Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PERILAKU DAN BUDAYA ORGANISASI

Nama : Kartika Rahmawati


NIM. : 92221032
Mata Kuliah : Perilaku dan Budaya Organisasi
Dosen : Dr. Zaleha Trihandayani, S.E.,M.Si

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2023

Karakteristik Budaya Organisasi


Sumber: https://youtu.be/WZ3uaVaAtjA

Budaya adalah proses perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh


seseorang dalam waktu yang lama dan secara terus-menerus. Hal ini sudah
menjadi kebiasaan dalam diri seseorang atau kelompok kerja yang sudah
dilakukan dalam proses yang lama dan secara terus-menerus. Jadi budaya
sifatnya sudah mendarah daging dan biasa dilakukan secara kontinu terus-
menerus tidak insidentil.
Budaya menjadi hambatan terberat di dalam komunikasi bisnis, karena
untuk merubah karakter atau tindakan atau sifat dan perilaku seseorang itu
kita membutuhkan kekuatan yang sangat besar seperti kita merobohkan beton
yang kuat. Untuk merubah kebiasaan yang memang sudah lama dilakukan
dan dalam waktu yang secara terus-menerus. Oleh karena itu, di dalam
proses pelaksanaan kerja khususnya untuk memaksimalkan keberhasilan
seseorang di dalam komunikasi bisnisnya tentu budaya ini merupakan
hambatan yang sangat sulit untuk diatasi ketika kita tidak mampu melakukan
penyesuaian-penyesuaian secara bertahap dalam waktu dan proses yang tidak
singkat tentunya.
Sebagai contoh, budaya yang dimiliki oleh seseorang yang pertama itu
adalah bagaimana seseorang memandang kebiasaan sehari-hari seseorang
mulai dari rumahnya sendiri itu akan membentuk budaya jadi proses bangun
tidurnya jam berapa makannya jam berapa bekerjanya jam berapa kemudian
Bagaimana peraturan-peraturan yang berlaku didalam rumah itu itu akan
membentuk karakter-karakter diri seseorang yang nantinya akan dibawanya
ketika dia masuk kedalam satu perusahaan atau instansi saat dia bekerja.

1
Setiap daerah setiap tempat itu memiliki adat-istiadat dan adat istiadat
ini akan membentuk karakter seseorang dan akan digunakannya karakter itu
atau kebiasaan itu ketika dia bekerja di dalam satu perusahaan atau instansi
yang berikutnya adalah yang masuk kategori budaya itu adalah keyakinan
atau kekhalifahan yang tidak ada dasarnya tapi diyakini kebenarannya jadi
misalnya mitos percaya takhyul seperti keyakinan-keyakinan tertentu tanpa
dasar itu juga disebut budaya. Jadi kalau ingin merubahnya itu sama dengan
merubah keyakinan seseorang akan suatu hal. Hal ini yang terkadang sulit
tidak sederhana untuk dipecahkan karena kita di Indonesia khususnya masih
banyak masyarakat kita yang percaya takhyul, percaya pada mitos-mitos yang
tidak punya dasar kekuatan dari mana itu asalnya, mengapa itu diyakini
bagaimana manfaatnya, bagaimana resikonya, terkadang tidak dipahami
dengan baik.
Selanjutnya yang termasuk pada budaya itu adalah kebijakan-
kebijakan yang terbentuk yang sudah lama di dalam suatu perusahaan atau
instansi jadi misalnya seragam kantor jam masuk kerja jam pulang kerja
kemudian suasana kantor yang sudah terbentuk dari lama dari waktu yang
cukup lama sehingga itu sudah diyakini dan sudah menjadi kebiasaan dari
karyawan-karyawan yang ada di dalam perusahaan atau instansi itu terutama
yang tergolong pada budaya-budaya itu juga termasuk adalah hasil
kontaminasi. Hasil kontaminasi dengan orang-orang yang ada disekitar kita,
misalnya bisnis kita itu menggunakan warna-warna tertentu karena hal
tersebut adalah selera dari ownernya. Inilah yang dimaksud bahwa kita akan
menyesuaikan diri tempat dimana kita bekerja.
Karakter seorang guru akan berbeda dengan karakter seorang
kontraktor orang lapangan. Budaya itu sangat melekat pada diri seseorang
dalam waktu yang lama dan setelah secara terus-menerus sehingga untuk
merubahnya membutuhkan kekuatan yang tidak sederhana dan juga
membutuhkan waktu yang tidak singkat. Termasuk dalam hal ini adalah
kepribadian seseorang yang terbentuk tempat dimana dia bekerja jadi
misalnya dia bagian A front line orang depan di dalam bisnis itu ya otomatis
dia berhadapan dengan pihak-pihak eksternal seperti konsumen Masyarakat
pemerintah misalnya seperti itu sehingga dia sudah terbiasa menghadapi
orang-orang eh banyak sudah terbiasa dia berkomunikasi dengan baik. Oleh
karena itu, posisi Frontline posisi garis depan itu kemampuan
berkomunikasinya menjadi nomor satu sebagai syarat selain dari penampilan
fisik yang menarik.

2
Perbedaan budaya ini perlu kita antisipasi karena didalam perusahaan
itu sendiri dia akan memberikan atau menciptakan kebijakan-kebijakan yang
lahir dari seorang pemimpin. Sehingga, tergantung siapa pemimpinnya
bagaimana karakternya itulah yang akan lahir kebijakan-kebijakan dari si
pemimpin itu sendiri. Bagaimana seorang karyawan bisa bekerja dengan baik
kalau dia mampu menyesuaikan diri dengan budaya yang ada di dalam
perusahaan itu jadi kita tidak bertahan pada budaya kita sendiri tapi kita
melakukan penyesuaian-penyesuaian sehingga kita bisa memahami orang lain
dan orang lain bisa memahami diri kita.
Pertimbangan-pertimbangan apa saja yang harus dilakukan oleh
seseorang ketika dia bekerja untuk menyesuaikan diri untuk mengantisipasi
timbulnya perbedaan budaya saat dia bekerja yang pertama itu adalah
melakukan penyesuaian-penyesuaian jadi penyesuaian ini sangat penting
sekali. Bagaimana orang bisa memahami diri kita ketika kita juga mampu
memahami bagaimana orang lain itu seseorang bersikap seseorang bertindak
itu banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya:
Pertama, adalah kepribadiannya seorang feminim seorang tombol, Olin
kalau laki-laki itu akan berbeda tindakan dan karakter dirinya seorang yang
pemberani seorang yang penakut seorang yang pemalu itu akan berbeda
tindakan dan perilakunya. Selain itu yang mempengaruhinya adalah tingkat
pendidikannya tingkat pendidikan ini akan sangat membuat perbedaan-
perbedaan seseorang di dalam melahirkan sudut pandang pada saat dia
berkomunikasi jadi Komunikasi itu akan bisa tersampaikan ketika kita
mengutarakannya baik secara verbal maupun non verbal kepada orang lain
atau tingkat pendidikan itu sangat berpengaruh sekali wawasan orang yang
lebih luas dengan yang masih sederhana. Pengetahuan yang lebih tinggi
dengan yang masih rendah misalnya atau wawasan dan pengalaman yang
lebih banyak dibandingkan yang masih sedikit maka pola berpikirnya pun akan
berbeda dan pola komunikasinya pun akan berbeda. Sehingga, kita harus
memahami mengapa seseorang itu bersikap, mengapa seseorang itu
bertindak sedemikian itu banyak sekali faktor yang mempengaruhinya
Berikutnya bagaimana kita mengantisipasinya, yaitu dengan
menciptakan persamaan-persamaan jadi persamaan-persamaan itu kita tidak
mencari sisi perbedaannya antara diri kita dengan orang lain tapi yang kita
cari itu adalah sisi kesamaannya kita berbeda cara kerjanya tapi kita sama-
sama ingin mencapai tujuan yaitu standar kerja. Misalnya kita berbeda pola
komunikasinya ada yang keras ada yang lembut ada yang pelan ada yang
kalau misalnya cepat kita berbeda tapi kita punya kesamaan apa

3
kesamaannya kita bekerja dalam satu tim untuk melakukan proses
Pelaksanaan kerja dalam rangka mencapai tujuan dari perusahaan kita
berupaya sedemikian rupa ya Artinya kita tidak mencari-cari apa yang
perbedaan kita dengan orang lain tapi yang kita cari adalah Apa kesamaan
kita dengan orang lain sehingga melalui kesamaan itu kita akan merasa
nyaman dalam bekerja kita merasa ada orang-orang disekitar kita yang satu
tujuan satu kesamaan dengan diri kita sehingga kita akan menjadikan itu
relationship hubungan yang baik antara diri kita dengan rekan kerja yang ada
disekitar kita.
Selain itu, perlu kita perhatikan itu adalah pendekatan-pendekatan
persuasif dan argumentative. Jadi bagaimana cara kita meminimalisirnya
perbedaan budaya ini adalah dengan melakukan pendekatan-pendekatan
persuasif dan argumentative. Argumentatif itu bisa kita lakukan jika kondisinya
kondusif jadi bisa dikendalikan, maka kita bisa menasehati orang-orang yang
ada disekitar kita atau misalnya kita bisa memberikan kan masukan kepada
orang disekitar kita. Tapi jika perbedaan itu dalam kondisi yang tidak kondusif,
maka kita tidak bisa melakukan pendekatan argumentatif orang marah dan
kita orang kecewa dan kita maka kita tidak bisa memberikan masukan yang
kita bisa lakukan adalah pendekatan persuasive. Pendekatan persuasif ini
misalnya pendekatan-pendekatan body language dengan jabat tangan dengan
atapukan tepukan di pundak misalnya dan ketika sudah kita berbeda maka
pandangannya pun di dalam komunikasi akan berbeda .

Anda mungkin juga menyukai