Anda di halaman 1dari 9

Seperti Feminisme multikultural dan global, ekofeminisme berusaha untuk menunjukkan

hubungan antara semua bentuk opresi manusia, tetapi juga memfokuskan pada usaha manusia
untuk mendominasi dunia bukan manusia, atau alam. Karena perempuan secara kultural
dikaitkan dengan alam, ekofeminis berpendapat ada hubungan konseptual, simbolik, dan
linguistik antara feminis dan isu ekologi. Menurut Karen J. Warren, keyakinan, nilai, sikap, dan
asumsi dasar dunia Barat atas dirinya sendiri dan orang-orangnya dibentuk oleh bingkai pikir
konseptual patriarkal yang opresif, yang bertujuan untuk menjelaskan, membenarkan, dan
menjaga hubungan antara dominasi dan subordinasi secara umum serta dominasi laki-laki
terhadap perempuan pada khususnya. Ciri-ciri yang paling jelas dari bingkai pikir ini adalah:

(1) pola pikir berdasarkan nilai hirarkis, yaitu, pola pikir "atas-bawah yang memberikan nilai,
status, atau prestise yang lebih tinggi kepada apa yang "di atas" daripada kepada apa yang "di
bawah";
(2) dualisme nilai, misalnya pasangan yang berbeda yang dipandang sebagai oposisi (dan
bukannya melengkapi) dan eksklusif (dan bukannya inklusif), dan yang menempatkan nilai
(status, prestise) kepada salah satu dari suatu pasangan gagasan daripada yang lain dualisme
yang memberikan nilai atau status yang ting kepada apa yang secara historis didemanikasi
sebace "pikiran nalar" dan "laki-laki daripada pada apa yang secars historis diidentifikasi sebagai
"tubuh, perasaan" dan "perempuan dan logika dominasi, yaitu struktur argumentasi yang
menuju kepada pembenaran subordinasi,"

Menurut Warren, modus berpikir patriarki yang hirarkis, dualisik dan opresif telah merusak
perempuan dan alam. Jelas, karena peren puan telah "dinaturalisas" (natural-alamilah) dan
alam telah "difenisasi, maka sangatlah sulit untuk mengetahui kapan opresi yang satu berakhir
dan yang lain mulai Warren menekankan bahwa perempuan "dinaturalisasi ketika mereka
digambarkan melalui acuan terhadap binatang, misalnya, "sapi, sengala, ayam, ular, anjing
betina, berang- berang, kelelawar, kucing, otak burung, otak kuda." Demikian pula alam
"difeminisasi ketika "a" diperkosa, dikuasai, ditaklukkan, dikendalikan, dipenetrasi, dikalahkan,
dan ditambang oleh laki-laki, atau ketika "a" dihormati atau bahkan disembah sebagai "ibu"
yang paling mulia dari segala ibu. Jika laki-laki adalah tuan dari alam, jika laki-lak telah diberi
kekuasaan atas alam, maka ia mempunyai kendali tidak saja atas alam, tetapi juga atas
perempuan. Apa pun yang dapat dilakukan laki-laki terhadap alam dapat dilakukan kepada
perempuan.

Dengan cara yang sama seperti feminis radikal-kultural dan feminis radikal-libertarian tidak
saling bersetuju mengenai apakah menghubung kan perempuan dengan pekerjaan
mengandung/melahirkan anak dan pengasuhan anak merupakan sumber kekuatan atau
sumber kelemahan perempuan, ekofeminis "kultural", "alam atau psikobiologistik dak
sependapat dengan ekofeminis "konstruksionis-sosial atau ekofeminis "sosial mengenai
kearifan dari penekanan kedekatan perempuan dengan alam. Meskipun demikian, alih-alih
pandangan keduanya yang seringkali berbeda mengenai tanggung jawab tertentu terhadap
lingkungan (apakah kita harus hidup sesederhana mungkin?), terhadap binatang (apakah kita
harus menjadi vegetarian dan antipercobaan terhadap binatang?), dan terhadap generasi masa
datang (apakah kita harus jadi pasifis dan pengendali populasi yang sangat ketat?), sem
ekofeminis setuju dengan Rosemary Radford Ruether bahwa gerakan perempuan
antipembebasan alam merupakan proyek bersama. Dengan mempergunakan kata-kata
Ruether: "Perempuan harus melihat bahwa tidak akan ada pembebasan bagi mereka, dan tidak
ada penyelesaian masalah terhadap tujuan-tujuan ekologis di dalam masyarakat, yang model
fundamental dari hubungan-hubungan di dalamnya adalah model dominasi. Perempuan harus
menyatukan tuntutan gerakan dengan tuntutan gerakan ekologis untuk mendapatkan paran
mengenai pengaturan ulang radikal atas hubungan sosial orom dasar dan nilai-nilai yang
mendasari masyarakat (industri modern ini)

akar Feminisme

Dam bukunya yang terbit tahun 1962, Rachel Carson memperingatkan orang Amerika bahwa,
kecuali jika mereka mulai memperhatikan pentingan lingkungan, semua "perusakan yang
dilakukan laki-laki hadap lingkungan (termasuk kontaminasi udara, tanah, sungai, dan laut
dengan material yang berbahaya, dan bahkan mematikan...[sudah pasti ] akan merontokkan
atau mengubah materi yang merupakan dasar bentuk masa depan. Ketika masalah-masalah
ekologi mengenai pemanasan global, kebocoran azon, pembuangan sampah, peter- naan
spesies yang terancam kepunahan, konservasi energi, dan cagar alam liar, berkembang suatu
gerakan lingkungan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Meskipun semua environmentalis
yakin bahwa manusia harus menghargai alam, kelompok yang disebut sebagai environmentalis
yang berfokus pada manusia memberikan argumentasi nalar untuk menghormati alam
berdasarkan kepentingan manusia lebih jauh lagi, sementara apa yang disebut environmentalis
adalah yang memberikan alasan untuk menghormati alam berdasarkan nilai intrinsik dari bumi
itu sendiri.

Environmentalis yang berorientasi manusia menekankan bahwa kita akan membahayakan din
kita sendiri jika kita membahayakan Ingkungan. Jika kita memboroskan sumber daya alam kita,
atau mencemarkan udara dan air yang akan menderita bukan hanya kita sendiri, melainkan
juga keturunan kita. Jika kita ingin memiliki barang- barang dan gaya hidup material yang
dimungkinkan oleh industrialisasi. kita harus menciptakan cara untuk menangani limbahnya
yang beracun yang dihasilkan industn sebagai produk sampingan. Jika kita ingin mendapatkan
kebaikan dari energi yang melimpah dan murah, ka harus memanfaatkan sumber energi baru,
seperti matahari dan engin kalau tidak, kita akan menghabiskan seluruh persediaan minyak dan
gas alam yang selama ini menjadi bahan bakar Industri kita. Jika kita ingin mengalami
pengalaman di hutan lar serta melihat tumbuhan dan binatang liar, kita harus menghindarkan
perusahaan komersial mengubah setiap jengkal lahan liar menjadi Disneyland atau Club Med
Dan jika kita ingin menjaga keragaman hayati dan harta kekayaan yang terkandung di
dalamnya, kita harus melindungi semua bentuk kehidup an, dan menolak untuk
membahayakan eksistensi semua itu,

Menganggap dirinya sebagai "realistis" atau "pragmatis" mengenal isu lingkungan,


environmentalis yang berorientasi manusia menga bahwa dari waktu ke waktu kita akan harus
mengorbankan lingkungan untuk memenuhi kepentingan kita. Dengan perkataan lain, kadang-
kadang hutan harus ditebang sehingga kita dapat mempergunakan kayunya untuk membangun
rumah: kadang-kadang udara harus terkena pencemaran sehingga kita dapat terus
mengendarai mobil, kadang- kadang spesies predator binatang liar harus dihilangkan atau
dikucilkan di kebun binatang sehingga binatang peliharaan kita dapat merumput dengan aman.
Pendeknya, nilai lingkungan adalah instrumental maknanya, kepentingannya, dan tujuannya
bergantung kepada kebu tuhan atau keinginan kita. Lingkungan hidup ada bukan untuk dinnya
sendiri, melainkan untuk manusia.

Tidaklah mengherankan jika para pengkritik environmentalisme yang berorientasi manusia


mengecam kelompok ini sebagai "antropo- morfisme yang arogan," dan menyalahkan tradisi
Yahudi-Kristen sebaga pemain utama dalam pemikiran yang mendevaluasi lingkungan. Meka
mengacu, misalnya, kepada mandat dalam Bibel yang menginstruksikan manusia untuk
"menjinakkan bumi, dan "mempunyai kekuasaan atas ikan di laut dan atas burung di udara
serta atas segala makhluk hidup yang berjalan di atas bumi yang mendukung pandangan bahwa
kita hanya mempunyai nilai instrumental saja. Para pengkritik ini juga menekankan bagaimana
metafor dan model ilmu mesin, yang mendapat tempat selama periode sebelum Pencerahan
dan selama periode masa Pencerahan, serta mendorong pandangan antropomorfikte hadap
alam. Mereka mengklaim bahwa sebelum abad ke-17 tahun memikirkan alam secara organik,
sebagai perempuan yang baka ibu yang mengasuh, sebagai seseorang yang membagikan secara
cuma cuma apa yang dimilikinya secara melimpah kepada anak-anaknya.Sesudah revolusi ilmu
pengetahuan, kita kemudian menciptakan kembali alam secara mekanis, sebagai mesin yang
tidak hidup. Sebagai hasil Perubahan paradigma ini, kita kemudian menyadari bahwa adalah
lebih mudah untuk membenarkan tidak saja penggunaan/pemanfaatan alam tetapi juga
penyalahgunaan alam yang kita lakukan. Kita berkelit dengan mengatakan bahwa tidak ada
kesalahan moral apa pun ketika kita memperlakukan sekadar objek" sebagaimana yang kita
inginkan.

Filsafat René Descartes, yang mendahulukan pikiran/nalar atas materi, menurut para pengkritik
environmentalisme yang berpusat pada manusia, lebih jauh mendorong konsepsi mekanistik
atas alam. Keyakinan Descartes bahwa kemampuan kita untuk berpikir ("saya berpikir maka
saya ada") membuat kita menjadi "istimewa" yang kemudian mendorong kepada pandangan
bahwa "benda" yang berpikir (res cogitans, atau manusia) ditakdirkan untuk menguasai benda
yang tidak berpikir (binatang, tumbuhan, dan cadas). Perlahan, kita kemudian meyakinkan diri
kita sendiri bahwa manusia adalah memang sungguh-sungguh bentuk kehidupan yang paling
tinggi: pusat dari jagad raya. Sebagai akibat dari konsepsi diri yang dibesar-besarkan itu, kita
kemudian merasa berhak untuk menentukan tidak saja kapan harus melindungi dan menjaga
kelangsungan hidup lingkungan untuk dimanfaatkan kita sendiri, tetapi juga kapan kita dapat
mengorban- kannya untuk mencapai kedigjayaan dan kebaikan yang lebih besar.

Environmentalisme yang berpusat pada manusia, atau antropomorfik, yang kadang-kadang


disebut juga ekologi-dangkal", bertahan hingga akhir tahun 1940-an, ketika generasi baru
environmentalis melancarkan environmentalisme yang berpusat pada bumi, yang mereka ben
istilah "ekologi-dalam" Pandangan terhadap alam pasca- pencerahan ini menolak konsepsi
menempatkan alam sebagai mesin, dan kemudian kembali ke konsepsi terhadap alam Abad
Pertengahan, bahkan kuno, yang memposisikan alam sebagai organisme yang mempunyai nilai
intrinsik dan instrumental.

Dalam esainya yang secara luas dimuat dalam berbagai antologi, The Land Ethic, Aldo Leopold
menulis bahwa kita harus memikirkan alam sebagai "mata air energi yang mengalir melalui
siklus tanah, tumbuhan, dan binatang Leopold percaya bahwa bumi adalah suatu sistem
kehidupan, suatu persimpangan elemen yang saling berkait dan saling bergantung dengan
sangat rumit, yang berfungsi sebagai keseluruhan organisme. Jika satu elemen dan sistem itu
sakit maka keseluruhan sistem mungkin sakit juga; dan satu-satunya cara untuk mengobati
sistem ini adalah dengan merawat atau menyembuhkan bagian yang sakit, apa pun yang sakit
itu, misalnya daratan yang terkena banjir besar, kelompok kijang (atau manusia) yang ove-
populasi, atau sungai yang terkena pencemaran berat, Tentu saja, perawatan atau pengobatan
untuk elemen yang berpenyakit tidak selalu dapat ditemukan, tetapi selalu harus dapat dicari.
Sesungguhnya, hukum ekosistem atas kematian dan pembusukan memastikan bahwa setiap
elemen tua harus hilang/dihilangkan untuk memberikan ruang bagi elemen baru yang terus-
menerus dihadirkan oleh hukum regenerasi dan kehidupan. Tidaklah penting bagi setiap bagian
khusus untuk terus ada, menurut Leopold, yang terpenting adalah keberadaan bagian itu
penting untuk memastikan keberlangsungan dari keseluruhan.

Dari perspektif terhadap alam, sebagai lawan dari perspek terhadap manusia (untuk
mempergunakan istilah yang ditawarkan oleh Leopold), menurut Leopold, mengalir suatu etika
lingkungan yang secara tepat diistilahkan sebagai "biosentris" atau "ekosentris", ia mengklaim
"suatu hal yang benar,jika hal itu cenderung untuk memelihara integritas, stabilitas, dan
kecantikan komunitas biotik Adalah salah jika hal itu cenderung untuk melakukan hal yang
sebalik- nya. Untuk memberikan gambaran atas pemikiran ini, Leopold memberikan contoh
daerah berpasir pinggiran sungai, suatu sistem lingkungan yang sangat khusus dan kecil. Sistem
seperti itu mempunya integritas yang dapat diidentifikasi; sistem kecil itu adalah suatu
kesatuan elemen yang saling bergantung, yang bergabung bersama untuk membentuk
keseluruhan dengan suatu karakter yang unik. Pinggiran sungai berpasir itu juga mempunyai
stabilitas tertentu, bukan karena ia tidak berubah, melainkan karena perubahannya
berlangsung secara perlahan. Akhirya, pinggiran sungai berpasir juga mempunyai kecantikan
dalam bentuknya yang harmonis, tertata rapih. suatu kesatuan dalam keragaman. Jika
dipandang dalam skala yang lebih besar, sistem lingkungan yang kecil ini saling mengunci
dengan sistem lingkungan kecil lainnya, yang kemudian bersama-sama membentuk suatu
ekosistem yang sangat besar, yang di dalamnya manusia hanyalah salah satu bagiannya.
Ekosistem ini, ekosistem yang paling besar, tidak lain dan tidak bukan adalah "alam", dan
moralitas menjad masalah bagi makhluk berkesadaran (atau berpikiran) untuk menjaga
integritas, stabilitas, dan kecantikannya. Pemikiran Leopold adalah garda depan dan revolusi
konseptual yang menggantikan antropomorfisme dan "ekologi-dangkal" dengan bosentrisme
dari "ekologi-dalam", Arne Naess dan George Sessions mengartikulasikan pandangan prinsipil
"ekologi-dalam":
1. Kesejahteraan dan pertumbuhan kehidupan manusia dan bukan manusia di bumi
mempunyai nilai masing-masing (nilai intrinsik yang sinonim, nilai inhereni. Nilai-nilai ini saling
bergantung dari kegunaan dunia bukan-manusia untuk tujuan kepentingan manusia.

2. Kekayaan dan keragaman hayati berkontribusi terhadap pengejawantahan nilai-nilai ini, dan
juga nilai-nilai di dalam setiap kekayaan dan keragaman hayati itu.
3. Manusia tidak berhak untuk mereduksi kekayaan dan keragaman ini, kecuali untuk
memenuhi kebutuhan yang vital.

4. Peningkatan kualitas hidup dan kebudayaan manusia sejalan dengan penurunan substansial
populasi manusia. Peningkat an kehidupan bukan manusia memerlukan penurunan itu,

5. Pada saat ini, campur tangan manusia terhadap dunia bukan manusia sangat berlebihan, dan
situasi ini dengan cepat semakin bertambah buruk.
6. Kebijakan harus diganti. Kebijakan ini mempengaruhi struktur dasar ekonomi, teknologi, dan
ideologi. Keadaan yang dihasilkan akan sangat berbeda dari yang terjadi saat ini.

7. Perubahan ideologi yang utama adalah penghargaan terhadap kualitas hidup (yang
terkandung dalam situasi dengan nilai inheren) daripada tunduk kepada standar kualitas hidup
yang terus-menerus meningkat. Akan ada kesadaraan yang mendalam dari perbedaan antara
besar dan besar sekall 6. Mereka yang mengakui poin yang tengah berlangsung, mempunyai
kewajiban untuk secara langsung anu tidak langsung melaksanakan perubahaan yang harus
dilakukan.

Kritik terhadap ekologi-dalam menunjuk adanya kesalahan, baik pada teori yang mendasari
ekologi maupun pada bagaimana taktiknya. Mereka menuntut untuk mengetahui apa sumber
dari nilai intrinsik alam, menolak pendapat bahwa alam adalah semata-mata bernilai intrinsik
sebagai jawaban yang tidak memadai dan pertanyaan mereka Hanya karena sesuatu itu eksis
menurut mereka, tidak berarti sesuatu Itu menjadi bernilai intristik. Dalam suatu usaha untuk
membujuk para pengkritik ini bahwa alam memang sungguh-sungguh benilal intrinsik, Peter
Wentz berargumentasi bahwa ada sesuatu yang secara intuisi salah dengan penghancuran
ekosistem, ketika tidak ada alasan yang cukup baik untuk melakukan hal tersebut. Ia mengklaim
bahwa jika manusia terakhir yang dapat bertahan setelah malapetaka di seluruh dunia
mempunyai pilihan antara menyelamatkan atau tidak menyea- matkan tumbuhan dan
kehidupan margasatwa yang masih tersisa di bumi, maka apakah ia memilih untuk
menyelamatkan bentuk-bentuk

kehidupan itu tidak akan menjadi "masalah ketidakpedulian moral Meskipun kritik terhadap
ekologi-dalam setuju dengan pendapat Wentz bahwa bumi mempunyai nilai yang bergantung
pada manusia kita, mereka tidak setuju dengan pandangan bahwa kepentingan bum adalah
setara atau lebih penting daripada kepentingan manusia. Misalnya, kritikus Luc Ferry secara
keras berkeberatan dengan beberapa proposal ekologis-dalam bahwa jika kita gagal atau
menolak untuk mengendalikan ukuran populasi kita secara suka rela, pemerintah harus
memaksa kita untuk melakukan hal tersebut, sehingga binatang bukan manusia dapat
mempunyai makanan dan ruang yang cukup. Apakah hal ini berarti, tanya Ferry, bahwa untuk
mendapatkan rasio populasi manusia bukan-manusia yang ideal," pemerintah kita harus
berdiam diri dan tidak berusaha menghentikan situasi "kematian massal manusia yang
disebabkan oleh kelaparan, penyakit, dan perang? Apakah kita akan ditangani seperti kelompok
kijang yang mengalami
overpopulasi?

Ekofeminisme:

Filsafat Baru atau Kearifan Kuno?

Ekofeminisme adalah varian yang relatif baru dari etika ekologis Sebenarnya, istilah
ekofeminisme muncul pertama kali pada tahun 1974 dalam buku Françoise d'Eaubonne yang
berjudul Le Feminisme ou la mort. Dalam karya ini ia mengungkapkan pandangan bahwa ada
hubungan langsung antara opresi terhadap perempuan dan opres terhadap alam, ia mengklaim
bahwa pembebasan salah satu dan keduanya tidak dapat terjadi secara terpisah dan yang lain.
Kurang lebih satu dasawarsa setelah Eaubonne mempopulerkan istilan itu Karen J. Warren
menspesifikasi lebih jauh asumsi dasar dari ekofemin me, la mengatakan: "(1) ada keterkaitan
penting antara opresi terhadap perempuan dan opresi terhadap alam; (2) pemahaman
terhadap alam dalam keterkaitan ini adalah penting untuk mendapatkan pemahaman yang
memadai atas opresi terhadap perempuan dan opresi terhadap (3) teori dan praktik feminis
harus memasukkan perspektif ekologi, dan (4) pemecahan masalah ekologi harus menyertakan
perspektif feminisa.

Dalam banyak hal, ekofeminisme mirip dengan ekologi-dalam, meskipun demikian, ekofeminis
secara umum menyalahkan ekologis-dalam karena mereka tidak melihat satu poin yang sangat
penting. Menurut ekofeminis, ekologis-dalam secara keliru telah melawankan antropomorfisme
secara umum, ketika yang menjadi masalah sesungguhnya bukanlah semata-mata keterpusatan
pada manusia di dunia Barat, melainkan keterpusatan pada laki-laki. Androsentrisme, dan
bukannya antropomorfisme, yang merupakan musuh utama perempuan dan alam.

Meskipun ia memuji para ekologis-dalam atas "usaha bersama..untuk memikirkan kembali


metafisika, epistemologi, dan etika Barat," ekofeminis Ariel Kay Salleh tetap menganggap
pemikiran ekologis- dalam tidak memadai. Dengan menunjukkan bahwa kebanyakan juru bicara
ekologi-dalam adalah laki-laki, Salleh menuduh ekologis- dalam takut untuk
mengkonfrontasikan seksisme dan naturisme sebagai penyebab krisis lingkungan hidup yang
kita alami sekarang ini. Gerakan ekologi-dalam tidak akan pernah benar-benar terjadi," katanya.
hingga laki-laki cukup berani untuk menemukan kembali dan mencintai bagian dirinya yang
perempuan." Pendapat Salleh ini, yang disetujui oleh banyak ekofeminis, adalah "bahwa
kebencian terhadap perempuan, di dalam karakteristiknya (ipso facto) menyebabkan kebencian
terhadap alam, adalah salah satu mekanisme utama yang mengatur tindakan laki-laki (atau
sesuatu berkenaan dengan sifat laki- laki) dan, karena itu, keseluruhan kebudayaan
Barat/patriarkal."
Masalah dalam Ekofeminisme Menghubungan Perempuan dengan Alam atau Tidak

Meskipun ekofeminisme setuju bahwa hubungan antara perempuan dengan alam adalah
penyebab utama seksisme dan naturisme, mereka tidak bersepakat dalam hal apakah
hubungan perempuan dengan alam, pada dasarnya bersifat biologis dan psikologis, ataukah
pada dasarnya, bersifat sosial dan kultural. Mereka juga tidak sepakat mengenai hal apakah
perempuan harus menghilangkan, menekankan, atau mem- bentuk kembali hubungannya
dengan alam. Menurut Ynestra King, "pengakuan atas hubungan antara perempuan dengan
alam dan posisi perempuan sebagai jembatan antara alam dan kebudayaan menghadirkan tiga
arah kemungkinan feminisme." Arah pertama adalah memisahkan hubungan antara
perempuan dengan alam, dengan secara mutlak mengintegrasi perempuan ke dalam
kebudayaan dan ranah produksi. Kedua adalah menegaskan kembali hubungan perempuan
dengan alam, dengan mengajukan pendapat bahwa alam perempuan bukan saja berbeda,
melainkan juga lebih baik daripada budaya lak laki. Ketiga, menurut pendapat King, cara dan isi
ekoteminis sejati ada dalam

" Pengakuan bahwa meskipun dualisme alam-kebudayaan adalah produk kebudayaan, kita
dapat secara sadar memilih untuk tidak memisahkan hubungan perempuan-alam dengan
menggabungkan diri dengan kebudayaan laki-laki. Sebaliknya, kita dapat memanfaatkannya
sebagai suatu posisi strategis untuk menciptakan suatu jenis kebudayaan dan politik yang
berbeda, yang akan mengintegrasikan bentuk pengetahuan intuitif, spiritual, dan rasional,
dengan merangkul baik ilmu pengetahuan maupun keajaiban, sepanjang semua itu dapat
memungkinkan terciptanya transformasi dari perbedaan alam-kebudayaan dan menciptakan
suatu masyarakat ekologis yang bebas"
Yang implisit dan pemahaman King mengenai ekofeminisme sejati adalah keyakinan feminis
posmodern, bahwa pada akhirnya semua bentuk opresi manusia berakar pada skema
konseptual yang dikotomis yang menguntungkan salah satu dan dua hal (misalnya, laki-laki atas
perempuan, alam atas kebudayaan, ilmu pengetahun atas kekuatan supernatural) .

Argumen yang Mendukung Pemisahan Hubungan Perempuan-Alam

Simone de Beauvoir. Di antara feminis yang memikirkan hubungan perempuan dengan alam
adalah mereka yang tampaknya berada di luar kelompok ekofeminis. Misalnya, Simone de
Beauvoir mendorong perempuan untuk "mentransendensi" hubungan mereka dengan alam
untuk melampaui status mereka sebagai Liyan, atau jenis kelamin kelas dua. Beauvoir
berspekulasi bahwa identitas perempuan sebagai Liyan sebagian merupakan akibat dari fakta
biologisnya-terutama kapasitas reproduksinya dan, sebagian adalah akibat dan tanggung jawab
sosialnya atas pengasuhan anak. Beauvoir tidak memandang tubuh perempuan sebagai teman
perempuan. Sebaliknya, ia memandang pun perempuan secara fundamental bersifat
mengalienasi, dan menyedot energi perempuan, sehingga perempuan menjadi terlalu
kelelahan untuk dapat berpartisipasi dalam bentuk kreatifitas yang dinikmati laki-laki.
Mengikuti Sartre, Beauvoir menekankan bahwa laki-laki dan perempuan terperangkap dalam
dialektika Ada untuk dirinya sendiri (pour soil dan Ada di dalam dirinya sendiri (en-son) (lihat
Bab 5). Ada untuk dirinya sendiri membangun Ada menjadi Diri, yang secara sadar menyadari
adanya kemungkinan untuk penciptaan diri yang ditawarkan oleh masa depan, Ada di dalam
dirinya sendiri mengkonstruksikan Ada sebagai Liyan, sesuatu tanpa masa depan, dan, karena
itu, tanpa adanya kemungkinan untuk transformasi apa pun bentuk transformasi Meskipun
makhluk hidup adalah Ada untuk dirinya, atau berkesadaran, kebudayaan Barat cenderung
untuk memandang bahwa hanya laki-laki yang sungguh-sungguh Ada untuk dirinya, sementara
perem- puan lebih dekat kepada Ada di dalam dirinya sendiri.

Karena menjadi Ada untuk dirinya sendiri mengakibatkan kecemasan baik laki-laki maupun
perempuan, yang terlibat di dalam modus yang disebut sebagai bad faith, dalam usaha untuk
menyembunyikan fakta bahwa mereka sendirilah pencipta dari nasib mereka. Laki-laki
berlindung dari kebebasan mereka di dalam gagasan "kebendaan" perempuan atau
"karakteristik" imanen Ada di dalam dirinya sendiri. Dengan perkataan lain, laki-laki melihat di
dalam "perempuan" apa yang sesungguhnya diinginkannya: seorang manusia yang
sebagaimana adanya (is) dan terbebaskan dari tugas yang membebani untuk terus- menerus
dalam proses menjadi sesuatu yang baru, berbeda atau lebih bak seseorang yang "selesai", dan,
karena itu, secara total terserap dalam gerakan tubuhnya yang berputar dan berulang, serta
tidak menyadari dorongan-dorongan pikirannya untuk mentransendensi apa yang diketahui
saat ini menjadi apa yang tidak diketahui di masa depan.

Menyadari secara penuh bahwa perempuan adalah sebebas laki- laki, perempuan,
bagaimanapun juga, terlibat dalam bad faith dengan menerima secara sukacita perannya
sebagai Liyan. Beauvoir mengatakan bahwa, "bersamaan dengan dorongan etis pada setiap
individu untuk menegaskan eksistensi subjektifnya, ada juga godaan untuk melepaskan
kebebasan untuk menjadi benda (thing) semata." Jika perempuan ingin dibebaskan dari status
jenis kelamin kedua, menurut- nya, perempuan harus menahan godaan untuk tidak mengambil
"jalan keluar yang mudah." Dengan menolak menjadi Liyan-"kebendaan" dirinya, Ada di dalam
dirinya sendiri, Ada yang imanen, ada yang natural/alami-perempuan tidak hanya
membebaskan dirinya sendiri, melainkan juga membebaskan laki-laki. Laki-laki tidak lagi harus
menyembunyikan kebebasan mereka di dalam tubuh "perempuan".

Berefleksi dari program yang disarankan Beauvoir untuk mencapai kebebasan perempuan,
ekofeminis Val Plumwood mengecam Beauvoir yang dianggapnya telah memberikan saran yang
salah kepada perempuan yang peduli pada alam:

Bagi Simone de Beauvoir perempuan akan menjadi manusia yang penuh seperti laki-laki,
dengan bergabung bersama laki-laki dalam mengambil jarak dari dan dalam mentrasendensi
serta mengen- dalikan alam. la mempertentangkan transendensi laki-laki dan penaklukan
terhadap alam dengan imanensi perempuan, yang diidentifikasi dengan dan secara pasif larut
dalam alam dan tubuhnya. "Kemanusiaan yang penuh yang akan diraih oleh perempuan,
mengandung maksud menjadi bagian superior jiwa, mendominasi dan mentransendensi alam
dan fisikalitas/ketubuhan, kebebasan, dan keterkendalian yang dipertentangkan dengan
keterlarutan dalam alam dan ketidakterkendalian yang buta. Perempuan menjadi "manusia
secara penuh dengan cara terserap dalam wilayah kebebasan dan transendensi maskulin yang
septualisasikan dalam istilah-istilah chauvinis-manusia.

Plumwood mengkhawatirkan bahwa dengan menolak ranah Ada di dalam dirinya sendiri, dunia
imanensi, perempuan tidak akan mendapatkan kemanusiaannya yang sejati, melainkan hanya
mendapatkan "kesempatan untuk menjadi partner penuh laki-laki dalam kampanye untuk
menguasai/mengendalikan atau mendominasi alam. Dikotomi laki-laki-perempuan tidak akan
terjembatani atau tersembuhkan untuk menjadi kemenyeluruhan. Sebaliknya, anggota
perempuan dari hegemoni ini, akan dengan mudah terhapuskan dan luruh dalam anggota laki-
laki. Lebih jauh lagi, dikotomi kebudayaan-alam tidak akan pernah dapat dihapuskan. Malah,
akan lebih memburuk. Ditinggalkan oleh

--------------------------------------------------- Halaman 370 --------------------------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai