Mohamad Isnin
Noer Vina Rizkawati
2. Filum Parabasalida
- Memiliki bentuk tubuh yang parabasal, dengan axostyle dan flagela. Contoh:
Trichomonas
4. Filum Euglenozoa
- Euglena. Ada beberapa spesies, yang bentuk maupun ukurannya dapat
berbeda- beda. Protozoa ini mempunyai kloroplast, pellicle, dan mempunyai
stigma atau bintik mata.
5. Filum Heliozoa
- Actinosphaerium, berbentuk seperti matahari fordo Heliozoa, karena
pseudopodia (yang berupa aksopodia) yang kakis. Hewan ini hampir tidak
bergerak.
Gambar 2.d. contoh jenis dari filum Dinoflagelata yang menunjukkan dua tipe flagel
8. Filum Apicomplexa
- Memiliki apical complex
Gambar 2.e. bentuk dari amoeba ber-testate dan karakter penunjang lainnya
F. Tugas
1. Gambar hewan-hewan Protista yang anda temui
2. Beri keterangan yang lengkap.bagian-bagian morfologinya
3. Beri deskripsi dari setiap jenis protista yang didapatkan
4. Lengkapi gambar dari setiap jenis dengan membuat klasifikasinya
PRAKTIKUM 3
PHYLUM PORIFERA
A. Pengantar
Hewan yang termasuk didalam filum ini mempunyai sifat: radial simetris, tubuhnya
mempunyai banyak pori-pori, saluran-saluran, bilik-bilik yang dilalui oleh air.
Permukaan tubuh bagian dalam sebagian atau seluruhnya diliputi oleh choanocyt
(koanosit.sel kerah), hidup secara soliter atau berkoloni.
Porifera merupakan hewan bersel banyak (multiseluler) yang paling sederhana, hidup
secara heterotrof, melekat pada dasar perairan, sebagian besar hidup di laut dangkal,
hanya satu famili yang hidup di air tawar, yaitu famili Spongilidae. Porifera Sering
disebut sebagai hewan pemakan air karena memiliki sistem saluran air untuk
mensirkulasikan air di dalam tubuhnya, mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu
berenang bebas pada saat larva dan hidup melekat pada substrat pada saat dewasa.
Tidak mempunyai alat-alat dan organ tubuh
Tubuh porifera terdiri dari dua lapis sel (diploblastik) yaitu lapisan luar (epidermis) dan
lapisan dalam (endodermis) atau disebut lapisan koanosit. Diantara kedua lapisan
terdapat Mesoglea yang merupakan gelatin. Bentuk tubuh hewan bermacam-macam
ada yang berbentuk piala, jambangan, mangkuk, terompet, bercabang-cabang dan lain-
lain. Warna bermaca-macam, kelabu, merah, jingga Tubuh tersusun dari kerangka
yang disebut spikula. Pada bagian tubuh terdapat spongosoel atau paragaster yaitu
ruangan yang digunakan untuk saluran air. Dan pada bagian atas terdapat oskulum
tempat keluarnya air. Reproduksi secara aseksual dengan pertunasan atau gemul dan
secara seksual melalui penyatuan sperma dan ovum.
Porifera sebelumnya diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu: Calcispongiae,
Hexactinellida, dan Demospongiae. Ketiga kelas ini dibedakan umumnya berdasarkan
bentuk dan struktur dari spikula. Calcispongingae memiliki spikula yang tersusun dari
kalsium karbonat kristal dengan tipe spikula yang memiliki 1, 3, atau 4 duri.
Hexactinellida adalah spons yang tersusun dari silikon dengan duri yang berjumlah 6
dan tersusun saling sejajar. Demospongiae memiliki spikula yang tersusun dari
kerangka spikula bersilikon yang berkembang dari axial filamen sehingga menyerupai
serat. Kelas yang baru saja ditambahkan, yaitu Homoscleromorpha, merupakan spons
yang tidak memiliki axial filamen.
Gambar 3.a. Bentuk pertumbuhan porifera
B. Koleksi dan pengawetan spesimen
Koleksi spons di laut mesti memperhatikan keselamatan kerja dengan menggunakan
sarung tangan nilon dalam mengambil spesimen. Usahakan untuk mengambil spons dari
bagian pangkalnya untuk mencegah kerusakan spesimen mengingat spons sangat
mudah untuk robek.
Pengawetan basah: spesimen spons yang dikoleksi dari perairan laut mesti segera
dipreservasi agar tidak hancur. Preservasi dilakukan dengan menggunakan alkohol 80-
90% yang dilarutkan dengan air laut.
C. Pengamatan preparat awetan dari spons dari beberapa kelas
Perhatikan bentuk tubuhnya (gambar 3.a), kemudian temukan:
Oskulum : pada ujung distal tubuhnya
Ostia : pori-pori pada tubuhnya
Spongocoel : pada bagian tengah tubuhnya
E. LEMBAR KERJA
1. Gambar beberapa jenis porifera yang Anda amati
a. Beri keterangan bagian morfologi maupun anatomi dari tiap spesies
b. Deskripsikan bagian morfologi yang terlihat
c. Buatlah klasifikasinya
2. Gambar macam-macam tipe spikula
3. Gambar tipe-tipe saluran air
PRAKTIKUM III
PHILUM CNIDARIA
A. Pengantar
Hewan yang termasuk di dalam filum ini mempunyai sifat: diploblatis, radial simetris,
tentakelnya mempunyai cnydocyites yang merupakan karakter khas dari filum ini.
Filum Cnidari memiliki 6 kelas, yaitu: Hydrozoa, Scyphozoa, Staurozoa, Myxozoa,
Cubozoa, dan Anthozoa.Beberapa jenis ditemukan hidup secara soliter dan beberapa
lainnya ditemukan hidup berkoloni. Beberapa kelas memiliki dua fase, yaitu polyp dan
medusae (contoh: Hydrozoa dan Cubozoa), beberapa kelas lainnya hanya memiliki fase
medusae (Scyphozoa) dan hanya memiliki fase polyp (Staurozoa dan Anthozoa).
Sebagian besar jenis dari filum ini ditemukan di perairan laut, meskipun ada beberapa
jenis yang ditemukan di perairan tawar. Anthozoa merupakan kelas yang paling popular
dan cukup banyak yang telah dipelajari dibandingkan kelas lainnya. Kelas ini
dikelompokkan menjadi beberapa sub kelas: Hexacorallia, Octacorallia, dan
Ceriantipatharia. Jenis-jenis dari kelas Anthozoa merupakan komponen penting dalam
perairan laut dan menjadi ekosistem terumbu karang. Dalam praktikum ini, Anda akan
mempelajari hanya dari beberapa kelas yang masuk dalam filum Cnidaria, yaitu:
Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa.
B. Cara Kerja
a. Kelas Hydrozoa (Porpita porpita)
1. Ambil spesimen Porpita porpita yang tersedia di Laboratorium Zoologi dengan
menggunakan pinset, kemudian letakkan secara perlahan diatas cawan petri
2. Amati menggunakan lensa beberapa karakter berikut:
a. Vellum
b. Tentakel
c. Hydroid Colony
b. Kelas Schyphozoa: Aurelia aurita
1. Amati spesimen mati/hidup Aurelia aurita diatas papan bedah/cawan petri, dan
amati karakter berikut ini:
a. Bentuk medusae
b. Jumlah lengan
c. Jumlah lappets (lipatan)
c. Kelas Anthozoa
Kelas Anthozoa terdiri atas 3 sub kelas, yaitu: Hexacorallia, Octocorallia, dan
Ceriantipatharia. Hexacorallia memilki tentakel yang tidak bercabang dan berjumlah 6
atau kelipatan 6, serta mesentri berpasangan. Octocorallia memiliki tentakel berjumlah
8
dengan pinnate yang juga berjumlah 8, dan mesentri yang tidak berpasangan.
Sedangkan, Ceriantipatharia memiliki tentakel yang tidak bercabang, berjumlah 6 atau
kelipatan 6, dan mesentri yang tidak berpasangan.
1. Pengamatan Coralite
a. Ambil spesimen karang mati yang terdapat di laboratorium Zoologi dan letakkan
di baki yang telah disiapkan. Ikuti arahan dari dosen atau asisten terkait jenis
karang yang Anda akan amati.
b. Amati dan ukur beberapa karakter berikut ini:
a. Axial coralite dan radial coralite
b. Bagian coralite (septa, wall, costae)
c. Ukuran coralite (gunakan jangka sorong)
d. Susunan coralite (berdinding atau tidak; dinding tuggal atau berbagi)
e. Budding (di dalam coralite atau di luar coralite)
f. Bentuk koloni (soliter, bercabang, berkelok-kelok, berkelok-kelok
dengan valley, massive, seperti kerak atau plat, kolom)
g. Solenia (khusus untuk Tubipora; diamati dengan cara membelah tabung
menjadi 2 bagian)
2. Pengamatan Polyp
a. Amati jenis polyp dari Tubipora dan Acropora dan catat karakter berikut ini:
1. Jumlah tentakel
2. Bentuk tentakel (cabang atau tidak)
3. Mesentri (berpasangan atau tidak)
4. Siphonoglyph
PRAKTIKUM IV
PLANTYHELMINTES
A. Pengantar
Dari phylum platyhelminthes, ada tiga kelas, yaitu turbellaria, trematoda dan cestoda. Pada
praktikum ini akan dipelajari contoh dari turbellaria. Planaria adalah suatu contoh dari
turbellaria, suatu platyhelminthes yang tidak parasit. Habitat hewan tersebut di perairan yang
jernih, di sungai atau danau. Planaria lebih senang tinggal di tempat yang agak gelap.
Biasanya tinggal dibalik batu atau tinggal dibawah daun yang terendam di dalam air. Untuk
mencari hewan tadi sebaiknya di daerah pegunungan, misalnya di sungai kecil atau parit yang
airnya jernih dan belum terpopulasi.
Makanan dari planaria berupa hewan-hewan air, di laboratorium dapat diberi makan daging.
Dapat pula diberi makan potongan-potongan cacing tanah. Setelah selesai makan sisa daging
harus segera dibuang, agar tidak membusuk di dalam air dan dapat menyebabkan kematian
planaria. Akan lebih baik lagi bila tiap habis diberi makan, air biakan diganti dengan air yang
bersih.
B. Koleksi dan Preservasi
Dugesia sp. sangat mudah dikoleksi dengan cara memeriksa permukaan bawah bebatuan
yang terdapat di sepanjang aliran sungai di pegunungan. Keluarkan bebatuan dari dalam air,
maka akan terlihat bebeberapa Dugesia sp. yang menempel di bebatuan. Gunakan pinset
untuk memindahkan hewan ini secara perlahan ke dalam botol yang telah Anda siapkan.
Catat secara in-situ perawakan dari Dugesia sp. sebelum dilakukan fiksasi (bentuk, ukuran,
dan warna tubuh).
Preservasi spesimen Dugesia dapat dilakukan dengan cara membungkus tabung vial
(penyimpanan) dengan filter paper (kertas saring) yang basah. Kemudian masukkan hewan
ini ke dalam tabung vial tersebut dan buang air yang berlebih. Siramkan atau tuangkan
larutan fiksatif (larutan formaldehid 10%) di dalam tabung vial.
C. Cara Kerja dan Pengamatan
a. Ambillah seekor Dugesia indonesiana dengan pipet yang lubangnya besar, masukan ke
dalam cawan petri yang telah diisi air. Sebaiknya air kolam, atau kalau akan dipakai air
keran, harus sudah tidak mengandung morin.
b. Amatilah D. indonesiana, di dalam cawan petri tadi tanpa menggunakan mikroskop.
Bagaimanakah caranya planaria bergerak? Dapatkah dia berenang?
c. Amatilah D. indonesiana dalam cawan petri tadi dengan menggunakan mikroskop.
Struktur apa saja yang dapat terlihat? Bandingkan dengan pengamatan tanpa mikroskop.
d. Gambarkan D. indonesiana dari arah dorsal, sebutkan bagian-bagiannya!
PRAKTIKUM V
NEMATODA
A. Pengantar
Ascaris adalah suatu contoh dari phylum Nematoda. Ascaris lumbricoides parasit
dalam usus manusia, dan cacing yang hampir sama yang parasit dalam usus babi adalah
Ascaris suum. Hewan-hewan ini sangat bagus untuk contoh dalam mempelajari morfologi
dari Nematoda, karena hewan tadi cukup besar dan mudah diperoleh, terutama Ascaris suum.
Hewan tadi dapat diperoleh dari pejagalan. Di kebanyakan kota di Indonesia, biasanya cukup
banyak babi yang dipotong yang terinfeksi Ascaris suum. Kumpulkan cacing tadi dalam
larutan NaCl 0.85% disimpan dalam botol bermulut lebar dan dibawa ke laboratorium.
1. Morfologi
- Tubuh cacing ini ditutup oleh kutikula yang licin, dengan garis-garis melingkar yang
sangat halus. Mulut pada ujung anterior, dikelilingi oleh 3 bibir, satu di bagian dorsal, dan
dua di bagian ventral. Untuk mengamati bibir ini secara lebih jelas, peganglah bagian
anterior cacing tadi, amati dengan mikroskop dari arah depan dengan penyinaran dari atas.
- Pada bagian samping terlihat garis lateral, pada bagian dorsal dan ventral ada garis yang
kurang jelas.
- Hewan Jantan : Anus di dekat ujung posterior, bersatu dengan lubang genital. Pada bagian
ini terdapat sepasang spikula, yaitu alas untuk kopulasi.
- Hewan Betina : Anus terdapat di dekat ujung posterior, sedangkan lubang genital betina
atau vulva terdapat pada bagian ventral, kira-kira sepertiga bagian tubuh dari depan
2. Anatomi
- Potonglah dinding tubuh Ascaris betina sepanjang medio dorsal mulai 1 cm dari depan
sampai bagian belakang. Hati-hati jangan memotong struktur yang seperti benang-benang
putih di bagian dalam. Dalam nampan pembedah yang berisi air, tariklah dinding tubuh ke
kiri dan ke kanan, tusuklah dan pakukan ke alas nampan dengan jarum pentul agar tubuh
cacing tetap terbuka. Pada cacing betina bagian yang terlihat:
- Usus, suatu saluran lebar berdinding tipis, seringkali warnanya agak kehijauan.
- Uterus, sepasang saluran besar mualai dari percabangan vagina dan penuh dengan
telur
- Vagina, sebelah ventral dari usus mulai dari vulva sampai percabangan
- Saluran telur (oviduct), saluran kecil yang merupakan kelanjutan dari uterus
- Ovarium, sepasang benang halus yang sangat panjang, sebagai kelanjutan dari saluran
telur. Batas antara uterus, saluran telur, dan ovarium tidak jelas.
Cara Kerja dan Pengamatan
1. Lakukan pembedahan cacing jantan seperti pada cacing betina, atau jika ada, teman ada
yang sudah membedah cacing jantan, tukarkanlah untuk ganti menggambar.
2. Ambilah seekor Ascaris betina dan seekor Ascaris jantan, tempatkan pada nampan.
3. Amati dan pelajari!
PRAKTIKUM VI
ANNELIDA
A. Pengantar
Sebagai contoh untuk mempelajari morfologi dari Oligochaeta, yaitu salah satu kelas dari
Annelida adalah cacing tanah atau Pheretima. Jika membaca buku-buku Eropa atau Amerika,
contoh yang digunakan adalah Lumbricus. Hewan tersebut tidak ada di Indonesia, dan
sebagai gantinya kita gunakan Pheretima. Penting diperhatikan, ada beberapa perbedaan
antara Pheretima dengan Lumbricus. Di Indonesia ada beberapa spesies salah satunya ialah
Pheretima.
B. Morfologi
Tubuh dari Pheretima terbagi menjadi segmen-segmen. Segmen paling depan disebut
prostomium. Diikuti oleh segmen berikutnya, yang diannggap sebagai segmen pertama. Pada
segmen pertama ini terdapat mulutnya, karena itu disebut juga peristomium. Segmen ke 14,
15 dan 16 membentuk klitelum (clitelum). Pada kulit di bagian klitelium ini terdapat sel-sel
kelenjar yang dapat menghasilkan lendir untuk membentuk sarong kepompong (coccoon)
yang melindungi telur-telurnya. Lubang genital jantan ada sepasang, pada segmen ke 18.
Lubang genital betina pada segmen ke 14.
Tiap segmen dari Pheretima (kecuali prostomium dan peristomium) mempunyai
beberapa setae, semacam rambut keras yang pendek dari kitin. Setae ini tidak terlihat pada
pengamatan biasa, namun dapat ditunjukan dengan beberapa cara. Anus terdapat pada ujung
posterior.
Gambar 5.e. Bentuk-bentuk cangkang dari Bivalvia (A) dan Gastropoda (B)
PRAKTIKUM VII
ARTHROPODA
A. Pengantar
Arthropoda merupakan filum dengan jenis yang terbanyak serta secara fungsional memiliki
keanekaragaman yang tinggi. Anggota dari filum ini menempati hampir di seluruh ekosistem
di bumi, namun jumlah jenis terbanyak ditemukan di ekosistem hutan. Arthropoda
dikelompokkan menjadi 5 subfilum, namun hanya 4 filum saja yang masih ditemukan hingga
saat ini (gambar 7.a). Satu filum lainya, yaitu Trilobita, telah punah sejak dahulu kala. Empat
filum yang masih tersisa selanjutnya dikelompokan menjadi 2 clade, yaitu Chelicerata dan
Mandibulata. Kesamaan dari dua clade ini didasari pada karakter berikut ini: mata majemuk,
1 pasang antena, kerangka luar yang tersusun dari kitin, dan alat gerak yang memiliki ruas.
Sedangkan perbedaan mendasar dari dua clade ini adalah karakter mandibula (asal usul
nama dari clade Mandibulata) yang hanya ditemukan pada Subfilum Myriapoda, Crustacea,
dan Hexapoda. Subfilum Chelicerata tidak ditemukan karakter mandibula, namun pada filum
ini berkembang karakter khusus yang disebut dengan chelicerae yang merupakan alat gerak
terdepan yang termodifikasi sebagai alat untuk makan (gambar 7.b).
Gambar 8.a. morfologi dari bintang laut, a) permukaan aboral, b) permukaan oral (kredit:
Adams & Crawley, 2013)
Gambar 8.b. morfologi dari bintang ular
(kredit: https://cronodon.com/BioTech/Ophiuroids.html)
B. Metode pengamatan
1. Koleksi jenis yang masuk dalam Filum Porifera, Cnidaria, Molusca, dan
Echinodermata serta beberapa jenis dari Arthropoda (Kepiting dan Komang) dan
Annelida (Sedentaria: cacing pohon natal) dikoleksi secara bebas dengan cara:
a. Berjalan menelusuri zona pasang surut pantai pada saat dalam kondisi surut
terendah.
b. Temukan genangan air di zona pasang surut dan temukan keberadaan jenis-jenis
avertebrata tersebut.
c. Amati secara langsung setiap jenis yang ditemukan dan catat karakter-karakter
menarik yang Anda temukan.
d. Kemudian buat dokumentasi jenis tersebut dengan menggunakan kamera.
Beberapa jenis ditemukan di area tergenang air, sehingga membutuhkan kamera
yang kedap air untuk dapat mendapatkan hasil gambar yang jelas dan beresolusi
tinggi.
CATATAN: beberapa jenis hewan yang spesialis perairan dalam (tergenang) perlu
dilakukan pengamatan dengan cara mengamati di perairan dalam. Gunakan bantuan
snorkle untuk mengamati jenis-jenis tersebut pada kedalaman 1 – 5 meter. Dilakukan
hanya oleh mahasiswa yang mahir berenang, cukup pengalaman, dan dalam
pengawasan asisten.
2. Koleksi Annelida (Polychaeta)
a. Siapkan 1 kantong plastik ampas kelapa (hasil parutan kelapa) atau daun petai
cina yang telah diremas.
b. Temukan lubang persembunyian Polychaeta dengan cara berjalan mengekplorasi
zona pasang surut. Lubang Polychaetea umumnya berukuran kurang dari 1 cm
(lebih kecil dari lubang kepiting).
c. Taburkan ampas kelapa atau petai cina di sekitar lubang Polychaeta.
d. Tunggu beberapa menit sampai Polychaeta keluar untuk memakan umpan yang
diberikan. Ketika kira-kira sudah ¼ bagian tubuhnya keluar, makan tarik
perlahan cacing tersebut.
e. Simpan di pastik atau botol koleksi untuk diamati lebih lanjut
3. Koleksi Arthropoda (Hexapoda): koleksi Arthropoda (terutama Hexapoda) dapat
dilakukan dengan melakukan tangkapan langsung atau menggunakan perangkap.
Beberapa metode pengoleksian yang bisa Anda lakukan diantaranya:
a. Ditangkap secara langsung. Metode ini hanya dapat dilakukan pada jenis
hexapoda yang tidak berbahaya, beracun, dan menyengat. Serangga yang
berukuran besar dan bergerak lambat seperti kumbang dapat dikoleksi dengan
menggunakan metode ini. Pengoleksian dapat dilakukan dengan mengecek
habitat spesifik hidup serangga, seperti pada permukaan tanah, seresah daun,
batang pohon yang melapuk, di balik dedaunan, serta di bawah batu. Objek yang
ditangkap kemudian dipindahkan dengan hati-hati ke botol sampel untuk
didokumentasikan.
b. Menggunakan jaring serangga (insect net). Serangga dan arthropoda lain yang
ditangkap dengan jaring serangga misalnya capung, kupu-kupu, tawon, lebah,
hingga belalang. Prosedur ini dapat dilakukan dengan mengayunkan secara cepat
objek yang ingin ditangkap. Setelah objek dipastikan berada di dalam jaring,
kunci lah objek dengan posisi insect net seperti Gambar 9.a. Hal ini dilakukan
agar objek yang telah berada di dalam jaring tidak kabur ke luar. Jika objek yang
ditangkap adalah kupu-kupu dan capung, pindahkan objek secara hati-hati (9.b.1
dan 9.b.2.) ke dalam kertas papilot untuk dapat diidentifikasi atau dijadikan
spesimen. Jika objek yang ditangkap adalah tawon, lebah atau belalang,
pindahkan objek secara hati-hati ke botol sampel.
(1) (2)
Gambar 9.c. Pengoleksian sampel serangga dengan menggunakan (1) beating
tray dan (2) alternatif pengganti beating tray
D. Preservasi Spesimen
1. Preservasi spesimen laut
Preservasi kering diterapkan untuk spesimen yang berasal dari filum Porifera,
Cnidaria, Molusca, Crustaceae dan Echinodermata. Preservasi dilakukan dengan
prosedur berikut ini:
a. Spesimen hidup yang diperoleh dari laut sebaiknya direlaksasikan dengan cara
merendam spesimen tersebut dalam campuran larutan air laut dan magnesium
chloride dengan konsentrasi rendah selama beberapa jam (2 – 4 jam).
b. Spesimen dipindahkan ke wadah lain yang berisi alkohol dengan konsentrasi 70 –
96%, rendam sampai kurang lebih 1 jam.
c. Keluarkan spesimen dari wadah untuk dikeringkan dengan sinar matahari.
CATATAN: untuk kelompok Polychaeta dan Sipuncula, spesimen langsung direndam
dalam larutan alkohol 70 – 96% dan dibuat preservasi basah. Tidak perlu melakukan
prosedur relaksasi.
2. Preservasi serangga
a. Preservasi spesimen sementara
Penyimpanan sementara serangga dilakukan berdasarkan ukuran serangga tersebut.
Untuk serangga penerbang aktif seperti kupu-kupu dan capung harus disimpan
dalam kertas khusus berbentuk segitiga yang disebut kertas papilot (Gambar 9.f.).
Kertas papilot dapat dibuat dengan menggunakan wax paper atau pun kertas bekas.
Spesimen di dalam kertas papilot kemudian disimpan dalam wadah plastik agar
tidak tertindih satu sama lainnya.
c. Penyimpanan di Laboratorium
Pengawetan spesimen sangat penting dilakukan untuk melihat karakteristik khusus
pada dalam proses identifikasi. Serangga dapat secara permanen dipreservasi
sebagai spesimen kering, basah atau pada preparat slide (berukuran mikroskopik).
Metode yang digunakan pada preservasi akan tergantung pada struktur dan
karakter khusus spesimen yang akan diamati.
Preservasi kering. Serangga yang dikumpulkan dari lapangan tidak selalu dapat
di-pinning pada hari yang sama. Spesimen yang akan di-pinning sebaiknya dalam
kondisi segar, kering dan tidak kaku. Berikut ini beberapa metode relaksasi yang
dapat digunakan sebelum siap dipreservasi:
1. Ambil spesimen yang diperoleh dari lapangan, kemudian lakukan relaksasi
dengan cara menyimpan spesimen ke dalam wadah tertutup yang telah
diberikan kapas basah yang hangat. Diamkan hingga beberapa saat hingga
tubuh spesimen lentur.
Untuk spesimen yang bertubuh keras seperti kumbang dan tawon, teknik
relaksasi dapat dilakukan dengan merendam spesimen ke dalam air yang
hampir mendidih. Spesimen berukuran kecil akan melunak dalam beberapa
detik, sedangkan spesimen besar membutuhkan waktu lebih lama. Setelah
direndam, kemudian pindahkan spesimen pada tissue kering.
Gambar 9.i. Lokasi penusukan insect pin (warna merah) bergantung pada
ordonya. Untuk Lepidoptera dan Odonata umumnya ditusuk pada bagian
tengah toraks, tetapi untuk beberapa ordo seperti Diptera, Coleoptera,
Hemiptera dan Orthoptera umumnya ditusuk pada sebelah kanan toraks.
Gambar 9.j. Posisi penempatan pin yang benar adalah A dan D; sedangkan
penempatan pin yang salah adalah B, C, E, dan F
3. Pelabelan Spesimen
Semua spesimen, bagaimanapun cara preservasinya harus diberi label secara
permanen, jelas, terbaca dan mudah dipahami. Spesimen yang baik menjadi tidak
bernilai ilmiah jika tidak memiliki label. Semua informasi yang berkaitan dengan
spesimen harus dicatat pada label dan melekat pada spesimen. Spesimen yang masih
dalam proses harus diberi label sementara, sehingga data-data terkait spesimen tidak
hilang. Label spesimen dibuat dengan kertas berkualitas baik berukuran 18 mm × 8
mm. Keterangan yang dicantumkan pada label minimal berupa informasi mengenai
nama spesies, lokasi (ketinggian dan koordinat jika ada), tanggal koleksi dan nama
kolektor (Gambar 9.m.1). Setiap metode, habitat dan waktu pengumpulan sebaiknya
ditulis dalam label terpisah.
(1) (2)
Gambar 9.m. Pemberian label pada spesimen dalam kondisi (1) kering dan (2) basah
Untuk pelabelan spesimen yang berada dalam botol berisi alkohol, ukuran label tidak
boleh lebih dari 5 cm × 2 cm. Ukuran label ini juga dapat disesuaikan dengan ukuran
botol spesimen. Sebaiknya hanya gunakan satu label yang sudah mencakup semua
informasi. Label tersebut kemudian ditempel pada bagian luar botol seperti pada
Gambar 9.m.2.