Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER

PENULISAN BERITA DAN FEATURE


NAMA : Ana Azizah H.
NPM : 152121091
KELAS KRS :B
DOSEN PENGAMPU : Rizkhy Firmansah, M.Pd.

A. Esai Tentang Pendidikan di Indonesia


Pendidikan merupakan proses secara sadar yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan maksud memperbaiki sikap dan pengetahuan yang dimiliki
seseorang atau sekelompok orang tersebut.
Pendidikan di Indonesia belum semaju negara-negara lain, seperti Korea
Selatan, Jepang, Singapura, Hongkong, dan negara lainnya. Hal ini tampak pada jumlah
peserta didik yang putus sekolah atau tidak melanjutkan, fasilitas sekolah yang tersedia,
lulusan yang dihasilkan, dan sebagainya.
Menurut data yang diperoleh dari Ikhtisar Data Pendidikan yang dikeluarkan
oleh Kemendikbud tahun 2017 menyatakan bahwa peserta didik tingkat Sekolah Dasar
yang putus sekolah sekitar 0,15% atau 29.213 siswa, dan yang tidak melanjutkan ke
jenjang SMP sederajat sekitar 21,92% atau 964.450 siswa. Pada jenjang Sekolah
Menengah Pertama peserta didik yang putus sekolah sekitar 0,39% atau 38.702 siswa,
dan yang tidak melanjutkan ke jenjang SMA sederajat sekitar 2,18% atau 71.492 siswa.
Pada jenjang Sekolah Menengah Atas peserta didik yang putus sekolah sekitar 0,84%
atau 36.419 siswa. Sedangkan pada Sekolah Menengah Kejuruan, peserta didik yang
putus sekolah sekitar 1,68% atau 72.744 siswa.
Data di atas cukup mengkhawatirkan karena ternyata peserta didik yang
dominan tidak melanjutkan atau bahkan putus sekolah ada di tingkat Sekolah Dasar.
Usia anak tingkah sekolah dasar semestinya berhak mendapatkan pelayanan pendidikan.
Bahkan pemerintah pun telah menetapkan “wajib sekolah 9 tahun”, itu artinya setiap
anak diwajibkan sekolah sampai jenjang SMA atau sederajat.
Banyak alasan yang menyebabkan mereka putus sekolah. Ada yang
menghungkapkan karena tidak ada biaya, kurangnya dorongan dari orang tua, anak
kehilangan gairah untuk belajar dan lebih suka “bekerja”, dan sebagainya. sebagian
besar anak setingkat Sekolah Dasar putus sekolah khusunya di pedesaan karena
kurangnya motivasi belajar pada anak, dan dorongan dari orang tua.
Selain permasalahan di atas, pendidikan di Indonesia juga masih dipertanyakan
mengenai fasilitas sekolah seperti gedung sekolah, buku, kursi, dan sebagainya. Di
daerah pelosok masih banyak sekolah yang memiliki ruang kelas yang tak layak huni
bahkan hampir roboh. Jangankan fasilitas sekolah, akses menuju sekolah pun masih
sangat terbatas. Ada yang melewati jalanan terjal, melalui jembatan gantung, bahkan
sungai yang sangat lebar yang sewaktu-waktu bisa membahayakan.
Fasilitas buku yang disediakan disekolah pun belum cukup memadai. Beberapa
tahun ini pemerintah telah menggembor-gemborkan mengenai literasi; literasi internet,
literasi perpustakaan, literasi kesehatan, literasi teknologi, dan lain sebagainya. Salah
satu program di sekolah untuk menggerakkan literasi perpustakaan yaitu membaca buku
di perpustakaan sekolah selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Program
tersebut luar biasa bagus jika dijalankan dengan baik, seperti adanya timbal balik bagi
peserta didik setelah membaca sehingga peserta didik tidak hanya pergi ke perpus untuk
mengisi waktu 15 menit itu. Alangkah baiknya jika program tersebut juga ditunjang
dengan fasilitas perpustakaan yang memadai; buku yang tersedia, ruangan yang cukup
luas dan nyaman untuk digunakan sebagai tempat belajar.
Permasalah yang dibahas di atas merupakan permasalah yang sering muncul di
daerah. Berbeda dengan permasalah yang satu ini yaitu permasalahan lulusan yang
dihasilkan. Permasalah ini masih menjadi perkara yang menakutkan. Semua peserta
didik baik di tingkat Sekolah Dasar kelas VI, Sekolah Menengah Pertama kelas IX,
ataupun Sekolah Menengah Atas kelas XII jarang atau hampir tidak ada sekolah yang
tidak meluluskan siswanya. Itu artinya semua peserta didiknya layak dan memenuhi
kriteria kelulusan. Namun yang tampak pada peserta didik masih banyak sikap yang
tidak memcerminkan seorang lulusan akademik. Seperti contoh ritual corat-coret
seragam sekolah saat pemumuman kelulusan, pawai dengan mengendarai kendaraan
secara ugal-ugal sehingga mengganggu dan membahayakan pengguna jalan yang lain,
merokok di lingkungan sekolah, merusak fasilitas sekolah, dan masih banyak lagi. Ini
yang menjadi beban pikiran setiap orang. Pendidik, orang tua, bahkan pemerintah pun
mengkhawatirkannya.
Pemerintah selalu berusaha memperbaiki dengan merevisi kurilukum yang
diberlakukan di sekolah dengan harapan kualitas pendidikan di Indonesia semakin baik.
Mulai dari kurikulum 1947, kulikulum 1952, kurikulum 1968, kurikulum 1975,
kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2004, dan
kurikulum 2013. Kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013. Kurikulum
tersebut berbais sainstifik dengan ciri peserta didik tidak lagi mendapat suapan materi
dari pendidik, namun diperlakukan seolah sebagai seorang ahli yang dapat memecahkan
masalah yang disodorkan oleh pendidik.
Demi kemajuan pendidikan di Indonesia, mari kita perbaiki bersama karena ini
tanggung jawab kita semua. Jika kita seorang guru, kita dapat perbaiki dengan
kepropesional dalama mengajar sehingga dapat membentuk perserta didik yang unggul.
Jika kita orang tua dari seorang peserta didik, kita dapat memotivasi anak kita untuk
belajar dengan tekun dan dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan nyaman,
dapat memfasilitasi anak ketika belajar di rumah, dan tidak memaksa anak untuk
memilih jurusan atau sekolah yang dia inginkan selama itu baik. Dan jika kita sebagai
peserta didik, kita dapat mengisi kesempatan belajar dengan sungguh-sungguh karena
tidak semua orang dapat merasakannya, dan berusaha semampu kita untuk memcapai
suatu prestasi.

B.
Pendidikan merupakan salah satu hak anak yang mesti terpenuhi. Meskipun
“sekolah agama” bukan pendidikan formal, namun anak berhak bersekolah seperti
sekolah formal. Karena pengetahuan agama dapat menjadi bekal dia beribadah dan
menjalani kehidupan. Tidak hanya mengikuti apa kata orang atau taklid, tetapi
mengetahui dalih dari apa yang akan diperbuatnya.

C. Feature Perjalanan
Perjalanan saya menuju buffalo hill atau sering disebut Padang Munding
merupakan perjalanan kesekian kalinya bersama kumpulan Remaja Mesjid Al-ikhlas.
Mulanya kami kumpulan perempuan hanya berkeinginan untuk melakukan perjalanan
ke sana, karena guru kami tidak mengizinkan rombongan perempuan dengan alasan
perjalanan yang jauh.
Singkat cerita kamipun diberi izin setelah berulang kali berusaha membujuk
guru kami. Perempuan berangkat menggunakan mobil bak terbuka berjumlah sekitar 20
orang, sedangkan laki-laki menggunakan kendaraan roda dua. Perjalanan menggunkan
kendaraan menghabiskan waktu sekitar dua jam. Kami berangkat pukul 07.00 dan
sampai pukul 09.00. Sebenarnya bukan perjalannnya yang jauh, melainkan karena
menunggu petunjuk arah dari rombongan laki-laki yang berangkat lebih akhir. Juga di
tengah perjalanan ada pemandu kami yang mengalami kecelakaan, motor yang
ditumpanginya bertabrakan dengan pengendara lain yang mengakibatkan anak yang
diboncenginya terjatuh. Namun Alhamdulillah berjalanan bisa dilanjutkan sesuai
rencana karena anak yang terjatuh tidak mengalami luka apapun.
Tepat pukul 11.00 kami sampai di tempat parkir. Lebih tepatnya itu tempat
pengumpulan hasil tani masyarakat sekitar seperti sayuran, yang dimanfaatkan
masyarakat sebagai tempat penitipan kendaraan bagi para pendaki. Perjalanan kami
masih cukup jauh karena perjalanan yang sebenarnya baru akan dimulai. Setelah semua
rombongan laki-laki dan perempuan sampai di tempat penitipan barang, pemandu
langsung memberikan aba-aba untuk bersiap melakukan perjalanan sekitar 2 jam. Kami
pun mengawali perjalan dengan semangat dan sorakan gembira.
Ternyata perjalan yang kami lalui benar-benar menantang. Mata kami tertuju
pada jalan yang kami lihat yaitu jalan terjal ditambah dengan tanjakan yang cukup
tinggi. Kami tertawa sembari meyakinkan diri bahwa kami bisa melawatinya. Sesekali
kami beristirahat untuk meregangkan otot kaki dan meminum air untuk mengembalikan
kekuatan. Perjalan kami terus berlanjut sampai kemudian kami menemukan jalan licin
berbentuk tanah merah. Mata kami benar-benar kagum ketika melihat masyarakat
sekitar yang membawa hasil taninya dengan begitu semangat. Tubuh kami mulai merasa
lelah sehingga sepanjang perjalan kami terus berguman “masih jauh?”, “berapa menit
lagi?”, pemandu kami terus mengemangati kami kalau tempatnya sudah dekat padahal
belum terlihat sama sekali.
Anak kecil setingkat Sekolah Dasar kelas 1X yang ikut rombongan kami
menjadi salah satu sumber penyengat kami. Dia begitu gembira dengan perjalannya dan
tidak mengeluh sama sekali. Perjalan itu kami isi dengan berbincang pengalaman
masing-masing di tanah rantau, perkembangan program di tanah lahir dan sesekali
bernostalgia pengalaman perjalanan yang sebelumnya.
Setelah dua jam berlaku tepatnya pukul 11.00 akhirnya kami sampai di tempat
tujuan. Padang rumput yang indah dengan dikelilingi pepohonan rindang yang
membentuk pegunungan. Semua bersorak takbir dengan haru memendangi ciptahan
Tuhan yang luar biasa. Kami beristirahat sejenak sambil menikmati pemandangan yang
disuguhkan saat itu. Setelah setengah jam berlalu kami, para senior mempersiapkan
permainkan untuk mengisi waktu kami sembari menunggu senior laki-laki memasak
makanan yang akan mereka makan. Salah satu kebiasaan kami ketika melakukan
perlakanan itu, rombongan laki-laki membawa bekal makanan yang akan di masak,
sedangkan perempuan membawa bekal makanan yang sudang matang dan siap disantap.
Para junior dengan senangnya berbaris bersama kelompok masing-masing
menunggu permainan dimulai. Permainan yang pertama yaitu lomba memakan kerupuk
dengan cara merangkak sejauh satu meter menuju tempat kerupuk yang digantung, dan
diberi waktu 30 detik perorang untuk memakannya tanpa menggunakan tangan.
Kelompok laki-laki dan perempuan bersaing untuk memenangkan satu juara.
Permainan yang kedua yaitu menggilirkan kelereng, setiap anggota kelompok diberi
sendok berukuran kecil dan digigit oleh gigi juga 10 biji kelereng, kelereng tersebut
harus sampai ke sendok kawan yang paling akhir tanpa menggunakan tangan. Semua
kelompok riang dengan semua permainan. Juara permainan pertama dimenangkan oleh
grup laki-laki, sedangkan permainan kedua dimenangkan oleh grup perempuan.
Setengah jam berlalu dengan cepat dan waktu sholat dzuhurpun tiba. Kami
rombongan perempuan turun menuju sungai mata air untuk berwudhu. Air yang sangat
dingin dan bersih itu menyejukkan wajah kami, kami sampai betah bermain air sampai
pemandu kami memanggil-manggil kami untuk segera naik kembali. Kamipun
rombongan perempuan naik dan melaksanakan sholat berjamaah. Rasanya terharu
ketika selesai salam yang kami lihat disekeliling itu alam yang perlu kita jaga. Kami
menitikkan air mata karena masih bisa menikmati indah cipataan-Nya.
Setelah rombongan perempuan beres melaksanakan sholat, rombongan laki-laki
melaksanakan sholat dan kami membantu pekerjaan laki-laki untuk menyelesaikan
masakan mereka. Setelah mereka selesai sholat, semua masakan telat matang dan siap
untuk dihidangkan. Semua makanan untuk rombongan laki-laki dihidangkan di atas
daun pisang dan kami makan dengan bekal yang kami bawa sambil saling menyicipi
bekal yang dibawa masing-masing.
Setelah selasai makan kami berfoto untuk menyimpan potret kebersamaan kami.
Setelah selasai pemamdu kami mengumunkan bahwa masih ada tempat yang akan kita
singgahi. Sebelum berangkat kami membereskan barang bawaan kami dan
membersihkan sampah yang ada disekeliling tempat kami istirahat.
Ternyata benar kami sampai Pasang Munding tujuan kami. Padang rumput yang
lebih indah dari tempat yang kami singgahi sebelumny, ditambah dengan segerombol
Kerbau. Kami kembali terharu dengan pemandangan yang luar biasa. Menghabiskan
waktu masing-masing untuk mentrafakuri keindahannya. Sebelum pulang kami berfoto
bersama dan mengambil beberapa sampah yang ada di sana. Memang tidak banyak
sampah yang ada di sana, namun beberapa sampah pun akan mendorong orang lain
untuk membuang dan tidak membawanya pulang.
Kami pulang membawa banyak mengalaman. Perjalanan kami bukan hanya
sekedar menghabiskan waktu, namun kembali mengingat ciptaan-ciptaan Tuhan yang
harus kita jaga. Meskipun awalnya itu sededar dalih yang kami lontarkan untuk
mendapat izin, namun sepulang dari sana kami benar-benar sadar untuk selalu
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai