Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum wr wb Mengenang Ummul Mukminin,(Khadijah Alkubra) Menjelang Peringatan Hari

Wafatnya 11 Ramadhan Tahun ke 10 setelah kenabian. Khadijah Memang Wanita Istimewa.

DUA PERTIGA (2/3) wilayah Makkah adalah milik Siti Khadijah binti khuwailid, istri pertama Rasulullah
‫ﷺ‬. Ia wanita bangsawan yang menyandang kemulia'an dan kelimpahan harta kekaya'an. Namun ketika
wafat, tak selembar kafan pun dia miliki. Bahkan baju yang dikenakannya di sa'at menjelang ajal adalah
pakaian kumuh dengan 83 tambalan.

"Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba," bisik Khadijah kepada Fatimah sesa'at menjelang ajal.
"Yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, agar beliau memberikan
sorbannya yang biasa digunakan menerima wahyu untuk dijadikan kain kafanku. Aku malu dan takut
memintanya sendiri."

Mendengar itu Rasulullah berkata, "Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah
dipersiapkan tempatmu di syurga."

Siti Khadijah, Ummul Mu’minin (ibu kaum mukmin), pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya
dipangkuan Rasulullah. Didekapnya sang istri itu dengan perasa'an pilu yang teramat sangat. Tumpahlah
air mata Mulia Rasulullah dan semua orang yang ada di situ.

Dalam suasana seperti itu, Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima
kain kafan.

Rasulullah menjawab salam Jibril, kemudian bertanya, "Untuk siapa sajakah kain kafan itu, ya Jibril?"

"Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fatimah, Ali dan Hasan," jawab Jibril yang
tiba-tiba berhenti berkata, kemudian menangis.

Rasulullah bertanya, "Kenapa, ya Jibril?"

"Cucumu yang satu, Husain, tidak memiliki kafan. Dia akan dibantai, tergeletak tanpa kafan dan tak
dimandikan," jawab Jibril.

Rasulullah berkata di dekat jasad Khadijah, "Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku tak kan
pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah
Mahamengetahui semua amalanmu. Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum Muslimin pun
ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum Muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu,
mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban!?"

Tersedu Rasulullah mengenang istrinya semasa hidup.

Khadijah.

Dikisahkan, suatu hari, ketika Rasulullah pulang dari berdakwah, beliau masuk ke dalam rumah. Khadijah
menyambut, dan hendak berdiri di depan pintu, kemudian Rasulullah bersabda, "Wahai Khadijah,
tetaplah kamu di tempatmu."
Ketika itu Khadijah sedang menyusui Fatimah yang masih bayi. Sa'at itu seluruh kekaya'an mereka telah
habis. Seringkali makanan pun tak punya, sehingga ketika Fatimah menyusu, bukan air susu yang keluar
akan tetapi darah. Darahlah yang masuk dalam mulut Fatimah r.a.

Kemudian Rasulullah mengambil Fatimah dari gendongan istrinya, dan diletakkan di tempat tidur.
Rasulullah yang lelah sepulang berdakwah dan menghadapi segala caci-maki serta fitnah manusia itu,
lalu berbaring di pangkuan Khadijah hingga tertidur.

Ketika itulah Khadijah membelai kepala Rasulullah dengan penuh kelembutan dan rasa sayang. Tak
terasa air mata Khadijah menetes di pipi Rasulullah hingga membuat beliau terjaga.

"Wahai Khadijah, mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku?" tanya
Rasulullah dengan lembut.

Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan. Namun hari ini engkau telah dihina
orang. Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekaya'anmu habis. Adakah engkau menyesal,
wahai Khadijah, bersuamikan aku ?" lanjut Rasulullah tak kuasa melihat istrinya menangis.

"Wahai suamiku, wahai Nabi Allah. Bukan itu yang kutangiskan," jawab Khadijah.

"Dahulu aku memiliki kemulia'an, Kemulia'an itu telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu
aku adalah bangsawan, Kebangsawanan itu juga aku serahkan untuk Allah dan Rasu-lNya. Dahulu aku
memiliki harta kekaya'an, Seluruh kekaya'an itupun telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya."

"Wahai Rasulullah, sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan
agama ini. Wahai Rasulullah, sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu belum selesai,
sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai
namun engkau tidak memperoleh rakit atau pun jembatan, maka galilah lubang kuburku, ambillah
tulang-belulangku, jadikanlah sebagai jembatan bagimu untuk menyeberangi sungai itu supaya engkau
bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu."

"Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah, Ingatkan mereka kepada yang hak, Ajak mereka kepada
Islam, wahai Rasulullah."

Rasulullah pun tampak sedih.

"Oh Khadijahku sayang, kau meninggalkanku sendirian dalam perjuanganku. Siapa lagi yang akan
membantuku?"

"Aku, ya Rasulullah!" sahut Ali bin Abi Thalib. jawab, menantu Rasullulah.

Di samping jasad Siti Khadijah, Rasulullah kemudian berdo'a kepada Allah.

"Ya Allah, ya ILahi Rabbiy, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Khadijahku, yang selalu membantuku dalam
menegakkan Islam, Mempercayaiku pada sa'at orang lain menentangku, Menyenangkanku pada saat
orang lain menyusahkanku, Menenteramkanku pada sa'at orang lain membuatku gelisah."
Kirim ini ke 5 grup dan semampumu dan seikhlasmu kepada sesama Muslim, sampaikanlah walau hanya
pada 1 orang.

Saya do'akan semua yang membaca dan mengaminkan do'a ini, di beri rezeki melimpah seperti air
mengalir ini.. dan diundang segera oleh Allah menunaikah Haji dan Umroh dengan cara-caranya.

Anda mungkin juga menyukai