Anda di halaman 1dari 53

KELAS BIOLOGI A 2021

LAPORAN PRAKTIKUM
BIODIVERSITAS DAN SISTEMATIKA KRIPTOGAM
MIKROALGA 1

Tema : Mikroalga 1
Tanggal : 16 September 2022
Nama : Fania Dewi Nasihah
NIM : 1308621022

Spesimen 1 : Volvox sp.


Bentuk spesimen : Spesimen basah dari kolam Monas bagian Timur

A. Deskripsi
Volvox sp. ditemukan di bawah mikroskop perbesaran lensa okuler 10x dan lensa
objektif 10x dari Spesimen basah yang diambil dari sampel ketiga, kolam monas bagian
timur. Volvox sp. Merupakan mikroalga yang berbentuk sel bulat dengan interkoneksi sel
yang saling melekat dan terletak di sekitar pinggiran koloni. Volvox sp. Memiliki koloni
anak dan dewasa, ukuran dari koloni dewasa Volvox sp. bisa mencapai 2,5 mm diameter.
Sel anak diperkirakan berjarak sama dengan sel anak lainnya. Setiap sel pada Volvox sp.
memiliki dua flagel yang sama panjang dan memiliki dua vakuola kontraktil di dasar dua
flagela, serta kloroplas berbentuk cangkir dengan pirenoid tunggal untuk menyimpan pati.
Sebagian besar sel berdiameter 4-8 nm, sedangkan koloni biasanya berdiameter 0,5-1,5 mm.
Volvox sp. tersebar luas dan biasa ditemukan di perairan yang tenang seperti air tawar, parit,
danau, kolam, terutama di perairan kaya akan kandungan nitrogen. Volvox sp. berenang
bebas di saat larut malam pada musim panas sedangkan pada musim dingin Volvox sp.
berada di bagian bawah air (Bellinger dan Sigee, 2015; Janse et al, 2006; Palmer, 1962).

B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen

(Sumber : Belingger dan Sigee, 2010)


KELAS BIOLOGI A 2021

2. Ilustrasi Manual

Perbesaran : 100X

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Bangsa: Chlamydomonasdales
Suku : Volvocaeae
Marga : Volvox
Jenis : Volvox sp.
(Sumber Taksonomi : algaebase.org)

Spesimen 2 : Oscillatoria sp.


Bentuk Spesimen : Spesimen basah dari kolam Monas bagian Timur

A. Deskripsi
Oscillatoria sp. ditemukan di bawah mikroskop perbesaran lensa okuler 10x dan
lensa objektif 40x dari spesimen basah yang diambil dari sampel ketiga, kolam monas
bagian timur. Oscillatoria sp. merupakan mikroalga yang memiliki trikoma berbentuk
silinder lurus maupun bergelombang dan memiliki vakuola gas. Oscillatoria sp. biasanya
ditemukan tunggal maupun berkelompok. Oscillatoria sp. dapat bergerak meluncur dan
melambai pelan (osilasi). Warna Oscillatoria sp. yang diamati berwarna hijau, tetapi
Oscillatoria sp. dapat dijumpai dengan warna lain seperti biru-hijau, kemerahan maupun
kecoklatan. Sel Oscillatoria sp. bisa lebih pendek maupun lebih panjang dari lebarnya.
Beberapa spesies menunjukkan penyempitan pada dindingnya, tetapi tepi trikoma biasanya
membentuk garis paralel yang tidak terputus. Terkadang ujung trikoma sedikit meruncing,
mungkin juga bulat, kaliptra dan seringkali bagian ujungnya berbeda dengan bentuk tubuh
sebelumnya. Diameter trikoma biasanya bervariasi yaitu 8-30 nm atau lebih. Oscillatoria
sp. tersebar luas dan sering ditemukan di berbagai kondisi seperti di air tawar, di laut dan di
sumber mata air panas. Ketika di permukaan air, Oscillatoria sp. mengambang bebas atau
menempel dengan alga berfilamen. Sedangkan ketika di dasar air, Oscillatoria sp. akan
membentuk filamen padat dan berlendir (Bellinger dan Sigee, 2015; Janse et al, 2006).
KELAS BIOLOGI A 2021

B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen

(Sumber : keenawalgae.mtu.edu)

2. Ilustrasi Manual

Perbesaran : 400X

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Cyanobacteria
Kelas : Cyanophyceae
Bangsa : Oscillatoriales
Suku : Oscillatoriaceae
Marga : Oscillatoria
Jenis : Oscillatoria sp.
(Sumber Taksonomi : algaebase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 3 : Oedogonium sp.


Bentuk Spesimen : Spesimen basah dari kolam Monas bagian Timur

A. Deskripsi
Oedogonium sp. ditemukan di bawah mikroskop perbesaran lensa okuler 10x dan
lensa objektif 40x dari spesimen basah yang diambil dari sampel ketiga, kolam monas
bagian timur. Oedogonium sp. merupakan mikroalga yang selnya berbentuk silindris, dan
terkadang terlihat seperti mengalami pembengkakan di bagian salah satu selnya. Sel pusat
(sel penutup) pada Oedogonium memiliki residu yang berasal dari dinding sel. Dinding sel
Oedogonium sp. kokoh tetapi tidak terlalu kuat. Oedogonium sp. membentuk filamen yang
tidak bercabang. Beberapa sel di sepanjang filamen akan memiliki garis melintang seperti
cincin di ujung yang membengkak (sel penutup). Filamen Oedogonium sp. sering ditutupi
dengan diatom epifit atau mikroalga lainnya. Sel Oedogonium sp. berbentuk persegi panjang
dan lebih panjang dari lebarnya. Lebar sel Oedogonium sp. sekitar 10–40 nm dan
panjangnya 2–5 kali dari lebarnya. Oedogonium sp. memiliki kloroplas yang berbentuk
parietal dan seperti jaring dengan beberapa pirenoid. Oedogonium sp. seringkali ditemukan
di perairan yang tenang seperti air tawar, di mana mereka dapat membentuk lembaran
berlapis yang padat (Bellinger dan Sigee, 2015; Janse et al, 2006).

B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen 2. Ilustrasi Manual

(Sumber : Bellinger dan Sigee,


2010)
Perbesaran : 400X

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Bangsa : Oedogoniales
Suku : Oedogoniaceae
Marga : Oedogonium
Jenis : Oedogonium sp.
(Sumber Taksonomi : algaebase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 4 : Chlorella sp.


Bentuk Spesimen : Spesimen basah dari kolam Monas bagian Timur

A. Deskripsi
Chlorella sp. ditemukan di bawah mikroskop perbesaran lensa okuler 10x dan lensa
objektif 10x dari spesimen basah yang diambil dari sampel ketiga, kolam monas bagian
timur. Chlorella sp. merupakan mikroalga yang selnya berbentuk bulat, kecil yang
berdiameter kurang dari 10 nm. Chlorella sp. memiliki kloroplas parietal tunggal yang
hampir memenuhi sel dan pirenoid tunggal. Dinding sel umumnya tipis dan halus.
Reproduksi Chlorella sp. adalah aseksual dengan cara 4 atau 8 (jarang 16 atau lebih)
autospora yang terbentuk secara internal melalui pembelahan sel. Chlorella sp. tersebar luas
dan sering ditemukan hidup bebas di air tawar, perairan laut, tanah dan habitat sub-udara
atau mungkin ditemukan sebagai endosimbion dalam sel-sel invertebrata air tawar seperti
Hydra viridis, spons, dan berbagai jenis protozoa (Bellinger dan Sigee, 2015; Janse et al,
2006).

B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen 2. Ilustrasi Manual

(Sumber : algaebase.org)
Perbesaran : 100X

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Trebouxiophyceae
Bangsa : Chlorellales
Suku : Chlorellaceae
Marga : Chlorella
Jenis : Chlorella sp.
(Sumber Taksonomi : algaebase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 5 : Sphaerocystis schroeteri


Bentuk Spesimen : Spesimen basah dari kolam Monas bagian Timur

A. Deskripsi
Sphaerocystis schroeteri ditemukan di bawah mikroskop perbesaran lensa okuler
10x dan lensa objektif 40x dari spesimen basah yang diambil dari sampel ketiga, kolam
monas bagian timur. Sphaerocystis schroeteri merupakan mikroalga yang membentuk
koloni bulat yang tidak berflagel dan mengambang bebas dengan sel-sel yang tertanam
dalam lendir tanpa struktur. Ukuran lebar selnya yaitu sekitar 7–20 nm. Setiap sel hampir
diisi dengan satu kloroplas dan memiliki sedikit pirenoid. Dinding sel Sphaerocystis
schroeteri sulit dilihat karena larut dalam koloni. Reproduksi Sphaerocystis schroeteri yaitu
dengan melakukan pembelahan sel induk untuk membentuk 8-16 sel anak yang membentuk
mikrokoloni dengan karakteristik seperti koloni induk. Sphaerocystis schroeteri sering
ditemukan di danau maupun perairan yang tenang (Bellinger dan Sigee, 2015; Janse et al,
2006).

B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen 2. Ilustrasi Manual

(Sumber : algalwbofc.github.io)

Perbesaran : 400X
C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Bangsa : Chlamydomonadales
Suku : Sphaerocystidaceae
Marga : Sphaerocystis
Jenis : Sphaerocystis schroeteri
(Sumber Taksonomi : algaebase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 6 : Eudorina sp.


Bentuk Spesimen : Spesimen basah dari kolam Monas bagian Timur

A. Deskripsi
Eudorina sp. ditemukan di bawah mikroskop perbesaran lensa okuler 10x dan lensa
objektif 40x dari spesimen basah yang diambil dari sampel ketiga, kolam monas bagian
timur. Eudorina sp. merupakan mikroalga yang membentuk sebuah koloni bulat dan elips
yang selnya kira-kira berukuran sama, yang dalam satu koloni terdapat 16-32 bahkan 64 sel
dalam satu lapisan yang saling berjarak menjauhi zona bening di tengah apabila telah
dewasa dan saling berdekatan jika belum dewasa. Eudorina sp. memiliki kloroplas berwarna
hijau berbentuk seperti cangkir dengan satu atau lebih pirenoid. Produk penyimpanannya
adalah pati. Setiap sel memiliki dua flagel yang sama panjang yang semuanya menunjuk ke
arah dari tepi koloni. Sel Eudorina sp. berdiameter 5-15 nm dan koloni berukuran 60-200
nm. Eudorina sp. tersebar luas di air tawar dan sering ditemukan di danau, kolam dan
genangan air, parit dan sungai berarus lambat. Koloni juga sering ditemukan di tanah liat
atau tanah berkapur (Bellinger dan Sigee, 2015; Janse et al, 2006).

B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen 2. Ilustrasi Manual

(Sumber : eol.org)
Perbesaran : 400X
C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Bangsa : Chlamydomonadales
Suku : Volvocaceae
Marga : Eudorina
Jenis : Eudorina sp.
(Sumber Taksonomi : algaebase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 7 : Melosira varians


Bentuk Spesimen : Spesimen basah dari kolam Monas bagian Barat

A. Deskripsi
Melosira varians ditemukan di bawah mikroskop perbesaran lensa okuler 10x dan
lensa objektif 40x dari spesimen basah yang diambil di kolam monas bagian barat. Melosira
varians merupakan mikroalga yang membentuk filamen, selnya berbentuk persegi panjang
yang samar-samar saling terhubung berpasangan dan umumnya sedikit lebih panjang dari
lebar. Permukaan katup Melosira varians mengandung banyak pori-pori kecil. Melosira
varians memiliki dinding sel yang cukup tebal dan kloroplas berbentuk cakram atau pelat
kecil dan ada yang berwarna hijau, coklat keemasan sampai coklat tua. Dalam pengamatan,
ditemukan Melosira varians dengan kloroplas berwarna hijau terang. Diameter selnya
sekitar 8-40 nm. Melosira varians sering ditemukan di perairan dangkal yang tenang,
terutama jika segar dan payau perairan eutrofik yang dangkal (Bellinger dan Sigee, 2015;
Janse et al, 2006).

B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen 2. Ilustrasi Manual

(Sumber : Bellinger dan Sigee,


2010) Perbesaran : 400X

C. Taksonomi
Kerajaan : Chromista
Divisi : Bacillariophyta
Kelas : Coscinodiscopyceae
Bangsa : Melosirales
Suku : Melosiraceae
Marga : Melosira
Jenis : Melosira varians
(Sumber Taksonomi : algaebase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

LAPORAN PRAKTIKUM
BIODIVERSITAS DAN SISTEMATIKA KRIPTOGAM
MIKROALGA 2

Tema : Mikroalga 2
Tanggal : 23 September 2022
Nama : Inayati Najiha Puteri
NIM : 1308621006

Spesimen 1 : Navicula sp.


Bentuk spesimen : Spesimen segar dari kolam gedung FMIPA

A. Deskripsi
Navicula sp. merupakan organisme uniseluler yang termasuk ke dalam filum
Bacillariophyta atau diatom. Navicula sp. hidup soliter serta memiliki bentuk lonjong dan
menguncup di Kedua ujungnya. la memiliki ukuran sel dengan lebar 4 - 12 μm dan panjang
6 - 42 μm. Dinding sel Navicula sp. bagian sebelahnya tidak memiliki sekat dan memiliki
sentral nodul serta polar nodul. Bentuk thallus dari depan seperti perahu, sedangkan dari
samping seperti kotak (hipoteka) dengan bagian tutup (epiteka). Pigmen yang dimiliki
adalah klorofil, karotenoid, dan xantofil (Vuuren et al., 2006). Adapun reproduksi
vegetatifnya dengan membelah diri dan Konjugasi (Syaifuddin et al., 2020). Habitatnya
adalah perairan tawar dan laut.

B. llustrasi

(sumber: www.algaebase.org)
C. Taksonomi
Kerajaan : Chromista
Divisi : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Bangsa : Naviculales
Suku : Naviculaceae
Marga : Navicula
Jenis : Navicula sp. (Sumber: www.algabase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 2 : Cylindrospermopsis raciborskii


Bentuk spesimen : Spesimen segar dari Kolam ikan

A. Deskripsi
Cylindrospermopsis raciborskii merupakan organisme uniseluler yang masuk
kedalam filum Cyanobacteria. C. raciborski memiliki trikoma, bersifat soliter, dengan
bentuk lurus, sedikit melengkung, atau spiral melingkar . Ukuran selnya sekitar 2 - 9 μm.
Ujung selnya dapat berbentuk Kerucut, tumpul atau tajam, serta selnya berbentuk tong
dengan warna hijau-biru pucat. C. raciborskii memiliki sel heterosit (sel pengikat nitrogen)
memanjang dan meruncing ke titik yang menyempit atau berbentuk Kerucut bulat. Adapun
akinetes Berbentuk elips hingga silindris dan membulat di ujungnya. Habitat dari C.
raborskii adalan sungai, danau. dan Perairan yang memiliki kadar fosfor tinggi (Shafik,
2003; Vuuren, 2006).

B. llustrasi

C. Taksonomi
Kerajaan : Eubacteria
Divisi : Cyanobacteria
Kelas : Cyanophyceae
Bangsa : Nostocales
Suku : Aphanizomenoceae
Marga : Cylindrospermopsis
Jenis : Cylindrospermopsis raciborskii
(sumber: www.algabase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 3 : Scenedesmus sp.


Bentuk spesimen : Spesimen segar dari Kolam lele

A. Deskripsi
Scenedesmus sp. merupakan organisme uniseluler yang termasuk ke dalam filum
Chlorophyta. la merupakan mikroalga kosmopolit yang hidup di perairan tawar dan air
payau. Sifatnya non motil, Serta hidup berkoloni di antara satu dengan lain membentuk
semacam rantai Pengikat. Ciri khas koloninya adalah bentuk sel pipih elips sampai panjang
yang tersusun paralel. Tipe Koloni yang terbentuk disebut coenobium yang tersusun atas
4,8,16, dan 32 sel tiap barisnya (Britanica, 2018). lebar koloninya sekitar 12 -14 μm dan
panjangnya 15 - 20 μm. Beberapa spesies memiliki duri atau tanduk (Irianto, 2011).

B. Ilustrasi

(Nikishin et al., 2021)

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Bangsa : Sphaeropleales
Suku : Scenedesmaceae
Marga : Scenedesmus
Jenis : Scenedesmus sp.
(sumber: www.algabase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 4 : Cyclotella meneghiniana


Bentuk spesimen : Spesimen segar di Kolam lele

A. Deskripsi
Cyclotella meneghiniana merupakan organisme uniseluler yang termasuk ke dalam
filum Bacillariophyta atau diatom. Organisme ini berbentuk cakram yang dapat dibedakan
oleh pola katupnya. Bagian tengah katup polos, dan mungkin juga memiliki tonjolan.
Ukuran organisme ini sekitar 5 - 30 μm diameter lingkaran (vuuren et al, 2006). Menurut
Sulastri (2018), C. meneghiniana termasuk centric diatom yang memiliki valve berbentuk
radial dengan Jari - jari Simetris. Masing - masing jenis memiliki struktur yang sesuai
dengan lingkungannya. C. meneghiniana membentuk Koloni, sel berikatan satu sama lain
agar dapat melayang di Perairan. Adapun bentuk sel duri C. meneghiniana adalah persegi
panjang serta mengandung kloroplas diskold.

B. Ilustrasi

(sumber: www. bccm.belspo.be)

C. Taksonomi
Kerajaan : Chromista
Divisi : Bacillariophyta
Kelas : Mediophyceae
Bangsa : Stephanodiscales
Suku : Stephanodisceae
Marga : Cyclotella
Jenis : Cyclotella meneghiniana
(sumber: www.algabase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 5 : Pediastrum duplex


Bentuk spesimen : Spesimen segar di Kolam lele

A. Deskripsi
Pediastrum duplex merupakan organisme uniseluler yang termasuk dalam filum
Chlorophyta. Organisme ini berbentuk seperti bintang, melingkar, mendatar dan berkoloni
(Gaur et al., 2021). Ukuran dari koloni nya berkisar 200 μm dan selnya sekitar 8 -32 μm
diameter. Pada koloni, terdiri atas 4-64 individu sel. Sel-selnya cenderung tersusun dalam
cincin konsentris dalam pola seperti bintang. Sel-sel interior biasanya polihedral, sedangkan
sel perifer serupa dengan 1,2, atau 4 lobus dengan proyeksi seperti tanduk. Sel-selnya
mengandung kloroplas parietal dalam satu pirenoid. Dinding selnya halus, retikulat halus,
atau sangat berbutir, berkerut, atau berlekuk. Adapun habitat dari Pediastrum duplex adalah
perairan tawar seperti danau, sungai, rawa-rawa, dan kolam (Vuuren et al., 2006 ; Sulastri,
2018).

B. Ilustrasi

(sumber: www.algaebase.org)

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Bangsa : Sphaeropleales
Suku : Hydrodictyaceae
Marga : Pediastrum
Jenis : Pediastrum duplex
(sumber: www.algabase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

LAPORAN PRAKTIKUM
BIODIVERSITAS DAN SISTEMATIKA KRIPTOGAM
SPESIMEN MAKROALGA HERBARIUM

Tema : Spesimen makroalga herbarium


Tanggal : 30 September 2022
Nama : Laila Ramanda
NIM : 1308621007

Spesimen 1 : Sargassum sp.


Bentuk spesimen : spesimen segar dikoleksi dari Pulau Bira Besar 26-11-2016.

A. Deskripsi
Praktikum spesimen makroalga herbarium dilakukan menggunakan spesimen
makroalga yang ada di laboratorium SPT. Spesimen yang didapat adalah berupa makroalga
Sargassum sp. yang dikoleksi dari Pulau Bira Besar pada tanggal 26 November 2016.
Praktikum dilakukan dengan cara mengamati bagian-bagian makroalga, tipe percabangan
makroalga, bentuk thallus, tipe holdfast, jenis pigmen, serta dilakukan pengukuran terhadap
spesimen menggunakan meteran.
Sargassum sp. adalah makroalga yang tergolong ke dalam filum Phaeophyta (alga
cokelat). Spesies ini memiliki struktur tubuh yang terbagi ke dalam 4 struktur yaitu pertama
terdapat holdfast yang berfungsi sebagai struktur basal dan menjangkar spesimen pada
substrat. Kemudian, terdapat struktur stipe atau batang semu, lalu terdapat struktur blade
yang berbentuk seperti daun bergerigi. Pada tiap-tiap stipe juga terdapat gelembung udara
berbentuk bulat yang direbut "air bladder". Air bladder berperan untuk menopang stipe
supaya tetap terapung ke permukaan air. Dengan demikian, Sargassum sp. bisa menerima
cahaya matahari (Japa & Muhammad, 2015).
Sargassum sp. tumbuh berumpun dan rimbun dengan banyak untaian cabang seperti
pohon. Bentuk thallusnya adalah gepeng dengan panjang thallus utama bisa mencapai 1-3
m. Pada thallus terdapat batang utama silindris agak kasar, terdapat cabang blade mirip daun
dan memiliki banyak air bladder (Japa & Muhammad, 2015). Holdfast sebagai bagian untuk
melekat berbentuk cakram berupa discoid rhinoid yang memiliki axis ke segala arah,
fungsinya adalah untuk merekatkan thallus pada substrat (Widyartini et al., 2012). Pigmen
utama pada Sargassum sp. adalah fukosantin (coklat), dan juga terdapat pigmen lainnya
seperti klorofil a, klorofil b, B-karoten, xantofil, violasantin, flavosantin, serta neosantin A
dan B (Merdekawati, 2018).

Setelah dilakukan pengukuran pada spesimen didapatkan hasil sebagai berikut:


Panjang Thallus= 31cm
Panjang holdfast = 3 cm
Panjang blade= 1-2cm
Panjang keseluruhan = 34 cm
KELAS BIOLOGI A 2021

B. Ilustrasi

(Sumber: Sabaani, et.al., 2019)

C. Taksonomi
Kerajaan : Chromista
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassaceae
Marga : Sargassum
Jenis : Sargassum sp.
(sumber: www.itis.gov)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 2 : Halimeda macroloba


Bentuk spesimen : Spesimen makroalga herbarium

A. Deskripsi
Halimeda macroloba memiliki struktur tubuh dengan adanya blade yang sangat
kaku berbentuk seperti gada, memiliki ukuran lebar blade sekitar 1,3-2.6 cm serta tinggi 1,5-
3.1 cm. Memiliki holdfast seperti umbi yang memanjang (bulbous) Sekitar 1,1-3.2 cm
(Kader & Gerung, 2020). Memiliki struktur stipe kecil yang berada di dekat holdfast.
Terdapat juga sedikit air bladder pada node blade (Linda etal., 2002). Tipe percabangan
yang dimiliki adalah dikotomus atau bercabang 2 terus menerus. Jumlah percabangan bisa
mencapai 3-4 dan tersusun secara tumpang tindih (Kader & Gerung, 2020; Linda et al,
2002). Bentuk thallus adalah tegak, tingginya bisa mencapai 11,6-25,3 cm Thallus berwarna
hijau dalam keadaan segar dan saat kering berubah menjadi kuning. Thallus mengandung
banyak zat kapur dan bersifat keras. Segmen blade berbentuk seperti kipas dengan lebar
hingga 21 mm panjang 15 mm dan bergelombang di bagian pingirnya. Diantara basal
segmen blade terdapat bantalan sebagai tempat tumbuhnya (Awaliah, 2017, Sinyo &
Somadoyo, 2013). Tipe holdfast yang dimiliki adalah bentuk kerucut seperti ubi dengan
diameter mencapai 10 mm dan panjang 20 mm, holdfast ini seperti bonggol yang mengikat
pasir atau lumpur (Awaliah, 2017). Makroalga ini mengandung pigmen Klorofil a dan b
sehingga berwarna hijau. Habitatnya adalah di substrat berbatu, karang berpasir dan
bercampur lumpur (Silinyo & Somadoyo. 2013). Berdasarkan hasil pengukuran tercatat
bahwa spesimen makroalga herbarium yang digunakan memiliki ukuran:
Panjang thallus = 13 cm Panjang holdfast = 5 cm
Lebar keseluruhan= 11,5cm Panjang blade = 2 cm
B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen

(Sumber: algaebase.org)
C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Ulvophyceae
Bangsa : Bryopsidales
Suku : Halimedaceae
Marga : Halimeda
Jenis : Halimeda macroloba (sumber: www.algaebase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 3 : Caulerpa sp.


Bentuk spesimen : Spesimen makroalga herbarium

A. Deskripsi
Caulerpa sp. merupakan salah satu jenis alga hijau mempunyai thallus dengan
banyak cabang tegak yang tingginya sekitar 2,5 - 6 cm. Batang/stipe pokok berukuran antara
16-22 cm. Terdapat bulatan blade seperti anggur pada setiap cabang. Thallus memiliki
stolon. Holdfastnya relatif besar dan meruncing seperti paku (Yudasmara, 2014). Caulerpa
sp. memiliki tipe percabangan pectinate atau percabangan yang hanya terjadi pada satu sisi
saja. Holdfast nya adalah tipe yang menyamping menyerupai batang. Blade pada spesies ini
memiliki ukuran panjang 0,5 cm dan lebarnya 0,5 cm, panjang holdfast adalah sekitar 5 cm
(Syamsurijal, 2015). Habitat Caulerpa sp. biasanya ditemukan di substrat karang atau
bebatuan. Adapun pigmen yang dimiliki yaitu berupa klorofil a, b. B karoten dan caulerpin
(Syamsurijal, 2015).
B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Ulvophyceae
Bangsa : Bryopsidales
Suku : Caulerpaceae
Marga : Caulerpa
Jenis : Caulerpa sp.
(Sumber: www.algaebase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Specimen 4 : Turbinaria sp.


Bentuk spesimen : Spesimen makroalga herbarium

A. Deskripsi
Turbinaria sp. adalah kelompok alga cokelat makrobentik. Pigmen fukosantin
memberikan warna gradasi cokelat Struktur thallusnya terdiri dari 3 bagian yaitu blade,
holdfast, dan stipe. Bentuk thallusnya seperti peracabangan daun (Kumalasari et al., 2013).
Thallus pada Turbinaria sp. berwarna cokelat kekuningan sampai cokelat tua. Panjang
thallus adalah sekitar 5-7 cm. Blade yang dimiliki tebal seperti corong dengan bagian tengah
blade yang melengkung ke dalam sedangkan bagian ujung blade membentuk bibir keluar.
Bagian tepi dari blade tidak melengkung melainkan bergerigi. Stipenya berupa cabang
cabang yang bergabung dengan blade. Tipe percabangannya disebut simpodial (Kumalasari
et al., 2010). Holdfast yang dimiliki berbentuk cakram dan menyerupai akar uniseluler.
Struktur ini dapat berfungsi untuk melekat kuat dengan habitat yang berbatu, ataupun dalam
keadaan perairan yang berarus (Kumalasari et al., 2018). Pigmen yang dimiliki antara lain
adalah fikosantin, karotenoid, dan xantofil. Setelah dilakukan pengukuran pada spesimen
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tinggi thallus : 17 cm Panjang blade : 0.9 cm
Tinggi holdfast : 2 cm Tinggi keseluruhan = 19 cm

B. Ilustrasi Gambar
1. Gambar Spesimen 2. Ilustrasi manual

C. Taksonomi
Kerajaan : Chromista
Divisi : Ochrophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassaceae
Marga : Turbinaria
Jenis : Turbinaria sp. (Sumber: www.algaebase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 5 : Padina sp.


Bentuk spesimen : Specimen makroalga herbarium

A. Deskripsi
Padina sp. merupakan anggota divisi Phaeophyta memiliki tubuh yang disebut
thallus. Strukturnya meliputi bagian mirip akar (holdfast), mirip batang (stipe) dan lembaran
mirip daun yang mengapung sedikit ke permukaan air (air bladder) (Zulfia et al., 2015).
Padina sp. memiliki thallus yang berbentuk lembaran tumpul, bagian atas lobus sedikit
melebar. Holdfast nya berbentuk cakram kecil berserabut. Padina sp. berwarna cokelat
karena banyak mengandung pigmen fotosintetik fukosantin di samping klorofil a Zulfia et
al., 2015). Blade yang menyerupai kipas memiliki garis-garis horizontal yang disebut
sebagai garis kosentris. Di ujung blade terdapat penebalan yang disebut penebalan
gametangia untuk produk gamet, serta melindungi blade supaya tidak sobek akibat zona
pasang surut (Zulfia et al., 2015). Tipe percabangan yang dimiliki adalah dikotomus atau
bercabang dua terus menerus. Tipe holdfastnya adalah rhizoid uniseluler. Setelah dilakukan
pengukuran terhadap spesimen didapatkan hasil sebagai berikut:
Panjang keseluruhan = 13 cm

B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen 2. Ilustrasi manual

C. Taksonomi
Kerajaan : Chromista
Divisi : Ochrophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Dictyotales
Suku : Dictyotaceae
Marga : Padina
Jenis : Padina sp.
(Sumber: www.algaebase.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

LAPORAN PRAKTIKUM
BIODIVERSITAS DAN SISTEMATIKA KRIPTOGAM
LIKEN

Tema : Liken
Tanggal : 7 Oktober 2022
Nama : Laila Ramanda
NIM : 1308621007

Spesimen 1 : Dirinaria applanata


Bentuk spesimen : Spesimen segar dikoleksi dari Monumen Nasional

A. Deskripsi
Spesimen 1 adalah Dirinaria applanata spesimen ini merupakan spesimen segar
yang dikoleksi dari Monumen Nasional pada hari Minggu, tanggal 11 September 2022.
Liken ini ditemukan pada batang pohon Bajakah (Spatholobus littoralis). Liken ini banyak
tumbuh seerti lingkaran lingkaran liken pada tiap batang pohon. Walaupun terlihat seperti
lingkaran. bentuk aslinya merupakan lingkaran tidak sempurna sehingga dapat diukur
panjang dan lebarnya yaitu 5 cm x 4cm Liken ini menempel pada batang pohon dan terdapat
lembaran thallus yang melekuk di sekelilingnya, warna yang terlihat adalah warna hijau
tosca dengan warna agak hijau di tengah dan abu-abu di bagian pinggir. Kami mengambil
sedikit bagian dari liken ini menggunakan tangan dan kemudian menyimpannya ke dalam
amplop spesimen. Tujuannya adalah supaya sperimen bisa diamati lebih lanjut
menggunakan stereomikroskop dan dapat disimpan.
Saat pengamatan menggunakan stereomikroskop di laboratorium. Spesimen liken
ini dapat diamati strukturnya lebih detail yaitu terdapat thallus, rhizines. soredia dan soralia
Thallus pada Dirinaria applanata berbentuk seperti lembaran daun yang mana pada sisi
bagian luar banyak terdapat lobus yaitu thallus yang menyebar dari pusat thallus. Bagian
pusat lobus sangat menempel pada batang pohon sedangkan bagian lobus pinggir relatif
lebih longgar dengan substrat pohon. Pada bagian lobus yang longgar tadi terlihat adanya
struktur mirip akar untuk liken melekat pada substrat yaitu rhizines. Berdasarkan
karakteristik thallusnya maka liken Dirinaria applanata tergolong sebagai liken dengan tipe
thallus Foliose (leaf-like). Selain itu, terlihat juga adanya organ reproduksi aseksual berupa
soredia. Soredia ini merupakan kelompok kecil sel alga yang mengandung photobiont dan
dikelilingi oleh filamen jamur. Soredia sebagai organ reproduksi dapat pecah dan tumbuh
pada tempat yang cocok sehingga menjadi liken baru (Wulandari, 2001). Pada Dirinaria
applanata soredianya seperti tepung (Mulyadi, 2018). Selain soredia juga terdapat soralia
yang menjadi tempat bagi tumpukan soredia dan filamen jamur, letak soralia adalah di atas
permukaan thallus (Wulandari, 2021).
KELAS BIOLOGI A 2021
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 2 : Heterodermia obscurata


Bentuk spesimen : Spesimen lichen Herbarium
A. Deskripsi
Spesimen 2 adalah Heterodermia obscurata. Spesimen ini merupakan spesimen
liken herbarium yang ada di Laboratorium. Liken herbarium ini sudah diawetkan sehingga
sudah sangat kering dan warnanya adalah coklat kekuningan. Bentuk thallus nya terlihat
seperti helaian daun yang memiliki banyak cabang menjari. Jadi, artinya tipe thallus dari
liken ini adalah tipe Foliose (leaf-like) dengan banyak lobus-lobus. Bentuk thallus
cenderung tidak beraturan dan agak menekuk di tiap ujung lobus. Pada bagian bawah thallus
juga terlihat adanya struktur rhizines. Dari spesimen yang diamati terlihat bahwa rhizines
pada liken ini mirip dengan akar serabut dan berwarna hitam. Setelah diamati secara kasat
mata, spesimen juga diamati lebih detail dengan menggunakan stereomikroskop. Disini,
bentuk thallus dan rhizin jauh lebih jelas terlihat. Selain itu juga, terlihat adanya soredia dan
soralia yang bentuknya mirip gumpalan tepung di sisi luar atas setiap lobus. Warna dari
soredia dan soralia dari herbarium ini adalah kuning pucat.
Menurut Supriati & Agustian (2022), dalam keadaan segar, liken ini berwarna hijau.
Selain itu, soredia nya juga berwarna hijau dan terletak pada bagian adaksial thallus
(permukaan atas) lalu, permukaan abaksial (permukaan bawah) dari thallurnya berwarna
putih, dan disini terdapat rhizin bertipe squarrose yang letaknya jarang dan berwarna hitam.
Menurut Moberg (2011), tipe thallus pada Heterodermia obscurata adalah orbicular (tidak
teratur). Lobusnya memancar dengan ukuran panjang sampai 2 mm. Soralia pada lobus
lateral dan terminal jarang menyatu. Jarang ditemukan Apothecia dan Pycnidia yang
menjadi organ reproduksi seksual. Askosporanya bertipe Pachysporaria dengan atau tanpa
sporoblastida.
B. Ilustrasi

(sumber: waysofenlichenment.org)
C. Taksonomi
Kerajaan : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Lecanoromycetes
Bangsa : Caliciales
Suku : Physciaceae
Marga : Heterodermia
Jenis : Heterodermia obscurata (Sumber: www.gbif.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 3 : Flavoparmelia caperata


Bentuk spesimen : Spesimen liken herbarium

A Deskripsi
Spesimen 3 adalah Flavoparmelia capercata. Bentuk spesimen 3 ini adalah
spesimen herbarium dari laboratorium. Jika dilihat secara langsung, bentuk thallus dari
Flavoparmelia caperata mirip daun lebar, memiliki lobus dan bentuknya tidak beraturan.
Pada bagian bawah thallus terlihat adanya rhizines tipis berwarna hitam yang menjadi alat
pelekatan terhadap substrat. Warna spesimen herbarium ini adalah jingga kekuning-
kuningan dan pada beberapa sisi permukaan atas thallus terdapat bercak hitam. Sedangkan
menurut Assyifa et al (2018), dalam keadaan segar warna liken ini adalah kuning pada
kortek atas, dan hijau pucat yang khas. Berdasarkan morfologi yang diamati secara langsung
maka dapat dikatakan bahwa Flavoparmelia caperata adalah liken dengan tipe thallus
foliose.
Selain pengamatan secara kasat mata, spesimen juga diamati struktur lainnya
menggunakan stereomikroskop. Dari hasil pengamatan, ternyata Flavoparmelia caperata
memiliki struktur yang lengkap yaitu adanya thallus, rhizines, isidia dan soredia sebagai
organ reproduksi aseksual, serta terdapat apothecia dan juga pycnidia sebagai organ
reproduksi seksual, kedua jenis alat reproduku ini sama-sama menghasilkan spora yang
nantinya bisa tumbuh menjadi individu liken yang baru.

B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen 2. Gambar Manual

(Sumber: www.ispotnature.org)

C. Taksonomi
Kerajaan : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Lecanoromycetes
Bangsa : Lecanorales
Suku : Parmeliaceae
Marga : Flavoparmelia
Jenis : Flavoparmelia caperata
KELAS BIOLOGI A 2021

(Sumber: gbif.org)
Spesimen 4 : Punctelia borreri
Bentuk spesimen : Spesimen herbarium

A. Deskripsi
Spesimen 4 adalah Punctelia borreri. Bentuk dari spesimen 4 adalah spesimen
herbarium. Jika dilihat morfologinya, liken ini memilih bentuk thallus yang lebar, memiliki
lobus-lobus yang bentuknya tidak bereraturan, Pada sisi bagian bawah liken terdapat
struktur mirip akar yallu rhizin yang berwarna hitam, fungsi rhizin adalah sebagai alat
perlekatan terhadap substrat. Liken yang memiliki rhizin biasanya mudah dilepaskan dari
substrat seperti Punctelia borreri ini sehingga spesimen masih utuh. Berdasarkan deskripsi
tadi maka tipe thallus pada spesimen ini adalah tipe foliose. Dalam keadaan segar liken ini
berwarna abu-abu.
Setelah diamati morfologinya, kemudian Punctelia borreri juga diamati dibawah
stereo mikroskop. Di sini barulah terlihat adanya soredia dan soralia. Soralia pada spesimen
ini berupa titik-titik putih dengan soredia dengan filamen jamur diatasnya, dan juga pada
spesies ini apothecia jarang ditemukan (Muvidha, 2020).

B. Ilustrasi C. Taksonomi
1. Gambar Spesimen Kerajaan : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Lecanoromycetes
Bangsa : Lecanorales
Suku : Parmeliaceae
Marga : Punctelia
Jenis : Punctelia borreri
(Sumber: Muridha, 2020)

(Sumber: waysoflichenment.org)
2. Gambar Manual
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 5 : Diploicia canescens


Bentuk spesimen : Spesimen segar dari monas

A. Deskripsi
Diploicia canescens adalah spesimen ke 5 berupa spesimen segar dan monas.
Bentuknya jika dilihat berupa lumut kerak yang sangat menempel pada substrat dalam hal
ini adalah batang pohon. Warna thallusnya yaitu hijau ke abu-abuan. Thallusnya memiliki
lobus-lobus bercabang kecil. Berdasarkan hasil pengamatan morfologinya maka Diploicia
canescens ini merupakan liken dengan tipe thallus crustose.
Kemudian, spesimen juga diamati dibawah Stereomikroskop disini terlihat lobus -
lobus tadi, menyebar secara radial menjadi lobus marginal. Lalu diatas permukaan thallus
terdapat diskoid pucat kehijauan yang merupakan sorelia. Diploicia canescens ini dapat
tumbuh berkoloni di batu dan pohon (Dalby, 1994).
Selain Soralia yang berisi soredia, permukaan atas thallus juga memiliki apothecia
yang besar seperti kawah/guci berwarna hitam dan terdapat juga pycnidia sebagai organ
reproduksi seksual yang berfungsi untuk menghasilkan spora.
B. Ilustrasi
1. Gambar spesimen

C. Taksonomi
Kerajaan : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Lecanoromycetes
Bangsa : Caliciales
Suku : Caliciaceae
Marga : Diploicia
Jenis : Diploicia canescens
(Sumber: gbif.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

LAPORAN PRAKTIKUM
BIODIVERSITAS DAN SISTEMATIKA KRIPTOGAM
FUNGI

Tema : Fungi
Tanggal : 28 Oktober 2022
Nama : Lala Syafina Jihan
NIM : 1308621003

Spesimen 1 : Neurospora sitophila


Bentuk Spesimen : Spesimen segar dari oncom
A. Deskripsi
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui struktur morfologi dari spesimen fungi
yang diamati yaitu Neurospora sitophila yang merupakan spesimen segar dari oncom yang
diamati melalui mikroskop dengan perbesaran 400x. Setelah dilakukan pengamatan, dapat
diketahui bahwa struktur morfologi dari spesimen Neurospora sitophila diantaranya vesikel,
conidia, phiollides, ascospores, hifa, conidiophore, dan nucleus.
Neurospora sitophila memiliki miselium yang bentuknya bersepta dengan conidia
yang berwarna jingga. Bentuk spora pada Neurospora sitophila berupa filament dengan
guratan seperti akson. Dalam Ardiansyah, et al., (2019) dikatakan bahwa Neurospora
sitophila mampu mengubah lingkungan menjadi berwarna kuning-kemerahan. Memiliki sel
hifa yang berinti banyak (multinucleate) dan miselium yang berpigmen dengan jumlah
pigmen bervariasi tergantung substratnya. Kapang jenis ini dapat menghasilkan karotenoid,
yaitu suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, jingga atau merah jingga. Neurospora
sitophila melakukan perkembangbiakkan secara seksual dengan membentuk askus,
sehingga termasuk dalam golongan ascomycota (Desanto, 2013).
B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen
• Makroskopis 2. Ilustrasi Manual

• Mikroskopis
C. Taksonomi:
Kerajaan : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Bangsa : Sordariales
Suku : Sordariaceae
Marga : Neurospora
Jenis : Neurospora sitophila
(Perbesaran 400x) (Sumber: cabi.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 2 : Agaricus bisporus


Bentuk spesimen : Spesimen segar Agaricus bisporus (jamur kancing)
A. Deskripsi
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui struktur morfologi dari spesimen fungi
yang diamati yaitu Agaricus bisporus atau yang dikenal dengan jamur kancing. Spesimen
fungi Agaricus bisporus ini diamati struktur morfologinya secara makroskopis dan
mikroskopis dengan perbesaran 400x. Setelah dilakukan pengamatan, dapat diketahui
bahwa struktur morfologi dari spesimen Agaricus bisporus diantaranya pileus, gills,
annulus, volva, dan hifa-hifa yang membentuk misellium dimana hifanya terdapat suatu
sekat yang berwarna coklat.
Agaricus bisporus memiliki bentuk yang hampir bulat seperti kancing, berwarna
putih, krem, hingga coklat muda. Struktur morfologinya terdiri atas pileus yang bertipe
convex (mangkok), kemudian pileusnya juga melekuk ke dalam (inrolled). Dibalik pileus,
terdapat lamella yang menjadi tempat dihasilkannya spora. Gills (lamella) pada Agaricus
bisporus berwarna coklat. Jarak antar gills sangat dekat dan rapat sehingga jarak
perlekatannya bertipe crowded yakni jarak antar sisi gills rapat. Adapun bentuk tepi
pileusnya rata. Kelembaban permukaannya bertipe dry sebab apabila diraba permukaan
atasnya terasa kering. Selanjutnya, tipe perlekatan gills dengan stipe yakni sinuate yaitu gills
melekat dan berbentuk takik. Kedudukan stipe Agaricus bisporus bertipe central karena
stipenya berada di tengah-tengan pileus. Bentuk stipenya mendatar (abrupt). Agaricus
bisporus juga memiliki volva dan annulus. Berdasarkan morfologi yang sudah diamati
tersebut, sesuai dengan Aroyandini, et al., (2020) yang menyatakan bahwa Agaricus
bisporus ini memiliki tudung yang hampir serupa dengan kancing. Memiliki perakaran yang
serabut dan juga melekat pada substrat, tangkainya pendek dan terletak di bagian sentral
tudung, serta tubuhnya terdiri dari hifa–hifa yang membentuk miselium. Agaricus bisporus
ini tidak memiliki pigmen fotosintesis, hal ini sesuai dengan pernyataan Aroyandini, et al.,
(2020) bahwa Agaricus bisporus ini tidak memiliki klorofil.
B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen
• Makroskopis
KELAS BIOLOGI A 2021

• Mikroskopis

Perbesaran 400x
Perbesaran 400x
2. Ilustrasi Manual
C. Taksonomi
Kerajaan : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Bangsa : Agariales
Suku : Agariaceae
Marga : Agaricus
Jenis : Agaricus bisporus
(Sumber: darsatop.lecture.ub.ac.id)

Spesimen 3 : Ganoderma sp.


Bentuk Spesimen : Spesimen herbarium dari Cipelang, Pondok Halimun di Jalur
Pendakian pada 15 Oktober 2022
A. Deskripsi
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui struktur morfologi dari spesimen fungi
yang diamati yaitu Ganoderma sp.. Pada pengamatan ini spesimen fungi Ganoderma sp.
merupakan spesimen herbarium dari Cipelang, Pondok Halimun di Jalur Pendakian pada 15
Oktober 2022. Setelah dilakukan pengamatan, dapat diketahui bahwa struktur morfologi
Ganoderma sp. diantaranya stipe dengan panjang 4,5 cm dan pileus dengan diameter 2 cm.
Dari pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa Ganoderma sp. termasuk dalam divisi
Basidiomycota. Memiliki bentuk pileus yang mendatar (plane) dan warna pileusnya adalah
bicolors (memiliki 2 warna yang berbeda), dimana bagian pusat dari pileus berwarna hitam
sedangkan tepi pileus berwarna kecoklatan. Adapun bentuk dari tepi pileus Ganoderma sp.
adalah rata. Berdasarkan kelembabannya, permukaan pileusnya bertipe gelatinous yakni
permukaannya basah seperti lem cair. Adapun kedudukan stipe dari Ganoderma sp. ialaah
lateral dan bentuk stipenya mendatar serta tidak tebal. Pada pengamatan yang dilakukan,
tidak dijumpai adanya gills. Selain itu, pada Ganoderma sp. tidak terdapat annulus dan volva
(Qoryatun, 2019).
KELAS BIOLOGI A 2021

Adapun badan buah Ganoderma sp. memiliki basidiokarp berbentuk seperti kipas,
bergelombang, terdapat lingkaran tahunan. Memiliki tubuh buah yang keras dengan
permukaan yang tidak rata dan bagian pinggirannya sedikit bergelombang. Selain itu,
Ganoderma sp. juga memiliki batang yang kokoh untuk hidup di batang kayu yang keras
dan lembab. Disamping itu, Ganoderma sp. juga merupakan salah satu jenis jamur yang
dapat hidup di tanah serta bersifat parasitic dan saprophytic sebab memiliki dampak yang
berbahaya namun juga bermanfaat. Ganoderma sp. juga mampu menyebabkan terjadinya
busuk akar dan batang sehingga kayu menjadi lapuk (Fitriani, et al., 2017).
B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen
• Makroskopis

• Mikroskopis

(Spora) (Misellium)
(Sumber: Sahari & Endarjanti, 2017)
KELAS BIOLOGI A 2021

2. Ilustrasi Manual C. Taksonomi


Kerajaan : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Bangsa : Polyporales
Suku : Ganodermaceae
Marga : Ganoderma
Jenis : Ganoderma sp.
(Sumber: Susanto, 2011)

Spesimen 4 : Pleurotus ostreatus


Bentuk Spesimen : Spesimen segar yang dikoleksi dari Penggilingan, Jakarta Timur

A. Deskripsi
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui struktur morfologi dari spesimen fungi
yang diamati yaitu Pleurotus ostreatus atau yang lebih dikenal dengan jamur tiram yang
merupakan spesimen segar yang dikoleksi dari Penggilingan, Jakarta Timur. Setelah
dilakukan pengamatan, dapat diketahui bahwa struktur morfologi dari spesimen Pleurotus
ostreatus diantaranya pileus, gills, dan stipe. Pleurotus ostreatus memiliki pileus yang
berbentuk subumbonate atau terdapat tonjolan pada bagian tengah pileus. Adapun warna
pada pileusnya yakni unicolors (hanya memiliki satu warna). Pada sisi pinggir pileus
berbentuk mendatar dengan permukaan terbelah. Kemudian, tipe kelembaban permukaan
pileus Pleurotus ostreatus adalah gelatinous yakni berbentuk seperti jelly. Pleurotus
ostreatus memiliki stipe dengan tipe perlekatan stipenya ialah lateral. Adapun bentuk dari
stipenya adalah mendatar (abrupt). Adapun tipe gills pada Pleurotus ostreatus adalah tipe
sinuate yakni gills melekat pada stipe. Tipe perjarakan antar gills adalah close. Pleurotus
ostreatus tidak memiliki annulus dan volva (Qosyatun, 2019).
Pleurotus ostreatus memiliki sekat atau septa di dalam hifa dimana setiap bagian
hifa yang bersekat merupakan satu sel utuh yang di dalamnya terdapat satu atau beberapa
inti (multinucleus). Bentuk hifa dengan beberapa inti disebut senositik. Hifa pada Pleurotus
ostreatus bercabang-cabang dan berjalinan sehingga membentuk miselium. Adapun
Pleurotus ostreatus dapat bereproduksi secara seksual dengan menghasilkan spora, serta
dapat pula bereproduksi secara aseksual melalui kontak gametangium dan konjugasi.
Kontak gametangium ini akan mengakibatkan terjadinya singami yaitu penyatuan sel dari
dua individu (Nadyah, 2011).
KELAS BIOLOGI A 2021

B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen
● Makroskopis ● Mikroskopis

Perbesaran 400x
2. Ilustrasi Manual
C. Taksonomi
Kerajaan : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Bangsa : Agaricales
Suku : Pleurotaceae
Marga : Pleurotus
Jenis : Pleurotus ostreatus
(Sumber: plantamor.com)

Spesimen 5 : Rhizopus microsporus


Bentuk Spesimen : Spesimen segar yang dikoleksi dari Tangerang Selatan
A. Deskripsi
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui struktur morfologi dari spesimen fungi
yang Rhizopus microsporus yang merupakan jamur pada tempe. Spesimen fungi Rhizopus
microsporus merupakan spesimen segar yang dikoleksi dari Tangerang selatan dan diamati
di bawah mikroskop dengam perbesaran 400x. Setelah dilakukan pengamatan, dapat
diketahui bahwa Rhizopus microsporus terlihat berwarna hitam kecoklatam. Terlihat pula
adanya sporangia berwarna hitam dan besar. Pada ujung sporangia, terlihat adanya
sporangiospora. Diantara sporangia dan sporangiospora terlihat adanya columella.
Sporangia yang terlihat berbentuk agak bulat, sedangkan sporangiospora yang terlihat
memiliki tekstur yang halus. Adapun sporangiospora yang terlihat ada yang tunggal namun
ada pula yang berkelompok dan membentuk percabangan yang menyerupai garpu.
KELAS BIOLOGI A 2021

Dalam Fardiaz (1989) dikatakan bahwa jamur Rhizopus memiliki hifa yang tidak
bersepta, memiliki stolon dan rhizoid yang warnanya gelap apabila sudah tua. Sporangia
umumnya besar dan berwarna hitam. Memiliki columella agak bulat dan apofisis berbentuk
menyerupai cangkir, dapat membentuk hifa negatif yang melakukan penetrasi pada subtrat
dan hifa fertil yang memproduksi sporangia pada ujung sporangiophora. Mampu mengalami
pertumbuhan yang cepat, serta membentuk miselium seperti kapas.
B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen
• Makroskopis • Mikroskopis

Perbesaran 400x

(Sumber: Hartanti, et al.,2019)

2. Ilustrasi Manual
C. Taksonomi
Kerajaan : Fungi
Divisi : Zygomycota
Kelas : Mucoromycetes
Bangsa : Mucorales
Suku : Rhizopodaceae
Marga : Rhizopus
Jenis : Rhizopus microsporus
(Sumber: catalogueoflife.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

LAPORAN PRAKTIKUM
BIODIVERSITAS DAN SISTEMATIKA KRIPTOGAM
LUMUT
Tema : Lumut
Tanggal : 4 November 2022
Nama : Laily Firdatun Najachah
NIM : 1308621004

Spesimen 1 : Pogonatum cirratum


Bentuk spesimen : Herbarium dikoleksi dari Gunung Gede Pangrango
A) Deskripsi
Pogonatum cirratum yang diamati berwarna coklat dikarenakan spesimen awetan
sehingga warna aslinya tidak terlihat, namun berdasarkan sumber literatur yang didapatkan
Pogonatum cirratum berwarna hijau. Lumut jenis ini memiliki rhizoid yang bercabang,
dimana rhizoid ini berfungsi untuk menyerap air dan zat-zat hara. Batang pada lumut ini
dapat dibedakan walaupun sifatnya semu, dimana batang ini berperan sebagai perantara
lewatnya zat-zat yang diperlukan untuk proses fotosintesis. Thallus gametofit juga saat
diamati terlihat tumbuh tegak. Selain itu juga terdapat daun yang panjang dan lebar daun
yang sempit. Daun pada lumut ini berbentuk tegak lurus saat lembab dan bertekstur dry
ketika kondisi kering. Terdapat juga daun basal kecil yang berbentuk seperti sisik dengan
bagian atas daun bergerombol. Lumut ini juga memiliki midrib yang bertipe single dan
tidak ditemukan adanya kapsul. Lumut jenis ini dapat ditemukan di daerah hutan dataran
rendah, hutan pegunungan, dan juga di daerah terbuka dengan substrat tanah serta
bebatuan (Parwati et al, 2019).
B) Ilustrasi
1. Gambar spesimen

2. Sketsa
C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Bryopsida
Bangsa : Polytrichales
Suku : Polytrichaceae
Marga : Pogonatum
Jenis : Pogonatum cirratum
(Sumber : catalogueoflife.org )
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 2 : Sphagnum sp.


Bentuk spesimen : Spesimen segar dikoleksi dari tanah daerah Bekasi

A) Deskripsi
Sphagnum sp. termasuk kedalam jenis tumbuhan lumut daun (musci). Lumut ini
berwarna hijau. Selain itu juga terdapat batang yang bercabang-cabang, dimana cabang yang
muda membentuk roset di ujung dan tumbuh dengan tegak. Sedangkan pada cabang batang
yang berada dibawah pucuk tumbuh cepat sama seperti induk batang sehingga batang
terlihat seperti bercabang menggarpu (Putri, 2019). Daun pada lumut ini berbentuk seperti
jarum, panjang, dan lebar daun yang sempit dengan tepian daun bergerigi. Lumut jenis ini
tidak memiliki seta. Selain itu sporangium pada lumut ini terletak langsung pada ujung
filoid. Filoid itu sendiri merupakan bagian lumut yang menyerupai daun. Terdapat juga
rhizoid pada lumut ini yang menempel pada substrat tanah. Sphagnum sp. dapat ditemukan
di rawa-rawa, karena mayoritas dari lumut ini hidup di daerah tersebut (Sukamto, 2021).

B) Ilustrasi
1. Gambar spesimen

2. Sketsa
C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Sphagnopsida
Bangsa : Sphagnales
Suku : Sphagnaceae
Marga : Sphagnum
Jenis : Sphagnum sp.
( Sumber : catalogueoflife.org )
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 3 : Hypnodendron sp.


Bentuk spesimen : Herbarium yang dikoleksi dari Gunung Gede Pangrango

A) Deskripsi
Hypnodendron sp. termasuk kedalam suku Hypnodendraceae. Lumut ini saat
diamati menyerupai pohon (dendroid). Hypnodendron sp. hidup berumpun, merambat
dengan tunas yang tegak. Selain itu batang utama pada lumut ini merambat dengan batang
sekunder yang tegak. Batang sekunder akan membentuk percabangan dan akan muncul
juga roset pada batang. Percabangan pada batang lumut ini berbentuk memipih. Terdapat
juga rambut yang menggimbal berwarna kemerahan yang membungkus batang bawah,
namun pada percabangan tidak ditemukan rambut menggimbal berwarna merah. Lumut
ini juga memiliki daun yang terletak di batang sekunder dengan tepi yang bergerigi. Daun
tersebut rapat, memiliki susunan complanate, dimorfis (daun ventral berukuran lebih kecil
dari daun lateral), daun lateral menyebar, berbentuk bulat telur, meruncing pendek,
bergerigi tunggal, tulang daun berakhir pada bagian bawah dari ujung daun, bergerigi pada
bagian dorsal. Selain itu daun ventral tersusun tegak dan menekan kearah batang. Terdapat
juga seta yang panjang dan berwarna merah, dan kapsul yang membulat lonjong bergaris.
Lumut ini dapat ditemukan di kayu lapuk pada ketinggian 1900 mdpl (Nadhifah et al,
2018).

B) Ilustrasi
1. Gambar spesimen

2. Sketsa
C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Bryopsida
Bangsa : Bryales
Suku : Hypnodendraceae
Marga : Hypnodendron
Jenis : Hypnodendron sp.
( Sumber : catalogueoflife.org )
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 4 : Leucobryum glaucum


Bentuk spesime : Spesimen segar yang dikoleksi dari rumah Ruby

A) Deskripsi
Leucobryum glaucum termasuk kedalam jenis tumbuhan lumut daun (musci).
Lumut ini berwarna hijau. Lumut ini juga memiliki rhizoid yang menyerupai akar pada
tanaman vaskuler, dimana rhizoid akan menempel pada substrat. Selain itu terdapat
tangkai yang menghubungkan antara batang dan daun dengan kapsul. Batang pada lumut
ini tumbuh merayap seperti stolon dengan banyak rhizoid, namun tidak terdapat daun-
daun. Cabang pada batang dengan daun tersusun spiral menutupi cabang. Selain itu lumut
ini memiliki daun berbentuk narrow (menyempit), pinggir daun datar, tidak terdapat
midrib, dan dasar daun berhenti pada batang (tulang daun). Terdapat juga kapsul berbentuk
bulat dan berwarna merah atau hijau muda dan memiliki kaliptra berbentuk seperti kerucut.
Namun saat pengamatan tidak ditemukan kapsul dan kaliptra pada spesimen yang diamati.
Lumut ini juga memiliki sporofit yang memanjang keatas seperti tiang dan berkormus.
Leucobryum glaucum dapat ditemukan di substrat tembok,dll (Solihat et al, 2021).

B) Ilustrasi
1. Gambar spesimen

2. Sketsa
C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Bryopsida
Bangsa : Dicranales
Suku : Dicranaceae
Marga : Leucobryum
Jenis : Leucobryum glaucum
( Sumber : catalogueoflife.org )
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 5 : Polytrichum sp.


Bentuk spesimen : Herbarium yang dikoleksi dari Gunung Gede Pangrango

A) Deskripsi
Polytrichum sp. termasuk kedalam suku Polytrichaceae. Lumut ini berwarna hijau
kekuningan. Terdapat juga rhizoid yang berperan untuk menyerap air dan zat-zat hara.
Selain itu tangkai lumut ini tegak dan bercabang-cabang. Daun pada lumut ini berbentuk
narrow (menyempit), pinggir daun rolled backwards, midrib (tulang daun) bertipe tunggal,
dan dasar daun atau pangkal daun terus kebawah batang. Lumut ini juga memiliki kapsul
yang berbentuk lurus dengan tonjolan kecil didasar, menggantung, dan permukaan kapsul
yang halus. Terdapat juga pada lumut ini seta yang panjang dan berwarna straw
(kekuningan). Selain itu juga terdapat sporangium yang berbentuk bulat lonjong. Lumut
ini dapat ditemukan ditempat yang lembab dan sedikit basah (Sukamto, 2021).

B) Ilustrasi
1. Gambar spesimen

2. Sketsa
C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Bryopsida
Bangsa : Polytrichales
Suku : Polytrichaceae
Marga : Polytrichum
Jenis : Polytrichum sp.
(Sumber : catalogueoflife.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

LAPORAN PRAKTIKUM
BIODIVERSITAS DAN SISTEMATIKA KRIPTOGAM
PAKU HERBARIUM

Tema : Paku Herbarium


Tanggal : 11 November 2022
Nama : Inayati Najiha Puteri
NIM : 1308621006

Spesimen 1 : Cyathea junghuhniana


Bentuk spesimen : Spesimen herbarium dikoleksi dari Curug Seribu

A. Deskripsi
Pada pengamatan ini dilakukan pengamatan untuk mengetahui morfologi dari
tumbuhan paku. Adapun alat yang digunakan dalam lup dan bahan berupa spesimen
herbarium Cyathea junghuhniana yang dikoleksi dari Curug Seribu. Cyathea junghuhniana
merupakan salah satu jenis tumbuhan paku sejati yang berasal dari bangsa Cyatheales.
Berdasarkan pengamatan, Cyathea junghuhniana memiliki pinna berbentuk linear ovate,
bentuk laminanya 1-Pinnate-pinatifit dengan bentuk percabangan pectinate, pada
permukaan stipe tidak dijumpai sisik ataupun rambut halus. Bentuk basal pinna bertipe
acute, pola venasi menggarpu bebas dengan ujungnya menyentuh margin. Terdapat rachis,
yaitu jarak antara pinna satu dengan yang lain. Terdapat pula sorus dengan posisi di setiap
venasi dengan letak near costa. sorus dengan posisi di setrap venasi dengan letak near costa
atau pe- ricostal. Pada pengamatan ini tidak ditemukan rhizome, tepi pinnule bertipe entire
(tidak bergerigi), bentuk lamina bladenya yaitu 2-pinnate-pinnatifid dengan pinnae
alternate. Terdapat sorus dan indusium berwarna coklat dan pada indusium berbentuk
peltate (round indusium) (sianturi et al, 2020). Cyathea junghuhniana melekat pada substrat
tanah dengan habitat terrestrial. Spesimen ini memiliki panjang frond 42 cm dengan lebar
18 cm dan panjang pinna 10,5 cm.

B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen
KELAS BIOLOGI A 2021

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Bangsa : Cyatheales
Suku : Cyatheaceae
Marga : Cyathea
Jenis : Cyathea junghuhniana
(Sumber: www.gbif.org)

Spesimen 2 : Diplazium subserratum


Bentuk spesimen: Spesimen herbarium dar: Curug Seribu

A. Deskripsi
Pada pengamatan ini dilakukan pengamatan untuk mengetahui morfologi dari
tumbuhan paru. Adapun alat yang digunakan dalam lup dan bahan berupa spesimen
herbarium Diplazium subserratum dikoleksi dari Curug Seribu. Diplazium subserratum
merupakan salah satu jenIs tumbuhan paku sejati yang berasal dari bangsa Polypodiales.
Berdasarkan pengamatan, Diplazium subserratum memiliki lamina bertipe simple lamina
dengan pinna berbentuk linear, marginnya bertipe entire, pola venasinya menggarpu bebas
menyentuh margin. Bentuk apikal pinna acute, sedangkan basalnya attenuate. vascular
bundle tidak ditemukan. Ditemukan sorus berwarna coklat dengan bentuk linear sorus. Pada
stipe tidak dijumpai sisik ataupun rambut-rambut halus (hairless). Dijumpai rhizome yang
bertipe tuffed dengan akar dan stolon (Khosi in, 2019). Diplazium subserratum melekat
pada substrat tanah dengan habitat hutan hujan, terutama di tempat lembab sepanjang air.
Spesimen ini memiliki Panjang frond 30 cm dengan panjang pinna 28 cm dan lebar pinna
2.5 cm.
KELAS BIOLOGI A 2021

B. Ilustrasi
1. Gambar spesimen

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Polypodiopsida
Bangsa : Polypodiales
Suku : Athyriaceae
Marga : Diplazium
Jenis : Diplazium subserratum
(Sumber: www.gbif.org)

Spesimen 3 : Lycopodiella sp.


Bentuk spesimen : Spesimen herbarium dikoleksi dari Curug Seribu.
A. Deskripsi
Pada pengamatan ini dilakukan pengamatan untuk mengetahui morfologi dari
tumbuhan paku. Adapun alat yang digunakan adalah lup dan bahan spesimen herbarium
Lycopodiella sp. dikoleksi dari Curug seribu. Lycopodiella sp. merupakan salah satu jenis
tumbunan paku kawat dari suku Lycopodiaceae. Berdasarkan pengamatan, Lycopodiella sp.
memiliki bentuk lamina I - pinnate, pinnae alternate, permukaannya ditutupi oleh rambut
(pillote). Pada stipe tidak ditemukan sIsik , namun dijumpsi rambut yang uniseluler, dan
bertipe Sharp-tipped (acilcular hair). Batang utama Lycopodiella sp. bercabang, menjalar,
panjang, dan perakaran pada interval. Cabang-cabang aerial tegak, bagian bawan tunggal,
bagian atas bercabang banyak. Menurut (HartinI, 2015 ), Daun steril berwarna hijau pucat
berbentuk melengkung. Daun bagian ujung sangat runcing dan tajam, sedangkan bagian
tepinya bergerigi. Dijumpai rhizome yang berbentuk short Creeping. Lycopodiella sp.
melekat pada substrat tanah dengan habitat hutan atäupun daerah Kering. Panjang frond 25
cm dengan panjang pinna 4,7 cm.
KELAS BIOLOGI A 2021

B. Ilustrasi
1. Gambar spesimen

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Lycopodiopsida
Bangsa : Lycopodiales
Suku : Lycopodiaceae
Marga : Lycopodiella
Jenis : Lycopodiella sp.
(Sumber: www.gbif.org)

Spesimen 4 : Asplenium salignum


Bentuk spesimen : spesimen herbarium dikoleksi dari Curug Seribu
A . Deskripsi
Pada pengamatan ini dilakukan pengamatan untuk mengamati morfologi dari
tumbunan paku. Adapun alat yang digunakan dalam lup dan bahan berupa spesimen
herbarium Asplenium salignum dikoleksi dari Curug seribu. Asplenium salignum
merupakan salah satu jenis paku sejati yang berasal dari Suku Aspleniaceae. Berdasarkan
pengamatan, Asplenium salignum memiliki pinna (daun belahan pertama) bertipe linear.
basal pinnanya bertipe truncute dan apikal pinna Bertipe cunneate. Bentuk lamina bertipe
1-Pinnate, pinnae alternate. Adapun pola venasi yang terdapat pada pinna adalah
menggarpu bebas dengan ujung bulbous. Ditemukan pula sorus berwarna coklat di bawah
sisi helaian daun atau sorus sempit memanjang terletak di samping tulang cabang dengan
indusium asli. Margin Pinna bertipe serrate. Ditemukan pula rambut pada stipe dengan tipe
unicellular sharp-tipped (acilcular hair ), rambut ini merupakan satu sel tunggal yäng
berdiferensiasi. Rambut ini juga menutupi stipe dengan bentuk tormentose. Rhizome tidak
ditemükan saat pengamatan, namun menurut (Jaman et al, 2017) rhizomenya bertipe tufted
dengan akar dan stolon. Asplenium salignum melekat pada substrat tanah dengan habitat
KELAS BIOLOGI A 2021

terestrial. Spesimen ini memiliki panjang frond 32 cm dengan panjang pinna 10 cm dan
lebar Keseluruhan 14,5 cm.
B. Ilustrasi
1. Gambar spesimen

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Bangsa : Polypodiales
Suku : Aspleniaceae
Marga : Asplenium
Jenis : Asplenium salignum
(Sumber: www.gbif.org)

Spesimen 5: Tectaria stenosemioides


Bentuk spesimen : Spesimen herbarium dikoleksi dari Curug Seribu
A. Deskripsi
Pada pengamatan in dilakukan pengamatan untuk mengetahui morfologi dari
tumbuhan paku. Adapun alat yang digunakan adalah lup dan bahan berupa spesimen
herbarium Tectaria Stenosemioides yang dikoleksi dari Cipelang Selabintana. Tectaria
stenosemioides merupakan salah satu jenis tumbuhan paku sejati yang berasal dari suku
Tectariaceae. Berdasarkan pengamatan Tectaria stenosemiodes, memiliki lamina dengan
tipe percabangan pinnatifid. Pinna memiliki tepi yang bergerigi dengan ujung melancip
(lacerate ). Bentuk basal pinna berbentuk truncate, sedangkan apikalnya caudate. Vascular
bundle tidak ditemukan. Pola venasi pada pinna adalah menggarpu bebas, ujung bulbous.
Ditemukan sorus yang berwarna kemerahan dengan tipe indusinte dan bentuk sorus serta
indisium peltate. Tidak ditemukan sisik atau rambut halus pada stipe. Rhizome tidak
ditemukan pada pengamatan, namun menurut (Moran et al, 2014) rhizomenya bertipe short
-creeping. Tectaria stenosemioides melekat pada substrat tanah dengan habitat terestrial.
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen ini memiliki panjang frond 38.5 cm dan lebar 17 cm, adapun panjang pinnanya 7,
1 cm.
B. ilustrasi
1. Gambar spesimen

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Polypodiopsida
Bangsa : Polypodiales
Suku : Tectariaceae
Marga : Tectaria
Jenis : Tectaria stenosemioides
(Sumber: www.catalogueoflife.org)
KELAS BIOLOGI A 2021

LAPORAN PRAKTIKUM
BIODIVERSITAS DAN SISTEMATIKA KRIPTOGAM
PAKU SEGAR

Tema : Paku segar


Tanggal : 18 November 2022
Nama : Siti Nurhana Nabila
NIM : 1308621053

Spesimen 1 : Pteris vittata


Bentuk spesimen : Spesimen segar dikoleksi dari dinding bebatuan di daerah Jakarta Timur
A. Deskripsi
Spesimen ini merupakan spesimen segar yang terdapat di substrat dinding berbatu.
Spesimen ini memiliki pinna yang bertipe linear. Sedangkan lamina pada spesies ini
bertipe pectinate. Spesimen ini berwarna hijau. Terdapat adanya rhizome yang bertipe
short creeping. Rhizome yang terdapat pada spesimen ini memiliki pelindung yang disebut
dengan indumentum dengan tipe rambut yaitu filiform. Sedangkan pada bagian margin
pinna bertipe rata atau entire. Bentuk basal pinna yang terdapat pada spesimen ini yaitu
blauriculate dan bentuk apikal pinna yaitu emarginated. Tipe venasi yang terdapat pada
pinna yaitu menggarpu bebas. Pada spesimen ini terdapat sorus yang terletak pada bagian
tepi (marginal).
Spesimen yang diamati memiliki panjang blade 46 cm dengan lebar 30 cm. Sorus yang
terdapat pada spesimen ini berwarna coklat gelap serta tidak dilindungi indusium. Pada
spesimen ini terlihat adanya beberapa ukel atau daun paku-pakuan yang masih muda dan
menggulung. Spesimen ini dapat hidup di sepanjang pinggir jalan, di hampir semua
substrat berkapur seperti batu tua, trotoar, serta celah bangunan. Selain itu, spesimen ini
dapat hidup pada ekosistem savana, hutan tropis campuran serta pegunungan hingga
ketinggian 1800 mdpl (Ruma, 2002).
B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen

(Perbesaran 10x)
KELAS BIOLOGI A 2021

2. Ilustrasi Manual C. Taksonomi


Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Polypodiopsida
Bangsa : Polypodiales
Suku : Pteridaceae
Marga : Pteris
Jenis : Pteris vittata
(Sumber: www.itis.gov)

Spesimen 2 : Acrostichum aureum


Bentuk spesimen : Spesimen segar dikoleksi dari rawa-rawa Bekasi
A. Deskripsi
Spesimen yang diamati ini memiliki ukuran panjang blade yaitu 38,5 cm dengan
lebar yaitu 40 cm. Panjang lamina yaitu 30 cm dan lebar 4,5 cm, dengan lamina berbentuk
1-pinnate, pinnae opposite. Pada spesimen ini terdapat pinna yang berbentuk linear,
dengan apical forms cuspidate. Tumbuhan paku yang diamati ini memiliki daun yang
berwarna hijau muda, sedangkan pada bagian batangnya berwarna hijau kekuningan. Pola
venasi yang terdapat pada spesimen ini bertipe reticulate veins, forming areoles. Selain itu,
pada spesimen ini terdapat sorus berwarna kecoklatan yang tersebar di seluruh bagian
permukaan bawah daun sehingga pada bagian permukaan bawah terlihat berwarna coklat.
Daun majemuk yang terdapat pada spesimen ini tersusun menyirip tunggal berhadapan.
Tekstur daunnya yaitu tebal dan agak keras. Tumbuhan paku jenis ini dapat tumbuh di
daerah terbuka yang mendapat sinar matahari langsung (Ceri et al, 2014).
B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen 2. Ilustrasi Manual
KELAS BIOLOGI A 2021

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Polypodiopsida
Bangsa : Polypodiales
Suku : Pteridaceae
Marga : Acrostichum
Jenis : Acrostichum aureum
(Sumber taksonomi : www.itis.gov)

Spesimen 3 : Phymatosorus scolopendria


Bentuk spesimen : Spesimen segar dikoleksi dari bebatuan Tangerang Selatan
A. Deskripsi
Spesimen yang diamati ini memiliki daun berwarna hijau dengan batang yang
berwarna kehitaman. Terlihat adanya sorus yang berwarna coklat keemasan. Bentuk lamina
pinnatifid, sedangkan bentuk pinna acicular. Bentuk sori dan indisium yaitu sorus with cup
shaped indisium. Posisi sorus yaitu menyebar secara random (supramedial, medial,
intramedial). Venasinya yaitu reticulate veins, forming areales. Spesimen ini berhabitat
epifit di bebatuan. Sorus bertipe exindusiate. Spesimen ini memiliki ukuran panjang blade
yaitu 45 cm dengan lebar yaitu 25 cm. Pada spesimen ini terdapat rimpang yang berbentuk
bulat ramping dan berwarna hijau. Pada rimpang ini terdapat sisik berwarna coklat tua.
Selain itu, pada spesimen ini terdapat stipe dengan permukaan yang licin. Terdapat lamina
bulat dengan tepi daun berbagi, sedangkan ujung daun dan pangkal agak meruncing. Tulang
daun tidak menonjol, namun dapat terlihat jika daun diarahkan ke cahaya, susunan tulang
daun menyirip. Adaksial daun berwarna hijau tua sedangkan abaksial berwarna hijau muda.
Sori berbentuk bulat dan tersusun dalam 2 garis yang tak teratur pada masing-masing sisi
midrib, sorus sedikit tenggelam dan berwarna kuning oranye (Lindasari, 2015).
B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen

(Perbesaran 40x) (Perbesaran 40x)


KELAS BIOLOGI A 2021

2. Ilustrasi Manual C. Taksonomi


Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Polypodiopsida
Bangsa : Polypodiales
Suku : Polypodiaceae
Marga : Phymatosorus
Jenis : Phymatosorus scolopendria
(Sumber taksonomi : www.itis.gov)

Spesimen 4 : Adiantum capillus-veneris


Bentuk spesimen : Spesimen segar dikoleksi dari Depok

A. Deskripsi
Spesimen yang diamati ini memiliki pinna yang berbentuk trapeziform dan bentuk
lamina yaitu forking, 2-pinnate. Pada bagian batang tidak memiliki rambut. Pinggir daun
bertipe crenate, ujung daun melengkung (emarginate). Bentuk basal daun excavate. Pola
venasi yaitu menggarpu bebas, ujung membentuk kesatuan sebelum menyentuh margin.
Bentuk rhizome tufted, with roots and stolons. Batang spesies ini termodifikasi menjadi
rimpang pendek, mendatar dan bersisik serta memiliki percabangan monopodial. Tangkai
daun melengkung, berwarna hitam, mengkilat dan halus. Spesies ini memiliki tipe daun
majemuk bersirip ganjil, warna daun hijau tua pada bagian atas serta hijau muda pada
permukaan bawah, permukaan daun licin, pangkal daun tumpul, tepi daun rata, dan ujung
daun berlekuk. Tumbuhan ini menyukai daerah yang ternaungi, lembab, dan tidak
menyukai sinar matahari langsung. Di alam, tumbuhan ini dapat tumbuh di dinding kolam,
pagar, sumur, selokan, tepi sungai, serta air terjun. Spesies ini dapat tumbuh di dataran
rendah maupun di dataran tinggi (Nurcahyani, 2021).
KELAS BIOLOGI A 2021

B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen

(Sumber: www.nature-microscope-photo-video.com)

2. Ilustrasi Manual C. Taksonomi


Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Polypodiopsida
Bangsa : Polypodiales
Suku : Pteridaceae
Marga : Adiantum
Jenis : Adiantum capillus-veneris
(Sumber taksonomi : www.itis.gov)
KELAS BIOLOGI A 2021

Spesimen 5 : Diplazium molokaiense


Bentuk spesimen : Spesimen segar dikoleksi dari tembok
A. Deskripsi
Spesimen ini ditemukan di tembok. Pada spesimen ini terdapat lamina yang bertipe
simple dengan pinna berbentuk linear. Veinnya menggarpu bebas menyentuh margin.
Bentuk spora linear sorus. Terdapat rhizome yang bertipe tuffed dengan akar dan stolon.
Bentuk apikal pinna adalah acute, sedangkan basal lamina cunate. Pada bagian stipe tidak
terlihat adanya rambut maupun hairless. Pada spesimen yang diamati ini terdapat adanya
daun yang bertipe imparipinnate, dan sori memanjang pipih (Jaksich et al, 2019).

B. Ilustrasi
1. Gambar Spesimen

(Perbesaran 100x)
2. Ilustrasi Manual

C. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Polypodiopsida
Bangsa : Polypodiales
Suku : Woodsiaceae
Marga : Diplazium
Jenis : Diplazium molokaiense
(Sumber taksonomi : www.itis.gov)
KELAS BIOLOGI A 2021

DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, S.Roy,S. & Yarmin, F. (2020). Assessment or antibacterial potential of different
solvent extract of foliose lichen against human pathogenic bacteria. Journal of
Pharmaceutical Science, 10 (10).
Algabase.org diakses pada 6 Oktober 2022.
Ardiansyah, S. A. et al., (2019). Pemanfaatan Air Kelapa dan Limbah Kecap sebagai Substrat
dalam Produksi Pigmen Karotenoid. JSTFI: Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi
Indonesia, Vol. VIII (1): 35-44.
Aroyandini, E. N. et al., (2020). Keanekeragaman Jamur di Agrowisata Jejamuran sebagai
Sumber Belajar Biologi Berbasis Potensi Lokal. Bioedusiana: Jurnal Pendidikan
Biologi, Vol. 5 (2): 145-159.
Asyifa, 1 Errr. (2018). Kajian Distribusi: Lichenes pada Pohon Angsana di Kawasan
Universitas Sebelas Maret. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Awaliah, R. (2017). Biodiversitas Makroalga di Pantai Puntondo Kecamatan Mangara
BBMC, Belgian Coordinated Collections of Microorganisms. (2017). Cyclotella meneghiniana
Kützing. Diakses pada 28 September 2022 dari hitps:// bocm. belspo bel.
Bellinger, Edward G., & Sigee, David C. (2010). Identification and Use as Bioindicator. Wiley
Blackwell, UK.
Bellinger, Edward G., & Sigee, David C. (2015). Identification, Enumeration and Use as
Bioindicators, Second Edition. Wiley Blackwell, UK.
Britannica, T. Editors of Encyclopaedia. (2018). Scenedesmus. Diakses. pada 28 September
2022 dari https: //www.britanica.com/science/Scenedesmus/.
Carter, C. F. (2008). Pediastrum duplex. Diakses pada 28 September 2022 dari https:
//www.algaebase.org/.
Catalogue of Life. Dalam https ://www. catalogueotlife.org/. diakses Pada 17 November 2022.
Catalogue of Life, “Rhizopus microsporus”, URL: http://catalogueoflife.org, diakses pada 3
November 2022 pukul 23.51 WIB.
Catalogue of Life, dalam https : //www.catalogueoflife.org/ diakses pada 10 November 2022.
Ceri B, Lovadi I, Linda R. (2014). Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan (Pteridophyta) di
Mangrove Muara Sungai Peniti Kecamatan Segedang Kabupaten Pontianak. Jurnal
Protobiont Vol. 3 (2): 240-246.
Dalby DH. (1994) Diploicia canescens Mussal in Shetland Botanical Society of Edinburgh
Transaction, 47 (1), 123-12.
Desanto, D. (2013). Spora Oncom Merah (Neurospora sitophila) & Oncom Hitam (Rhizopus
oligosporus) sebagai Bentuk Dasar Eksplorasi Motif Batik Langgam Indramayu.
Bandung: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung.
Fardiaz S., (1989). Mikrobiologi Pangan. Bogor: PAU-IPB.
Fitriani, et al., (2017). Pengendalian Hayati Patogen Busuk Akar (Ganoderma sp.) pada Acacia
mangium dengan Trichoderma spp. Isolat Lokal secara In Vitro. Jurnal Hutan Lestari,
Vol. 5 (3): 571 – 570.
Gaur, Ashish. (2021). Morphology Based in Identification and Classification of Pediastrum
Through Alex Net Convolution Neural Network. IOP Conf. Series Materials Science and
Engineering, 1116: 1-6.
KELAS BIOLOGI A 2021

Global Biodiversity Information Facility (GBIF). (2022). Classification of Diplazium i. DIakes


pada 17 November 2022 dari ntlps://www.gbif.org/.
Hartanti, A. T., et al.,(2019). Identifikasi Morfologi Rhizopus pada Oncom Hitam dari
Berbagai Daerah di Indonesia. Jurnal Mikologi Indonesia, Vol 3 (2): 75-83.
Hartini, Sri. (2015). Lycopodiaceae di Kawasan Sicike - GiKe, Sumatera Utara. Ekologia,
15(2) : 1 - 9.
Invasive Species Compendium, “Neurospora sitophila”, URL: http://cabi.org, diakses pada 3
November 2022 pukul 14.37 WIB.
ITIS. (2022). Integrated Taxonomy Information System. Diakses pada 6 Oktober 2022 dari
https //www. itis.gov/.
ITIS. (2022). Integrated Taxonomy Information System. Diakses pada 17 November 2022 dari
https //www. itis.gov/.
Jaksich S, Oppenheimer H, Kellar PR. (2019). Taxonomic Classification of Diplazium
molokaiense, a Fern Endemic to Hawaii, Using Molecular and Morphological
Characters. Amerika Serikat : University of Nebraska at Omaha.
Janse van Vuuren, S. Taylor, J. Gerber, A. van Ginkel, C. 2006. Easy Identification of The
Most Common Freshwater Algae, a Guide for The Identification of Microscopic Algae
in South African Freshwaters. North-West University and Department of Water Affairs
and Forestry: Pretoria, South Africa.
Japa L. & Muhammad Lutfiawan K. (2015) Analisis Pertumbuhan Sargassum sp. dengan
Sistem Budidaya yang Berbeda di Teluk Ekas Lombok Timur sebagai Bahan Pengayaan
Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan. Jurnal Biologi Tropis. 15 (2), 751.
Kader, H., Gerung. (2020) Struktur Morfologi Jenis Makroalga di Perairan Situ Kepulauan
Burak Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. Jurnal Ilmu Kelautan
Kepulauan, 3(2).
Khoslin. (2019). Keanekaragaman Tanaman Paku di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Provinsi Bengkulu. Bengkulu: CV. ElsI Pro.
Kipp, R.M et al. (2022). Cylindrospermopsis racibors KII . U.S CreologI. cal Survey,
Nonindigenous Aquatic Species Database. Diakses pada 28 September 2022 dari https:
// nas. er.usgs. gov.
Kumalasari. D.E, Sulistyowati H, & Setyati. D. (2018). Komposisi Jenis Alga Makrobentik
Divisi Phaeophyta di Zona Intertidal Pantai Panur Taman Nasional Atar Purwo. Berkala
Sainstek 6(1), 28-30.
Linda, J. W, Peter. S. Celta M.S (2005). Makroalga Terumbu Karang Halimeda (Chlorophyta)
Penyebaran dan Pengumpulan Fragmen Kecil. Jurnal Biologi dan strategi kelautan
experimental. 248 (4165)
Lindasari WF, Linda R, Lovadi I. (2015). Jenis-Jenis Paku Epifit di Hutan Desa Beginjan
Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau. Jurnal Protobiont Vol. 4 (3) : 65-73.
M, D. Guiry. (2020). Algabase. World - wide Electronic Publication, National University of
Ireland, Galway. Diakses pada 28 September 2022 dari https : //algabase. org/.
Merdekawati, W. (2018) The content and Pigment composition of Sargassum the
S.crassifolium. Journal Agardh on several Drying Treatment.
Moberg. R. (2011). The Lichen Heterodermia in South America, Journal of Botany, 29(2),
129-147.
KELAS BIOLOGI A 2021

Moran. R. et al. (2014). The Phylogenetic Relationship of Tectaria brauniana and the
Recognition of Hypo derris (Tectariaceae). Systematic Botany, 39 (27: 384-395.
Mulyadi, M. (2018) Jenis Lichenes di Kawasan Gugop Pulo Breuh Pulo Aceh. Jurnal Ilmiah
Biologi Teknologi dan Kependidikan. 5 (2), 83-87
Muvidha, Azmil. (2010). Lichen di Jawa Timur Tulungagung. Akademia Pustaka.
Nadyah. (2011). Dasar-Dasar Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Ilmu Kesehatan. Makassar:
Alauddin University Press.
Nadhifah, Ainun et al. (2018). Keanekaragaman Lumut (Musci) Berukuran Besar pada Zona
Montana Kawasan Hutan Lindung Gunung Sibuatan, Sumatera Utara. Prosiding Seminar
Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Vol (4) No (2). Hlm 101-106.
Nikishin, D. L. Nikorov et al. (2021). The Influence of The Organo-Mineral Complex on The
Growth Dynamics of Scenedesmus quadricauda Culture. 10P Conf. Ser. Earth Environ.
Sci, 689:1-5
Nurcahyani P. (2021). Identifikasi Jenis dan Potensi Tumbuhan Paku di Sekitar Curug Lontar
Desa Karyasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Skripsi, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Parwati, Anggiyani Fabilah et al. (2019). Analisis Vegetasi di Taman Nasional Gunung
Merapi. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa. Vol (5) No (2). Hlm 107-112.
Palmer, C. M. (1962). Algae in Water Supplies of Ohio. Ohio J. Sci. 62:225–244.
Plantamor, “Pleurotus ostreatus”, URL: www.plantamor.com , diakses pada 3 November 2022
pukul 21.39 WIB.
Putri, Shela Erika et al. (2019). Inventarisasi Jenis-Jenis Lumut di Kawasan Hutan Adat Bukit
Benuah Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Hutan Lestari. Vol (7) No (3). Hlm 1035-1047.
Qosyatun, U. (2019). Identifikasi Jamur Makroskopik pada Limbah Sawit di Perkebunan
Kelapa Sawit PT. Hindoli Kecamatan Sungai Lilin dan Sumbangsihnya pada Materi
Jamur/Fungi di SMA Kelas X. Doctoral Dissertation. Palembang: UIN Raden Fatah.
Ruma MIL. (2002). The Fern of West Timor East Nusa Tenggara. [Thesis]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Sabaani, Nurhana, & Penaredondo, myrtle ayn & Sepe. Melbert. (2014). Antibacteral Activity
of Liquid Soap with Combined Sargassum sp. and Eucheuma sp. Seaweed Extracts.
AACL Bioflux 12.1514-15:23.
Sahari, B & Hendarjanti, A. (2017). Pengendalian Ganoderma sp.: Dulu, Sekarang, dan Masa
Depan. Astra Argo Lestari: Pertemuan Teknis Kelapa Sawit.
Solihat, Siti Sumiati et al. (2021). Identifikasi Morfologi Marchantia polymorpha dan
Leucobryum glaucum di Bojong Menteng, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Tropical Bioscience : Journal of Biological Science. Vol (1) No (1). Hlm 29-38.
Sukamto, Dwi Suciningtyas. (2021). Keanekaragaman Jenis Lumut (Bryophyta) di Daerah
Aliran Sungai Bedadung Jember. Jurnal Biologi dan Konservasi. Vol (3) No (2). Hlm
25-31.
Shafik, M. H. (2003). Morphological Characteristic of Cylindrospermopsis raciborskii
(Woloszynska) Seenayya et subbaRaju in Laboratory Cultures. Acta Biologica Hungaria,
54(1) :121-136
Sianturi, et al. (2020). Eksplorasi Tumbuhan Paku Pteridophyta di Wilayah Ketinggian yang
Berbeda. Semarang: UNNES.
KELAS BIOLOGI A 2021

Sinyo, Y., & Somadayo N (2013). Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga di Perairan Pantai
Pulau Dofamuel Sidangoli kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat.
Jurnal Bioedukasi, 1(a), 120-130
Sulastri. 2018. Fitoplankton Danau - Danau di Pulau Jawa Keanekaragaman dan Perannya
Sebagai Blondicator Perairan. Jakarta: LIPI Press
Supriati F, Helmi, H. & Aguistian D. (2021). Keragaman Lumut Kerak pada Tanaman Teh di
PT Sarana Mandiri Provinsi Bengkulu. Berita Biology, 2011), 137-145.
Susanto, A. (2011). Penyakit Busuk Pangkal Batang Ganoderma boninense pat. PPKS Medan.
Informasi Organisme Pengganggu Tanaman P (0001): 1-4.
Syaifuddin, A . Tsani. (2020). Identifikasi Mikroalga pada Air Sumur di Daerah Kecamatan
Kota Kabupaten Kudus. Alveoli: Jurnal Pendidikan Biologi, 1 (2) : 62-80.
Syamsurijal. (2015). Optimasi pertumbuhan Caulerpa sp. yang dibudidayakan pada Substrat
yang berbeda. Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiah
Makassar.
Susanto, A. (2011). Penyakit Busuk Pangkal Batang Ganoderma boninense pat. PPKS Medan.
Informasi Organisme Pengganggu Tanaman P (0001): 1-4.
Trianto, Dori. (2011). Pemanfaatan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. sebagai Penyerap bahan
Kimia Berbahaya dalam Air Limbah Industri. Skripsi, Bogor: IPB.
Vuuren, Sanet J. V. et al. (2006). Easy Identification of The Most Common Freshwater Algae.
North - West University and Department of Water Affairs and Forestry.
Widyartini, A. Aldaisny Sulistyani (2012). Keanekaragaman Morfologi Rumput Laut
Sargassum dari Pantai Permisan Cilacap dan Potensi Sumber Daya Alginat nya untuk
Industri .Prosiding Seminar Nasional.
Wulandari, E. (2021). Studi Keanekaragaman Lichenes di Kawasan Hutan Gogonti Blitar ‘
Sebagai Media Pembelajaran Berupa Booklet. Skripsi. UIN SATU Tulungagung.
Yudasmara. G.A. (2014). Budidaya Agar Laut Melalui Media Tanam Rigid Berbahan Bambu.
Jurnal Sains dan Teknologi 3(2),
Yuwono, S. S. (2015). Jamur Kancing (Agaricus bisporus), URL:
http://darsatop.lecture.ub.ac.id/, diakses pada 3 November 2022 pukul 19.51 WIB.
Zufla, F., Zafi, r, & Saptasari (2015). Keanekaragaman Makroalga Sekitar Pantai Pancur Alas
Purwo Sebagai Media Pembelajaran Pada Mahasiswa Calon Guru Biolog di FMIPA
Universitar Negeri Malang. Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai