Anda di halaman 1dari 8

Moralitas Polisi Dalam

Pemolisiannya Sebagai
Penolong
On Apr 2, 2023

Moralitas Polisi dalam Pemolisiannya sebagai Penolong.

TRANSINDONESIA.co | Polisi bekerja melalui


pemolisiannya baik di ranah birokrasi maupun ranah
masyarakat untuk mewujudkan dan memelihara
keteraturan sosial. Keutamaannya pada kemanusiaan,
keteraturan sosial dan peradaban, yang semua itu
hakekatnya untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dengan terjaminnya keamanan dan rasa aman
dalam hidup dan kehidupan masyarakat. Dengan adanya
keamanan dan rasa aman, warga masyarakat dapat
melakukan aktifitasnya untuk menghasilkan produksi yang
dapat membuat mereka hidup tumbuh dan berkembang.

Secara singkat dalam bahasa jawa dapat dikatakan ”


nguwongke ” atau secara umum dapat dipahami untuk
memanusiakan manusia dan semakin manusiawinya
manusia. Mengangkat harkat dan martabat manusia. Di
situ dapat ditunjukan bahwa segala usaha dan upaya
kepolisian secara manajemen maupun operasional adalah
untuk menjaga kehidupan dengan terjamin keamanan dan
rasa aman, terwujud dan terpeliharanya keteraturan sosial.

Polisi dalam menyelenggarakan tugasnya secara preemtif,


preventif, represif bahkan merehabilitasi berbasis atau
mengacu pada aturan hukum. Namun sejatinya polisi tidak
sebatas penegak hukum semata, juga menegakan
keadilan. Hukum adalah ikon peradaban. Tatkala
menegakan hukum tidak diketemukan rasa keadilan, rasa
kemanusiaan maka polisi boleh mengambil kebijaksanaan
bahkan mengabaikan hukum tsb melalui : diskresi,
alternative dispute resolution maupun restorstive justice.

Polisi boleh mengambil tindakan tersebut dengan


landasan:

1. Kemanusiaan,
2. Keadilan,
3. Kepentingan yang lebih luas,
4. Edukasi.

Nilai nilai moral yang berlaku di dalam masyarakat juga


menjadi acuan polisi dalam pemolisiannya. Prinsip prinsip
yang dilakukan sama namun gayanya dapat bervariasi dan
dapat menyesuaikan corak masyarakat dan
kebudayaannya. Dengan demikian polisi dalam
menegakan hukum dapat dikatakan membangun
peradaban dan berjuang demi kemanusiaan.

Jiwa yang paling mendasar sebagai polisi adalah menjadi


penolong yang setidaknya mencakup:

1. Polisi bekerja melalui pemolisiannya baik di ranah


birokrasi maupun ranah masyarakat untuk kemanusiaan,
keteraturan sosial, pembangunan peradaban
2. Hakekat pemolisiannya berorientasi untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan
terjaminnya keamanan dan rasa aman dalam hidup dan
kehidupan masyarakat.
3. Tujuan pemolisiannya adalah untuk mengangkat harkat
dan martabat manusia,demi semakin manusiawinya
manusia
4. Pemolisiannya bersifat: Preemtif, Preventif, Represif dan
Rehabilitasi.
5. Penegakam hukum dan keadilan menunjukan sebagai
ikon peradaban
6. Kewenangan: Diskresi, Alternative Dispute Resolution
maupun Restorstive Justice delakukan demi:
a. Kemanusiaan
b. Keadilan
c. Kepentingan yang lebih luas
d. Edukasi.
7. Moralitas pemolisiannya juga mengacu nilai nilai moral
yang berlaku di dalam masyarakat
8. Pola pemolisiannya menerapakan satu prinsip seribu
gaya dengan menyesuaikan corak masyarakat dan
kebudayaanya
9. Pemolisiannya menunjukan sebagai Pejuang
Kemanusiaan yang direfleksikan sebagai penolong.
10. Peka, Peduli, Empati dan berbelarasa bagi
kemanusiaan, dan keteraturan sosial

Tatkala lemah atau rendah kualitas atau bahkan tidak


memiliki jiwa penolong maka tindakannya akan selalu
“ngeles sana ngeles sini”. Apa yang terjadi? Mencari
alasan, lempar sana lempar sini dan mencari enaknya
sendiri. Biasanya jauh dari kebenaran, yang dilakukan
sebatas pembenaran pembenaran. Empati dan
belarasanya kepada yang menderita dilakukan jika
terpaksa atau tatkala dilihat atau diperintah pimpinannya.
Kejumawaan, ketamakan dan amarah yang terefleksi
dalam pikiran, perkataan dan perbuatannya yang akan
menggerakkan kewenangannya demi keuntungan pribadi
maupun kroninya semata. Sifatnya akan menjadi safety
player. Lempar handuk kalau tidak menguntungkan. Baik
karena ada maunya atau terpaksa karena takut
dipindahkan dari posisinya.

Berita Terkait:

Jiwa polisi adalah jiwa penolong. Memiliki empati dan


belarasa kepada manusia dan kemanusiaannya yang
begitu besar. Jiwa voulenteernya juga tinggi sehingga
bekerja dalam pemolisiannya berbasis kesadaran. Karena
polisi bertugas untuk “nguwongke, menyadarkan,
membantu, memberi teladan, membela kebenaran dan
banyak hal kemanusiaan lainnya”. Dasar jiwa penolong ini
yang menguatkan pemolisiannya untuk dapat menjadi
penjaga kehidupan, pembangun peradaban sekaligus
pejuang kemanusiaan.

Tugas polisi melalui pemolisiannya ambigu dan berpotensi


konflik atau berdampak pada citra. Pekerjaan polisi pada
hakekatnya adalah untuk memanusiakan demi semakin
manusiawinya manusia. Oleh sebab itu pemolisian sebagai
upaya polisi menjaga kehidupan dan membangun
peradaban serta berjuang bagi kemanusiaan adalah seni.

Membangun pemolisian berbasis seni budaya dan


pariwisata dapat dikatakan sebagai art policing. Basis
polisi dan pemolisan yang sejalan dengan keutamaannya
adalah moralitas.

Moralitas dibangun atas dasar “kesadaran ” orang yang


sadar akan bertanggung jawab dan disiplin. Moralitas
dalam pemolisian setidaknya dapat dilakukan langkah
langkah sbb:

1. Ada role modelnya.


Ada tokoh di berbagai bagian dan lini kepolisian patut jadi
contoh
2. Mengajarkan dan melatihkan keutamaan polisi dan
pemolisiannya melalui core valuenya pada kemanusiaan,
keteraturan sosial dan peradaban
3. Membangun budaya malu untuk tidak berbuat cela
4. Memberikan penghargaan bagi orang orang yang baik
dan benar sebagai local heroes
5. Membangun marwah lembaga pendidikan sebagai
wadah pendidikan bagi para:
a. Petugas penjaga kehidupan
b. Pembangun peradaban
c. Pejuang kemanusiaan
6. Pola pengasuhan penanaman budaya kepolisian:
a. Olah jiwa yang dapat dikaitkan dalam spiritualitas
keagamaan
b. Olah rasa diimplementasikan pada kecintaan akan seni
dan budaya
c. Olah raga menumbuhkemnagkan potensi kebugaran
raga
7. Membangun lingkungan kerja kepolisian dalam nuansa
kemanusiaan
8. Mengimplementasikan polisi sebagai penegak hukum
dan keadilan
9. Mata pelajaran/ kurikulumnya dapat diklaster yang
dikategorikan sbb:
a. Mata pelajaran dasar :
1) nilai nilai keindonesiaan 2) nilai nilai kebhayangkaraan
3) karakter kepwmimpinan
4) etika publik (anti korupsi ) 5) budaya dan gaya hidup
sebagai polisi
6) filsafat ilmu pengetahuan dan metodologi penelitian
b. Mata pelajaran pokok atau inti yang berbasis pada ilmu
kepolisian:
1) ilmu ilmu sosial dan humaniora, 2) hukum, penegakan
hukum dan keadilan, 3) penanganan pelanggaran,
kejahatan dan penyimpangan sosial, 4) administrasi
kepolisian 5) operasional kepolisian, 6) teknik dan teknis
pemolisian dari pencegahan, penanganan dan rehabilitasi,
7) studi kasus dan penyelesaian masalah, 8) public
relation dan membangun jejaring, 9) model dan alternatif
gaya pemolisian, 10) media management, 11) bisa di
tambah hal hal yang bersifat kearifan lokal yang sesuai
dengan corak masyarakat dan kebudayaannya, 12)
teknologi kepolisian
c. Kapita selekta
Kelompok mata pelajaran yang berkaitan dengan isu isu
penting yang terjadi dalam masyarakat : 1) idiologi, 2)
politik 3) ekonomi, 4) sosial budaya 5) pertahanan 6)
keamanan dsb
10. Menerapkan sistem reward and punishment
diterapkan dengan baik dan benar sesuai prestasi dan
dapat dikatakan sebagai :
a. Tindakan anti korupsi
b. Reformasi birokrasi
c. Terobosan kreatif

Polisi dan pemolisiannya merupakan bagian dari


kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban. Citra
akan diperoleh tatkala ada ketulusan, kerendahan hati,
ketegasan dan keberanian untuk berbuat baik dan
memperbaiki serta mampu mengapresiasi orang orang
yang baik dan benar sesuai dengan konteksnya. Setiap
langkah pemolisian dapat dipertanggung jawabkan secara
: moral, hukum, administrasi, fungsional san sosial.**

Chrysnanda Dwilaksana

TegalParang 020423

Anda mungkin juga menyukai