Anda di halaman 1dari 3

Ecological Critisicm

Pandangan ini lahir dari banyakan pendekatan yang antroposentris, patriakal, androsentris.
Banyak para antropologi dan misionaris mengutuk para penduduk asli Australia sebagai agama
animisme. Padahal kita tahu bahwa mayoritas penduduk asli yang tradisonal sebagai suku asli di
suatu tempat sangat memelihara bumi ini dengan baik. Komunitas bumi tidak terbatas pada
keragaman ciptaan namun semua hal yang ada du bumi ini adalah bagian dari komunitas yang
terkoneksi satu dengan yang lain.
Ecology adlaah studi spesifik tentang interrelasional yang di dalamnnya terdapat organisme,
hidup maupun mati, dan lingkungannya. Ekologi menjadi bagian terintegral dari social, politik
dan dunia personal kita.
Dalam cosmologi baru, ekologikal memberi pandangan mengenai dunia natural, dan lebih secara
particular pada bumi, penulis memberi saran untuk kita lebih sadar bahwa bumi ini adalah
habitat yang di dalamnya banyak jaringan rapuh yang saling terhubung dan saling bersinggungan
dan keberadaannya sebagai masyarakat hidup yang di dalam ada manusia dan organisme lainnya
yang hidup dan bergerak juga memiliki takdir yang sama untuk hidup bersama.
Bumi ini adalah terdiri dari tumbuh-tumbuhan, hewan, makhluk hidup lainnya dan lingkungan
alam yang keberadaan
Terlalu lama kita memahami alam dan bumi sebagai mesin. Kita terpengaruh dari pemikiran
budaya barat memandang bumi mesin , Tuhan sebagai perancang handal dari mesin dan manusia
dibentuk/diciptakan untuk menentukan cara kerja mesin (alam/bumi) ini. Dan mesin ini harus
digunakan atau diolah untuk kepentingan manusia. Ini adalah penafsiran modern yang terus
diwarisan turun temurun. Kita terlalu lama mewarisi dan terlalu berfokus pada kepentingan
manusia, dan hubungan manusia dengan Tuhan, dan keselamatan personal sebagai orang
percaya. Singkatnya kita mengira kitab suci kita ini antroposentris, dan juga patriakal, atau
androsentris karena banyak penulis dan penafsir dari kitab di masa lalu adalah laki-laki dengan
budaya dominan adlah tradisi patriakal.
Prinsip Kitab Bumi.
Prinsip nilai instrinsik: semesta, bumi, dan semua komponen memiliki nilai intrinsic
Prinsip keterkaitan: bumi adalah masyarakat yang saling bersinggungan dalam hal yang hidup
dan saling berpengaruh satu dengan yang lain untuk hidup bersama-sama.
Prinsip tujuan: semesta, bumi, dan semua komponen adalah bagian dari desain dinamik cosmis
di mana setiap bagian memiliki tempat di tujuan keseluruhan dalam desain itu.
Dalam hermeneutic ekologikal tidak focus pada ekologi dan penciptaan atau ekologi dan teologi,
namun hermeneutic ekologikal berbicara mengenai menuntut perubahan sikap yang radikal
dalam kaitannya dengan bumi sebagai subjek dalam teks. Pendekatan ekologikal radikal
digunakan untuk melibatkan hermeneutic kritikal dari kecurigaan, identifikasi, pengambilan.
Yang terfokus pada orientasi pada ekosistem yang dinamakan bumi.
Kecurigaan- Bias dari Antroposentris.
Kita mulai membaca kitab dengan berfikir bahwa teks yang kita baca ini adalah teks yanf penuh
dengan perspektif antroposentris yang artinya berpusat pada manusia sebagai pusat kepentigan.
Kita perlu curiga dengan bias antroposentris yang dua rupa. Yang pertama, asumsi atau kondisi
yang diwariskan terpusat pada kepentingan manusia terkhusus dunia barat yang meyakini kita
adalah makhluk dengan tatanan yang sama sekali berbeda dari semua makhluk lain di alam atau
dalam hierarki hal-hal yang ada Tuhan, manusia, dan ciptaan lainnya. Kitab ini sejauh yang kita
pahami sebagai buku Allah untuk manusia. Yang kedua adalah pandangan bias antroposentris
yang menganggap alam ini sebagai objek. Semua yang kita punya di bumi, pemandangan alam
baik itu yang hidup maupun mati semuanya ini adalah objek dari investigasi manusia, untuk
kepentingan sains. Saat kita menggunakna prasangka antroposentris dalam proses hermeneutic
ini kita akan menyadari bagian lain dari alam yang kurang nilai. Dari situ kita akan menyadari
bahwa banyak sarjana yang menafsir bahwa saat mereka menjelajah sejarah, budaya, dan latar
belakang social, dan dimensi teks. Mereka akan secara natural cenderung focus pada kepentingan
dan hubungannya dengannmanusia, dibandingkan melihat alam sebagai habitat, lingkungan atau
entitas yang tertanam dalam teks.
Identifikasi- Empati kepada Bumi
Sebelum kita mulai membaca dan berusaha mengidentifikasi dengan bumi dalma teks ita perlu
menghadapi realita ekologi sebelumny dari realitas ekologi sebelumnya dari kekerabatan ktia
dengna bumi. Ita perlu memahami bahwa kita adalah mahkluk bumi, lahir di bumi, dan ekspresi
hidup dari ekosistem yang muncul di planet ini. Identitas kita dipengaruhi oleh berbagai
kekuatan lingkungan yang kita laami di habitat tertentu. Kita mulai mengidentifikasi menyadari
bahwa bumi dan anggota komunitas bumi akan meningkatkan kesadaran kita akan ketidakadilan
terhadap bumi yang tercermin dalam teks yang digambarkan di tangan manusia dan Tuhan.
Penafsir yang berada di posisi ekologi radikal akan melihat penyebab mengalami bumi in
menderita dengan mengekspos kesalahan yang dilakukan. Tugas kita adalah untu mengubah
focus dari antroposentri kepada anggota non manusia dari komunitas bumi dengna mencoba
merasakan kehadiran merek adalam teks-dimana kehadiran mereka ditekan, ditindas, atau
dirayakan. Kita mengidentifikasi bumi dalam perjuangan keadilan lingkungan dn bergerak lebih
dair sekedar mengidentifikasi tema-tema ekologi dalam teologi penciptaan atau memulai dengan
mengidentifikasi dengan tokoh-tokoh bukan manusia dalam narasi, berempati dengan peran,
karakter, dan perlakuan mereka. Kita mulai menempatkan diri dalam habitat partisipan dalam
narasi. Hal ini akan membuat kita melihat pada entitas tertentu yang terisolasi, terpinggirkan,
atau diremehkan oleh tokoh atau diremehkan oleh tkokh dari kekuatan dominan di habitat yang
terlibat. Kita membaca teks sebagai makhluk bumi dengan mengidentifikasikan satu atau lebih
karakter non-manusia dalam teks dan menempatkan diri di habitat asli mereka untuk memastikan
kekuatan atau factor apa yang mungkin kita klaim secara sah oleh karakter mereka.
Retrieval- Suara dari Bumi
Kunci di tahap inia adalah memperhatikan bumi dan anggota komunitas bumi sebagai subjek
suara bumi. Suara itu biasanya hening maka dari itu diperlukan kepekaan dalam mendengar,
suara itu butuh dihubungkan kepada kata Bahasa yang diasosiasikan dengna suara manusia. Kita
menempatkan bumi sebagai seorang penafsir. Kita membaca sebagai upaya agar kita
merekontruksi sejarah, sumber literature, dunia social, dan teologi di dalam teks. Tugas kita di
tahap ini adalah membaca ulang teks untuk mengarahakn bumi atau anggota komunitas bumi
yang menderita, melawan,atau diusir oleh orang-orang dalam tkes atau sejarah penafsir zaman
dulu. Tugas ini menuntut untuk merebut kembali penderitaan dan perjuangan bumi yang
melibatkan komuntias bumi yang lebih luas untuk kerabat kita. Ada kemungkinan kuat bahwa
teks mungkin lebih bersimpati pada penderitaan dan potensi bumi daripada penafsir yang selama
ini kita yakini. Kita perlu mempertimbangkan kemungkinan bahwa bumi tertindas dan menolak
orientasi antroposentris yang menyadari dominasi patriarki. Sehingga kita mendengarkan lebih
suara-suara menantang atau menumbangkan suara naratif dari tradisi dominan. Kita perlu
menghidupkan kembali sisa-sisa terang yang masih hidup, mendengarkan suara-suara yang
diredam,
Respon dari tugas bacaan.
Sejauh mana metode ini dapat dipakai untuk menafsirkan teks. Apa pendekatan ini dapat secara
gambling dipakai untuk para penafsir yang konservatif. Alkitab dipenuhi dan memang tujuannya
adalah untuk kehidupan manusia dan bukan ditujukan kepada nonhuman. Apakah bisa kita selalu
mengarahkan teks itu kepada bumi dan anggota komunitas bumi yang terpinggirkan dalam suatu
teks suci. Kekudusan

Anda mungkin juga menyukai