan kebutuhan (the
statisfaction of needs), kedekatan dan daya tarik (proximity and attraction),
tujuan kelompok (group goals), dan alasan ekonomi (economic reasons)
3. Pembagian tugas, artinya kegiatan administrasi bukan sekedar kegiatan
kerja sama, melainkan kerja sama tersebut harus didasarkan pada
pembagian kerja yang jelas.
4. Kegiatan yang runtut dalam suatu proses, artinya kegiatan administrasi
berlangsung dalam tahapan-tahapan tertentu secara berkesinambungan.
5. Tujuan, artinya sesuatu yang diinginkan untuk dicapai melalui kegiatan
kerja sama.

C. HAKIKAT ILMU ADMINISTRASI


Ilmu administrasi merupakan hasil pemikiran dan penalaran
manusia yang disusun berdasarkan dengan rasionalitas dan sistematika
yang mengungkapkan kejelasan tentang objek formal, yaitu pemikiran
untuk menciptakan suatu keteraturan dari berbagai aksi dan reaksi yang
dilakukan oleh manusia dan objek material, yaitu manusia yang
melakukan aktivitas administrasi dalam bentuk kerja sama menuju
terwujudnya tujuan tertentu. (Makmur, 2007:5-6)
Perkembangan atau kemajuan yang dihasilkan ilmu administrasi
seolah telah mengalami puncaknya, apa yang dianggap mustahil pada
masa lalu kini menjadi kenyataan yang menakjubkan. Pengembangan
pemikiran dan penalaran manusia yang berdasarkan kaidah dan norma-
norma administrasi tidak hanya dipandang sebagai ilmu pengetahuan,
tetapi merupakan bagian kehidupan manusia yang menuntut terciptanya
spesialisasi menuju kemahiran terhadap suatu keterampilan dari berbagai
bidang kegiatan dalam memenuhi kehidupan manusia.
1. Administrasi Sebagai Ilmu
Ilmu sebagai objek kajian administrasi sepatutnya mengikuti alur
pemikiran manusia, yang pendekatannya dilakukan secara radikal,
menyeluruh, rasional dan objektif. Hakikat perkembangan
administrasi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang dapat
membentuk pola pikir manusia, sebagai berikut: (Makmur, 2007:7)
a. Upaya spekulasi dalam menciptakan pandangan yang sistematis
mengenai seluruh realita penalaran ilmu administrasi.
b. Melukiskan realita awal dan akhir perkembangan ilmu
administrasi yang berada dalam pemikiran manusia.
c. Menentukan batas-batas, jangkauan, dan keabsahan serta nilai-
nilai dasar ilmu administrasi dalam realita kehidupan manusia.
d. Penyelidik secara kritis atas pernyataan-pernyataan yang diajukan
oleh berbagai ilmuwan, baik secara empirikal maupun secara
transidental terhadap ilmu administrasi.
e. Disiplin ilmu yang dapat mengantar para ilmuwan administrasi
untuk berpikir kritis, rasional, objektif, efisien dan efektif.

Berpikir dengan nilai normatif ilmu administrasi merupakan suatu


kajian yang mendalam didalam nalar manusia yang dapat menembus
cakrawala dunia, ditandai dengan gerak langkah rasionalitas dibidang filsafat
ilmu administrasi sebagai berikut: (Makmur, 2007:7-8)

a. Ontologis, nilai dasar pemikiran manusia yang menggambarkan tentang


kebenaran dasar (apriori), berakar dari pangkal pikir yang dikandung oleh
ilmu administrasi itu sendiri.
b. Epistemologis, perkembangan ilmu administrasi dalam pemikiran
manusia terhadap rasionalitas melahirkan pandangan yang bercakrawala
dan tidak dapat dijangkau sampai batas akhirnya.
c. Aksiologis, ilmu administrasi akan memberikan makna yang hakiki
apabila dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia,
sehingga memberi kemudahan dan kelayakan berpikir serta bertindak bagi
manusia yang menandai ilmu administrasi.
2. Administrasi Sebagai Pekerjaan
Administrasi sebagai suatu profesi atau pekerjaan yang harus
diselesaikan secara tuntas dan memuaskan. Administrasi sebagai ilmu
outputnya berupa pemikiran yang sistematis dan berkembang pada
dunia maya atau abstrak. (Makmur, 2007:10)
Proses administrasi dimaknai sebagai pola pemikiran dan
rangkaian kegiatan untuk mencapai suatu hasil tertentu dengan
profesional sesuai tuntutan kegiatan yang harus dilakukan, sehingga
hasil yang diinginkan terwujud. Kemampuan seorang administrator
dalam menentukan tujuan lazimnya mempertahankan bentuk moralitas
administrasi berdasarkan rasionalitas pembagian kerja dalam suatu
organisasi, walaupun kadang tidak terhindarkan pembagian kerja yang
dipaksakan karena dipengaruhi berbagai variabel yang subjektif
terhadap administrator yang bersangkutan.
Pekerjaan administrasi dapat diselesaikan secara efektif apabila
seluruh pekerja yang berjenjang dapat memahami struktur pekerjaan
masing-masing dalam suatu organisasi. Setiap posisi pekerja dalam
suatu organisasi selalu membutuhkan teknik dan metode antara posisi
pekerjaan yang satu dengan posisi pekerjaan yang lainnya.

D. KESISTEMAN ADMINISTRASI
Kondisi masyarakat manapun, dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, senantiasa mengharapkan ketertiban dan keteraturan
dalam menjalankan aktivitas menuju kelangsungan hidup yang
diimpikannya. Konsep ketertiban dan keteraturan hidup, baik secara
individu, kelompok, maupun organisasi menjadi kajian utama ilmu
administrasi. Semua kehidupan manusia, baik sederhana maupun
kompleks, senantiasa membutuhkan kehadiran ilmu administrasi sebagai
acuan berpikir dan bertindak. Bagi manusia yang kondisinya masih hidup
sederhana memerlukan kehadiran ilmu administrasi yang sederhana pula.
Demikian pula sebaliknya, apabila kehidupan masyarakat kompleks maka
diperlukan kehadiran ilmu administrasi yang kompleks dan rumit.
(Makmur, 2007:13-14)
Berpikir tentang sistem berarti berpikir tentang keterkaitan,
keharmonisan, dan keutuhan antar bagian-bagian, sehingga membentuk
suatu kebulatan. Sistem secara garis besar terdiri atas sistem alamiah
(natural system) adalah sistem yang terbentuk karena alam; dan sistem
buatan manusia (man made system) adalah sistem yang terbentuk karena
hasil pemikiran atau perbuatan manusia.
Sistem alamiah (natural system) sangat banyak macamnya atau
jenisnya, antara lain sistem tata surya, sistem cuaca, dan sebagainya yang
proses pembentukannya bukan hasil pemikiran manusia. Sedangkan sistem
buatan manusia juga banyak jenisnya, antara lain sistem sosial, sistem
kepegawaian, sistem hukum, sistem kerja, sistem pemerintahan, sistem
politik, ekonomi dan lain sebagainya yang merupakan hasil ciptaan
manusia.
Apakah sistem administrasi termasuk sistem alamiah ataukan
sistem buatan manusia? Secara kenyataan, sistem administrasi lahir dari
hasil pemikiran manusia. Dalam definisi yang sederhana dapat
dikemukakan bahwa sistem administrasi adalah sekumpulan bagian-
bagian, baik sebagai pemikiran konseptual maupun sebagai aktivitas, yang
saling berkaitan dan saling berhubungan sehingga membentuk suatu
kebulatan yang utuh, atau diistilahkan totalitas dari sub-sub sistem itu
sendiri.
Perkembangan sistem administrasi, khususnya dalam dunia birokrasi,
terdapat dua versi dalam cara memandangnya. Pertama, sistem
administrasi dipandang kelahirannya dari pemikiran yang negatif, dan ada
pula yang memandang dari pemikiran positif. Pemikiran negatif dalam
administrasi senantiasa mengarahkan prasangka tidak percaya dan selalu
timbul rasa kecurigaan. Pemikiran positif senantiasa meyakini bahwa
kebenaran yang dilontarkan sistem administrasi akan memberikan manfaat
dalam kehidupan individu, kelompok, maupun organisasi yang lebih besar.
Akumulasi bagian-bagian yang terangkum dalam administrasi membentuk
suatu kesatuan utuh, yang diistilahkan dengan totalitas. Bagian-bagian
dalam sistem administrasi dapat digambarkan sebagai berikut : (Makmur,
2007:15-16)

E. PENGERTIAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN


Administrasi pendidikan bukanlah hal yang baru. Telah dipergunakan
dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sekalipun masih langka diteliti
secara seksama di Indonesia. Administrasi pendidikan pada dasarnya adalah
suatu media belaka untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif yaitu
efektif dan efisien. Oleh karena itu, criteria atau ukuran keberhasilan
administrasi pendidikan adalah produktivitas pendidikan yang dapat dilihat
pada prestasi atau efektifitas dan pada proses suasana atau efesiensi.
Secara bahasa, administrasi berasal dari kata latin, ad berarti ke atau
kepada, dan ministrare yang berarti to serve yaitu melayani, membantu atau
mengarahkan. Dalam bahasa inggris dikenal dengan kata Administration yang
kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yaitu Administrasi.1.
Sedangkan secara istilah pengertian administrasi dapat ditinjau melalui
dua aspek, sebagai berikut :
a. Administrasi dalam Arti Sempit

Administrasi jika diartikan dalam arti sempit hanyalah berkisar pada


bidang ketatausahaan. Sebagaimana diambil dari istilah Belanda
“administratie,” yang berarti setiap penyusunan keterangan-keterangan
secara sistematis dan pencatatannya secara tertulis dengan maksud untuk
memperoleh suatu ikhtisar mengenai keterangan-keterangan itu dalam
1
Engkoswara dan Aan, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal.48-52
keseluruhannya dan dalam hubungannya satu sama lain.” ( Pariata Westra,
1978, halaman A – 5 )

Pengertian di atas menggambarkan pekerjaan dalam lingkup


ketatausahaan belaka. Secara lengkap dituliskan secara eksplisit bahwa
semacam itulah pekerjaan ketatausahaan. Di sini administrasi di tinjau
dalam arti sempit. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi kesalah-pahaman,
disarankan agar penggunaan istilah “tatausaha” tidak diberlakukan untuk
“administrasi,” melainkan gunakanlah istilah “tatausaha” saja.

b. Administrasi dalam Arti Luas


Terdapat berbagai pendapat ahli yang menjabarkan administrasi dalam
makna luas, diantaranya :
1) Menurut The Liang Gie
Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap
pekerjaan pokok yang dilakukan oleh kelompok orang dalam
kerjasama mencapai tujuan tertentu.” Dalam buku ini diberikan
batasan administrasi sebagai “segala pengaturan atau penataan
seluruh sumber daya (manusia dan non manusia) dalam rangka
kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.” Beberapa hal
terkandung dalam pengertian tersebut, antara lain :
a) Adanya kegiatan pengaturan atau penataan.
b) Adanya sumber daya yang ditata.
c) Adanya kerjasama dalam menata.
d) Adanya tujuan bersama dari kegiatan pengaturan atau penataan.2
2) Menurut pendapat yang dikutip melalui buku Petunjuk Administrasi
Fakultas pada Universitas Gajah Mada bahwa :
a) Administrasi adalah suatu aktivitas atau proses yang bersangkutan
dengan cara untuk menyelenggarakan tujuan yang telah
ditentukan.

2
Hendyat Soetoro dan Wasty Soemanto, Pengantar Operasional Administrasi
Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), h. 16.
b) Administrasi adalah pengorganisasian dan bimbingan orang-
orang agar melaksanakan suatu tujuan khusus.
c) Administrasi adalah segenap proses penyelenggaraan dalam
setiap usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai
tujuan tertentu.
3) Menurut Sondang P. Siagian, administrasi adalah keseluruhan proses
pelaksanaan daripada keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan
itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 3
4) Menurut Purwanto, administrasi dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan atau
mengatur semua kegiatan dalam mencapai suatu tujuan. 4
5) Menurut Syafaruddin, dkk. bahwa administrasi merupakan aktivitas-
aktivitas untuk mencapai suatu tujuan atau proses penyelenggaraan
kerja untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.5

Berdasarkan penjabaran diatas dapat kami simpulkan bahwa administrasi


pada dasarnya bukanlah hanya berkisar pada bidang ketatausahaaan, namun juga
mamiliki makna dan cakupan yang lebih luas lagi. Berpacu pada pendapat-
pendapat diatas maka kami meyimpulkan bahwa administrasi merupakan
penataan proses kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai
tujuan bersama yang telah ditentukan.

Ditinjau dari konteks pendidikan, Administrasi pendidikan pada


hakikatnya merupakan ilmu administrasi dalam kegiatan pembinaan,
pengembangan dan pengendalian usaha-usaha pendidikan yang diselenggarakan
dalam bentuk kerja sama sejumlah orang. Dengan kata lain, kata pendidikan
setelah kata administrasi pada dasarnya menunjukkan pembatasan ruang lingkup
atau menunjukkan lapangan gerak dari kegiatan administrasi.

3
Sondang P. Siagian, Administrasi Pembangunan (Jakarta : Gunung Agung, 1974), h. 2.
4
Irwan Nasution, Administrasi Pendidikan ( Medan : Perdana Publishing, 2010 ), h. 26.
5
Syafaruddin,dkk. , Administrasi Pendidikan ( Medan : Perdana Publishing, 2016 ), h. 6.
Menurut Ngalim Purwanto, administrasi pendidikan merupakan segenap
proses pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu baik personal, spiritual, dan
material yang bersangkutan paut dengan pencapaian tujuan pendidikan.6

Administrasi pendidikan juga dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan


atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerja sama sejumlah orang untuk
mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis yang
diselenggarakan dilingkungan tertentu, terutama berupa lembaga pendidikan
formal.

Selain itu, Fayol (Hol and Miskel, 2001: 10) mengemukakan administrasi
pendidikan adalah segala usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber
(personil maupun material) secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya
tujuan pendidikan. Administrasi merupakan fungsi organisasi yang terdiri atas
unsure-unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemberian
perintah (commanding), pengkoordinasian (coordinating), dan pengawasan
(controlling).7

Maka dapat kami simpulkan bahwa administrasi pendidikan merupakan


proses pengendalian dan pengarahan terhadap segala bentuk sumber daya baik
personal, spiritual maupun material secara efektif dan efesien dalam upaya
pencapaian tujuan pendidikan.

F. SEJARAH ADMINISTRASI
Berdasarkan perjalanan sejarah, pertumbuhan administrasi publik dapat
dibagi dalam beberapa periode berikut:

1. Fase Pra-Sejarah (Sebelum tahun 1 Masehi)


Sebenarnya, administrasi telah ada sejak timbulnya peradaban manusia.
Hal ini terbukti pada jaman Mesopotamia, uang logam telah menjadi alat tukar-
menukar yang dapat memperlancar jalannya perdagangan. Jaman Babilonia

6
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan ( Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1997 ), h. 5.
7
Engkoswara dan Aan, Op.cit., h. 52.
menandakan adanya “Taman Tergantung” yang sulit ditandingi oleh manusia
modern. Zaman Mesir kuno juga membuktikan adanya “papirus” yang merupakan
data-data tercatat tentang peradaban kala itupun menandakan hasil budaya besar).
Disusul Tiongkok Kuno dengan administarsi kepegawaiannya (adanya
istilah “merit system”), Romawi Kuno dengan karya Cicero yang berjudul “De
Officii” (The Office) dan De Legibus (The Lay) dan Yunani Kuno dengan konsep
demokrasinya. Demokrasi berasal dari kata Yunani : “demos” yang berarti rakyat,
dann “kratos” yang berarti kekuasaan. Dengan demikian demokrasi dimaksudkan
kekuasaan di tangan rakyat. 8

2. Fase Sejarah (Tahun 1 Masehi sampai dengan 1886)


Bermula dari sumbangan gereja Katolik Roma, yang telah memiliki ajaran
suci dan kerapian organisasi. Zaman ini telah keluar tokoh-tokoh pengembangan
administrasi. Salah satu di antaranya adalah George Von Zincke yang mengarang
537 karya ilmiah, 175 diantaranya tentang administrasi pertanian. Pada jaman
Revolusi Industri di Inggris pun mempengaruhi sistem administrasi secara luas.
3. Zaman Modern
Pada zaman ini perkembangan administrasi dilandasi dengan munculnya
tokoh-tokoh baru di bidang administrasi dan manajemen. Frederick W. Taylor
telah memelopori timbulnya “Gerakan Menejemen Ilmiah” di Amerika Serikat.
Disusul Henry Fayol (dari Perancis) yang membahas manajemen perusahaan
dengan bukunya “General and Industrial Management.” Pada akhirnya, Taylor
dianggap sebagai Bapak Manajemen Ilmiah, sedangkan Henry Fayol sebagai
Bapak Administrasi Modern.9
Untuk lebih jelasnya berikut akan diuraikan secara singkat terkait sejarah
administrasi pada zaman Mesir Kuno, Cina Kuno, Yunani Kuno, Romawi, Abad
Pertengahan, Prusia-Austria, dan Amerika Serikat dan seterusnya.

A) MESIR KUNO
Dasar historis administrasi publik barangkali berasal dari administrasi yang
8
Hendyat Soetoro dan Wasty Soemanto, Op.cit., h.12
9
Ibid., h. 13
dipraktekkan secara luas di Mesir Kuno sejak 1300 SM. Dalam masyarakat Mesir
Kuno telah dikenal sistem administrasi; sekalipun kita hanya dapat menemukan
sedikit peninggalan mengenai sasaran-sasaran manajemen dan tipe-tipe awal
administrasi sebagaimana tersirat dalam diktum pertama yang dititahkan oleh
Ramses III adalah: "Demi Tuhan, aku telah membuat dekrit besar mengenai
administrasi kuil- Mu, yang tercatat dalam dinding tulis Mesir".
Dalam pengamatan Max Weber, Mesir adalah negara paling tua yang
memiliki administrasi birokrasi. Secara khusus Michael Rostovtzeff membahas
Mesir selama abad 300 SM. Pada zaman para Firaun, organisasi dan ekonomi
benar-benar khas dibandingkan dengan bangsa-bangsa beradab lainnya. Ide pokok
negara Mesir kuno, khususnya dalam dinasti keempat, kesebelas, dan kedelapan
belas adalah pengorganisasian usaha ekonomi dan penduduk yang ketat untuk
menjamin setiap anggota masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan
memperoleh peluang yang amat terbuka guna menaikkan tingkat kemakmuran.
Ptolemius menganggap Mesir sebagai miliknya sendiri. Ia secara konsisten
memegang ide ini dan menjadikan idenya sebagai miliknya sendiri, karena inilah
satu-satunya cara termudah untuk memerintah Mesir. Akibatnya, sistem
kepegawaian dan administrasi Mesir kuno disempurnakan, dibuat sistematis, dan
dikonsentrasikan ke tangan-tangan penguasa baru dan para pembantu
birokrasinya. Untuk pertama kalinya sistem administrasi Mesir dikodifikasikan,
dikoordinasikan dan dirancang untuk bergerak dengan mekanisme tertentu,
dibangun untuk suatu tujuan tertentu, dan dirumuskan secara jelas. Tak ada satu
pun kebijaksanaan yang dapat ditoleransi, diselewengkan atau diubah walaupun
seluruh sistem pemerintah didasarkan pada kekuatan dan paksaan. Penelitian yang
dilakukan atas peninggalan kota Philadelphia mengungkapkan bahwa kota ini
diatur oleh mekanisme administrasi ala Ptolemius, di mana pertanian,
pengembangbiakan ternak, industri, dan perniagaan diarahkan dalam satu jalur
yang identik dengan kehidupan yang berlaku di Mesir pada 300 SM.
Apa yang berlaku di Mesir kuno itu telah memperlihatkan pentingnya segi
"art" (seni) dalam penyusunan dan perencanaan program, cara-cara untuk
memperoleh sumber materiil dan manusiawi, pengawasan dan koordinasi program
yang disentralisasikan, dan penyelenggaraan kebijakan-kebijakan yang diputuskan
oleh para penyelenggara kerajaan.

B) CINA KUNO
Kegiatan administrasi publik yang dipraktekkan di Cina kuno, diberi
semangat oleh doktrin Confusius. Salah satu di antara ajaran-ajarannya
menyatakan perlunya penyelenggara rumah tangga pemerintahan yang baik, dan
perlunya pemerintah melakukan seleksi pegawai pemerintahan yang cakap dan
jujur. Pengaruh doktrin Confusius amat kentara pada masa Dinasti Han (202 SM-
219 M) yang juga menekankan pentingnya tujuan penyelenggaraan pemerintahan
yang baik.10
Apabila kita memperbincangkan Confucius, kebanyakan yang tampil
adalah ajaran-ajarannya yang berkenaan dengan soal kode etik. Tetapi sebenarnya
masalah pemerintahan merupakan pusat perhatian filosofi Confusius dan
merupakan titik sentral dari budaya Cina Kuno. Confusius sendiri, setelah
bertahun-tahun mengajar, kemudian kembali ke bidang pemerintahan ketika ia
menjelang berumur lima puluh tahun. Seluruh masa hidupnya dimanfaatkan untuk
menulis, bukan hanya dalam bidang filsafat moral dan etik, tetapi juga dalam
bidang politik dan pemerintahan. Ucapan-ucapan bersayap berisi hasil
observasinya, termasuk mengenai loyalitas dan kebijaksanaan para pejabat negeri.
Di antara berbagai karya Confusius yang masih berharga adalah minatnya
terhadap metode-metode yang dalam zaman sekarang dikenal dengan istilah
administrasi dan manajemen. Misalnya, makalah Micius atau Mo-Ti. Micius yang
ditulis pada awal 500 SM, dianggap sebagai pedoman bagi pemerintahan dan
administrasi Cina, yang tetap dipatuhi selama enam ratus tahun lebih. Pedoman
ini, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Konstitusi Chow, memuat
delapan aturan bagi Perdana Menteri dalam melaksanakan pemerintahan pada
departemen-departemen yang berbeda-beda.
Satu analisis mengenai administrasi publik Cina kuno telah dikemukakan
oleh Leonard Shihlien Hsu. Ada lima prinsip administrasi publik yang

10
Dikutip dari www.pustaka.ut.ac.id pada tanggal 09 September 2018 pukul 20.00 WIB.
diungkapkan. Prinsip-prinsip ini diangkat dari ajaran Confusius yang berfungsi
sebagai norma-norma kebajikan. Lima prinsip dimaksud adalah:11
1) Penguasa dan para pejabat harus mengetahui kondisi negara secara
menyeluruh.
2) Para pemimpin pemerintahan harus memiliki alat untuk mendekati satu
masalah.
3) Dengan mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat yang paling tajam,
secara hati-hati mempelajari kenyataan yang ada, untuk kemudian
memecahkan masalah tersebut secara moderat, praktis dan logis sesuai
dengan aturan etika.
4) Semangat publik merupakan faktor penting bagi ketepatan
penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan.
5) Pemerintah harus mengembangkan kesejahteraan (ekonomi) rakyat.
6) Administrasi publik harus tetap berorientasi publik, mempunyai sifat
mulia, tidak angkuh, dan mempunyai kemampuan yang memadai.
Confusius, menurut Edward S. Corwin, "mengajari kita bahwa tugas
pemerintahan harus dilaksanakan dengan baik". Hu Shih yang telah menguraikan
sistem ujian pegawai negeri yang berasal dari dinasti Han (202 SM - 219 M)
mencatat bahwa kekaisaran Han dalam masa jayanya merupakan duplikat negeri
Cina sekarang. Meskipun tanpa sarana-sarana modern dalam bidang transportasi
dan komunikasi, namun tugas administrasi kekaisaran yang besar dengan pusat
pemerintahan di Chang-an itu, dimaksudkan untuk mempertahankan kesatuan
kerajaan dan perdamaian selama empat ratus tahun. Langkah demikian
meletakkan satu kerangka yang bersifat permanen bagi kehidupan nasional yang
menyatu untuk jangka waktu 2000 tahun. Dan ini adalah bukti prestasi terbesar
dari kejeniusan politik orang Cina. Bangsa Cina telah melaksanakan selama
berabad-abad sistem administrasi sebelum berkembangnya seni dan ilmu
administrasi modern; di mana sistem tersebut berkembang dengan baik dalam
dunia kepegawaian dan manajemen publik yang modern.12

11
Ibid.
12
Ibid.
C) YUNANI KUNO
Di kalangan bangsa Yunani kuno juga ditemukan berlakunya sistem
administrasi. Hal-hal yang berkaitan dengan administrasi publik sangat menonjol
dalam alam pikiran orang-orang Yunani kuno. Bukti-bukti historis yang tertulis
menunjukkan bahwa kebanyakan sarjana dan pemimpin Yunani, seperti
Aristoteles, sangat sibuk dalam menerangkan dan mengenalkan bentuk
pemerintahan yang didukung rakyat serta konsepsi demokrasi. Bentuk
administrasi Yunani dengan tepat dicerminkan dalam pidato pemakaman yang
disampaikan Pericles untuk menghormati mereka yang gugur sebagai pahlawan
dalam perang Peloponesia (430 SM). "Pemerintah kita", ucap Pericles, "adalah
sebuah pemerintahan demokratis, karena administrasinya berada di tangan orang
banyak, bukan dalam tangan segelintir orang".
Di samping Pericles terukir dalam sejarah nama-nama besar seperti
Socrates dan Plato, dua tokoh yang paling bersemangat dalam mengkaji hubungan
antara negara dan masyarakat. Bahkan Socrates telah mendiskusikan peranan
manajer dalam temu wicaranya dengan Nicomachides.

D) ROMAWI
Berbeda dengan Yunani, administrasi Roma dipandang lebih realistis dan
lebih mempunyai muatan metodologis. Sekalipun demikian, administrasi Roma
mempunyai persamaan dengan administrasi Yunani kuno dalam hal bahwa bangsa
Roma tidak begitu memerinci sistem administrasi mereka. Hal ini tidak
mengecilkan arti pentingnya kenyataan bahwa bukti-bukti sejarah telah
memaparkan dan mendemonstrasikan kemampuan sistematik mereka dalam
bidang manajemen. Tokoh-tokoh pemikir yang telah tercatat dalam sejarah
administrasi Roma antara lain Marcus Tullius Cicero, seorang ahli hukum dan
negarawan Roma semasa kekaisaran Julius Caesar dan Aurelius Casiodorus,
seorang senator Roma dan penasihat administrasi Raja Ostrogoth. Di bawah ini
disajikan pikiran yang menarik dari Cicero, yang dituangkan dalam De Officiis.
"Mereka yang telah dianugerahi kemampuan untuk mengadminis- trasikan
urusan-urusan publik seharusnya membuang rasa kebencian, dan sebagai gantinya
senantiasa memberikan arahan dalam kegiatan pemerintahan. Mereka yang
berniat untuk melibatkan diri dalam urusan-urusan pemerintahan seharusnya
tidak mengabaikan dua petunjuk Plato: pertama, mengembangkan orientasi apa
yang terbaik bagi rakyat, dengan cara mengendapkan kepentingan pribadinya
sendiri; kedua, senantiasa menjamin keberhasilan seluruh lembaga politik, dan
tidak hanya melayani kepentingan sesuatu partai dengan merugikan pihak-pihak
lain. Administrasi dan lembaga pemerintahan, seperti kantor perwakilan,
seharusnya diarahkan untuk mendatangkan kemanfaatan kepada masyarakat,
lembaga atau kantor yang bersangkutan".13

Sampai kira-kira abad pertama sebelum Masehi, bangsa Romawi


menghadapi masalah bagaimana menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahan,
yang terutama dipusatkan pada penyelesaian persoalan atau kepentingan sosial
dan ekonomi. Beban yang dihadapi Romawi makin diperberat oleh wilayah yang
begitu luas, yang mempunyai keanekaragaman kebudayaan. Susunan institusi
yang dibentuk oleh bangsa Romawi meliputi sistem dinas-dinas eksekutif, dewan-
dewan, pengadilan dan senat yang menghasilkan produk-produk administrasi.
Termasuk dalam produk ini adalah aspek-aspek yang berkenaan dengan
kepemimpinan, koordinasi dan kontrol. Alasan ini pulalah yang mendorong
sebagian dari para pengamat menyimpulkan bahwa bangsa Romawi jauh lebih
sistematis dan metodis dalam menguji, melaksanakan, dan menyempurnakan
teknik-teknik manajemen politik.
E) ABAD PERTENGAHAN
Abad pertengahan juga ditandai dengan perkembangan manajemen dan
administrasi. Cakupannya yang luas merupakan hal penting yang menuntut
perhatian yang terus-menerus. Sebagai contoh, pada tahun 812 Masehi,
Charlemagne mengungkapkan perlunya usaha-usaha untuk memperkuat dan
memperbaiki administrasi, khususnya administrasi fiskal, pengawasan pegawai,
pengembangan sistem laporan dan pengangkatan pegawai yang cakap. Gereja-
13
Ibid.
gereja abad pertengahan juga mewarnai upaya untu mengembangkan
sistem administrasi.
Bahkan dalam masa reformasi, Calvin berbeda dengan Luther dalam
membela keyakinannya bahwa masyarakat gerejani dapat memainkan peranan
yang efektif, jika ia tersusun dalam satu struktur institusional. Calvin memandang
perlunya gereja memiliki kepemimpinan yang kuat dan pengarahan yang berdaya
guna. Sebagai alternatif bagi kekuasaan gereja, Calvin menyodorkan pemikiran
atau gagasan mengenai satu struktur administrasi di mana perumusan kebijakan
diserahkan kepada pimpinan, sedang pengesahan atau penolakan oleh para
pemeluk (jemaat) dilakukan di dalam wilayah (kumpulan) keanggotaan.14

F) PRUSIA - AUSTRIA
Mereka yang mempercayai bahwa administrasi yang sistematis baru
dihasilkan dalam satu atau dua abad yang lalu, akan dijungkirbalikkan oleh studi
mengenai periode Kameralis. Kameralis adalah sekelompok profesor dan ahli
administrasi publik Jerman dan Austria, yang berjaya secara efektif selama kurun
waktu 1550 - 1700-an. Periode Kameralis terjadi semasa negara yang
disentralisasikan secara paternalistik oleh William I dari Prusia (1713 - 1740) dan
Maria Theresia dari Austria (1740 - 1780).
Pada umumnya kaum Kameralis diidentikkan dengan kaum Merkantilis
Inggris dan kaum Fisiokrat Prancis. Mereka memusatkan perhatiannya pada upaya
untuk memperkuat kemakmuran materiil negara. Meskipun demikian, ini tidak
berarti bahwa mereka hanya mementingkan hal-hal yang berkaitan dengan
ekonomi nasional dan pembaharuan pajak saja, namun pada saat yang sama
mereka juga memberikan perhatian yang besar pada administrasi, khususnya
administrasi publik. Tokoh-tokoh yang menonjol dari kalangan kaum Kameralis
adalah Melchoir Von Osse dan Georg Zincke, dua orang yang dipandang paling
mempunyai pesona, karena pengaruh pemikiran mereka yang kuat. Kaum
Kameralis lebih banyak melaksanakan program latihan bagi para administrator,
dibandingkan dengan kelompok-kelompok yang lain. Pustaka Kameralis

14
Ibid.
mempunyai lebih dari 2000 judul, di antaranya 500 buah buku mengenai
administrasi keuangan dan 500 buah buku lainnya membahas topik administrasi
lainnya, yang di dalamnya mengandung 164 judul mengenai administrasi
pertanian. Untuk memudahkan para siswanya mengikuti latihan mengenai
pelayanan publik, setiap judul buku pustaka diklasifikasikan ke dalam "yang
dipelajari atau "yang tidak dipelajari", serta "sangat baik", "baik", "cukup", dan
"cukup baik".15
Menurut pendapat Albion Small, orang yang dikenal sebagai penemu
penerjemah, penafsir mazhab administrasi publik Kameralis, Kameralis adalah
teknologi administrasi, yang berusaha mendekati masalah-masalah
kemasyarakatan dari wawasan (sudut pandang) umum. Kaum Kameralis
menawarkan berbagai persoalan pokok dan mengembangkan satu teori
kemasyarakatan yang utuh, terutama yang berkenaan dengan sistem administrasi
Jerman. Memang, pada dasarnya, Kaum Kameralis mendambakan adanya

administrasi yang sistematis, walaupun minat utama mereka adalah kesejahteraan


materiil sesuatu negara. Nampaknya kaum Kameralis mengikuti suatu paham
bahwa jika suatu kehidupan yang baik hendak diraih, maka manajemen yang baik
harus diterapkan. Mereka meyakini bahwa sesuatu negara hanya bisa berjaya, bila
manajemen yang baik dilaksanakan.
G) AMERIKA SERIKAT
Pengalaman historis di Amerika juga menunjukkan bertumbuhnya minat
untuk mempelajari dan mengembangkan administrasi. Sebelum tahun 1776,
administrasi yang semrawut di negara-negara koloni Inggris menyebabkan
lahirnya berbagai macam problem, yang justru memicu terjadinya pemisahan
negara Amerika Serikat dari induknya, negara Inggris. Wajah manajemen kolonial
nampak dengan jelas penuh kekacauan, tumpang tindih, tidak efisien dan tidak
terorganisasi. Bagi kaum kolonis (penjajah), administrasi dicerna sebagai perintah
dari Inggris. Aktivitas parlemen dan penyelenggaraan administrasi dipandang
sebagai masalah-masalah pengelolaan daerah koloni yang bersifat semi otonom.
Konsep dan praktek administrasi yang dipraktekkan secara sukses di Inggris, tidak
15
Ibid.
selalu dapat diterapkan di daerah kolonialnya.16
Sesudah memperoleh kemerdekaan, Amerika dihadapkan pada tugas untuk
menentukan dan menyusun sistem administrasi dan pemerintahan yang sesuai
dengan kebutuhan mereka sendiri. Sayang Undang-undang Konfederasi secara
fungsional hanya mempunyai dampak kecil dalam memperbaiki sistem
administrasi Amerika. Hal ini disebabkan oleh terciptanya negara berbentuk
konfederasi yang menghasilkan suatu sistem pemerintahan yang tidak ketat dan
menyebabkan penyebaran pusat-pusat kekuasaan pemerintahan, konflik di antara
dan di dalam badan-badan penyelenggara pemerintah, dan masalah- masalah
umum yang muncul bersamaan dengan kelahiran bangsa baru Amerika. Usaha-
usaha untuk memberlakukan Undang-Undang Dasar 1787 melibatkan hal-hal
mengenai bagaimana pemerintah nasional akan diselenggarakan. Contoh: dalam
perdebatan tentang keuntungan-keuntungan sistem kabinet presidentil, Alexander
Hamilton mencatat dalam The Federalist No. 70, bahwa badan eksekutif yang
lemah, menunjukkan penyelenggaraan pemerintahan yang lemah pula. Selain itu,
Alexander Pope memperingatkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang
semrawut (brengsek) akan mengakibatkan pemerintahan yang semrawut
(brengsek) pula.
Pada tahun 1813, Alexis de Tocqueville, seorang pengamat praktek politik
yang cerdik, menerangkan bagaimana administrasi diselenggarakan di Amerika.
De Tocqueville telah mempelajari sistem administrasi Amerika dalam konteks
demokrasi. Sebagai hasilnya, de Tocqueville mengungkapkan bahwa para
administrator Amerika tidak memiliki pengetahuan administrasi yang cukup.
Menurut pendapatnya, administrasi adalah suatu ilmu tetapi di Amerika yang
menyelenggarakan administrasi publik adalah mereka yang tidak mempunyai
bekal dalam pengetahuan ini. Karena itu, pada awal tegaknya negara Amerika,
nampak adanya keprihatinan yang luas mengenai berbagai aspek administrasi
publik. Tetapi kecenderungan ini tidak dipahami secara jelas.
Karena jumlah penduduk Amerika makin lama makin bertambah,
bersamaan dengan pembentukan unit-unit pemerintahan yang baru dan karena

16
Ibid.
masalah-masalah penyelenggaraan negara menjadi amat kompleks dan makin
ekstensif, maka timbul tuntutan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan
yang lekat dengan masalah penyelenggaraan administrasi. Thomas Jefferson,
dengan gagasan-gagasan agrarisnya dan falsafahnya tentang pemerintahan dan
sentralisasi administrasi serta pandangan- pandangannya mengenai hubungan
negara-negara bagian dengan pemerintah nasional, memelopori pendekatan
Amerika terhadap administrasi publik di awal abad kesembilan belas.17
Paham demokrasi Jackson di tahun 1800-an juga ikut mempengaruhi sikap
terhadap administrasi pemerintahan, khususnya masalah penempatan orang dalam
jabatan-jabatan publik. Waldo (1991) mengungkapkan bahwa filsafat demokrasi
dari Jefferson-Jeckson cenderung "mencurigai" peranan pemerintah. Konsekuensi
dari pandangan ini adalah bahwa pemerintah tidak boleh terlalu banyak
mencampuri urusan perseorangan, tetapi sebaliknya pemerintah harus
memberikan peranan yang besar kepada perseorangan dalam menentukan
kegiatan kolektifnya. Yang mereka inginkan adalah amatirisme dalam menduduki
jabatan-jabatan negara, sebagai satu cara untuk melenyapkan spoilsystem.
Pandangan Jefferson-Jackson, menurut Waldo (1991), sebenarnya bermula
dari terjadinya transformasi masyarakat Amerika, dari agraris ke industri, yang
pada gilirannya melahirkan masalah-masalah baru dalam bidang pemerintahan; di
mana terdapat desakan untuk mengubah penafsiran mengenai arti demokrasi.
Akan tetapi kemudian ternyata dengan bertumbuhnya daerah dan berkembangnya
industri, pikiran-pikiran dan gagasan yang telah mapan tidaklah memenuhi
kebutuhan zaman lagi. Tidak mengagetkan jika dalam lingkungan pemerintahan
berkecamuk inefisiensi, kecurangan, dan kekacauan.
Beberapa pihak menyadari dan menduga akan datangnya bahaya sekiranya
lembaga-lembaga pemerintahan yang lama tetap dipertahankan. Sebagai jawaban
terhadap tantangan-tantangan ini lahirlah studi mengenai administrasi publik. Hal
ini mengisyaratkan upaya untuk membuat pemerintah tetap berjalan lancar, dalam
perubahan keadaan apa pun. Upaya - upaya yang hendak dilakukan adalah dengan
menggiatkan studi yang sistematik tentang masalah- masalah pemerintahan dan

17
Ibid.
program-program latihan bagi mereka yang berhasrat untuk menerjunkan dirinya
ke dalam jabatan-jabatan publik.18

H) PERKEMBANGAN ADMINISTRASI MODERN


Jay M. Shafritz dan Albert C. Hyde (1978) menerangkan bahwa tulisan- tulisan
mengenai administrasi publik harus melacak kembali catatan sejarah administrasi
lama sebelum kelahiran Yesus. Administrasi Mesir Kuno menyajikan contoh yang
menarik tentang manajemen dan teknik. Demikian pula yang terjadi dalam masa
China Kuno, Yunani Kuno dan Romawi Kuno. Teknik- teknik manajemen modern
dapat ditelusuri pada metode ban berjalan yang dipraktekkan dalam gudang mesiu
Venesia Kuno dan teorisasi yang diajukan oleh Nicolo Machiavelli, sebagaimana
telah diuraikan di atas.
Yang menjadi perhatian Shafritz dan Hyde adalah disiplin akademik dan
spesialisasi pekerjaan yang berlaku dalam administrasi publik Amerika Serikat.
Alexander Hamilton, Thomas Jefferson, Andrew Jackson dan tokoh-tokoh lainnya
yang hidup satu abad setelah Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat
menumpahkan pikiran mereka pada masalah-masalah penyelenggaraan urusan
administrasi di negara-negara bagian. Baru pada tahun 1887 muncul klaim yang
menyatakan administrasi publik sebagai bidang studi yang berdiri sendiri dan
profesional.
Dengan kata lain, administrasi memasuki lingkungan modern sejak
Woodrow Wilson menyuarakan administrasi publik sebagai studi ilmiah melalui
tulisannya “The Study of Administration” (1887). Wilson berusaha untuk
melepaskan (memisahkan) administrasi publik dari ilmu politik. Ia mendesak ilmu
politik agar lebih berkonsentrasi pada bagaimana pemerintahan diurus. Ini tersirat
dari ucapannya bahwa: “It is getting to be harder to run a constitution than to
frame one.” (Shafritz & Hyde, 1978). Selanjutnya, Wilson menginginkan studi
administrasi publik tidak hanya terfokus pada masalah-masalah personalia,
sebagaimana disuarakan oleh para reformis pada saat itu, tetapi juga terfokus pada
organisasi dan manajemen.

18
Ibid.
Gerakan reformasi pada waktu itu, yang terbukti berhasil mengundangkan
Pandelton Act pada tahun 1883, mempunyai satu agenda reformasi yang dimulai
dan diakhiri berdasarkan pertimbangan keberhasilan tugas (merit appointments).
Bersamaan dengan desakan Wilson untuk pengembangan ilmu manajemen,
Frederick W. Taylor telah melakukannya di pabrik baja yang terletak di
Philadelphia. Taylor yang dipandang sebagai “Bapak Manajemen Ilmiah”
memelopori pengembangan time and motion studies (Shafritz & Hyde, 1978).
Dalam lingkungan administrasi publik, perkembangan aspek teori dan konsep
serta hubungannya dengan politik dibahas secara mendalam oleh Nicholas Henry
(Public Administration and Public Affairs, 1980; 1995). Sekalipun tidak secara
langsung menggambarkan sejarah administrasi publik, buku ini mengurai
perkembangan teori dan konsep administrasi sejak 1887 sampai sesudah dekade
1970. Dalam bagian selanjutnya dari Modul ini akan
diajukan ringkasan karya Henry ini.19
Pada masa-masa menjelang berakhirnya abad ke-20, administrasi publik
harus mengadaptasi gagasan-gagasan baru yang terus berkembang seperti
reformasi administrasi, new public management, new public administration,
reinventing government, dan governance.20

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ditinjau dari katanya, administrasi mempunyai arti sempit dan arti luas.
Dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan pencatatan data, surat-surat
informasi secara tertulis serta penyimpanan dokumen sehingga dapat

19
Ibid.
20
Ibid.
dipergunakan kembali bila diperlukan. Dalam arti luas, administrasi menyangkut
kegiatan manajemen/pengelolaan terhadap keseluruhan komponen organisasi
untuk mewujudkan tujuan/program organisasi.

Seorang administrator akan berhasil dalam tugasnya apabila ia memiliki


gaya kepemimimpinan yang efektif, yakni memperhatikan hubungan antar
manusia (human relationship), Pelaksanaan tugas serta memperhatikan situasi dan
kondisi (sikon) yang ada. Administrator akan memperoleh hasil yang paling
efektif dan efisien dengan cara melakukan pekerjaan manejemen, yakni
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan melakukan pemeriksaan
(pengontrolan).

B. SARAN

Kami mengharapkan para pembaca agar dapat mengkoreksi isi makalah


apabila terjadi kesalahan, karena kami yakin bahwa masih terdapat banyak
kekurangan terutama dari sisi referensi, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun kamu penyusun sangat harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Engkoswara dan Aan. 2015. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Nasution , Irwan. 2010. Administrasi Pendidikan. Medan : Perdana Publishing.

Nawawi , Hadari. 1997. Administrasi Pendidika. Jakarta: PT. Toko Gunung


Agung.
Siagian , Sondang P. 1974. Administrasi Pembangunan. Jakarta : Gunung Agung.

Soetoro, Hendyat dan Wasty Soemanto. 1982. Pengantar Operasional


Administrasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Syafaruddin,dkk. 2016. Administrasi Pendidikan. Medan : Perdana Publishing.

Anda mungkin juga menyukai