Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan tuntunan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah dan merupakan salah satu bentuk usaha penulis
untuk menambah wawasan mengenai “ENTREPRENEURSHIP KEPERAWATAN”.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Mengingat banyaknya
kekurangan yang penulis miliki, baik dari segi isi, penyajian maupun penulisan itu sendiri.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan pendapat, saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat menjadi inspirasi
dan memberikan manfaat bagi kita semua.

Makassar, 28 Januari 2023

Rendi

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan masalah....................................................................................................4
C. Tujuan .....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian keperawatan...........................................................................................5
B. Pengertian entrepreneur...........................................................................................5
C. Pengertian nursepreneur..........................................................................................6
D. Pendidikan kewirausahaan......................................................................................9
E. Motivasi berwirausaha.............................................................................................10
F. Prinsip kewirausahaan.............................................................................................10
G. Giat menjadi nursepreneur.......................................................................................12
H. Menjadi imployer kemudian investor......................................................................13
I. Think benefit dan Change thinking paradigma.......................................................13
J. Model entrepreneurship...........................................................................................14
K. Langkah perawat menjadi nursepreneur..................................................................16
L. Jenis kewirausahaan................................................................................................18
M. Tehnik perawatan luka.............................................................................................20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................22
B. Saran........................................................................................................................22

Daftar pustaka......................................................................................................................23

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan kewaspadaan masyarakat, kesadaran masyarakat akan hak-haknya di
muka hukum, terbukanya era pasar bebas, meningkatnya persaingan nasional dan
internasional, dan peningkatan kualitas pendidikan dasar menjadi sebuah tantangan yang
perlu dijawab oleh dunia keperawatan. Orientasi bahwa sarjana keperawatan akan
menjadi perawat yang baik seharusnya sudah mulai ditinggalkan. Saat ini dunia telah
mulai bergerak ke arah Entrepreneurship, dimana setiap anak bangsa harus memulai
menjual kreatifitas dan kemampuan yang dimilikinya. Tampaknya hal tersebut akan
semakin sulit direalisasikan oleh generasi keperawatan jika trends dunia tersebut tidak
diikuti oleh arahan penyelenggara pendidikan keperawatan dengan baik. Satu hal yang
sangat terlihat membedakan keperawatan dengan profesional kesehatan lain saat ini
adalah bahwa sampai dengan saat ini keperawatan masih belum menemukan bentuk
layanan pokok yang hanya dapat dilakukan dan menjadi kewenangan perawat semata.
Oleh karena itu, pengembangan Entrepreneurship perlu ditanamkan agar kreatifitas
pelaku keperawatan dapat tumbuh dan menjadi nilai jual dan daya saing tersendiri bagi
pemiliknya kelak sebagai bekal memulai untuk terjun ke dunia kerja.
Entrepreneurship erat kaitannya dengan upaya mandiri untuk menghasilkan uang tanpa
harus banyak bergantung kepada pihak-pihak tertentu. Mungkin pernyataan tersebut
membuat sebagian orang berpikir tentang perdagangan. Lebih dari itu, sebenarnya
Entrepreneurship tidak hanya berbicara soal penjual – pembeli, namun ke arah
pengembangan kreatifitas dalam membuka peluang baru untuk menciptakan lapangan
kerja sendiri, menjual ide baru, mengembangkan ide-ide dan peristiwa sehari-hari, dan
mengkombinasikan hal-hal biasa menjadi sesuatu yang luar biasa dan memiliki selling
point and value yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Selama ini rutinitas perawat di ruangan saat pasien telah selesai diberikan tindakan
dan asuhan kaperawatan, seringkali menggunakan waktu luangnya untuk menyiapkan
kasa dan kapas untuk disterilisasi, menyiapkan set untuk perawatan klien harian dan hal-
hal minor yang lain. Boleh menjadi bayangan bagaimana jika contoh tersebut dikelola
sehingga bernilai jual. Contoh lainnya, saat ini penderita penyakit kronis mengalami
peningkatan dari segi kuantitas. Tentunya kondisi ini sedikit-banyak jika dirawat di
rumah sakit dalam jangka waktu lama akan menurunkan kualitas manajemen rumah sakit

3
dan cost inefective. Jika peluang itu dapat ditangkap, maka seharusnya perawat mampu
meningkatkan peranannya di rumah sakit.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Keperawatan (Nursing) ?
2. Apakah Pengertian Entrepreneur ?
3. Apakah Pengertian Nursepreneur ?
4. Bagaimana Pendidikan Kewirausahaan ?
5. Bagaimana Motivasi berwirausaha ?
6. Bagaimana Prinsip-Prinsip Kewirausahaan ?
7. Bagaimana Kiat Menjadi Nursepreneur ?
8. Bagaimana Menjadi Employer Kemudian Investor ?
9. Bagaimana Mampu Berpikir Untung (Think Benefit) Dan Merubah Paradigma
Berpikir (Change Thinking Paradigm) ?
10. Bagaimana Model Entrepreneurship ?
11. Bagaimana Langkah Perawat Menjadi Nursepreneur (Perawat Pengusaha) ?

C. Tujuan
1. Dapat Menjeaskan Pengertian Keperawatan (Nursing)
2. Dapat Menjeaskan Pengertian Entrepreneur
3. Dapat Menjeaskan Pengertian Nursepreneur
4. Dapat Menjeaskan Pendidikan Kewirausahaan
5. Dapat Menjeaskan Motivasi berwirausaha
6. Dapat Menjeaskan Prinsip-Prinsip Kewirausahaan
7. Dapat Menjeaskan Kiat Menjadi Nursepreneur
8. Dapat Menjeaskan Menjadi Employer Kemudian Investor
9. Dapat Menjeaskan Berpikir Untung (Think Benefit) Dan Merubah Paradigma
Berpikir (Change Thinking Paradigm)
10. Dapat Menjeaskan Model Entrepreneurship
11. Dapat Menjeaskan Langkah Perawat Menjadi Nursepreneur (Perawat Pengusaha)

4
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Pengertian Keperawatan (Nursing)


Salah satu definisi Keperawatan menurut Virginia Henderson : Fungsi unik dari
perawat adalah membantu individu baik sehat maupun sakit dalam melaksanakan
kegiatan yang menunjang kesehatan serta penyembuhan atau membimbing klien agar
meninggal dunia dengan tenang. Segala yang dilakukan perawat adalah untuk membantu
meningkatkan dan menumbuhkan kemauan, kekuatan dan pengetahuan agar tidak
bergantung pada bantuan orang lain.
Kata kunci dari definisi tersebut adalah menumbuhkan kemauan, kekuatan dan
pengetahuan agar tidak bergantung pada bantuan orang lain.
Perawat secara empiris cenderung didasarkan pada kepribadian tipe sosial, hal ini
terutama dipengaruhi tokoh keperawatan dunia sejak zamannya Florence Nightingale.
Tipe sosial (Senang membantu atau bekerja dengan orang lain, menyenangi kegiatan yang
melibatkan kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan berhubungan dengan orang lain,
tetapi umumnya kurang dalam kemampuan mekanikal dan sains. Tidak seperti perawat
Indonesia, Florence tidak mengalami mahalnya tarip dasar listrik, tingginya harga BBM
tanpa subsidi, mahalnya pendidikan anak berkualitas. Keperawatan, hal ini telah
menyebabkan banyaknya perawat kurang cerdas secra finansial dan kurang dihargai.
Berdasarkan konsep King yang dilengkapi dengan konsep John L Holland, saat ini
dibutuhkan perawat yang memiliki kepribadian Tipe usaha/enterprising. Perawat tipe ini
cenderung mempunyai kemampuan verbal atau komunikasi yang baik dan
menggunakannya untuk memimpin orang lain, mengatur, mengarahkan, dan
mempromosikan produk atau gagasan. Dengan perawat tipe ini ia akan lebih mandiri
secara finansial, klien akan sehat dan terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Dari definsi di atas dikemukakan bahwa aspek ekonomi serta dukungan finansial
akan mempengaruhi tuntutan dalam dunia keperawatan, terutama yang menyangkut
asuransi pelayanan kesehatan.

B. Pengertian Entrepreneur
Entrepreneur sebuah kata yang berasal dari bahasa Perancis yang bermakna seseorang
yang melakukan dan mengoperasikan kegiatan enterprise (perdagangan) atau venture
(bisnis) yang dihubungkan dengan pengambilan resiko kegiatan .
5
Secara umum Entrepreneur selalu dikaitkan dengan bisnis, namun sebenarnya tidak
selalu demikian. Seorang Entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk
pelayanan jasa/produk dalam market baru, baik itu bersifat profit ataupun non profit.
Seorang Entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk pelayanan
jasa/produk dalam market baru. Dalam hal ini seseorang itu mempunyai kemampuan
berpikir yang kreatif dengan daya kreasi dan membuat sesuatu yang baru dengan cakap
melihat suatu peluang serta berani mengambil risiko atas tindakannya. Ketika seorang
perawat mengambil suatu langkah di tengah orang-orang lain saling berlomba
memperebutkan kesempatan kerja yang sangat sempit, ia justru berpikir melakukan suatu
usaha yang dapat menghasilkan secara ekonomi dan memberi peluang kerja bagi
sesamanya, ia dapat dikatakan sebagai seorang Entrepreneur.

C. Pengertian Nursepreneur
Secara konseptual Nursepreneur termasuk dalam pengembangan karir dari peran dan
fungsi perawat. pengembngan karir tersebut dapat menjadi pengelola klinik atau sarana
kesehatan lainnya. Misalnya manager spa, manager fisioterapi, manager Nursing Center,
manager Balai kesehatan swasta, pemilik massage dan refleksi, meskipun dalam
pelaksanaan teknisnya banyak melibatkan profesi lain sebagai pelaksana, dalam hal ini
perawat dapat bertindak sebagai pemilik modal, penggagas ide, pemilik saham, atau
owner yang akan menggaji karyawannya. Hal seperti ini sudah mulai ada di Indonesia,
misalnya di Bali perawat memiliki balai Keperawatan yang dipadukan dengan fisioterapi.
Selain peran tersebut perawat juga dapat melakukan penelitian-penelitian, sebagai
contoh adanya tim riset yang meneliti perawatan luka, cara ganti balutan efektif, kompres
modern, terapi modalitas, tehnik relaksasi dsb. Masalah penelitian direkomendasikan dari
Rumah sakit atau intistusi kesehatan yang membutuhkan solusi. Misalnya kenapa
kunjungan ke RS tertentu sangat rendah, maka perawat manajemen akan melakukan riset
yang didanai rumah sakit yang bersangkutan, termasuk riset kepuasan klien.
Disamping peran-peran di atas perawat dapat juga bergerak dalam bidang pendidikan
atau menyediakan pelatihan-pelatihan atau sebagai konsultan. Misalnya pelatihan baby
siter, pelatihan perawat lansia, perawat anak di rumah atau perawat yang akan
mendampingi klien saat ibadah haji.
Nursepreneur adalah rangkaian dari dua kata kata yaitu “nurse’ dan “Entrepreneur”.
Nurse artinya seorang perawat, sedangkan Entrepreneur sendiri memiliki berbagai

6
pengertian dan sifat, salah satunya yang disampaikan oleh John G. Burch, Entreprenuer
memiliki sifat :
1. Berhasrat mencapai prestasi
2. Seorang Pekerja keras
3. Ingin bekerja untuk dirinya
4. Mencapai kualitas
5. Berorientasi kepada Reward dan Kesempurnaan
6. Optimis
7. Berorganisasi
8. Berorientasi kepada keuntungan

Seseorang yang berprofesi apapun, asal mampu menerapkan 8 aspek sifat


Entrepreneur dalam kehidupan sehari-harinya, maka dapat dikategorikan sebagai
Entrepreneur, termasuk seorang perawat. Dengan jiwa Entrepreneur masalah sehari-hari
yang dihadapi perawat di ruangan akan menjadi uang. Karena perawat yang berjiwa
entreperneur memilki ciri berorientasi pada keuntungan. Sebagai contoh masalah
menumpuknya botol infus bekas, abocate yang tak terpakai, sisa makanan pasien, cucian
keluarga perawat, penunggu pasien, terpisahnya orang tua yang sakit dengan anak.
Disamping hal tersebut ada fenomena menarik seperti apa-apa yang dilakukan
oleh perawat yang tergabung dalam asosiasi perawat Indonesia yang bekerja di malaysia,
Saudi Arabia, Qatar dan Kuwait. Mereka mencoba berorganisasi sebagai ciri
Nursepreneur dan memiliki keberanian untuk hijrah dengan Berorientasi kepada
keuntungan berupa besarnya gaji yang diperoleh, gaji tersebut selanjutnya dijadikan aset
yang akan menjadi mesin uang.
Secara konseptual Nursepreneur memiliki ciri sebagai berikut :
1. Pengerahan Diri : Pendisiplinan diri dan secara menyeluruh merasa nyaman bekerja
untuk diri sendiri.
2. Pengasuhan Diri : Antusiasme tak terbatas untuk ide-ide Anda saat tak seorang pun
memilikinya.
3. Orientasi pada Tindakan : Hasrat menyala untuk memujudkan, mengaktualisasi kan
dan mengubah ide – ide Anda menjadi kenyataan.
4. Energi Tingkat Tinggi : Mampu bekerja dalam waktu lama secara emosional, mental
dan fisik.
5. Toleransi atas Ketidakmenentuan : Secara psikologis mampu menghadapi resiko

7
Entrepeneur bagi perawat sebetulnya bisa dipelajari sambil melakukannya
(learning by doing), namun harus diingat bahwa wawasan tentang jenis usaha yang akan
dipilih tetap sangat diperlukan karena jika tanpa hal itu sama dengan menyelam ke dasar
laut tanpa tabung gas.
Jadi yang terpenting dari seorang Nursepreneur adalah inovasi dan keberanian
untuk mengambil risiko serta siap bekerja keras mencapai tujuan dengan optimis. Inilah
yang membuat entreprenur selalu tampil dengan gagasan–gagasan baru yang segar,
melawan arus pemikiran orang banyak atau kreatif.
Perawat entrepreneur mungkin bisa diartikan sebagai perawat yang mempunyai
jiwa wirausaha. Entrepreneur/wirausaha/pebisnis, yang tidak dikenali seperempat abad
lalu, saat ini diajarkan sebagai mata kuliah di universitas di seluruh dunia. Di Amerika
Serikat, ratusan perguruan tinggi mengajarkan itu. Apakah ini benar-benar fenomena
baru? Tidak persis demikian. Kita sebenarnya dilahirkan sebagai entreperneur.
Keberanian, kreativitas, dan inisiatif semuanya adalah sifat yang dimiliki seseorang sejak
lahir. Itu alami, melekat dalam diri kita, Tinggal masalahnya, buatlah kemampuan itu
muncul dan bekerja optimal . Kita sebagai perawat sudah pernah memenangkan
persaingan yang paling akbar di jagat raya ini yaitu 700 juta sel sperma yang bersaing
membuahi ovum. Kitalah pemenangnya. Lalu berkembang menjadi bayi, bayi manapun
di dunia ini, sebelum mereka dibanjiri nilai-nilai dan peraturan masyarakat, tanpa perlu
ikut seminar tentang ”berjalan”, ia belajar berjalan sampai bisa. Setiap kali si bayi yang
belajar berjalan, ia tersandung dan terjatuh kemudian bangkit lagi. Bayi itu pun belajar
berbicara tanpa perlu mengikuti kurus bahasa. Sayangnya, semua kelebihan itu hilang
ketika ia memasuki institusi yang kita sebut sekolah.
Pertanyaannya adalah adakah institusi di dunia ini yang bisa mengajari cara
menjalankan bisnis kita sendiri?, kalau kita sebut beberapa kursus atau jurusan bisnis
dengan nama-nama tetentu yang ditawarkan oleh universitas atau sebuah lembaga kursus.
Terus terang, itu semua tidak mengajarkan kita bagaimana menjalankan bisnis untuk diri
kita sendiri. Mereka hanya mengajarkan kita bagaimana menjalankan bisnis untuk orang
lain. Kalau kita mengikuti kursus akuntansi, yang diajarkan adalah bagaimana kita
menghitung uang orang lain.
Entrepreneur bagi perawat bisa dipelajari sambil melakukannya (learning by
doing), namun harus diingat bahwa wawasan tentang jenis usaha yang akan dipilih tetap
sangat diperlukan karena jika tanpa hal itu sama dengan menyelam ke dasar laut tanpa
tabung gas.

8
Dalam bidang pekerjaan apapun, yang namanya income harian, mingguan,
bulanan, tahunan dan “dadakan”, semuanya penting terpenuhi. Tetapi selain itu kita masih
bisa melakukan hal lain, banyak bisnis/usaha yang bisa dilakukan perawat, jadi sambil
bekerja sebagai perawat, namun memiliki usaha sampingan di bidang wirausaha.
Bekerja di luar negeri bisa menjadi langkah awal menjadi pebisnis dan investor. Perawat
di luar negeri rata-rata mencapai gaji 10 x lipat perawat di Indonesia. Sebelum menjadi
pengusaha kita memang perlu modal finansial dan modal karakter. Setiap orang, siap atau
tidak, kondisi akan mendorongnya menjadi seorang entrepreneur, sekarang jaman sudah
berubah.

D. Pendidikan Kewirausahaan
Anggapan lama mengatakan “ Entrepreneurship are born not made” sehingga
kewirausahaan tidak dapat dipelajari atau diajarkan. Sementara anggapan sekarang “
Entrepreneurship are not only born also made”. Sehingga kewirausahaan tidak hanya
bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman di lapangan saja, tetapi merupakan
disiplin ilmu yang dapat dipelajari.
Transformasi pengetahuan kewirausahaan telah berkembang pada akhir-akhir ini.
Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan tumbuh pesat. Mata kuliah kewirausahaan
diberikan dalam bentuk kuliah umum ataupun bentuk konsentrasi program studi.
Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena berisi:
1. Body of knowledge yang utuh dan nyata, ada objek, konsep dan modelnya.
2. Kewirausahaan memiliki dua konsep, posisi venture start up dan venture growth,
tidak memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha.
3. Merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
4. Merupakan alat untuk menciptakan pemerataan usaha dan pendapatan atau
kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
5. Kewirausahaan telah dijadikan kompetensi inti dalam menciptakan perubahan,
perbaharuan dan kemajuan.
6. Objek studi kewirausahaan adalah kemampuan merumuskan bertujuan hidup,
memotivasi diri, berinisiatif, membentuk modal, mengatur waktu, dan membiasakan
diri untuk belajar dari pengalaman.

9
7. Kewirausahaan pada hakikatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki
kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara
kreatif.

E. Motivasi berwirausaha
Teori 3 kebutuhan David McClelland:
1. N’Ach, need for achievment, wirausaha yang memiliki motivasi ini selalu ingin
berprestasi/ meraih yang terbaik, umumnya memiliki ciri-ciri:
a. Ingin mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul
pada dirinya.
b. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk dapat mengukur keberhasilan
atau kegagalan.
c. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
d. Berani menghadapi resiko dengan penuh tantangan.
e. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.
2. N’Pow, need for power, yaitu hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan dan
menguasai orang lain. Ciri umum adalah senang bersaing, berorientasi pada status
dan menguasai orang lain.
3. N’Aff, need for affilitation, yaitu hasrat untuk dapat diterima dan disukai oleh orang
lain. Wirausaha yang berfiliasi tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerjasama, dan
saling pengertian.

F. Prinsip-Prinsip Kewirausahaan
1. Prinsip Wirausaha I
Kekuatan yang mendorong kesuksesan perusahaan strart up terdiri dari tiga
macam: peluang, tim dan sumber daya. Proses kewirausahaan diawali bukan dari
ketersediaan uang, strategi, network, tim ataupun rencana bisnis, melainkan dari
adanya peluang. Peluang yang berpotensi tinggi terkadang memiliki kekuatan yang
jauh lebih besar dari pada ketersediaan sumbe daya atau tim pada saat itu. Peran
entrepreneur dan tim adalah menjaga keseimbangan antara tiga kekuatan tersebut
dalam lingkungan yang terus berubah. Ketidakpastian dan resiko menjadi teman sejati
para entrepreneur.

10
Adanya keseimbangan akan membantu entrepreneur dalam mencapai
keberlanjutan atau sustanbility perusahaan tanpa harus merusak lingkungan,
komunitas atau masyarakat. Rencana bisnis berfungsi sebagai komunikator kualitas
dan keseimbangan kekuatan pada saat tertentu.
2. Prinsip Wirausaha II
Dunia kewirausahaan bersifat dinamis, cair, ambigu, dan chaos. Perubahan yang
konstan terjadi menyebabkan dunia kewirausahaan berkaitan erat dengan paradoks.
a. Untuk bisa sukses, jangan takut untuk gagal.
Kasus yang biasanya terjadi adalah jika perusahaan pertama gagal, entrepreneur
belajar dari pengalaman dan kemudian membentuk perusahaan lagi yang ternyata
sangat sukses di masa depan.
b. Rencana bisnis akan cepat menjadi uang.
Kondisi persaingan, teknologi, dan pasar yang sangat dinamis menyebabkan kita
kesulitan untuk mengetahui semua kondisi kompetisi. Hasilnya adalah rencana
bisnis cepat menjadi uang begitu ia selesai dicetak. Entrepreuneur harus melatih
kebiasaan berencana dan bereaksi secara cepat, mengkombinasikan logika dan
intuisi sampai kebiasaan ini menjadi sesuatu yang refleks.
c. Agar kreativitas dan inovasi berhasil, harus ada disiplin ilmu yang mengimbangi.
Penemuan- penemuan produk harus dibarengi dengan ilmu mengenai
komersialiasi teknologi atau produk, jika tidak, maka penemuan ini tidak akan
mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan masyarakat.
d. Entrepreneur harus bisa bertindak cepat, tetapi juga harus sabar.
Sementara kompetitor bergerak cepat, entrepreneur harus belajar menentukan
kapan ia harus bertindak dan kapan ia harus bertahan.
e. Semakin besar ukuran dan kontrol terhadap perusahaan, semakin rendah kinerja.
Kewirausahaan memerlukan fleksibilitas tingggi dalam strategi dan taktik. Kontrol
dan keteraturan yang berlebih dapat menghambat kemajuan perusahaan
3. Prinsip Wirausaha III
Setiap manusia akan menghadapi resiko dalam hidupnya. Begitupun dengan
entrepreneur, berikut adalah beberapa resiko yang umum di hadapi entrepreneur yaitu:
a. Resiko Finansial
Pada perusahaan yang baru berdiri, entrepreneur memberikan sebagian
simpanannya untuk modal. Uang ataupun aset lain yang disimpan ini akan hilang
jika perusahaan ternyata gagal. Entrepreneur akan bertangggung jawab

11
menanggung kewajiban perusahaan yang nilainya mungkin jauh melebihi jumlah
simpanan. Oleh karena itu, entrepreneur beresiko kebangkrutan.
b. Resiko karir
Pertanyaan yang sering ada di benak entrepreneur adalah apakah mereka akan
menemukan pekerjaan atau kembali ke pekerjaannya yang dulu jika bisnisnya
gagal. Resiko ini merupakan pertimbangan utama bagi manajer yang bekerja di
perusahaan besar dengan gaji yang menarik.
c. Resiko keluarga dan social
Memulai usaha baru akan menyerap banyak energi dan waktu dari entrepreneur.
Konsekuensinya adalah bidang kehidupan yang lain akan dikorbankan.
Entrepreneur yang sudah menikah, terutama yang memiliki anak, akan beresiko
tidak bisa hadir sepenuhnya untuk keluarganya. Kehidupan sosialnya mungkin
akan terganggu juga.
d. Resiko kesehatan
Jam kerja yang panjang menyebabkan terancamnya kesehatan entrepreneur. Uang
dapat digantikan, keluarga dapat beradaptasi, namun kesehatan yang terganggu
lebih sulit untuk diperbaiki.

G. Kiat Menjadi Nursepreneur


Seorang perawat dapat menjadi nurse Entrepreneur atau menjadi nurse
Intrapreneur. Seorang perawat nurse Entrepreneur adalah seorang perawat yang
menjalankan wirausahanya sendiri atau dengan beberapa teman dalam bisnis
keperawatan. Sebaliknya seorang perawat Intrapreneur adalah seorang perawat yang
menjalankan “bisnis” dalam divisi atau bagian dari satu perusahaan yang telah ada.
Menjadi seorang Intrapreneur lebih aman, mendapatkan karir, dan dapat melangkah
menjadi Entrepreneur. Tentu saja ini berbeda dengan apa yang umumnya perawat
lakukan, dan bukan bekerja di RS yang tentu saja yang secara alamiah bukan tempat
“berbisnis”.
Ketrampilan dan karakter perawat yang diperlukan berbeda sekali, mesti memiliki
semangat wirausaha, memulai sendiri, bertanggung jawab secara keuangan, mencoba hal
baru, dan berani. Anda sebagai perawat juga dituntut memiliki jiwa sales, customer
services, budgeting, forecasting dan manajemen.

12
Secara mudahnya lebih baik menjadi perawat Intrapreneur dulu, sambil bekerja
dalam satu institusi bisnis atau sambil bekerja sebagai perawat, namun memiliki usaha
sampingan di bidang wirausaha. Setelah kita yakin siap, maka bisa langsung terjun dalam
Entrepreneurship untuk mengurus bisnis sendiri.
H. Menjadi Employer Kemudian Investor
Menurut Robert Kiyosaki tingkatan terendah dalam bekerja menurut
penghasilannya adalah Employer (pekerja), tingkatan kedua adalah owner (pemilk) dan
tingkatan ketiga adalah investor (pemilik modal). Jawaban menarik yang disampaikan
oleh para perawat yang bekerja di Kuwait kalau ditanyakan apakah ingin bekerja sebagai
perawat kembali di Indonesia nanti (saat resign)?, Sebagaian besar mereka menjawab
”tidak”. Sehingga banyak dari mereka yang telah merintis berbagai jenis usaha bisa
berhubungan dengan dunia keperawatan/kesehatan atau bahkan tidak sama sekali. Banyak
teman perawat yang selalu setiap annual leave (cuti tahunan) mulai merintis bidang usaha
baru, yang dikelola keluarga/teman, atau membuat kontrakan, transportasi, buka toko
obat, bisnis fotocopy, makanan, property, wartel/warnet, usaha komputer, service Hp,
bengkel, dsb.
Mereka memiliki keyakinan bahwa dalam bidang pekerjaan apapun, yang namanya
income harian, mingguan, bulanan, tahunan dan “dadakan”, serta income antar negara
(income di LN dan di Indonesia ) semuanya penting terpenuhi. Bekerja di LN bisa
menjadi langkah awal menjadi pebisnis dan investor. Perawat di luar negeri rata-rata
mencapai gaji 10 x lipat perawat di Indonesia. Sebelum menjadi pengusaha kita memang
perlu modal finansial dan modal karakter. Untuk mencari modal finansial kita boleh
menjadi karyawan dulu (employer). Setelah gaji kita ditabungkan maka kita mulai punya
modal finansial yang akan kita rubah menjadi mesin pencetak uang (aset). Kemudian
hasilnya dapat diinvestasikan oleh perawat yang akan menjadi pasif income.

I. Mampu Berpikir Untung (Think Benefit) Dan Merubah Paradigma


Berpikir(Change Thinking Paradigm)
Perawat sering berhadapan dengan berbagai masalah saat bekerja misalnya macet
saat mau dinas ke Rumah sakit, mencuci baju putih yang gampang kotor, sampah medis
yang berserakan, sulitnya meninggalkan anak saat dinas, jauhnya kantin saat makan
siang, tidak keburu masak di rumah, mahalnya biaya berkomunkasi dengan suami.
Seorang perawat yang berjiwa Entrepreneur akan mulai berpikir beda dan berpikir
untung. Tahap selanjutnya mungkin muncul gagasan-gagasan segar dan ide – ide kreatif

13
misalnya perawat menciptakan CD rekaman English for nurse saat macet, laundry for
nursing staf, Re-use machine for waste medical, katering siap antar bagi perawat atau
penitipan bayi bagi perawat. Ide – ide tersebut harus dibiasakan muncul. Seberapa
jeleknya ide itu atau seberapa sepelenya ide itu tetap harus dimunculkan. Di luar negeri
justru ide sepele itulah yang menghasilkan royalti jutaan, misalnya ide tentang alat
penjepit kuping anjing jenis tertentu, yang telinganya menjuntai saat makan dan tercelup
pada makanan.

J. Model Entrepreneurship
Model Entrepreneurship secara sederhana dimulai dengan diketahui adanya
peluang, mampu menggunakannya, kemudian jika terdapat hambatan, mampu mengatasi
hambatan yang ada. Diperlukan juga kemampuan cara melakukan Entrepreneurship itu
sendiri sehingga tercipta usaha baru (peluang menjadi usaha baru). Peluang perawat
menjadi Entrepreneur dibagi menjadi:
1. Trend demografi : Jumlah lansia yang semakin banyak tentunya memerlukan
perawatan dalam menjalani hidupnya. Dalam menjalani pengobatan mungkin
beberapa klien memerlukan penjagaan atas privacynya sehingga memerlukan
pelayanan secara khusus.
2. Kesempatan di falitas kesehatan :Terlibat dalam produksi atau pendistribusian
suplemen yang baik untuk pasien di rumah sakit. Mungkin kedepannya tidak
menutup kemungkinan rumah sakit akan melakukan outsourcing tenaga perawat
untuk memotong besarnya biaya rumah sakit, hal ini tentunya rumah sakit tidak akan
memaksakan tenaga perawat yang sedikit untuk merawat pasien yang sangat banyak
dan sebaliknya jika pasien sedikit rumah sakit bisa menyesuaikan kebutuhan tenaga
perawat.
3. Trend sosial : Gaya hidup yang sibuk berdampak buruk terhadap kesehatan seseorang
sehingga untuk tetap sehat membutuhkan perawatan untuk mempertahankan
kesehatanny, dalam hal ini focus kepada kelompok – kelompok tertentu seperti klub
jantung sehat.

14
Peluang – peluang diatas sangat mungkin dimanfaatkan oleh perawat karena
perawat di rumah sakit sangat dekat dengan pasien, namun untuk memanfatkan peluang
tersebut perawat sering menghadapi hambatan – hambatan diantaranya: isu malpraktek,
tidak punya hak istimewa dari rumah sakit, padangan skeptis dari beberapa dokter
tentang peran independen perawat, dan ketakutan rumah sakit akan menurunnya
kedisiplinan perawat.

1. Aspek legal : Perawat dalam menjalankan Entrepreneurship-nya sering dihantui oleh


sangsi hukum, oleh karena itu banyak perawat berharap untuk disahkannya RUU
praktik keperawatan. Tetapi tentunya aspek hukum yang harus dikuasai bukan hanya
tentang perawat tentunya undang – undang atau peraturan hukum lainnya juga harus
dikuasai oleh perawat.
2. Etik dan konflik personal : Banyak perawat beranggapan bahwa berbisnis
bertentangan dengan kode etik dan nilai perawat dimana berbisnis maka akan
menurunkan penilaian masyarakat terhadap perawat. Dan untuk menghindari
terjadinya konflik personal perawat lebih suka bekerja di klinik tempat praktek
dokter, hal ini menyebabkan fungsi mandiri dari perawat dinilai tidak ada oleh
masyarakat atau dengan kata lain tidak kompeten dan menjadi perawat tidak survive
untuk menunjukan eksistensi tindakan keperawatan mandiri.
3. Hambatan dari pengetahuan : Kemampuan perawat dalam memulai bisnis belum
terlihat hal ini disebabkan karena ketidakmampuan mengembangkan perencanaan
bisnis (akutansi, pemasaran, manajeriar, asuransi, hukum, perencanaan, insurance,
anggaran, pendanaan, negosiasi, penagihan, keterampilan klinik dan keperawatan).
Manajemen perawat lebih difokuskan kepada manajemen pasien tidak kepada
manajemen perusahaan dan masih banyak perawat beranggapan bahwa masyarakat
hanya membutuhkan rumah sakit dan dokter dalam memberikan pelayanan
kesehatan, kalau berbisnis mempunyai risiko yang tinggi. Hal ini berdampak banyak
perawat kesulitan dalam memulai usaha baru.

Solusi : Untuk mengatasi masalah diatas diantaranya dengan cara :


1. Untuk memulai harus mempunyai mentor , dan tentunya kepada perawat yang sudah
menjadi Entrepreneur sejati harus terpanggil jika menginginkan terbentuk perawat
yang berjiwa Entrepreneur. Sehingga perawat berani memulai bisnis baru.

15
2. Perawat harus membuat komuniti perawat Entrepreneurship sehingga dapat menggali
potensi bisnis perawat, mengetahui tren bisnis perawat yang baru dan membuat
arahan – arahan yang positif untuk meningkatkan income bagi bisnis perawat.
3. Organisasi profesi harus mampu membuat dan mengembangkan area – area
Entrepreneurship perawat termasuk perlindungan hukumnya.
4. Membuat komuniti untuk mengidentifikasi portensi bisnis perawat, terhubung
dengan trend bisnis baru dan meningkatkan arahan – arahan untuk meningkatkan
praktek.
5. Perawat harus memperbaiki mental Entrepreneurnya dan mempelajari peran – peran
seorang Entrepreneur.
6. Kerjasama dengan pihak – pihak lain seperti rumah sakit, pemerintah dan swasta
yang dapat dijembatani oleh organisasi profesi.

K. Langkah Perawat Menjadi Nursepreneur (Perawat Pengusaha)


Isu kesejahteraan perawat saat ini masih gencar dihembuskan selain isu
profesionalisme. Kesejahteraan perawat yang berbanding lurus dengan gaji perawat
konon berbanding terbalik dengan beban kerja perawat. Mengharapkan pemerintah untuk
melihat hal itu, rasanya tidak mungkin (tampak pada ketidakjelasan RUU Keperawatan)
karena saat ini perawat di Indonesia masih belum memiliki bargaining position di mata
pemerintah.
Salah satu solusi yang bisa diambil untuk membackup kesejahteraan perawat tanpa
perlu menggantungkan pada gaji dari pemerintah, adalah dengan menjadi Nursepreneur
(Perawat Pengusaha).
Konsep Nursepreneur sudah lama muncul dalam dunia keperawatan. Namun, di
Indonesia konsep ini belum begitu familiar. Ada satu hal yang sangat menarik dari konsep
ini, yaitu untuk menjadi perawat pengusaha atau perawat pebisnis kita hanya perlu 5
langkah. Uniknya 5 langkah ini sangat sering dilakukan oleh perawat. 5 langkah itu
adalah bagian dari PROSES – KEPERAWATAN yang terdiri dari (1) pengkajian, (2)
diagnosa, (3) perencanaan, (4) implementasi, dan (5) evaluasi. Jika dikaitkan dengan
NURSEPRENEUR.

16
Proses keperawatan itu akan menjadi 5 langkah awal untuk menjadi perawat
pengusaha atau perawat pebisnis, yaitu :
1. PENGKAJIAN
Langkah pertama untuk memulai berbisnis adalah kita melakukan pengkajian.
Masalah adalah hal pertama yang kita ingin dapatkan dari proses pengkajian. Maka
untuk memulai bisnis, kita harus mengetahui masalah apa yang terjadi. Saat ini yang
paling berkuasa dalam dunia bisnis adalah pasar (market). Maka pengkajian yang kita
lakukan untuk memulai berbisnis adalah mengkaji kebutuhan pasar. Pasar
memerlukan apa? Ada masalah apa?
2. DIAGNOSA
Langkah kedua setelah melakukan pengkajian adalah menetapkan diagnosa. Dalam
dunia bisnis, setelah kita mengetahui kebutuhan pasar maka yang selanjutnya
dilakukan adalah memetakan potensi yang bisa kita masuki untuk menjawab
kebutuhan pasar. Pemetaan potensi itu dalam langkah ini adalah tahap diagnosa.
3. PERENCANAAN
Setelah kita mengetahui potensi pasar yang bisa kita masuki, maka langkah
selanjutya adalah menyusun rencana untuk bisa masuk kedalam pasar yang
sesungguhnya. Tahap perencaan ini merupakan tahap ketika kita harus memiliki
konsep usaha yang jelas dan detail. Apa yang kita jual? Apa yang kita berikan kepada
konsumen? Apa solusi yang bisa dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar?
4. IMPLEMENTASI
Langkah ini adalah tahap bagi kita untuk take action. Konsep usaha yang jelas harus
diwujudkan dalam bentuk nyata. Tahap ini merupakan tahap yang paling inti dalam
proses berbisnis dan tentu saja merupakan tahap yang paling sulit. Semua orang bisa
punya ide, namun tidak semua orang berani take action.
5. EVALUASI
Dalam sistem apapun, evaluasi merupakan bagian penting dan tidak boleh
terlupakan. Dari evaluasi ini, kita bisa mengetahui apakah implementasi yang kita
lakukan berhasil atau tidak. Sama dalam dunia bisnis, evaluasi akan memberikan
gambaran kepada kita apakah konsep yang sudah kita jalankan berhasil atau tidak.
Jika berhasil, maka kita bisa lakukan peningkatan, namun jika tidak, perubahan
rencana dan strategi bisa dilakukan.
5 langkah diatas merupakan gambaran umum dan sederhana untuk memulai
menjadi Nursepreneur.

17
L. Jenis-jenis kewirausahaan
1. Bidang Pelayanan Keperawatan
Dalam bidang ini perawat dapat berperan sebagai penggagas ide, pengelola, pemilik
modal, pemilik saham ataupun sebagai owner.
a. Home care
Home care adalah pelayanan kesehatan yang bekesinambungan dan
komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat
dari penyakit. Selain itu, home care merupakan pelayanan yang dikelola oleh
suatu unit atau sara ataupun institusi baik aspek administrasi maupun aspek
pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga profesional dibantu
tenaga non profesional di bidang kesehatan maupun non kesehatan (Depkes,
2002).
b. Konsultan Keperawatan
Konsultan adalah seorang tenaga professional yang menyediakan jasa nasehat
ahli dalam bidang keahliannya. Perbedaan antara seorang konsultan dengan ahli
biasa adalah konsultan bukan merupakan karyawan di perusahaan, melainkan
seseorang yang menjalankan usahanya sendiri serta berurusan dengan berbagai
klien dalam satu waktu. Tidak hanya menyediakan jasa, konsultan juga bisa
memberikan layanan konsultasi atau konseling secara langsung pada klien.
Konseling adalah proses membantu pasien untuk menyadari dan
mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial, untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang dimana
di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual. (Mubarak dan Nur
Chayatin, 2009). Konseling dapat membantu dan memotivasi klien untuk lebih
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi masalahnya.
Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri,
proses belajar dari berperilaku tidak adaptif menjadi adaptif, dan belajar
melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya “know
about” tetapi juga belajar “how to” sesuai dengan kualitas dan kuantitas.

18
c. Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Di Indonesia, ada tiga
jenis teknik pengobatan komplementer yaitu akupuntur medik, terapi hiperbarik,
dan terapi herbal medik.
d. Nursing Care Center
Nursing care center adalah lembaga keperawatan yang memberikan akses
langsung pada klien dalam pelayanan keperawatan profesional yang berorientasi
pada kebutuhan masyarakat sesuai dengan masalah yang dihadapi masyarakat.
Nursing care center merupakan pengelolaan terpadu dalam pelayanan,
pendidikan dan penelitian keperawatan melalui pemberdayaan seluruh potensi
yang ada secara optimal. Dalam nursing care center pun selalu diupayakan untuk
memandang keperawatan sebagai suatu kesatuan yang utuh, sehingga nursing care
center memiliki karakteristik tertentu.
e. Pelayanan Fisioterapi
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pelayanan kesehatan untuk
mengembalikan fungsi organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam
fisioterapi, tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin,
massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas
toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan (Krausen, 1985).
Perawat yang dibekali ilmu dan kompetensi terkait fisioterapi memiliki
kewenangan untuk memberikan pelayanan kesehatan tersebut kepada klien yang
membutuhkannya. Salah satu uapaya fisioterapi yang dapat dilakukan perawata
yaitu fisioterapi dada. Fisioterapi dada itu merupakan prosedur keperawatan atau
metode pemenuhan kebutuhan oksigen.
f. Klinik Praktik Bersama
Perawat dapat berkolerasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter,
apoteker, atau bidan dalam membuka klinik praktik bersama sebagai kolega. Pada
kolaborasi tersebut terjadi proses komplek yang membutuhkan saling satu sama
lain dalam bersama-sama membangun bisnis di bidang kesehatan. Prinsip yang
sama mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung
jawab, dan tanggung gugat juga menjadi awal terbentuk kolaborasi yang baik
untuk menuju kesuksesan bersama.

19
2. Dalam Bidang penelitian
Banyaknya permasalahan dalam bidang kesehatan terutama yang dihadapi oleh
lembaga penyelenggara pelayanan kesehatan juga membuka peluang usaha tersendiri
bagi perawat. Dengan membentuk tim riset profesional seperti:
a. Teknik perawatan luka.
b. Terapi modalitas.
3. Dalam Bidang Pendidikan
Semakin meningkatnya permintaan masyarakat tentang layanan kesehatan dirumah
dapat membuka peluang perawat untuk mendirikan lembaga pelatihan ataupun
konsultan yang bergerak dibidang pendidikan seperti:
a. Lembaga Pelatihan Baby Sister.
b. Pelatihan Perawatan Lansia atau Anak.
M. Teknik Perawatan Luka
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga
memberikan kontribusi yang sangat besar untuk menunjang praktik perawatan luka.
Penyakit degeneratif dan kelainan metabolik semakin banyak ditemukan, sehingga
perawat dituntut untuk berinovasi dan kreatif dalam menggunakan peluang tersebut.
Selain itu yang harus dipahami adalah berkaitan dengan cost effectiveness yang
dikedepankan oleh manajemen perawatan luka modern. Sehingga kedepannya, status
kesehatan masyarakat dapat meningkat dengan adanya usaha perawatan luka yang mudah
dijangkau oleh masyarakat.
1. Tujuan
Tujuan apabila usaha mandiri perawatan luka dilaksanakan:
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan di bidang perawatan luka dengan tenaga
professional
b. Mengurangi resiko terjadinya komplikasi akibat kurangnya pengetahuan
masyarakat dalam perawatan luka.
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam perawatan luka di rumah
d. Menerapkan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan.
e. Menciptakan lapangan pekerjaan khusunya untuk tenaga medis.

20
2. Manfaat
Dapat memberikan pelayanan perawatan luka yang optimal dalam pencegahan
komplikasi yang mungkin saja terjadi, untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat serta dapat menambah wawasan bagi masyarakat dalam melakukan
perawatan luka secara mandiri di rumah
3. Dampak Usaha
a. Ekonomi: Meningkatkan pendapatan tenaga keperawatan dan masyarakat yang
ekonominya menengah ke bawah mampu memberikan perawatan luka bagi
keluarganya
b. Sosial: Kesadaran kesehatan masyarakat akan pentingnya perawatan pada luka
mereka menjadi tinggi
c. Budaya: Usaha ini akan memberikan pengaruh kebudayaan atau kebiasaan
seorang jika mengalami luka untuk segera mendapatkan penanganan atau
perawatan.
4. Contoh Jasa yang Ditawarkan
a. Perawatan luka : kegiatan ini akan dilakukan oleh perawat yang berkompeten
dengan menggunakan prinsip perawatan luka yang benar dan sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh: Perawatan luka bersih, luka
kotor dan luka gangren.
b. Layanan kunjungan rumah : bagi klien yang tidak dapat datang ke rumah
perawatan luka dan menginginkan perawatan luka dirumah maka dapat memesan
melalui aplikasi online atau media sosial yang akan kami validasi melalui telfon.
c. Konsultasi perawatan luka : bagi klien atau keluarga klien yang menginginkan
penjelasan lebih lanjut mengenai perawatan luka pada klien maka dapat
melakukan konsultasi. Hal-hal yang kurang jelas dapat dikonsulkan dengan
perawat yang melakukan tindakan.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Entrepreneur sebagai peluang atau “ The preneurship of creative destruction “ dan ini
merupakan peluang komersial, dan ini ada tiga pengaruh penting dalam bisnis yaitu : (1)
diharapkan bekerja sendiri (self employed), (2) Entrepreneurship home care yang pada
dasar nya membahas pengorgnisasian, dan (3) adalah dorongan utama dibelakang inovasi
dalam masyarakat sesuai dengan trend di Indonesia.
B. Saran
Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan pemahaman perawat mengenai
Entrepreneurship Dalam Perspektif Keperawatan

22
DAFTAR
PUSTAKA

Anderson, E.T. & J. McFarlane, 2000. Community as Partner Theory and


Practice in Nursing 3rd Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Black, M. 2002. A Handbook on Advocacy – Child Domestic Workers: Finding
a Voice.
Anti-Slavery International. Sussex, UK: The Printed Word.
Bracht, N. (Ed.). 1990. Health promotion at the community level. Newbury
Park, CA: Sage. Co, M.J. 2004. The Formal Institutional Framework
of Entrepreneurship in the Philippines: Lessons for Developing
Countries. The Journal of Entrepreneurship, 13 (2): 185-203.
Cohen, E. 1996. Nurse Case Management in the 21st Century. St. Louis:
Mosby-Year Book.
Inc.
Cohen, D., de la Vega, R., & Watson, G. 2001. Advocacy for Social Justice: A
Global Action and Reflection Guide. Bloomfield, CT:
Kumarian Press. Community Health Nurses Association of
Canada. 2003. Canadian community health nursing standards of
practice. Ottawa: Author.
Depkes RI. 2004a. Kajian Sistem Pembiayaan, Pendataan dan Kontribusi
APBD untuk Kesinambungan Pelayanan Keluarga Miskin (Exit
Strategy). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2005. Kemitraan. Pusat Promosi Kesehatan http://www.
promokes.go.id, diunduh pada tanggal 25 September 2005.

Dosen Psikologi. 2017. Terapi Perilaku Kognitif.


https://dosenpsikologi.com/terapi-perilaku- kognitif. Diakses pada 06
September 2017

Wida, Musthika, dkk. 2016. Kewirausahaan.


https://docuri.com/download/nurse-
preneur_59bf3908f581716e46c3ae51_pdf. Diakses pada 05 Septembe2016

23

Anda mungkin juga menyukai