Anda di halaman 1dari 38

Modul 1

(Praktikum)

Kingdom Protozoa dan Filum Porifera


Dr. Hurip Pratomo, M.Si.

PE N DA H UL U AN

M odul 1 Praktikum Taksonomi Avertebrata mempelajari, mengenal, dan


menentukan hewan sampel dari kingdom Protozoa dan Filum Porifera.
Kegiatan Praktikum yang diuraikan pada Modul 1 meliputi dua Kegiatan
Praktikum yaitu:
Kegiatan Praktikum 1. Kingdom Protozoa, dengan menggunakan sampel
hewan Amoeba, Paramecium dan Plasmodium.
Kegiatan Praktikum 2. Filum Porifera, dengan menggunakan sampel hewan
Spons.

Mahasiswa diharapkan mampu mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur


hewan sampel yang khas dari kingdom Protozoa dan Filum Porifera dan
selanjutnya dapat menjelaskan penggolongan hewan berdasarkan ciri dan
struktur khas klasifikasi hewan sampel kingdom Protozoa dan Porifera pada
praktikum Modul 1.
1.2 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

Kegiatan Praktikum 1

Kingdom Protozoa

D
1.
alam kegiatan Praktikum Protozoa diharapkan agar mahasiswa dapat:

Menjelaskan cara pengenalan dan pengamatan langsung hewan Protozoa


sampel dari kingdom Protozoa tertentu yang berada di Indonesia seperti
Amoeba, Paramecium, dan Plasmodium.
2. Membuat deskripsi dan menggambarkan bagian-bagian penting struktur dan
ciri golongan taksa tertentu hewan Protozoa.
3. Menjelaskan struktur dan ciri-ciri dari hewan Amoeba, Paramecium, dan
Plasmodium.

Kingdom Protozoa dan Group di bawahnya


Kingdom Protozoa adalah hewan uniseluler (satu sel) dan termasuk
organisme Eukariota. Protozoa di dalam taksonomi avertebrata diletakkan
sebagai Kingdom. Banyak hewan Protozoa yang hidup di perairan, juga di
dalam tanah dan di dalam tubuh hewan sebagai fauna normal. Beberapa spesies
dari Protozoa adalah parasit.
Menurut Pechenik (2005) Kingdom Protozoa terdiri dari tiga grup, yaitu:
1. protozoa alveolata (protozoa dengan kantung/rongga bermembran),
2. protozoa amoeboid (protozoa dengan bentuk berubah-ubah seperti amoeba),
3. protozoa berflagel (protozoa mempunyai satu sampai banyak flagel).

Protozoa pada umumnya bersifat aerob dan heterotroph. Mereka memangsa


mikroorganisme, menelan partikel-partikel bahan organik. Hewan ini tidak
mempunyai dinding sel yang tebal, sering kali mempunyai flagel atau silia.
Lapisan luar penutup tubuhnya berupa membran elastis yang disebut Pelikel.
Sel-sel yang mempunyai struktur Pelikel memerlukan struktur khusus yang
berguna untuk mengambil makanan. Dalam kaitan itu, pada beberapa jenis
hewan Protozoa mempunyai vacuola kontraktil (Gambar 1.1). Pelikel pada
Amoeba disebut Plasmalema.
 BIOL4444/MODUL 1 1.3

Ciri-ciri morfologi dan struktur kingdom Protozoa antara lain:


1. Hidup sendiri atau berkoloni dengan simetri tubuh bersifat bilateral
simetris, radial atau nonsimetris.
2. Umumnya berbentuk tetap, oval, panjang, dan bulat. Pada beberapa spesies
bentuknya bervariasi tergantung pada umur dan perubahan lingkungan.
3. Sebagai organisme uniseluler mempunyai kelengkapan alat gerak berupa
flagelum, silium, pseudopodium atau bergerak menggunakan gerakan
selnya.
4. Inti jelas, berjumlah satu atau lebih dari satu, mempunyai struktur organel-
organel, dan tidak terdiri dari jaringan.
5. Struktur cangkang dimiliki oleh beberapa spesies; beberapa spesies lain
membentuk sista resisten, atau spora penyebaran untuk menghadapi
keadaan yang tidak baik.

Morfologi dan struktur kingdom Protozoa dapat dilihat pada sampel hewan
yang akan menjadi bahan kegiatan praktikum. Secara rinci contohnya dapat
dilihat pada Gambar 1.1.

Sumber: Case. C.L. and Ted R. Johnson, 1984)

Gambar 1.1
A. Amoeba yang bergerak dengan menggunakan penjuluran plasma
sel (endo dan ektoplasma) sebagai “pseudopod”.
B. Euglena yang mempunyai alat gerak berupa flagel.
C. Paramecium yang mempunyai silia di permukaan seluruh
tubuhnya.

Kingdom Protozoa yang pernah diketahui hidup di bumi sedikitnya ada


sejumlah 46.000 spesies, jumlah itu menyusut keberadaannya karena
pertambahan usia bumi dengan aneka kejadian peristiwa alam. Ulah manusia
1.4 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

dalam mengeksploitasi alam juga mempengaruhi penyusutan jumlah spesies


yang ada. Jumlah spesies yang sudah punah dan menjadi fosil di antaranya
tercatat sedikitnya sejumlah 20.000 spesies atau 20.000 jenis.

Kingdom Protozoa menurut Pechenik (2005) antara lain membawahi:


1. Filum Euglenozoa: meliputi hewan Protozoa berflagel, dan ameboid;
dengan kekhususan satu tipe inti yaitu “monomorphik”, walaupun ada
beberapa yang mempunyai lebih dari satu inti. Filum ini tidak mempunyai
bentuk spora. Contoh genus dari golongan Filum ini adalah Trypanosoma,
Amoeba.
2. Filum Apicomplexa (=Sporozoa): meliputi Protozoa parasit yang tergabung
dalam satu kelas Sporozoa karena keberadaan bentuk seperti spora pada
tahapan “infektif” pada kebanyakan anggota klas sporozoa. Pergerakan
menggunakan flagel; meluncur dengan tubuh yang elastik; dan beberapa
spesies memiliki pseudopodia. Contoh genus yang terkenal antara lain
adalah Plasmodium karena menyebabkan malaria.
3. Filum Ciliophora; kelas Ciliatea (Pakar lain menggolongkannya sebagai
kelas Oligohymenophora, dengan sub kelas Hymenostomata): filum ini
hanya mempunyai satu kelas yaitu Ciliatea, semua anggotanya berukuran
lebih besar, mempunyai silia dan bentuk silia majemuk sebagai alat gerak
atau organel penarik atau pemegang makanan. Banyak organisme anggota
Ciliatea yang memiliki mulut sel yang disebut sitostoma. Paramecium
adalah salah satu contoh genus anggota filum Ciliophora.

A. SUB UNIT KEGIATAN PRAKTIKUM I: AMOEBA

Amoeba sebagai sampel dari filum Euglenozoa merupakan salah satu


genus di dalam kelas Sarcodina atau kelas Euglenoidea menurut Pechenik
(2005), sub kelas Rhizopoda, dan digolongkan dalam Ordo Amoebida (Lobosa).

1. Ciri dan Struktur Amoeba


a. Bentuk Amoeba tidak tetap, berubah-ubah tidak beraturan.
Protoplasma dibagi menjadi 2 bagian yaitu ektoplasma di lapisan luar yang
tak berwarna dan endoplasma di bagian tengah yang terdiri dari sitoplasma
bergranula.
b. Di dalam endoplasma terdapat vacuola kontraktil, inti, dan satu atau lebih
vacuola makanan.
 BIOL4444/MODUL 1 1.5

c. Inti pada Amoeba hidup agak sulit dilihat dengan mikroskop, sedangkan
pada preparat awetan mudah terlihat. Pada Amoeba muda, inti berbentuk
bikonkaf, inti pada dewasa berbentuk lipatan dengan letak berubah-ubah
karena pergerakannya.
d. Reproduksi aseksual Amoeba dengan cara pembelahan biner.
e. Alat pergerakan berupa pseudopodia, dengan ukuran diameter tubuh 0,25
mm.

2. Pergerakan Amoeba
Teori yang berkembang mengenai pergerakan Amoeba adalah Teori
Viskositas. Tubuh Amoeba terdiri dari 4 bagian berdasarkan struktur kekentalan
dan lapisannya yaitu:
a. Bagian tengah yang disebut plasmasol.
b. Bagian di luar bagian tengah, mengelilingi plasmasol yang disebut
plasmagel, bersifat padat dan elastis.
c. Bagian tipis di luar plasmagel yang disebut Plasmalemma.
d. Bagian lapisan diantara plasmagel dan Plasmalemma yaitu lapisan Hyalin.
Lapisan Plasmalemma dan lapisan Hyalin adalah sebagai ektoplasma,
sedangkan plasmasol dan plasmagel termasuk endoplasma.
Teori viskositas menjelaskan bahwa mekanisme pergerakan dimulai dari
proses gelasi (pengentalan dan pemadatan cairan) dari plasmasol di bagian
anterior. Selanjutnya terjadi proses solasi (pengenceran) dari plasmagel di
bagian posterior yang diikuti kontraksi plasmagelnya di ujung posterior.
Dengan demikian plasmagel di bagian tengah terdorong ke arah depan dan
bergerak akan menyentuh plasmalemma. Tetapi karena ada lapisan hyalin
(yang bersifat gel) maka plasmasol mencapai ujung depan, hanya
mendorong yang menyebabkan plasmalemma terdorong ke depan dan
bergerak.

3. Habitat
Amoeba hidup bebas di perairan air tawar, di kolam dan aliran air. Bahan
Amoeba yang dikultur di laboratorium dapat diperolah dari berbagai tempat
dalam kolam, lumpur rawa, sawah, di tumbuhan yang membusuk atau
permukaan dasar bunga teratai. Makanan Amoeba adalah diatom dan protozoa
lainnya.
1.6 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

4. Bentuk-bentuk Amoeba
Amoeba yang hidup bebas di perairan yaitu: 1. Amoeba discoides, 2.
Amoeba proteus (Gambar 1.4), inti seperti piring, 3. Amoeba dubia, inti lonjong,
4. Amoeba verucosa, mempunyai pelikel, bentuk tubuh seperti keong dengan
pseudopodia yang kecil (Gambar 1.2).

Sumber: Sugiri, N., 1988

Gambar 1.2
Bentuk Jenis-jenis Amoeba

A. Amoeba dubia, inti (nukleus) lonjong.


B. Amoeba discoides, inti seperti cakram atau piring.
C. Amoeba verucosa, inti seperti keong dengan beberapa pseudopodia
yang kecil.

Sumber: Sugiri, N., 1988)

Gambar 1.3
Amoeba proteus dengan struktur bagiannya.
 BIOL4444/MODUL 1 1.7

B. SUB UNIT KEGIATAN PRAKTIKUM I: PARAMECIUM

Genus Paramecium termasuk ke dalam filum Ciliophora, kelas Ciliata, di


bawah Ordo Holotricha, genus Paramecium Menurut cara makannya Ciliata
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Kelompok Raptorial: dapat memburu dan menelan mangsanya, yang
kadang-kadang berukuran lebih besar dari Ciliata raptorial.
2. Kelompok penghasil aliran: dapat menangkap makanan dengan pertolongan
aliran. Paramecium tergolong kelompok ini, dengan getaran silium yang
tetap pada bagian sitofaring akan menimbulkan aliran air ke arah sitofaring
yang akan membawa makanan. Vacuola makanan akan terbentuk di bagian
di ujung posterior sitofaring. Makanan Paramecium berupa bakteri dan
protozoa lainnya. Gambar Paramecium dengan struktur bagiannya dapat
dilihat pada Gambar 1.4.

Sumber: Sugiri, N., 1988

Gambar 1.4
Paramecium aurelia dengan struktur bagiannya

1. Ciri dan Struktur Paramecium


Bentuk tubuh umumnya seperti telapak sandal atau sepatu dengan bagian
depan tumpul dan meruncing di bagian belakang. Struktur bagian yang
mengandung lekuk mulut disebut bagian ventral, dan pada bagian sebaliknya
merupakan sisi abnormal atau dorsal. Protoplasma area tubuh yang tampak
jernih adalah bagian Ektosark, sedang daerah berbintik merupakan bagian
(lapisan) Endosark, (lihat Gambar 1.4).
1.8 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

2. Habitat
Paramecium hidup bebas di perairan air tawar yang mengandung banyak
bakteri. Medium untuk mengkultur Paramecium di laboratorium adalah air
rebusan jerami. Paramecium dapat ditemui di sekitar tetesan air atau reruntuhan,
tampak sebagai benda kecil yang berenang mengalir jika dilihat di bawah
mikroskop. Kultur Paramecium di laboratorium secara berkala harus diganti
airnya dan diperbaharui busukan tumbuhan makanannya.

3. Pergerakan Paramecium
Tubuhnya akan bergerak maju dengan menggerakkan silium ke arah depan
dan belakang. Ketika hewan memutar berotasi dengan poros longitudinal maka
tubuhnya bergerak miring, gerakan ini dibantu dengan gerakan getaran kuat
silium pada lekuk mulut.

C. SUB UNIT KEGIATAN PRAKTIKUM I: PLASMODIUM

1. Klasifikasi
Menurut Pechenik (2005) Genus Plasmodium termasuk ke dalam filum
Apicomplexa (= Sporozoa), dan di bawah kelas Telosporidia (karena berinti
satu pada tahapan dewasa). Sedangkan kelas yang setingkat lainnya adalah
kelas Neosporidia (karena berinti banyak pada tahapan dewasanya).
Plasmodium digolongkan dalam ordo Coccidiomorpha, dan sub ordo
Haemosporidia, sebagai parasit darah manusia.
Pada manusia terdapat 4 spesies Plasmodium yang menyerang darah
sebagai parasit yaitu: Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium
malariae dan Plasmodium ovale. Demam yang ditimbulkan pada infeksi malaria
secara periodik berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang
dan keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah (sporulasi). Periodisitas
skizogoni berbeda-beda tergantung dari jenis spesiesnya. Pada Plasmodium
vivax dan P. ovale berlangsung 48 jam. Pada Plasmodium falciparum kurang
dari 48 jam, dan 72 jam pada P. malariae.
Beberapa sifat perbandingan dan diagnostik pada empat spesies
Plasmodium pada manusia secara menyeluruh dapat dilihat pada Tabel 1.1.
 BIOL4444/MODUL 1 1.9

Tabel 1.1
Perbandingan karakter empat spesies Plasmodium

Plasmodium Plasmodium Plasmodium Plasmodium


falciparum vivax ovale malariae
Daur praeritrosit 5,5 hari 8 hari 9 hari 10 – 15 hari
Hipnozoit - + + -
Jumlah merozoit hati 40.000 10.000 15.000 15.000
Skizon hati 60 mikron 45 mikron 70 mikron 55 mikron
Daur eritrosit 48 jam 48 jam 50 jam 72 jam
Eritrosit yang dihinggapi Muda dan Retikulosit Retikulosit Normosit
normosit dan normosit dan normosit
muda
Pembesaran eritrosit - ++ + -
Titik-titik eritrosit Maurer Schuffner - Zieman
Pigmen Hitam Kuning - Hitam
tengguli Tengguli
Jumlah merozoit eritrosit 8 – 24 12 – 18 8 – 10 8
Daur dalam nyamuk pada 10 hari 8 – 9 hari 12 – 14 hari 26 – 28 hari
270C

2. Ciri dan Struktur Plasmodium


a. Berbentuk seperti oval memanjang dengan ujung anterior-posterior runcing
ketika fase sporozoit di dalam kelenjar ludah nyamuk.
b. Pada fase tropozoit, karena mempunyai vacuola, maka intinya terdesak ke
tepi membentuk bangunan serupa “cincin”.
c. Pada fase merozoit,berbentuk partikel-partikel pecahan agak bulat
berjumlah banyak. Bentuk skizon juga mirip dengan bentuk merozoit.
Skizon ketika parasit masih di dalam sel-sel hati, sedangkan merozoit
adalah fase ketika sudah berada masuk ke aliran darah.
d. Gametosit, pada umumnya berbentuk seperti spermatozoa pada gametosit
jantan dan seperti bulatan kompak pada gamet betina. Terkecuali gamet
Plasmodium falciparum yang menyerupai sabit atau pisang dengan
mikrogametosit sebagai gamet jantan dan makrogametosit sebagai gamet
betina.

Bentuk-bentuk khas Plasmodium antara lain seperti cincin dan pisang pada
sediaan darah di bawah mikroskop terlihat seperti pada Gambar 1.5.
(sumber: Parasitology website dan http://yayanakhyar.files.wordpress.co/2008/04)
1.10 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

Gambar 1.5a
Tropozoit Plasmodium falciparum pada satu eritrosit

Gambar 1.5b
Skizon Plasmodium falciparum pada beberapa eritrosit

Gambar 1.5c
Bentuk khas “cincin” Plasmodium falciparum
 BIOL4444/MODUL 1 1.11

Gambar 1.5d
Bentuk “pisang” gametosit Plasmodium falciparum

Gambar 1.5e
Gametosit Plasmodium vivax

Gambar 1.5f
Tropozoit Plasmodium vivax
1.12 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

Siklus hidup Plasmodium di dalam tubuh manusia perhatikan Gambar 1.6


secara seksama.

Sumber: Case, C.L. and Ted R. Johnson, 1984

Gambar 1.6
Tahapan dan bentuk Plasmodium vivax dalam siklus hidupnya

a + b. Reproduksi aseksual: skizon dan merozoit. Skizon di dalam sel hati, merozoit
ketika dalam aliran darah.
c. Reproduksi seksual: terjadi di dalam intestinum nyamuk Anopheles, setelah
gametosit-gametosit tertelan oleh nyamuk tersebut.
d. Sporozoit yang dihasilkan dari reproduksi seksual bermigrasi ke kelenjar ludah
(saliva) nyamuk “disuntikkan” ke dalam tubuh manusia berikutnya, sehingga
dapat menular.

D. PELAKSANAAN PRAKTIKUM AMOEBA

Alat:
1. Mikroskop.
2. Kaca objek dan kaca penutup (object glass dan cover glass).
3. Pinset.
4. Pipet.
5. Alat berwarna gelap.
6. Pensil berwarna.
7. Buku gambar.
8. Pensil 2B.
 BIOL4444/MODUL 1 1.13

Bahan:
1. Kultur (biakan) Amoeba.
2. Sumber cahaya.
3. Preparat mikroskopis Amoeba (awetan jadi pada kaca preparat).

Prosedur/Cara kerja:
1. Siapkan sebuah kaca preparat yang diletakkan di atas alas berwarna gelap.
2. Kultur Amoeba yang tersedia di laboratorium disiapkan, sampel selanjutnya
diambil dengan menggunakan pipet. Air sampel yang mengandung Amoeba
biasanya menempel atau dekat tumbuhan air tawar. Teknisi laboratorium
atau instruktur praktikum akan memberikan satu tetes biakan.
3. Teteskan secara perlahan tetesan Amoeba ke kaca preparat.
4. Kaca preparat tersebut ditutup secara hati-hati dengan kaca penutup,
gunakanlah pinset atau jarum bertangkai untuk menahan kaca penutup,
ketika menutup hati-hati seperti pada Gambar 1.7 supaya tidak hancur
hewan objeknya (Amoeba).

Sumber: Case, C. L., and Ted. R. Johnson, 1984

Gambar 1.7
Tetesan sampel Amoeba ditutup dengan kaca penutup secara hati-hati

5. Amoeba akan dapat dilihat alami setelah diletakkan kaca preparat tadi di
atas alas berwarna gelap. Akan tampak bentuk tidak teratur suatu “masaa
kecil” yang tembus cahaya dan relatif berkilau.
6. Selanjutnya untuk melihat morfologi Amoeba agak jelas dengan melihat di
bawah mikroskop. Pembesaran yang digunakan adalah pembesaran lemah,
cahaya dari sumber cahaya agak dikurangi dengan diafragma.
7. Bentuk-bentuk dan gerakan dari Amoeba dapat diperhatikan secara
seksama.
8. Untuk mengamati dan mempelajari struktur Amoeba lebih mendalam
dibanding penampakan tadi, perbesaran harus ditambah, dan dengan
memutar-mutar mikrometer pada mikroskop akan terlihat ketebalan
Amoeba.
1.14 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

9. Tugas Anda/mahasiswa:
a. Gambarlah bentuk gerakan Amoeba yang tampak, berilah warna yang
sesuai jika warna yang tampak dapat terlihat jelas, jika tidak berwarna
jangan diwarnai.
b. Dengan memperhatikan gerakan Amoeba, gambarlah cara pergerakan
tersebut, mahasiswa dapat memberikan lebih dari satu gambar dan
diberi tanda panah arah gerakan Amoeba yang dilihat.
c. Jika tampak di bawah mikroskop terdapat lebih dari satu jenis Amoeba,
gambarlah bentuk-bentuk morfologi dari beberapa jenis Amoeba yang
dilihat.
d. Berdasarkan gambar-gambar yang telah dibuat berilah keterangannya
seperti misalnya struktur dan bagian-bagian Amoeba pada gambar
tersebut.
e Jika menemukan satu atau lebih jenis Amoeba, buatlah klasifikasinya
dan jika mungkin nama spesies (jenis)nya.
f. Pergunakanlah preparat awetan jika belum tersedia Amoeba hidup
untuk mengerjakan nomor 1 dan 3 lembar kerja.

LEMBAR KERJA
Gunakanlah lembar kerja ini untuk mencatat dan menggambar hasil
kegiatan awal sebelum ditulis atau dibuat pada laporan lengkap.

1. Gambar bentuk dasar morfologi Amoeba.


 BIOL4444/MODUL 1 1.15

2. Gambar Amoeba dengan arah pergerakannya

3. Amoeba (satu atau lebih), morfologi, organel (bagian) dan klasifikasinya

1. Amoeba ………..... 2. Amoeba …………… 3. Amoeba ……………

Klasifikasi
Filum :
Sub Filum :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies :

E. PELAKSANAAN PRAKTIKUM Paramecium

Alat:
1. Mikroskop.
2. Kaca objek dan kaca penutup (object glass dan cover glass).
3. Pinset.
4. Pipet.
5. Alat berwarna gelap.
6. Pensil berwarna.
7. Buku gambar.
8. Pensil 2B.
1.16 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

Bahan:
1. Kultur Paramecium.
2. Sumber cahaya.
3. Preparat mikroskopis Paramecium (awetan jadi pada kaca preparat).

Prosedur/Cara kerja:
1. Kaca preparat disiapkan dan diletakkan di atas alas berwarna gelap.
2. Kultur (biakan) Paramecium yang tersedia di laboratorium disiapkan. Air
sampel yang mengandung Paramecium diambil dengan menggunakan
pipet. Kultur Paramecium di laboratorium yang menggunakan media air
rebusan jerami (tumbuhan membusuk) yang mengandung banyak bakteri
dan protozoa lainnya. Teknisi laboratorium (Laboran) atau instruktur
praktikum akan memberikan satu tetes biakan kepada Anda/mahasiswa.
3. Teteskanlah satu tetes biakan Paramecium secara perlahan ke atas kaca
preparat.
4. Selanjutnya kaca preparat ditutup secara hati-hati supaya hewan
Paramecium tidak hancur atau mati, pinset atau jarum bertangkai dapat
digunakan untuk menahan kaca agar tidak cepat menutup.
5. Paramecium akan tampak seperti benda kecil yang berenang mengalir.
6. Amatilah dengan seksama Paramecium yang sedang bergerak dan
gambarlah morfologi beserta bagian-bagiannya, setelah tampak di bawah
mikroskop pada pembesaran lemah dan pembesaran kuat.
7. Untuk mengamati ketebalan Paramecium dapat dengan memutar-mutar
mikrometer.
8. Pergunakanlah preparat awetan (preparat mikroskopis) jika biakan
Paramecium hidup belum tersedia di laboratorium
9. Tugas Anda/mahasiswa:
a. Gambarlah bentuk dasar Paramecium yang tampak, gunakanlah pensil
warna yang sesuai dengan warna yang tampak.
b. Gambarlah cara pergerakan Paramecium, untuk memperjelas dapat
diberikan melalui beberapa gambar dengan arah tanda panah sebagai
arah gerakan.
c. Setelah mendapatkan penampakan yang relatif lebih jelas di bawah
mikroskop, gambarlah dan diberi keterangan untuk bagian-bagian dan
organel Paramecium.
d. Anda dituntut melengkapi gambar dengan keterangan dan
mencantumkan klasifikasinya seperti: Filum: ………………….. Sub
 BIOL4444/MODUL 1 1.17

Filum: ……………………. Kelas: …………………….. Ordo:


…………………. Familia: ………………..... Genus:
………………………. Spesies: ………………

LEMBAR KERJA
Gunakanlah lembar kerja ini untuk mencatat dan menggambar hasil
kegiatan awal sebelum ditulis atau dibuat pada laporan lengkap.

1. Gambar bentuk dasar morfologi Paramecium


1.18 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

2) Gambar gerakan Paramecium dengan arah gerakannya

3. Gambar Paramecium (dapat lebih dari satu gambar), organel (bagian) dan
klasifikasinya.

Klasifikasi
Filum : …………………… Ordo : ……………………......
Sub Filum : …………………… Famili : ……………………......
Kelas : …………………… Genus : ………………………..
Spesies : ……………………......

C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM PLASMODIUM

Alat:
1. Mikroskop.
2. Pensil berwarna.
3. Buku gambar.
4. Pensil 2B.

Bahan:
1. Slide film beberapa stadium Plasmodium (stadium cincin tropozoit, skizon,
dan gametosit).
2. Preparat jadi untuk sediaan darah tebal yang mengandung parasit
Plasmodium.
3. Preparat jadi untuk sediaan darah tipis yang mengandung parasit
Plasmodium.
 BIOL4444/MODUL 1 1.19

Prosedur/Cara Kerja:
1. Jika tidak tersedia parasit jadi sediaan darah tebal dan darah tipis yang
mengandung parasit Plasmodium, maka mahasiswa dapat menggunakan
slide film Plasmodium yang ditampilkan melalui proyektor.
2. Tampilan-tampilan tersebut digambarkan di lembar kerja, gambar-gambar
diberi warna yang sesuai dengan tampilan dan diberi keterangan
selengkapnya.
3. Jika di laboratorium terdapat preparat jadi untuk sediaan darah tebal dan
sediaan darah tipis yang mengandung parasit Plasmodium maka mahasiswa
dapat memperhatikan stadium-stadium tropozoit (bentuk cincin), skizon
dan merozoit, serta gametosit.
4. Penampakan stadium-stadium Plasmodium tersebut di bawah mikroskop,
digambar di lembar kerja dengan warna yang sesuai dengan tampilan dalam
gambar preparat jadi.
5. Selanjutnya gambar tersebut diberi keterangan mengenai tahapan
stadiumnya. Untuk gambar pembanding, mahasiswa dapat memperhatikan
gambar di bawah ini sebagai salah satu contoh Plasmodium yaitu
Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropikana yang
berbahaya dan mematikan dibandingkan jenis malaria lainnya.
1.20 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

Sumber: Pratomo Hurip, 1985

Gambar 1.8
Plasmodium falciparum dengan stadium-stadiumnya
 BIOL4444/MODUL 1 1.21

6. Di dalam praktikum ini, tidak dianjurkan bagi mahasiswa untuk membuat


preparat jadi dari sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis, cukuplah
menggunakan preparat yang siap ataupun slide film saja.
7. Sebagai pelengkap untuk mahasiswa dan bagi yang bekerja di bidang
paramedis (kesehatan), akan diulas cara pembuatan sediaan darah tebal,
tetapi bukan untuk dipraktekkan dalam praktikum ini.
a. Kegunaan Sediaan Darah Tebal
Berdasarkan buku pegangan Pan American Health Organization (1973)
dan kenyataan di lapangan maka dalam pemeriksaan parasit malaria
(Plasmodium) sebaiknya menggunakan sediaan darah tebal. Sediaan
darah tebal sangat sesuai untuk keperluan survei malariometrik.
Kelebihan sediaan darah tebal dari sediaan darah tipis ialah
membutuhkan waktu yang singkat dalam menemukan parasit yang
pertama. Sementara itu, sediaan darah tipis akan membutuhkan waktu
yang lama dalam menemukan parasit yang pertama dan menyelesaikan
pemeriksaan karena luasnya lapangan pandang mikroskop. Walaupun
demikian, untuk keperluan kepastian diagnosa dan melihat bentuk-
bentuk stadium lebih jelas dapat dilihat pada sediaan darah tipis.
b. Pembuatan Sediaan Darah Tebal
1) Ujung jari orang yang diduga menderita malaria dibersihkan
dengan kapas beralkohol.
2) Ujung jari tersebut ditusuk dengan cepat menggunakan lanset
yang steril (dibersihkan dengan alkohol).
3) Ujung jari ditekan sedikit agar darah keluar dan tetesan darah
pertama ini dihapus dengan kapas kering.
4) Tetesan darah yang lebih besar diperoleh dengan menekan lagi
ujung jari dengan agak kuat.
5) Permukaan bawah kaca preparat (sediaan) ditempelkan kepada
tetesan darah. Jika tetesan darahnya sedikit ditambahkan lagi
tetesan darah di dekatnya.
6) Agak ke ujung kaca sediaan diletakkan tetesan darah berikutnya
untuk membuat etiket.
7) Kaca preparat yang sudah mendapatkan tetesan darah pada
langkah tadi diletakkan di tempat rata. Tetesan darah tersebut
selanjutnya dilebarkan sampai rata membentuk sebuah bulatan
dengan diameter kira-kira 1 cm. Untuk melebarkan digunakan
ujung kaca preparat yang lain.
1.22 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

8) Untuk membuat etiket, buatlah sediaan tipis di sebelah belakang


kaca preparat (kaca sediaan).
9) Kaca sediaan tadi disusun mendatar dalam kotak sediaan dan
jangan bertumpuk tumpang tindih.
10) Preparat sediaan darah tebal tersebut selanjutnya disimpan selama
sehari sehingga kering sempurna untuk diberi langkah pewarnaan.
11) Pewarnaan Giemsa diterapkan untuk nantinya memperoleh
penampakan morfologi Plasmodium dengan bentuk-bentuk
stadiumnya.

Langkah pewarnaan sebagai berikut


a) Kaca stadium disusun di rak pewarnaan yang berupa glass
box; Giemsa diencerkan yaitu: 1 tetes giemsa dengan 1 cc air
buffer (1:1) ini setara dengan larutan giemsa 5%; Tuangkan
cairan giemsa tadi ke atas sediaan darah sampai semua darah
tertutup cairan; Dibiarkan selama 45 – 60 menit, jika sediaan
lebih tebal direndam lebih lama.
b) Sediaan yang sudah direndam tersebut dialiri air karena
secara perlahan untuk pencucian sehingga cairan giemsa
hanyut semua.
c) Sediaan selanjutnya, dikeringkan dan siap untuk dilihat di
bawah mikroskop.

LEMBAR KERJA
Gunakanlah lembar kerja ini untuk mencatat dan menggambar hasil
kegiatan awal sebelum ditulis atau dibuat pada laporan lengkap.
 BIOL4444/MODUL 1 1.23

Gambar bentuk-bentuk stadium Plasmodium dengan keterangannya:


Tropozoit dan skizon.

Gambar bentuk-bentuk stadium merozoit dan gametosit Plasmodium.


Klasifikasi Plasmodium: ………………………..

D. PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM KINGDOM


PROTOZOA

1. Setiap 5 – 10 orang mahasiswa membentuk satu kelompok praktikan yang


masing-masing orang dapat melakukan kegiatan praktikum subunit tertentu
yang berbeda. Hasil yang diperoleh dapat saling dipertukarkan untuk
pembuatan laporan yang lengkap dalam kelompoknya.
2. Teknis prosedur, bahan dan alat praktikum dapat disesuaikan dengan teknis
prosedur bahan dan alat yang biasa dilaksanakan di laboratorium setempat.
3. Lembar kerja hanya untuk pencatatan langsung pada saat praktikum,
termasuk juga untuk sketsa gambar dan warnanya.
4. Laporan lengkap dapat dibuat pada buku gambar dengan informasi
tambahan selengkapnya dari lembar kerja atau ikutilah petunjuk dosen
praktikum.
5. Mahasiswa wajib mengikuti petunjuk dan aturan yang telah diberikan oleh
dosen atau instruktur praktikum di laboratorium setempat, termasuk juga
cara dan waktu pelaporan praktikum.
1.24 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

E. PETUNJUK PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

Laporan ditulis dengan format sebagai berikut:


COVER (halaman sampul depan)
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN
VI. DAFTAR PUSTAKA

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskanlah ciri dan struktur yang menyebabkan hewan tertentu


digolongkan (diklasifikasikan) ke dalam Kingdom Protozoa!
2) Jelaskan perbedaan ciri dan struktur antara sub filum Ciliophora dengan
subfilum Sarcomastigophora!
3) Jelaskan mengenai teori viskositas yang menggambarkan mekanisme
pergerakan Amoeba!

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk menjawab pertanyaan latihan di atas, bacalah kembali uraian materi


pada bagian yang relevan.

R A NG KU M AN

Kingdom Protozoa adalah hewan Eukariota bersel satu (uniselular),


umumnya berukuran kecil (mikroskopis) antara 3 – 5 mikron, kecuali
Radiolaria dan Foraminifera. Perbedaan kelengkapan alat gerak menjadi
salah satu ciri penggolongan Protozoa dalam klasifikasinya. Bentuk tubuh
(morfologi) dan cara reproduksinya pun merupakan dasar untuk
penggolongan dalam taksonomi. Berdasarkan bentuk alat gerak dan struktur
tubuhnya, Protozoa antara lain atas tiga grup: Protozoa alveolata (protozoa
 BIOL4444/MODUL 1 1.25

dengan kantung/rongga bermembran), Protozoa amoeboid (protozoa


dengan bentuk berubah-ubah seperti amoeba), dan Protozoa berflagel
(protozoa mempunyai satu sampai banyak flagel)
Berdasarkan bentuk tubuh antara lain (morfologi) dan bentuk intinya
maka Amoeba dibagi atas beberapa jenis yaitu: 1. Amoeba discoides,
2. Amoeba proteus, 3. Amoeba verucosa, dan 4. Amoeba dubia. Sementara
itu, berdasarkan karakter struktur tubuh dan penampakan tahapan di dalam
darah manusia yang menyebabkan berbagai penyakit malaria, maka Genus
Plasmodium dibagi atas beberapa jenis yaitu: 1. Plasmodium falciparum,
2. P. vivax, 3. P. ovale, 4. P. malariae.

TES F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Salah satu perbedaan yang jelas antara Amoeba dan Plasmodium adalah ….
A. struktur inti dan bentuknya
B. keberadaan kloroplas
C. organel alat geraknya
D. membran dinding atau selubung tubuhnya

2) Ciri-ciri yang sama pada taksa kelas Ciliata, contohnya pada genus
Paramecium salah satunya adalah ….
A. mempunyai alat gerak berupa pseudopodia
B. terdapatnya kloroplas
C. ketiadaan organel alat gerak yang berupa flagel
D. tubuhnya diselubungi oleh silia

3) Penggolongan hewan Amoeba ke dalam genus Sphaeromyxa tidak dapat


dilakukan antara lain karena ….
A. Amoeba tidak mempunyai bentuk “spora” binukleus
B. Amoeba bergerak dengan kaki-kaki pseudopodia
C. habitat keduanya berbeda jelas antara akuatik dan terestrial
D. ketiadaan bentuk seksual yang jelas

4) Amoeba yang memiliki pelikel adalah ....


A. Amoeba verucosa
B. Amoeba proteus
C. Amoeba dubia
D. Amoeba discoides
1.26 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

5) Plasmodium yang menyebabkan malaria tropikana adalah ....


A. Plasmodium
B. Plasmodium falciparum
C. Plasmodium vivax
D. Plasmodium ovale

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum
dikuasai.
 BIOL4444/MODUL 1 1.27

Kegiatan Praktikum 2

Filum Porifera

D
1.
alam kegiatan Praktikum Porifera diharapkan agar mahasiswa dapat:

menjelaskan ciri-ciri yang unik dari filum Porifera;


2. menjelaskan struktur morfologi sampel hewan tertentu Porifera;
3. membuat deskripsi dan menggambar morfologi, struktur, dan bagian-bagian
penting dari sampel hewan tertentu Porifera.

A. FILUM PORIFERA

Porifera merupakan subkingdom dari Metazoa, filum Porifera dianggap


oleh sebagian ilmuwan taksonomis sebagai metazoa primitif karena jaringan-
jaringannya tampak seperti belum terbentuk dengan sempurna. Walaupun itulah
wujud uniknya mahluk hidup yang diciptakan oleh yang Maha kuasa dalam
suatu “rancangan cerdas” penciptaan alam dan seluruh isinya.
Sampel filum Porifera adalah hewan spons yang merupakan hewan
menetap, sangat jarang kelihatan bergerak. Semua hewan spons digolongkan ke
dalam Filum Porifera dan hampir semuanya berhabitat di laut, kecuali setidak-
tidaknya ada 150 spesies yang hidup di air tawar. Pada masa kini sebagian
ilmuwan menyebutkan hewan spons sebagai cabang tersendiri dari Metazoa dan
dinamakan kelompok Parazoa. Hewan ini melekat pada karang, pada rangka-
rangka kerang laut atau di bawah geladak lantai pelabuhan dan di permukaan
batu-batuan di laut, dan di perairan tawar misal Spongilla.
Bentuk morfologi umum spesies dari Filum Porifera beraneka ragam seperti
mangkuk, vas bunga, dan yang bercabang-cabang dengan ukuran diameter yaitu:
1 mm sampai dengan 2 m; warna tubuh spons juga beraneka ragam yaitu:
kelabu, merah, jingga, kuning, biru, hitam dan violet. Kegunaan spons dalam
masyarakat umum adalah sebagai busa spons untuk berbagai kebutuhan rumah
tangga.
1.28 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

B. CIRI-CIRI DAN STRUKTUR PORIFERA

1. Tubuh penyusun spons tersusun atas multiseluler, berbentuk radial simetri,


dan diploblastik.
2. Jaringan tubuh tersusun atas sel-sel yang membentuk jaringan yang relatif
tidak sempurna dengan lapisan mesenchym di antaranya.
3. Struktur tubuh terdiri atas pori-pori saluran (kanal) dan ruangan-ruangan
kamar tempat air mengalir, tampak pada Gambar 1.9.
4. Sebagian atau seluruh lapisan permukaan dalam diisi oleh sel-sel leher
berflagel yang disebut koanosit.
5. Reproduksi porifera secara aseksual dilakukan dengan pertunasan atau
gemul; dapat dengan cara pertunasan hasil penyatuan telur dan sperma.

Sumber: Barnes, R. D, 1982

Gambar 1.9
Struktur tubuh Porifera, berpori, berkanal (saluran air) dengan
beragam tipe yaitu:
A. Tipe Askonoid C. Tipe Sikonoid khusus
B. Tipe Sikonoid D. Tipe Leukonid

6. Larva sebelum menempel dan berkembang, bersilia dan hidup bebas


berenang-renang.
 BIOL4444/MODUL 1 1.29

7. Kerangka dalam tubuh terdiri dari spikula, serabut organik, atau gabungan
kedua macam kerangka tersebut. Senyawa spikula adalah CaCO3.H2Si3O4.
8. Protein utama hewan Porifera (spons) adalah skleroprotein atau spongin.

C. KLASIFIKASI PORIFERA

Berdasarkan bentuk struktur kanal, anatomi percabangan dari pori-


porinya,bentuk spikula yang khas maka Filum Porifera tidak mudah untuk
dikelompok-kelompokkan dan diklasifikasikan. Klasifikasi yang pernah ada dan
masih akan berkembang tentu saja menarik bagi ilmuwan, utamanya taksonomis
hewan. Setidaknya ada 4 kelas yang dicakup oleh Filum Porifera yaitu: 1. Kelas
Calcarea, 2. Kelas Hexactinellida, 3. Kelas Demospongiae, dan 4. Kelas
Sclerospongiae, menurut Pechenik (2005) kelas ini termasuk ke dalam kelas
Demospongiae. Sehingga, terdapat tiga kelas didalam filum Porifera: 1. Kelas
Calcarea, 2. Kelas Hexactinellida, dan 3. Kelas Demospongiae.

1. Kelas Calcarea atau Calsispongiae


Dikenal sebagian spons bersifat “Calcareus” yang khas karena selalu
mempunyai spikula yang tersusun atas kalsium karbonat. Hidup di laut, tubuh
berukuran tidak lebih dari 10 cm. Spikula umumnya Sikonoid dan Leukonoid.
Tubuh spons kelas Calcarea bervariasi warnanya yaitu: kuning cerah, merah dan
ungu. Contoh dari kelas ini adalah genus Leucosolenia (kanal tipe askonoid),
Sycon dan Grantia (kanal tipe sikonoid).

2. Kelas Demospongiae
Spons yang termasuk kelas Demospongiae mempunyai penyebaran tempat
hidup yang luas dari perairan tawar sampai dengan perairan laut. Kelas
Demospongiae mencakup 95 persen dari semua hewan-hewan spons. Struktur
kanal kelas Demospongiae seluruhnya bertipe Leukonoid. Warna tubuh kelas ini
kebanyakan berwarna cerah, perbedaan warna dipunyai oleh perbedaan spesies
yang disebabkan oleh warna pigmen atau granula pigmen yang terletak di
amebosit.
Struktur rangka dari kelas Demospongiae beraneka ragam. Struktur tersebut
disusun oleh spikula “Silicceus” atau serat-serat spongin atau gabungan dua
struktur tersebut. Spikula dari kelas ini relatif besar dengan struktur monokson
atau tetrakson (cabang runcing satu atau cabang runcing empat). Contoh dari
1.30 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

kelas Demospongiae antara lain: Haliclona permollis dan Microciona prolifera,


lihat Gambar 1.10.

Sumber: Barnes, R. D, 1982

Gambar 1.10
Struktur anatomi Haliclona permollis dengan bentuk tubular (atas); dan
struktur anatomi Microciona prolifera dengan bentuk banyak
percabangan ke atas seperti pohon (bawah). Perhatikanlah anatomi
kanalnya. Contoh kelas Demospongiae yang hidup di air tawar adalah
dari famili Spongillidae.

3. Kelas Hexatinellida atau Hyalospongiae


Perwakilan dari kelas Hexatinellida biasa disebut spons gelas. Nama
Hexatinellida berhubungan dengan bentuk spikulanya yang Heksason
(bercabang enam). Spons klas ini hidup menyendiri dengan bentuk mangkuk,
vas bunga, dan seperti piala. Kanal pada klas ini bertipe sikonoid, dengan
ukuran tubuh spons berkisar dari 10 sampai 30 cm. Sebagian besar berwarna
pucat. Spons dari Hexatinellida terutama hidup di perairan dalam sekitar 450 –
900 m di bawah permukaan laut. Spesies atau jenis yang dikenal sebagai contoh
anggota kelas Hexatinellida adalah keranjang bunga “venus” Euplectella, ia
bersimbiosa komensalisme dengan jenis udang Spongicola.

4. Kelas Sclerospongiae
Kelas Sclerospongiae hanya terdiri dari sedikit jenis spons yang biasa hidup
di lorong-lorong gua, berkaitan dengan kehidupan batuan karang di beberapa
tempat dunia. Spons kelas ini berkanal tipe Leukonoid dan mempunyai rangka
 BIOL4444/MODUL 1 1.31

dalam yang terstruktur atas spikula “silicceus”, serat-serat spongin, dan kristal
kalsium karbonat.

D. PELAKSANAAN PRAKTIKUM PORIFERA

Alat:
1. Loupe (kaca pembesar).
2. Pensil berwarna.
3. Buku gambar.
4. Pensil 2B.

Bahan:
1. Sampel spons air tawar misal: Spongilla.
2. Spons yang digunakan untuk mandi.
3. Grantia.
4. Preparat “jadi” berupa sayatan melintang (transversal) dan membujur
(longitudinal) spons sederhana dengan tipe kanal tertentu misal:
Leucosolenia.

Prosedur/Cara kerja:
1. Sampel spons air tawar: Spongilla diambil dan digambar di lembar kerja.
Perhatikanlah bentuk morfologi, pori-pori, dan kekenyalannya. Untuk
memperhatikan pori-pori dan mulut di lapisan terluar dapat menggunakan
loupe (kaca pembesar). Warna gambar yang dikerjakan mahasiswa
diusahakan sesuai dengan objek sampel tersebut.
2. Untuk memperoleh Spongilla yang merupakan hewan spons yang terdapat
di perairan tawar, dapat dijumpai di tepi-tepi kolam. Spons ini menempel
pada batu ataupun reruntuhan cabang-cabang pohon.
3. Spons yang biasa digunakan untuk mandi digambar morfologi luarnya di
lembar kerja yang disediakan. Perhatikanlah struktur yang tampak jika
dilihat dengan Loupe (kaca pembesar). Warnai pula gambar tersebut sesuai
warna aslinya.
4. Mahasiswa diperkenalkan dengan Grantia, gambarlah apa yang tampak
dilihat dengan Loupe di lembar kerja.
5. Selanjutnya mahasiswa diperlihatkan sampel spons yang tampak alur
kanalnya yaitu Leucosolenia. Morfologi dan struktur sayatan melintang
1.32 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

serta longitudinal dari Leucosolenia digambar, diperhatikan, dan diberi


keterangan.
6. Buatlah klasifikasi sampai tingkat genus untuk salah satu sampel yang telah
digambar.

LEMBAR KERJA
Gunakanlah lembar kerja ini untuk mencatat dan menggambar hasil
kegiatan awal sebelum ditulis atau dibuat pada laporan lengkap.

1) Gambar morfologi Spongilla, struktur pori-pori dan keterangannya


 BIOL4444/MODUL 1 1.33

2) Gambar spons untuk mandi dan keterangannya

3) Gambar Grantia dan keterangannya

4) Gambar struktur kanal sayatan melintang (transversal) Leucosolenia dan


keterangannya
1.34 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

5) Gambar struktur kanal sayatan membujur (longitudinal) Leucosolenia dan


keterangannya
6) Klasifikasi salah satu sampel Porifera:
Filum: …………………….. Ordo: ………………………..
Sub Filum: ………………... Famili: ………………………
Kelas: …………………….. Genus: ………………………
Spesies: ……………………

E. PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM PORIFERA

1. Setiap 5 – 10 orang mahasiswa membentuk satu kelompok praktikum


masing-masing mahasiswa dapat melakukan kegiatan praktikum subunit
tertentu yang berbeda. Hasil yang diperoleh dapat saling dipertukarkan
untuk pembuatan laporan yang lengkap dalam kelompoknya.
2. Teknis prosedur, bahan, dan alat praktikum dapat disesuaikan dengan teknis
prosedur bahan dan alat yang biasa dilaksanakan di laboratorium setempat.
3. Lembar kerja hanya untuk pencatatan langsung pada saat praktikum,
termasuk juga untuk gambar (sketsa) dan warnanya.
4. Laporan lengkap dapat dibuat pada buku gambar dengan penjelasan
informasi selengkapnya berdasarkan perolehan dari lembar kerja, atau
ikutilah petunjuk instruktur atau dosen praktikum.
5. Mahasiswa wajib mengikuti petunjuk dan aturan yang telah diberikan oleh
instruktur atau dosen praktikum di laboratorium setempat, termasuk juga
cara dan waktu pelaporan praktikum.

F. PETUNJUK PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

Laporan ditulis dengan format sebagai berikut:


COVER (halaman sampul depan)
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN
VI. DAFTAR PUSTAKA
 BIOL4444/MODUL 1 1.35

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskanlah ciri dan struktur Filum Porifera!


2) Sebutkanlah tipe-tipe kanal yang terdapat dalam tubuh bermacam-macam
Porifera!
3) Jelaskan ciri dan struktur hewan spons dari kelas Demospongiae!

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk memudahkan Anda dalam menjawab latihan, pelajari kembali materi


awal kegiatan Praktikum 2; selain itu juga uraian mengenai tipe kanal dengan
memperhatikan gambarnya; juga pelajari kembali penjelasan tentang kelas
Demospongiae.

TES F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Spons hidup di perairan laut dan tawar, hewan spons pada masa larva
sebelum berkembang berbentuk ….
A. berkoloni dan menempel pada substrat padat
B. hidup bebas berenang seperti ikan
C. bersilia dan hidup bebas berenang
D. saliva dan menempel di permukaan tepi perairan

2) Struktur kanal kelas Demospongiae berbeda dengan struktur kanal kelas


Hexatinellida, karena pada kelas Demospongiae struktur kanalnya adalah
bertipe ….
A. leukonoid
B. sikonoid
C. askonoid
D. sikonoid dan leukonoid
1.36 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

3) Spikula heksason (bercabang enam) yang khas itu merupakan ciri


penggolongan untuk kelas ….
A. Calcarea
B. Demospongiae
C. Hexactinellida
D. Sclerospongiae

4) Hewan spons yang hidup luas di air tawar dan laut dengan struktur kanal
leukonoid, termasuk kelas ....
A. Porifua
B. Calcaraea
C. Demospongiae
D. Spongilla

5) Kebanyakan hewan spons filum porifera, tinggal menetap atau melekat,


sehingga ilmuwan kini menyebutnya kelompok hewan ....
A. Porifera
B. Calearea
C. Demospongine
D. Parazoa

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan praktikum selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum
dikuasai.
 BIOL4444/MODUL 1 1.37

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1) C 1) C
2) D 2) A
3) A 3) C
4) A 4) C
5) B 5) D
1.38 Praktikum Taksonomi Avertebrata 

Daftar Pustaka

Akhyar, Yayan. 2008. Parasitology website


http://yayanakhyar.files.wordpress.co (2008/04)

Barnes, R.D. 1974. Invertebrate Zoology. 3rd Ed. Tokyo Japan: Toppan Co.

Barnes, R.D. 1985. Invertebrate Zoology. 4th Ed. Saunders College.


Philadelphia: Holt Saunder, Tokyo Japan.

Case, C.L.: Johnson, T.R. 1984. Laboratory Experiment in Microbiology.


California: Benyamin/Cummings Publ. Menlo Park.

Gandahusada, S. Ilahude H. Herry. D. Pribadi. W. 2000. Parasitologi


Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran UI.

Hurip, Pratomo. 1985. Plasmodium falciparum di Indonesia. Jakarta: (Skripsi


Sarjana Muda) Fakultas Biologi Universitas Nasional.

Nawangsari, Sugiri. 1988. Zoologi Avertebrata I, Pusat Antar Universitas IPB


dan Lembaga Sumber Daya Informasi IPB.

Nawangsari, Sugiri. 1989. Penuntun Praktikum Zoologi. Bogor: Dikti –


Depdikbud PAU Ilmu Hayat IPB.

Nawangsari, Sugiri. 1989. Zoologi Avertebrata II, PAU Ilmu Hayat IPB, Dirjen
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan & Kebudayaan.

Pan American Health Organization. 1973. Manual for the microscopic diagnosis
of malaria, (4th edition). Washington DC: Scientific publ. No. 276.

Pechenik, J.A. 2005. Biology of the Invertebrate (5 th ed.). Mc Graw Hill Higher
Education Publ. Boston, New York: Toronto.

Anda mungkin juga menyukai