”POPULASI TERLANTAR”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas
Dosen Pembimbing:
Ns. Putri Eka Sudiarti, M.Kep
Disusun Oleh:
Sri Rahmayuni Fadrus
Sovia hamdari
Nurlinda
Alda rahma fitri
Windi aulia
Wulan nopri yanti
Andre andika
S1 KEPERAWATAN A SEMESTER VI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
Komunitas pada Populasi Terlantar” dengan tepat waktu. Dalam pembuatan makalah ini
tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu yaitu
dosen dan teman-teman lainnya.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih memiliki kekurangan, karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menulis makalah yang lebih
baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................5
ANALISA DATA.........................................................................................................................17
A. Kesimpulan...........................................................................................................................25
B. Saran......................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................26
BAB I
LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG
Populasi berasal dari bahasa latin yaitu populous (rakyat, berarti penduduk). Jadi,
populasi adalah Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu
tertentu.
Penelantaran atau neglect merupakan hal yang sudah tidak asing, lansia atau anak
yang tidak diasuh dan dirawat sebagaimana mestinya oleh anak atau keluarganya
serta penelantaran lansia karena berbagai alasan dari keluarga sangat sering terjadi. Contoh
nyata yang dapat kita lihat adalah penelantaran lansia dapat kita lihat dengan penitipan
lansia di panti jompo tanpa pernah di jenguk lagi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan populasi terlantar ?
2. Apa sajakah factor penyebab munculnya populasi terlantar?
3. Bagaimanakah level pencegahan populasi terlantar?
4. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Lansia yang terlantar?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan populasi terlantar.
2. Untuk mengetahui factor penyebab munculnya populasi terlantar.
3. Untuk mengetahui level pencegahan populasi terlantar.
4. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Lansia yang terlantar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Populasi terlantar menggambarkan seseorang yang tidak memiliki tempat tinggal
secara tetap maupun yang hanya sengaja dibuat untuk tidur. Populasi terlantar biasanya di
golongkan ke dalam golongan masyarakat rendah dan tidak memiliki keluarga.
Masyarakat yang menjadi populasi terlantar bisa dari semua lapisan masyarakat
seperti orang miskin, anak-anak, masyarakat yang tidak memiliki keterampilan, petani,
ibu rumah tangga, pekerja sosial, tenaga kesehatan profesional serta ilmuwan. Beberapa
dari mereka menjadi populasi terlantar karena kemiskinan atau kegagalan sistem
pendukung keluarga mereka. Selain itu alasan lain menjadi tunawisma adalah kehilangan
pekerjaan, ditinggal oleh keluarga, kekerasan dalam rumah tangga, pecandu alkohol, atau
cacat. Walaupun begitu apapun penyebabnya, Populasi terlantar lebih rentan terhadap
masalah kesehatan dan akses ke pelayanan perawatan kesehatan berkurang.
Saat dilakukan pengkajian juga di dapat data bahwa sebagian besar lansia yang
ditempatkan di panti Werdha tersebut merasa sedih, dan merasa dirinya seperti tidak di butuhkan
lagi, dan selain itu sebagian lansia terlihat kurang memperhatikan penampilan dan kebersihan
badannya. Dan didapat data sebagai berikut :
Jenis kelamin
Laki-laki 20 orang
Perempuan
30 orang
Tingkat pendidikan
5 orang
Tamat SD
10 orang
Tamat SMP
25 orang
Tamat SMA
10 orang
Tamat Sarjana
Umur
60 - 65 tahun 20 orang
30 orang
66 – 70 tahun
B. PENGKAJIAN
Data Inti
Panti Sosial Cinta Damai adalah unit pelaksanaan teknis dari Dinas Sosial
Provinsi Riau yang mempunyai tugas memberikan pelayanan sosial bagi para lansia,
sehingga mereka dapat menikmati sisa hidupnya dengan diliputi ketentraman lahir dan
batin.
Panti Sosial Cinta Damai Pandaan didirikan pada tanggal 1 Oktober 1979 dengan
nama Sasana Cinta Damai (STW) “Sejahtera” Pandaan yang mula-mula berkapasitas 50
orang, dan pada tanggal 17 Mei 1982 oleh Menteri Sosial Bapak Saparjo diresmikan
pemakaiannya berdasarkan KEP. MENSOS RI NO. 32/HUK/KEP/VI/82 dengan
kapasitas tampung 110 orang dan menempati area seluas 16.454 m2. Pada tahun 1994
mengalami pembakuan penamaan UPT Pusat/Panti/Sasana dilingkungan Departemen
Sosial sesuai SK Mensos RI. No. 14/HUK/1994 dengan nama Panti Sosial Cinta Damai
“Sejahtera” Pandaan. Melalui SK Mensos RI No. 8/HUK/1998 ditetapkan termasuk
kategori panti percontohan tingkat Provinsi dengan kapasitas tampung 110 orang Perda
No. 12 th 2000 tentang Dinas Sosial Provinsi Riau bahwa Panti Sosial Cinta Damai
Pandaan, merupakan unit pelaksana teknis Dinas sosial Provinsi Riau. Dengan keluarnya
Perda No. 14 th 2002 yang merubah Perda No. 12 th 2000 tentang Dinas Sosial yang
berisi bahwa Panti Sosial Cinta Damai Pandaan berubah menjadi Panti Sosial Cinta
Damai Pandaan-Bangkalan yang merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Sosial
Provinsi Riau.
Dari pengkajian (anamnesa) dan kuesioner yang dilakukan perawat langsung kepada para
lansia di Panti Sosial Cinta Damai.Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas :
30 orang lansia (60%) mengeluhkan sudah terbiasa dan mengiklaskan dengan kesendirian
mereka terutama saat di tinggal oleh pasangan mereka sendiri, dan mereka sadar bahwa
suatu saat pasti akan sendiri bahkan anak nya pun tidak ingin merawat mereka karna di
anggap merepotkan. 10 orang lansia (20%) mengeluhkan mereka tidak mampu merawat
dan memperhatikan diri mereka dengan baik dan benar.sedangkan 10 orang lansia (20%)
lainnya mengeluh jika mereka merasa tidak di butuhkan dan masih suka merindukan anak
mereka dan ingin berkumpul dengan anak cucu mereka.
3. Tanda-tanda vital
TD:
< 110/70 mmHg : 25 orang (50%)
Nadi:
RR:
Suhu tubuh:
4. Kejadian penyakit
Data diambil dari 20 orang lansia (40%) diantaranya 10 orang lansia (20%) mengeluhkan
mereka tidak mampu merawat dan memperhatikan diri mereka dengan baik dan benar.
Sedangkan 10 orang lansia (20%) lainnya mengeluh jika mereka merasa tidak di
butuhkan dan masih suka merindukan anak mereka dan ingin berkumpul dengan anak
cucu mereka .
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan pola makan pada lanjut usia di wisma
adalah 3 kali/hari dengan prosentase 96 %. Sebagian klien ada yang makan 1-2 kali/hari
karena faktor spiritual (kepercayaan) seperti : puasa.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola minum pada lanjut usia di
wisma adalah >5 kali/hari dengan presentase 80 %.
8. Pola istirahat tidur
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola aktivitas (istirahat dan tidur)
pada lanjut usia di wisma adalah tidak terganggu dengan prosentase 90%.
9. Pola eliminasi
Panti Sosial Cinta Damai adalah unit pelaksanaan teknis dari Dinas Sosial Provinsi
Riau yang mempunyai tugas memberikan pelayanan sosial bagi para lansia, sehingga
mereka dapat menikmati sisa hidupnya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.
Kegiatan yang ada di panti ini tidak hanya berasal dari Dinas Sosial tetapi ada juga
kegiatan yang bekerja sama dengan Departemen Agama, bimbingan mental agama yang
ada di wisma-wisma, dengan Debdikbud untuk pengadaan kegiatan dan lain sebagainya.
Selain itu, panti bekerjasama dengan RSUD Arifin Achmad, dan Pemda setempat untuk
menunjang kondisi kesehatan para lansia.
No. Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Didapat hasil bahwa 20 orang lansia (40%) diantaranya 10 orang lansia (20%)
mengeluhkan mereka tidak mampu merawat dan memperhatikan diri mereka dengan baik
dan benar.sedangkan 10 orang lansia (20%) lainnya mengeluh jika mereka merasa tidak
di butuhkan dan masih suka merindukan anak mereka dan ingin berkumpul dengan anak
cucu mereka .
Panti Sosial Cinta Damai didirikan dengan kapasitas tampung 110 orang dan menempati
area seluas 16.960 m2 .
Panti Sosial Cinta Damai didirikan diatas tanah seluas 16.960 m2, tanah tersebut terbagi
menjadi dua yaitu untuk perumahan dan untuk tempat pemakaman. Tanah untuk perumahan
terbagi atas: Gedung wisma sebanyak 5 wisma meliputi wisma cendana, seruni, kenanga,
mawar, melati,. Gedung tersebut dibangun diatas tanah seluas 1320 m2. Wisma-wisma ini
memiliki fasilitas diantaranya ruang tamu, kamar tidur, ruang rekreasi, dapur, dan kamar
mandi. Gedung kantor seluas 210 m2. Gedung lokal kerja 70 m2. Musholla seluas 160 m2.
Dapur umum seluas 160 m2. Aula seluas 160 m2. Pos satpam seluas 6 m2. Rumah dinas tipe
50. Rumah dinas tipe 36.
Sumber air bersih berasal dari sumur bor yang terletak dibelakang wisma dan bantuan air
dari perusahaan air minum Vivi. Setiap wisma minimal memiliki 1 kamar mandi, dan setiap
wisma mempunyai septic tank sendiri dimana septic tank ini tidak terhubung antar yang satu
dengan yang lainnya. Setiap wisma terdapat sarana pembuangan air limbah yang dialirkan
sampai ke tempat pembuangan limbah akhir. Panti Sosial Cinta Damai memiliki satu
musholla yang terletak disebelah barat panti. Dibelakang panti terdapat kebun dan kolam
ikan.
D. PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL
Panti Sosial Cinta Damai adalah unit pelaksanaan teknis dari Dinas Sosial Provinsi Riau
yang mempunyai tugas memberikan pelayanan sosial bagi para lansia, sehingga mereka
dapat menikmati sisa hidupnya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.
Kegiatan yang ada di panti ini tidak hanya berasal dari Dinas Sosial tetapi ada juga
kegiatan yang bekerja sama dengan Departemen Agama, bimbingan mental agama yang ada
di wisma-wisma, dengan Debdikbud untuk pengadaan kegiatan dan lain sebagainya. Selain
itu, panti bekerjasama dengan RSUD Arifin Achmad, Puskesmas Tamansari, RSU Islam,
Dan Pemda Setempat.
E. EKONOMI
Sebagian besar dana kegiatan yang diadakan di Panti berasal dari APBD/Dinas Sosial
Provinsi Riau.
Untuk kegiatan di dalam panti biasanya para lansia hanya berjalan kaki untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Panti juga menyediakan kendaraan berupa mobil untuk keadaan
darurat, misalnya keadaan dimana lansia harus segera mendapat penanganan di rumah sakit.
Selain itu, masing-masing wisma juga dijaga oleh tenaga keamanan yang diperkerjakan di
panti tersebut
Panti Sosial Cinta Damai Pandaan merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Sosial
Provinsi Riau yang memiliki struktur organisasi sesuai dengan Perda Provinsi Riau No. 14
Tahun 2002 yang terdiri dari: Kepala Panti, Kelompok Jabatan Fungsional, Ka. Sub. Bagian
Tata Usaha, Ka. Sie Unit Pelayanan Sosial Pandaan dan Bangkalan. Panti Sosial Cinta
Damai juga memiliki prosedur pelayanan yang sistemastis untuk mencapai lansia yang
sejahtera. Panti Sosial Cinta Damai Pandaan memiliki 33 pegawai yang memiliki peran dan
fungsinya masing-masing.
H. SISTEM KOMUNIKASI
Panti Sosial Cinta Damai memiliki fasilitas ruang tamu dan aula yang biasa
dimanfaatkan oleh para lansia untuk berkumpul dan melakukan aktivitas sehari-hari.
I. PENDIDIKAN
Dalam Panti Sosial Cinta Damai, para lansia banyak sekali difasilitasi dengan berbagai kegiatan
yang meliputi kegiatan keagamaan, ketrampilan dan kesenian, bimbingan sosial serta senam
yang bertujuan untuk menjaga kebugaran para lansia.
J. REKREASI
Para lansia biasa mengisi waktunya dengan berbagai aktivitas yang diselenggarakan
oleh panti. Di sela-sela aktivitas biasanya mereka mengobrol, membaca koran atau sekedar
menonton TV di dalam ruangan rekreasi yang disediakan sebagai fasilitas panti. Selain itu
lansia juga bisa berjalan-jalan di kebun belakang panti dan disana terdapat kolam ikan yang
bisa digunakan untuk memancing.
ANALISA DATA
DO:
DO:
Sedang (2) Sedang (2) Sedang (2) Sedang (2) Sedang (2) Sedang (2)
Rendah (1) Rendah Rendah (1) Rendah Rendah (1) Rendah (1)
(1) (1)
HDR 3 1 3 3 2 2 14 Harga
Diri
Defisit 2 1 3 3 2 2 13
Renda
perawatan
h
diri
1. Harga diri rendah berhubungan dengan Ketidak mampuan komunitas untuk meningkatkan
stressor kognitif.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DO: Tujuan
Khusus: Pembuatan Terbentukny 75% leaflet
Saat dilakukan media untuk a leaflet, terdistribusi
pengkajian 1. meningkatnya pendidikan lembar balik kepada para
terlihat sebagian harga diri dengan bentuk dan flif chart lansia
besar lansia sebagian besar leaflet, lembar tentang
terlihat sedih, lansia balik, dan peningkatan
menunduk dan flipchart harga diri
2.
kurang dan
Meningkatnya
kooperatif ketika kepercayaan
stresor kognitif
diajak berbicara. diri.
lansia
3.
Meningkatnya
harapan hidup Menyebarkan/ Terlaksanaya Terjadinya
mendistribusi n peningkatan
kan kembali penyuluhan harga diri pada
informasi kesehatan lansia yang
dalam bentuk tentang HDR
media peningkatan
(leaflet) pada harga diri
kegiatan yang dan
ada di panti kepercayaan
werdha diri
Judul :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Populasi terlantar menggambarkan seseorang yang tidak memiliki tempat
tinggal secara tetap maupun yang hanya sengaja dibuat untuk tidur. Populasi terlantar
biasanya di golongkan ke dalam golongan masyarakat rendah dan tidak memiliki
keluarga.
Masyarakat yang menjadi populasi terlantar bisa dari semua lapisan masyarakat
seperti orang miskin, anak-anak, masyarakat yang tidak memiliki keterampilan, petani,
ibu rumah tangga, pekerja sosial, tenaga kesehatan profesional serta ilmuwan.
Beberapa dari mereka menjadi populasi terlantar karena kemiskinan atau kegagalan
sistem pendukung keluarga mereka. Selain itu alasan lain menjadi tunawisma adalah
kehilangan pekerjaan, ditinggal oleh keluarga, kekerasan dalam rumah tangga,
pecandu alkohol, atau cacat. Walaupun begitu apapun penyebabnya, Populasi terlantar
lebih rentan terhadap masalah kesehatan dan akses ke pelayanan perawatan kesehatan
berkurang.
B. Saran
Dari makalah ini semoga dapat diambil manfaat untuk penulis dan pembaca.
Semoga pembaca dapat mengambil beberapa hal yang penting dalam makalah ini
seperti lebih memahami definisi dari populasi terlantar, miskin dan tunawisa,
mengetahui prevalensinya, mengetahui faktor yang berkontirbusi terhadap populasi
terlantar, miskin dan tunawsima, serta mengetahui status kesehatan mereka dan dapat
memberikan asuhan keperawatan yang benar.
Dari makalah ini pula penulis mengalami banyak kendala. Maka banyak
kesalahan yang dibuat oleh penulis. Oleh karena itu penulis membutuhkan saran dari
pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Kelliat. 2012. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Efendi, Ferry Uddan Makhfudi. 2010. Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Wulandari, Sri. Dkk. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Agregat Dalam Komunitas Populasi
Rentan : Penyakit Mental, Kecacatan, Dan Populasi Terlantar
Darmawan, Lili. Dkk. 2017. Penyakit Mental, Kecacatan Dan Populasi Terlantar
Iman B, Aisiyah. Dkk. 2017. Askep Pada Agregat Dalam Komunitas Populasi Rentan (Penyakit
Mental, Kecacatan, Dan Populasi Terlantar)
Diakses tanggal 13 Mei 2019