Anda di halaman 1dari 5

D.

Pengaruh Terapi Senam Yoga

a. Senam yoga dan Otak

Menurut Hilman (2013) bahwa tidak ada pusat relaksasi dalam otak, namun sebagian besar sistem
dalam otak akan mengambil bagian dalam proses perekaman, pemprosesan berbagai jenis dan struktur
senam yoga sebagai relaksasi dan melibatkan kemampuan emosi, kognitif dan motorik yang tinggi.

1. Sistem otak yang mengatur emosi

2. Sistem otak yang mempresentasikan kemampuan kognitif

3. Sistem otak yang mengatur aktivasi dan kontrol kerja otot

b. Sistem Kerja Senam Yoga

Fisik senam yoga adalah semua hal yang berhubungan dengan produksi suatu latihan pernafasan,
relaksasi dan meditasi dengan atau tanpa musik/instrumen yang menghasilkan ketenangan. Fisiologi
senam yoga adalah semua struktur latihan pernafasan, relaksasi dan meditasi pada level pikiran dan
pendengaran (Turana, 2008).

Untuk memahami bagaimana sistem kerja senam yoga dalam mempengaruhi fisiologis tubuh, maka
akan sangat membantu apabila kita memiliki pengetahuan tentang cara kerja tubuh dan sistemnya, yang
dalam hal ini dikenal dengan istilah laboratorium kehidupan (Hilman, 2013).

Menurut Yuda (2008) telah dikembangkan bidang baru yang diberi nama Psychoneuroimmunology
(PNI), yaitu;

1.) Psycho : pikiran, perasaan dan emosi

2.) Neuro : sistem saraf dan otak

3.) Immunology : sistem kekebalan tubuh

Sistem saraf akan didorong oleh peristiwa fisik dan psikologis, sebagai contoh ketika adanya
peristiwa yang mengancam integritas fisik atau adanya kritik yang tajam, maka otak akan memproduksi
zat kimia (neuropeptide).

Titik fokus reseptor nuropeptide adalah sistem limbik yang seberat 4 gram dan terletak pada
geometris kepala (di sekeliling basal dari serebellum). Limbik berarti perbatasan. Sistem ini bertanggung
jawab pada homeostasis dan berhubungan dengan aspek perilaku emosional seperti; senang, sedih,
takut. Sehingga dikenal dengan singgasana emosional.
Gelombang otak ini oleh beberapa ahli dibagi menjadi empat (sebagaimana Tabel 1 di bawah).
Orang yang mengalami gelombang otak Alpha melaporkan perasaan kenikmatan, rileksasi, serta
meningkatkan kesadaran pikiran dan emosi mereka. Efek dari senam yoga akan menstimulasi
gelombang otak menjadi keadaan rileksasi dan meditatif (Yuda, 2008).

Frekuensi Gelombang Otak

Beta 14-32 + Hz Sadar (reaktif; siaga penuh)

Alpha 7-14 Hz Tidur REM (Kreatif; keadaan rileksasi dan


meditatif)

Theta 4-7 Hz Bawah sadar

Delta 0,5-4 Hz Tidak sadar (tidur nyenyak)

Penelitian Relevan

1. Pascoe M dan Bauer I (2015) dengan judul A systematic review of randomized control trial on
the effects of yoga on stress measured and mood. Hasil sistematis review menunjukan bahwa
latihan yoga yang terstruktur dapat mempengaruhi fungsi otak yang mengatur stress dan
regulasi perasaan.

2. Gothe N et al( 2016) dengan judul Yoga practice improves executive function by attenuating
stress levels. Janis penelitian ini adalah eksperimen dengan desain randomized controlled trial
(RCT) dan memberikan hasil bahwa praktek yoga telah menunjukan peningkatan akurasi pada
pengukuran fungsi kerja otak dan menurunkan gejala stress jika dibandingkan kelompok kontrol
yang menunjukan peningkatkan pengeluaran hormon kortisol.

3. Curtis K et al (2012) dengan judul systematic review of yoga for pregnant women: current status
and future direction. Hasil sistematik review telah menunjukan bahwa yoga dapat disarankan
sebagai latihan untuk wanita hamil dan dapat meningkatkan outcome kehamilan

4. Kusaka M et al (2016) dengan judul Immediate stress reduction effect of yoga during
pregnancy:one group pre-post test. Jenis penelitian quasi eksperimen dengan desain pre dan
post test telah menunjukan hasil bahwa yoga selama kehamilan terindikasi dapat menrunkan
efek dari stress.
5. Gong H et al (2015) dengan judul yoga for prenatal depression : a systematic review and meta
analysis. Artikel ini merupakan systematic review dan meta analisis yang menjelaskan bahwa
terdapat dua jenis yoga yaitu latihan fisik yang berdasarkan praktek dasar yoga dan
pengembangannya serta latihan psikis yang meliputi pranayama, meditasi dan relaksasi dalam.
Hasil menunjukan praktik fisikyoga telah memberikan penurunan yang signifikan terhadap
prenatal depresi dibandingkan praktik psikis yoga

6. Bershadsky et al (2014) dengan judul The effect of prenatal yoga on affect, cortisol and
depressive symptoms: penelitian ini menggunakan metode RCT dengan total subjek penelitian
sebanyak 43 wanita hasil penelitian ini menjelaskan bahw gejala depresi sangat berkaitan
dengan peningkatan kadar kortisol basal di dalam tubuh dan penurunan kadar kortisol terjadi
pada pasien yang telah menjalani proses penyembuhan stress psikologi.

7. Jiang Q et al (2014) dengan judul: Effect of Yoga Intervention during Pregnancy: Areview for
Current Status. Memberikan kesimpulan bahwa yoga merupakan aktifitas yang aman dan
merupakan intervensi yan cukup efektif selama kehamilan

8. Battle L C et al (2015) dengan judul: Potential for prenatal yoga to serve as an Intervention to
treat depression during pregnancy. Penelitian ini merupakan eksperimen semu atau quasi
eksperimen dengan menerapkan yoga selama 10 minggu pada 34 ibu hamil yang mengalami
depred

9. Field T et al (2014) dengan judul: Tai chi/ Yoga Reduces Prenatal Depresion, Anxiety and Sleep
Disturbances. Tujuan penelitian mengeksplorasi efek dari tai chi/yoga terhadap depresi,
kecemasan dan gangguan tidur.

10. Field T et al (2012) dengan judul: Yoga and massage therapy reduce prenatal depression and
prematurity. Penelitian ini menggunakan tekhnik RCT dengan memberikan intervensi selama 12
minggu pada 84 ibu hamil dan memberikan hasil bahwa yoga dan terapi massage dpat
menurunkan depresi, kecemasan, dan nyeri pinggang.
E. Kerangka pikir

F. Hipotesis

Hipotesis dalam Penelitian ini adalah :


Ada pengaruh senam yoga prenatal terhadap tingkat kecemasan. Semakin rutin senam
yoga prenatal sehingga menurunkan tingkat kecemasan.

Ada pengaruh senam yoga prenatal terhadap tingkat depresi. Semakin rutin senam yoga prenatal
sehingga menurunkan tingkat depresi

Anda mungkin juga menyukai