Anda di halaman 1dari 5

Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

MEMBANGUN MASYARAKAT MELEK SAINS BERKARAKTER BANGSA


MELALUI PEMBELAJARAN

Ni Nyoman Lisna Handayani

Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha

lisna handayani@pasca.undiksha.ac.id

Abstrak
Sains memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan, karena itu perlu
dipelajari agar semua insan Indonesia mencapai literasi sains, sehingga membentuk
masyarakat yang melek sains namun tetap berkarakter bangsa. Pendidikan sains
bertanggungjawab atas pencapaian literasi sains anak bangsa, karena itu perlu
ditingkatkan kualitasnya. Peningkatan kualitas pendidikan sains dilakukan melalui proses
berpikir sains atau pengembangan keterampilan generik sains. Pengembangan berpikir
sains mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Sains yang
bersifat berkesinambungan dengan falsafah bangsa indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika,
dengan demikian melalui belajar sains dapat pula dikembangkan karakter bangsa.

Kata kunci:literasi sains, berpikir sains, karakter bangsa.

Abstract
Science plays an important role in all aspects of life, because it needs to be studied in
order to all Indonesian people achieve scientific literacy, thus forming a science-literate
society while remaining in character of the nation. Science education is responsible for
the achievement of scientific literacy of the nation, because it needs to be improved.
Improving the quality of science education is done through the process of thinking
science or generic science skill development. Development of scientific thinking can
improve thinking ability of high-level learners. Science that is continuous with the
philosophy of the nation Indonesia, namely national unity, thus through learning science
can be developed character of the nation.

Keywords: scientific literacy, scientific thinking, the nation's character.


tersebut, telah ditetapkan serangkaian
Pendahuluan prinsip yang dijadikan landasan dalam
Dalam pembaharuan sistem pelaksanaan reformasi pendidikan.
pendidikan nasional telah ditetapkan visi, Salah satu prinsip tersebut adalah
misi dan strategi pembangunan pendidikan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai
nasional. Visi pendidikan nasional adalah proses pembudayaan dan pemberdayaan
terwujudnya sistem pendidikan sebagai peserta didik yang berlangsung sepanjang
pranata sosial yang kuat dan berwibawa hayat. Dalam proses tersebut harus ada
untuk memberdayakan semua Warga pendidikan yang memberikan keteladanan
Negara Indonesia, berkembang menjadi dan mampu membangun kemauan, serta
manusia yang berkualitas sehingga mampu mengembangkan potensi dan kreativitas
dan proaktif menjawab tantangan zaman peserta didik. Prinsip tersebut menyebabkan
yang selalu berubah. Terkait dengan visi adanya pergeseran paradigma proses

364
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

pendidikan, dari paradigma pengajaran ke dikembangkan melalui pendidikan adalah


paradigma pembelajaran. otonomi, kecakapan, kesadaran
Paradigma pembelajaran berdemokrasi, kreativitas, daya saing,
memberikan peran lebih banyak peserta estetika, kearifan, moral, harkat, martabat
didik untuk mengembangkan potensi dan dan kebanggaan. Pada tingkat operasional,
kreativitas dirinya dalam rangka pendidikan harus menanamkan pentingnya
membentuk manusia yang mempunyai kerja keras, sportivitas, kesiapan bersaing,
kekuatan spiritual keagamaan, berahlak dan sekaligus bekerja sama dan disiplin
mulia, berkepribadian, memiliki diri.
kecerdasan, memiliki estetika, sehat Acuan lingkungan strategis
jasmani dan rohani, serta keterampilan yang mencakup lingkungan nasional dan
dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, lingkungan global. Dalam kaitan dengan
bangsa dan negara. Untuk dapat lingkungan nasional, muncul nilai nilai
menyelenggarakan pendidikan berdasarkan baru di masyarakat seperti kerja keras,
paradigma tersebut, diperlukan acuan dasar keunggulan, dan ketepatan waktu, pengaruh
pendidikan yang meliputi acuan filosofis, politik yang sejak era reformasi terasa
maupun acuan normatif baik yang bersifat sangat labil, serta pengaruh ideologi dimana
kultural maupun lingkungan strategis. pendidikan ideologi perlu terkait dengan
Acuan filosofis didasarkan pada yang universal. Lingkungan nasional, yang
abstraksi acuan hukum dan kajian empiris saat ini masih dalam situasi reformasi,
tentang kondisi sekarang serta idealisasi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masa depan. Secara filosofis, pendidikan masyarakat. Secara nasional, acuan
perlu memiliki karakteristik : (1) mampu strategis ini mengandung arti bahwa
mengembangkan kreativitas, kebudayaan, pendidikan kita harus dapat menjawab
dan peradaban, (2) mendukung diseminasi tantangan reformasi dan membawa negeri
dan nilai keunggulan, (3) mengembangkan ini keluar dari berbagai krisis.
nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, Berdasarkan paparan di atas maka
keadilan dan keagamaan serta (4) permasalahannya adalah bagaimana
mengembangkan secara kelanjutan kinerja pendidikan sains yang dikembangkan
kreatif dan produktif yang koheren dengan melalui pembelajaran sains dapat mencapai
nilai- nilai moral. Semua ini tidak terlepas tantangan- tantangan tersebut? Dimensi-
dari cita cita pembentukan masyarakat dimensi Pembelajaran Sains dan Literasi
Indonesia baru, yakni apa yang disebut Sains Bila peserta didik diperkenalkan pada
dengan masyarakat madani. hakikat sains?
Pendidikan kita harus pula
memiliki acuan nilai kultural dalam Metode yang Diterapkan
penataan aspek legal. Tata nilai itu sendiri Metode yang diterapkan dalam
bersifat kompleks dan berjenjang mulai dari sajian ini merupakan metode
jenjang nilai ideal, nilai instrumental pengembangan (Borg and Gall, 1979: 624)
yang dalam pelaksanaannya dilakukan
sampai pada nilai operasional. Pada tingkat
dalam bentuk siklus seperti halnya
nilai ideal, acuan pendidikan adalah penelitian tindakan (McNiff, 1994: 31)
pemberdayaan kemandirian dan sampai dihasilkan suatu model masyarakat
keunggulan. Pada tingkat instrumental, melek sains berkarakter bangsa melalui
nilai-nilai penting yang perlu pembelajaran yang cocok bagi siswa kelas

365
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

awal pada jenjang sekolah dasar sebagai beratnya adalah berhipotesis (hypothesis),
produk dari pengimplemendasian ini. Untuk pengamatan (observation), melakukan
itu, maka pelaksanaannya mengacu pada eksperimen (experimentation), dan
sistim aplikasi penelitian tindakan yang menggunakan matematika (mathematics).
terbagi menjadi beberapa siklus sampai Sains sebagai pengetahuan (body of
dihasilkan suatu produk, yaitu model sains knowledge) meliputi fakta (facts), konsep-
berkarakter bangsa yang menjadi fokus konsep (concepts), hukum-hukum dan
kajian. prinsip-prinsip (laws and principles), teori-
teori (theories) dan modelmodel (models).
Hasil dan Pembahasan Sains dalam interaksinya dengan
Berdasarkan kedalaman cara teknologi dan masyarakat telah banyak
mempelajarinya sains memiliki 4 dimensi, dipelajari dalam berbagai bentuk
yaitu: (1) sains sebagai cara berpikir; (2) pembelajaran seperti STS, SETS, serta
sains sebagai cara untuk menyelidiki; (3) pembelajaran sains kontektual seperti CTL.
sains sebagai pengetahuan; (4) sains dan Literasi sains merupakan pengetahuan dan
interaksinya dengan teknologi dan pemahaman konsep-konsep dan proses
masyarakat. (Chiapetta and Koballa, 2006). sains yang diperlukan untuk pengambilan
Perbedaan sudut pandang ini dapat keputusan pribadi, berpartisipasi dalam
mengarahkan seperti apa cara pembelajaran kegiatan masyarakat dan budaya, serta
sains yang dipilih. Pada hakikatnya produktivitas ekonomi. Litersi sains juga
perbedaan keempat sudut pandang tersebut meliputi jenis kemampuan yang spesifik
dalam pelaksanaan pembelajaran sains (NSES, 1996).
dalam pendidikan sains dewasa ini dapat Literasi sains berimplikasi pada
digambarkan seperti terlihat dalam gambar kemampuan seseorang mengidentifikasi
1. isu-isu sains yang melandasi pengambilan
keputusan lokal dan nasional yang dapat
pula menunjukkan posisi sains dan
teknologi yang telah diterimanya. Dalam
hal ini tersirat peranan serta kewajiban
pendidikan sains dalam membentuk
warganegara yang melek sains.
Pergeseran paradigma dalam
pembelajaran sains sebagaimana dilukiskan
pada gambar 1 pendidikan sains masih
Belajar sains sebagai cara berpikir meliputi terpaku pada pembelajaran sebagai
keyakinan (belief), rasa ingin tahu dengan porsi yang berlimpah.
(curiosity), imaginasi (imagination), Untuk memperbaiki kondisi tersebut, ada 5
penalaran (reasoning), hubungan sebab- hal yang merupakan learning gaps (Light
akibat (cause-effect relationship), pengujian and Cox, 2001) yang perlu diubah dalam
diri dan skeptis (self-examination and rangka peningkatan kualitas pembelajaran,
skeptiscism), keobjektifan dan berhati khususnya di perguruan tinggi, yaitu dari
terbuka (objectivity and open-mindedness). :(1) hafalan menjadi pemahaman; (2)
Sebagai cara untuk menyelidiki belajar pemahaman menjadi kemampuan
sains dapat berupa metode ilmiah, yang titik (kompetensi); (3) kemampuan menjadi

366
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

keinginan untuk melakukan; (4) keinginan bermakna ganda; (10) membangun


untuk melakukan menjadi secara nyata argumen yang meyakinkan berakar lebih
melakukan; (5) secara nyata melakukan pada data daripada pendapat, (11) memilih
menjadi dalam proses berubah/ selalu data penunjang yang paling kuat; (12)
berubah. menghindarkan kesimpulan yang
Tantangan seperti ini harus segera berlebihan, (13) mengidentifikasi celah-
direspon oleh setiap perguruan tinggi untuk celah dalam bukti dan menyarankan
menopang perkembangan masyarakat pengumpulan informasi tambahan; (14)
dalam rangka memenangkan persaingan menyadari ketidak-jelasan atau banyaknya
global. Seiring dengan berlangsungnya kemungkinan jawaban suatu masalah; (15)
perubahan cara belajar tersebut, maka mengusulkan opsi lain dan
belajar sains juga harus mengubah mempertimbangkannya dalam pengambilan
paradigma. Perubahan paradigma belajar keputusan; (16) mempertimbangkan semua
sains yaitu dari belajar sains menjadi pemangku kepentingan atau sebagiannya
berpikir melalui sains, yang akhirnya dalam mengusulkan penyebab tindakan;
menjadi berpikir sains. Belajar sains yang (17) menyatakan argumen dan konteks
sedang berlaku masa kini juga bervariasi untuk apa argumen itu; (18) menggunakan
kadarnya. Dari rentang yang paling rendah bukti secara betul dan tepat untuk
yaitu belajar sains melalui hafalan sains. menyanggah argumen; (19) menyusun
Berpikir sains dapat membangun argumen secara logis dan kohesif; (20)
kemampuan berpikir tingkat tinggi. menghindarkan unsurunsur luar dalam
Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini penyusunan argumen; (21) menunjukkan
dapat dibekalkan untuk membentuk bukti untuk mendukung argumen yang
karakter bangsa. Misalnya bila warganegara meyakinkan. Sifat sains yang merupakan
mampu berpikir kritis, maka tak akan kesatuan dalam keragaman (unity in
begitu mudah terjadi benturan kelompok- diversity).
kelompok sosial seperti tawuran, karena Menurut Liliasari, (2005) sangat
setiap individu dalam masyarakat tidak sejalan dengan falsafah negara kita yaitu
akan mudah tertipu oleh isu. Menurut Tunggal Bagaimana sains
Moore dan Parker (2009) berpikir kritis dapat merupakan kesatuan dalam
memiliki sejumlah karakteristik, yaitu: (1) keragaman, yaitu dengan adanya tema
menentukan informasi mana yang tepat atau umum dalam mempelajari sains. Ada lima
tidak tepat; (2) membedakan klaim yang tema umum yang secara keseluruhan
rasional dan emosional; (3) memisahkan mendukung sains secara utuh, yaitu sistem,
fakta dari pendapat;(4) menyadari apakah model, kekekalan, perubahan, dan skala.
bukti itu terbatas atau luas; (5) Dalam hubungan banyak benda yang
menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam berinteraksi dan masing-masing memiliki
argumentasi orang lain; (6) menunjukkan fungsi dalam hubungan itu, maka akan
analisis data atau informasi; (7) menyadari terbentuk sistem. Misalnya sistem syaraf,
kesalahan logika dalam suatu argumen; (8) ekosistem, kesetimbangan, tatasurya. Untuk
menggambarkan hubungan antara sumber- mempelajari fenomena yang tidak dapat
sumber data yang terpisah dan informasi; dimati langsung oleh pancaindera, maka
(9) memperhatikan 7 informasi yang diperlukan model. Misalnya model atom,
bertentangan, tidak memadai, atau model mesin uap, model peredaran darah.

367
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

Dalam alam semesta segala sesuatu Daftar Pustaka


berubah setiap saat. Dalam mempelajari Borg, W. R. & Gall, M. D. (1979). Educational
segala sesuatu yang berubah ini selalu ada Research an Introduction. NY &
sesuatu yang tidak berubah, yang disebut London: Longman.
Chiapetta and Koballa (2006). Science
kekekalan. Untuk mempelajari perubahan
Instruction in the Middle and
yang terjadi ditemukan pola-pola
Secondary Schools: Developing
perubahan, yaitu tetap, siklus, dan tak Fundamental Knowledge and Skills
teratur. for Teaching, sixth edition, New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Simpulan Liliasari (2005) Liliasari (2010) Pengembangan
Berdasarkan kajian di atas adapt berpikir kritis sebgai karakter bangsa
disimpulkan sebagai berikut. Indonesia melalui pendidikan sains
Pertama, Sains berperan sangat berbasis ict, Potret Profesionalisme
penting dalam segala aspek kehidupan Guru dalam Membangun Karakter
Bangsa: Pengalaman Indonesia dan
manusia, karena itu sangat diperlukan oleh
Malaysia, Bandung: UPI
semua insan Indonesia (science for all)
dalam membentuk masyarakat yang literasi
sains.
Kedua, pembelajaran Sains
bertanggungjawab atas literasi sains peserta
didik, karena itu kualitas pembelajaran
Sains perlu ditingkatkan agar segera
mencapai taraf pengembangan
berkelanjutan.
Ketiga, pengembangan berpikir
sains atau keterampilan generik sains
peserta didik melalui pembelajaran,
memberikan dampak iringan perkembangan
kemampuan berpikir tingkat tingginya.
Keempat, Karakter sains in
sejalan dengan falsafah bangsa
Indonesia Tunggal maka
belajar sains dapat sekaligus
mengembangkan karakter bangsa dalam
menghadapi persaingan global.

368

Anda mungkin juga menyukai