Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS TAKE HOME


EXAM (THE) SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : Khalda Mawaddah

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042035623

Tanggal Lahir : 27/01/2000

Kode/Nama Mata Kuliah : SKOM4317/ Psikologi Komunikasi

Kode/Nama Program Studi : 72/ Ilmu Komunikasi

Kode/Nama UPBJJ : 23/Bogor

Hari/Tanggal UAS THE : Senin, 20/06/2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

BUKU JAWABAN UJIAN


UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Khalda Mawaddah


NIM : 042035623
Kode/Nama Mata Kuliah : SKOM4317/ Psikologi Komunikasi
Fakultas : FHISIP
Program Studi : Ilmu Komunikasi
UPBJJ-UT : Bogor-UT

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari
aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman
sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS
THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan
dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Senin, 20 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

Nama Mahasiswa
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Karakter itu dapat kita kategorikan dalam tiga komponen yaitu komponen afektif,
komponen
kognitif, dan komponen konatif. Kemukakanlah motif sosiogenis sebagai kategori
komponen
afektif!
Jawab:
Motif Sosiogenis Motif sosiogenis sering disebut motif sekunder karena motif biologis
dipandang sebagai motif yang lebih utama (primer). Dari berbagai pakar kita dapat
menemukan berbagai istilah dan kategorisasi tentang motif sosiogenis ini yaitu (Rakhmat,
1994):
a) Motif Ingin Tahu
Setiap individu pasti tak pernah merasa nyaman jika sampai terlambat atau tidak mengetahui
tentang sesuatu yang dianggap menjadi keharusan. Sebagai contoh. ketika seorang presenter
terkenal bernama Indra Safera meninggal dunia, Salah satu stasiun radio swasta di Jakarta
yaitu Radio FeMale "diberondong" telepon dan sms dari pendengarnya untuk mendapat
informasi, betulkah presenter Indra Safera meninggal dunia. Rasa ingin tahu yang besar dan
keinginan untuk cepat memastikan ketidakpastian justru sering menjadi sarana empuk untuk
menyebarkan gosip dan isu. Ketika saluran informasi formal dihambat, orang tetap tidak
bisa dibendung untuk memuaskan rasa ingin tahunya maka saluran dan sumber informasi
apa pun akan tetap diperhatikan.
b) Motif Kompetensi
Kita cenderung selalu ingin menunjukkan kemampuan. Mampu untuk mengatasi segala
masalah dan oleh karenanya kita berharap orang menghargainya. Perasaan mampu amat
bergantung pada perkembangan intelektual, sosial, dan emosional. Sering kali karena ingin
terlihat mampu (padahal tidak) orang mengatur dan mengelola kesan (impression
management).
Contoh: Seorang pelamar pekerjaan akan berpakaian rapi, berdasi, berperilaku sopan,
berbicara teratur, untuk memberi kesan profesional, meskipun sehari-hari ia cenderung
berperilaku santun dan berpakaian sembarangan.
c) Motif Cinta
Mencintai dan dicintai adalah kebutuhan penting yang akan mendewasakan kepribadian
seseorang. Seorang mesin pembunuh yang memilih pekerjaan sebagai pembunuh, menjadi
lebih cerah dunianya karena kebutuhan ini (ingat film Leon: The Professional). Betapa
banyak pula kejadian bunuh diri karena cinta yang tak sampai atau karena kesepian. Betapa
pula kita bisa menjadi sangat mengekang dan cenderung menguasai (overprotected dan
possessive) anak atau kekasih atau istri/suami karena alasan cinta.
d) Motif Harga Diri dan Kebutuhan Mencari Identitas
"Anda akan diperlakukan sebagai pribadi, bukan sebagai sederetan angka". Begitu kira-kira
bunyi sebuah iklan kartu kredit. Pada dasarnya kita menginginkan orang memperhitungkan
kehadiran kita, eksistensi kita. Oleh karena itu, kita juga membutuhkan identitas tertentu
agar kehadiran kita bisa terlihat. Banyak orang mencari identitas, misalnya dengan menjadi
anggota kelompok eksklusif, gaya busana dan aksesori atau cara bicara agar bisa eksis dalam
pergaulan. Kehilangan identitas diri akan menimbulkan perilaku yang tidak sehat, seperti
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

mudah tersinggung, gelisah, gampang terpengaruh, dan sebagainya.

e) Kebutuhan akan Nilai, Kedambaan, dan Makna Kehidupan


Ada sementara orang menyatakan, "diskotik dan tempat-tempat hiburan penuh sesak, begitu
pun masjid penuh sesak (paling tidak ketika shalat Jumat)". Tentu ada banyak analisis dan
interpretasi terhadap pernyataan tersebut. Namun, kita bisa melihat (dalam nada yang
optimis dan positif) bahwa bagaimanapun manusia tetap membutuhkan nilai-nilai untuk
menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberikan makna bagi kehidupannya.
Mungkin itu bisa didapatkan dari nilai-nilai yang diajarkan oleh agama kita.
Nilai-nilai itu dibutuhkan karena kita tak ingin putus asa dan kehilangan pegangan karena
tak tahu untuk apa kehidupan ini kita jalani dan atas dasar apa kita harus mengambil
keputusan.
f) Kebutuhan akan Pemenuhan Diri Setelah hidup bisa kita pertahankan, kita tentu tak ingin
"begini begini saja". Kita juga ingin meningkatkan kualitas kehidupan. Kita ingin mencoba
mewujudkan berbagai potensi yang kita miliki, yakni potensi untuk mencipta sesuatu,
memperbanyak dan memperluas pengalaman, memiliki hubungan personal yang hangat dan
bermakna, serta menjadi manusia ideal yang kita cita-citakan sendiri.

2. Sejauh ini para peneliti telah menemukan bahwa dugaan sikap akan tergantung dari cara
sikap
itu dibentuk, diukur, dan dialami. Uraikan maksud dari perilaku spesifik dalam keterkaitan
antara
sikap yang dapat sesuai perilaku dan berikan contohnya!
Jawab:
Maksud dari perilaku spesifik dalam keterkaitan antara sikap yang dapat sesuai perilaku
adalah Semakin spesifik atau khusus Suatu sikap terhadap perilaku maka akan semakin baik
dalam memperkirakan perilaku yang terkait . Contohnya, "Berapa orang yang akan datang
dalam kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan rumah hari Minggu besok?"
mengukur sikap yang amat umum seperti bertanya apakah anda yakin bahwa daerah
lingkungan kita harus bersih? mungkin tidak akan bisa memperkirakan perilaku gotong-
royong secara spesifik Mungkin banyak orang yang akan setuju dengan pernyataan umum
itu , tetapi hal itu belum bisa mewujudkan suatu usaha yang spesifik. Mungkin banyak orang
yang akan setuju dengan pernyataan umum itu tetapi hal itu belum bisa menunjukkan suatu
usaha yang spesifik . Cara yang lebih baik untuk memperkirakan Apakah seseorang akan
mau datang ke acara itu adalah dengan menanyakan secara spesifik "Apakah anda akan
menunjukkan dukungan anda terhadap kebersihan lingkungan dengan menghadiri acara
gotong royong di lingkungan kita hari Minggu pagi esok?" . Pertanyaan yang lebih spesifik
itu lebih bisa memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dari pada pertanyaan yang
diajukan adalah pertanyaan secara umum.
jadi sikap terhadap suatu hal yang khusus dapat meramalkan atau memperkirakan perilaku
dalam hal yang khusus itu pula ( Sarwono, 1997 ). misalnya sikap terhadap kontrasepsi (
bukan sikap terhadap KB ) dapat meramalkan pemakaian kontrasepsi ( studi Morrison 1989
). demikian pula sikap terhadap daur ulang (bukan sikap terhadap kebersihan) dapat
meramalkan perilaku daur ulang ( Oskamp, 1991)
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3. Terdapat tiga bentuk pengaruh sosial, yaitu (1) konformitas, (2) kepatuhan dan (3)
kekuasaan
(power). Kemukakan bentuk konformitas dalam pengaruh sosial dan berikan contohnya!
Jawab:

Konformitas

Tidaklah mengherankan jika kita hanya sekadar mengikuti pikiran dan tindakan teman-
teman kita atau orang-orang yang kita kenal. Dari berbagai hubungan yang dimiliki, kita
mendapat berbagai manfaat, termasuk standar atau norma untuk dapat menyesuaikan diri.
Pertanyaan yang menarik adalah apakah kita akan menyesuaikan diri dengan kehadiran
orang asing? Mengapa orang yang tidak kita kenal mempunyai kekuasaan untuk
memengaruhi kita? Penelitian klasik telah menguji dampak dari kehadiran orang lain, baik
orang asing ataupun teman, berdasarkan dua proses, yaitu pembentukan norma (norm
formation) dan tekanan kelompok (group pressure).

Berikut marilah kita simak dua proses tersebut dan berkaitan dengan konformitas adalah
faktor-faktor situasi yang memengaruhi konformitas dan perbedaan individual yang
memengaruhi kelompok.

a. Pembentukan norma
Norma-norma adalah pedoman berperilaku, yang membentuk, dan memengaruhi
tindakan kita. Akan tetapi, norma juga merupakan hasil dari interaksi sosial yaitu perilaku
yang oleh banyak orang dikatakan sebagai populer, modern, atau "normal". Ini berarti
norma dapat dan akan berubah, dan kita dengan individu lainnya harus terus saling
mempelajari untuk menentukan norma apa yang ada dan bagaimana harus berperilaku.

Untuk memperjelas pemahaman tentang pembentukan norma ini, berikut dapat Anda
pelajari 1) hasil penelitian Sherif, dan 2) tentang penularan sosial (social contagion).

1) Pada tahun 1930-an, Muzafer Sherif menguji kekuatan norma-norma


yang diterima dalam memengaruhi perilaku. Hasil penelitian Sherif menunjukkan bahwa
meskipun tidak saling mengenal, orang menyandarkan pada persepsi orang lain untuk
menentukan sebuah norma, lalu menyesuaikan penilaian yang dibuatnya sendiri dengan
norma tersebut. Pembentukan norma dalam sebuah kelompok tidak hanya menghasilkan
standar bagi perilaku pada saat itu, tetapi juga memengaruhi penilaian individu untuk
masa-masa berikutnya. Ketika kelompok baru menggantikan kelompok lama, norma
terdahulu tetap bertahan dan memengaruhi penilaian individu dalam kelompok baru
tersebut. Daya tahan norma sosial ini dapat menjelaskan tradisi yang tetap bertahan
selama beberapa generasi sesudah norma itu pertama kali terbentuk. Pembentukan norma
menurut Sherif ini dapat lebih dijelaskan dengan proses pembandingan sosial yaitu
anggota kelompok, untuk dapat tampil dengan baik, mendasarkan diri pada pola yang
diterima dari penilaian orang lain, lalu menciptakan sebuah norma sosial.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

2) Penularan Sosial (Social Contagion)


Ketika norma terbentuk, norma menyebar luas dengan cepat. Bukankah kita mungkin
sering heran bagaimana rumor dan lelucon dapat tersebar dengan cepat dari satu tempat
ke tempat lainnya? Penelitian menyebutkan sejumlah peristiwa yang dapat memicu
penularan sosial, yakni penyebaran pola perilaku ke banyak orang sebagai hasil dari
interaksi yang dilakukan. Contoh, pekerja pabrik yang tidak mendapat upah yang cukup
dan tidak dalam keadaan sehat mungkin merasa mempunyai penyakit berbahaya (yang
imajiner). Rekan kerja yang melihatnya kemudian merasa mendapat gejala penyakit yang
sama. Penyakit yang imajiner ini, dan "gejala" yang lebih bersifat emosional adalah
model atau acuan yang dicontoh oleh pekerja pabrik lainnya. Inilah yang dimaksud
dengan "penularan", sama seperti pekerja pabrik yang bersimpati dan merasa sama
dengan rekannya yang dipecat.

b. Tekanan kelompok (Group pressure)


Kebanyakan studi tentang conformity menemukan dampak dari kelompok terhadap
individu. Terkadang kelompok itu hadir (anggota anggotanya hadir secara fisik). Lain
waktu mungkin kelompok tersebut imajiner, seperti ketika Anda masuk ke ruangan
bioskop yang gelap dan Anda menganggap bahwa penonton yang lain telah mengisi
bangku-bangku yang ada. Penelitian yang paling berpengaruh terhadap tekanan
kelompok dilakukan oleh psikolog sosial Solomon Asch. Pada tahun 1940-an dan 1950
an Asch meneliti pengaruh tekanan kelompok terhadap penilaian dan perilaku individu.
Kemudian, penelitian tersebut juga menguji pengaruh tekanan dari kelompok imajiner.
Studi Asch menyimpulkan meskipun berada di antara orang yang tidak dikenal, individu
secara sosial terpengaruh untuk melakukan konformitas dengan norma-norma, bahkan
ketika subjek dapat melihat sendiri realitas yang ada.

Penelitian Asch, kemudian dilanjutkan oleh Crutchfield. Penelitian Asch telah


menegaskan bahwa keberadaan orang lain yang dapat terlihat secara fisik, menciptakan
tekanan kelompok untuk conform. Sedangkan Crutchfield menemukan bahwa meskipun
keberadaan orang lain itu bersifat tidak langsung, dan individu tidak berhadapan tatap
muka dengan anggota kelompok, kecenderungan dalam perilaku kelompok menciptakan
pengaruh untuk conform.

c. Faktor-faktor situasi yang memengaruhi konformitas


Penelitian yang dilakukan Asch dan lainnya menemukan beberapa faktor yang dapat
menentukan konformitas yaitu (1) ukuran kelompok, (2) kebulatan suara, (3) kohesi
kelompok, dan (4) komitmen publik.
1) Ukuran Kelompok
Peningkatan ukuran kelompok, dari tiga hingga lima orang, juga akan meningkatkan
kecenderungan di antara para anggotanya untuk menyesuaikan diri. Di atas lima orang,
ukuran kelompok kurang memengaruhi penyesuaian individu.
2) Kebulatan Suara (Unanimity)
Kelompok yang sepakat mendatangkan penyesuaian yang lebih besar dari para anggota,
dibanding kelompok yang tidak bulat suaranya. Kehadiran suatu hal yang berbeda atau
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

menyimpang memudahkan anggota lainnya untuk tidak menyesuaikan diri. Dampak dari
pemecahan penyesuaian ini bisa dilihat dari:

ketika hal yang menyimpang ini telah menyuarakan ketidaksepakatannya maka orang
lain mendapatkan contoh dari ketidaksesuaian yang dapat diikuti.
3) Kohesi kelompok
Kohesi kelompok adalah loyalitas kelompok yak kek yang nendorong anggota kelompok
untuk tetap tinggal dalam kelompok d mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesi
kelompok menik pada suatu keadaan di mana para anggota kelompok merasa saling
terikat dan memiliki nilai yang dibagi bersama. Kohesi kelompok ditandas oleh
"semangat kelompok". Kohesi kelompok terbentuk dari dan sebaliknya memengaruhi
komunikasi dalam kelompok. Konformitas lebih besar terjadi dalam kelompok yang
mempunyai kohesi. Saling menyukai dan menikmati keberadaan orang lain dalam
kelompok membuat Anda semakin sulit untuk berbeda dari pendapat

Komitmen publik Penyesuaian lebih tinggi terjadi dalam kelompok yang penilaian dan
pilihannya dibuat di hadapan publik. Contoh, pada pemilihan kandidat yang dilakukan
secara voting dengan cara menghitung jumlah tangan yang teracung, anggota kelompok
akan merasa mendapat tekanan untuk menyesuaikan diri dengan opini orang lain. Ini
berbeda ketika pemilihan dilakukan secara rahasia agar seseorang akan merasa lebih
aman dan lebih bebas dari kecaman orang lain.

d. Perbedaan individual yang memengaruhi konformitas


Perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing individu menyebabkan berbeda pula
kecenderungan untuk menyesuaikan diri. Faktor-faktor yang memengaruhinya, antara
lain (1) status; (2) gender; (3) personality traits, dan (4) budaya.

1) Status
Individu yang memiliki status yang lebih rendah cenderung mudah untuk melakukan
penyesuaian, dibanding individu dengan status tinggi. Orang yang berpenampilan baik
dan menarik lebih mudah ditiru ketika mereka memberi contoh yang buruk. Orang-orang
yang mempunyai pekerjaan dengan status rendah lebih mencari panduan dari atasan
(superior).

2) Gender
Meski kebanyakan studi tentang konformitas tidak memperlihatkan adanya perbedaan
gender, beberapa di antaranya mengatakan bahwa dalam kondisi tertentu, perempuan
lebih konformis daripada laki-laki. Namun, studi lain menunjukkan bahwa perempuan
tidak lebih konformis, tetapi lebih berorientasi sosial ketimbang laki-laki. Pada akhirnya,
perbedaan gender dalam konformitas mungkin disebabkan adanya kekuasaan "laki-laki
umumnya mempunyai kekuasaan sosial yang lebih daripada perempuan". Dampak dari
gender ini mungkin hanyalah bentuk lain dari pengaruh status yang telah diungkap
sebelumnya.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4) Kepribadian (personality traits)


Perbedaan kepribadian dalam perilaku sosial adalah hal yang menarik. Pertanyaan yang
cenderung diajukan adalah "Orang seperti apakah yang menyesuaikan diri?" daripada
"Kondisi seperti apa yang membuat sebagian besar orang menyesuaikan diri?"
Bagaimanapun, usaha untuk menemukan hubungan yang tetap antara kepribadian dan
penyesuaian diri menghasilkan kesimpulan yang lemah.
Beberapa studi mengatakan bahwa orang yang kuat kebutuhannya akan persetujuan
sosial (social approval) cenderung mudah menyesuaikan diri. Umumnya, penelitian
tentang "kepribadian yang menyesuaikan diri" (conforming menyebutkan bahwa ketika
situasi untuk penyesuaian "kuat" (terstruktur dan berpengaruh) perbedaan kepribadian
hanya sedikit menimbulkan perbedaan perilaku. Akan tetapi, ketika situasinya "lemah",
kecenderungan seseorang untuk menyesuaikan diri mungkin berkaitan dengan pola
perilaku orang lain atau kecenderungan kepribadian.

4) Budaya
Perbedaan budaya dan bangsa menyebabkan perbedaan nilai-nilai dan tujuan. Sejumlah
studi menunjukkan perbedaan budaya memengaruhi konformitas.

4. Analisislah aspek kognitif yang timbul sebagai salah satu efek pesan media massa
terhadap
individu!

Jawab:

Komunikasi massa tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertent tetapi cenderung
memengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentar lingkungan. Citra inilah yang
memengaruhi cara kita berperilaku.

Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima oleh individ melalui media massa.
Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi (oleh Marshal
MacLuhan disebut sebagai "realitas tangan kedua" (second hand reality). Jadi. kita
membentuk citra tentang lingkungar sosial kita berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan
oleh media massa. Misalnya, Anda memiliki gambaran bahwa Jakarta sudah tidak aman lagi
karena tingginya tingkat kriminalitas di sana, Anda beranggapan di daerah lebih aman.
Mengapa Anda mendapatkan gambaran itu? Sebab sehari-hari Anda membaca di surat kabar
dan melihat di tv berita-berita kriminal banyak dimuat. Sebaliknya, dari daerah, lebih sedikit
berita kriminal yang diberitakan. Padahal, kenyataannya mungkin di daerah juga banyak
terjadi peristiwa kriminal, namun tidak disiarkan oleh tv dan diberitakan di surat kabar. Oleh
karena proses gate keeping, media massa melakukan seleksi terhadap berita yang
dimuatnya, hasil seleksi inilah yang memengaruhi citra kita tentang lingkungan sosial kita.

Oleh karena proses selektif ini, mungkin saja terjadi penggambaran yang salah oleh media.
Timbullah apa yang disebut stereotype yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok,
atau masyarakat yang tidak berubah-ubah sering kali timpang dan tidak benar. Misalnya,
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

dalam telenovela di tv kita melihat orang kulit hitam, umumnya digambarkan miskin, jahat,
jadi pembantu kulit putih, dan licik. Jika Anda terus-menerus menonton telenovela, Anda
kemungkinan besar akan memiliki gambaran tentang kaum kulit hitam di Amerika Latin
seperti apa yang Anda lihat di televisi itu.

Prinsip bahwa media massa melalukan proses seleksi merupakan teori agenda setting. Teori
ini dimulai dengan suatu asumsi bahwa media mas menyaring berita, artikel atau tulisan
yang akan disiarkannya. Secara selektif, gatekeepers menentukan hal apa yang pantas
diberitakan dan yang tidak. Setiap isu diberi bobot tertentu (ruang penempatan dalam surat
kabar atau waktu tayang khusus pada radio) dan cara penonjolan tertentu (ukuran judul dan
frekuensi pemuatan).

Apa yang disajikan media massa disebut sebagai "agenda media". Agenda media
memengaruhi agenda masyarakat (public agenda). Teori ini menunjukkan ada kesamaan
antara agenda media dengan agenda publik. Media massa memiliki kemampuan untuk
memengaruhi apa yang dianggap penting oleh masyarakat. Misalnya, headline surat kabar
hari ini tentang kecelakaan kereta api maka Anda menganggap kecelakaan itulah yang
penting. Anda mungkin akan membicarakan topik ini dengan teman-teman dan keluarga.

Media massa juga berperan dalam menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai yang baik. Dengan kata lain, media massa dapat memberikan manfaat yang
dikehendaki oleh masyarakat. Hal inilah yang disebut efek prososial. Misalnya, film seri
Sesame Street terbukti di Amerika berpengaruh sangat baik pada anak-anak yang
menontonnya. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang senang menonton acara ini saja
memiliki tingkat pengetahuan lebih baik (di bawah kita akan lihat bahwa film ini juga
berpengaruh baik pada sikap).
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai