: Tafsir Al-azhar … 49
Abstrak
Mistisisme adalah bagian dari ilmu pengetahuan Islam yang menekankan pada
nilai-nilai estetika, khususnya berbicara mengenai perilaku terhadap Tuhan dan
manusia. Ketika Aisyah ditanya oleh seorang sahabat nabi Muhammad, ia
berkata, “perilakunya adalah al-Qur’an”. Hamka dalam tafsirnya menyatakan
bahwa hal yang paling penting dalam kutipan tersebut adalah etik (akhlaq).
Akhlaq merupakan bagian dari kandungan al-Qur’an yang membuat Islam
tersebar di seluruh dunia. Tulisan ini menelusuri konsep Tasawuf Hamka
sebagai suatu prototipe kecil dari karyanya tentang tasawuf dalam ‘Tasawuf
Modern.’ Selain itu, tulisan ini juga fokus pada biografi Hamka serta
hubungannya dengan tasawuf, metode interpretasi, rujukan utamanya,
karakteristik ‘Tafsir al-Azhar’, metode penjulisannya, dan pendekatan yang
digunakan dalam interpretasinya. Tulisan ini juga bermaksud untuk
mengeksplorasi konsep uzlah, wali, mahabbah, dan ilmu ladunni in ‘Tafsir al-
Azhar’.
Kata Kunci: Perilaku, Mistisisme, Etika, Al-Qur’an, Uzlah, Wali, Ilmu Laduni.
Abstract
The Misthycism is a part of Islamic knowledge emphases the values of estetic,
especially talking about attitudes to God and the Human being. When Aisha r.a.
was asked by a companion of prophet He said,” His attitude is the Holy al-
Qur’an”. In his tafsir, Hamka stated that the most important thing quoted from
it was ethic (akhlaq). Even it is one of the amazing of the Holy Qur’an which
had spread Islam to the whole of the world. This paper will track the conception
of Hamka’s tasawuf as a little prototife from his work about Tasawuf at
‘Tasawuf Modern’. The paper will focus in Hamka’s bliography and his relate
with tasawuf, the methode of interpretating, main references, characteristics
Tafsir al-Azhar, methode in writing it, and the approacs used in his
interpretations. Also focusing to explore conception of uzlah, sufi saint (wali),
mahabbah, ilmu ladunni in ‘Tafsir al-Azhar’.
Key Words: Attitudes, Mistycisme, Ethic, Amazing The Holy Qur’an, Uzlah,
Wali, Ilmu Ladunni.
1
Dosen STAI Al-Muhajirin Purwakarta.
50 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015
satunya lagi diangkat. Kelompok yang menjadi objek pokok dalam penelitian
diinjak adalah kelompok Islam ini.
modernis – kelompok Masyumi yang Salah satu karakter khusus dari
dimotori Muhammad Natsir. Sedangkan Hamka, menurut Azra, adalah
yang diangkat adalah kelompok NU komitmennya yang kuat untuk
yang selanjutnya menjadi salah satu memegang pendirian. Apabila ada
poros Nasakom. Buya Hamka dan masalah agama atau negara yang
banyak tokoh modernis banyak yang bertentangan dengan persfektif Hamka
dipenjarakan.20 berdasarkan norma agama maka ia
akan menjadi oposisi. Ia jadikan posisi
3. Karakter Khas Sosok Hamka ini juga kekuatan untuk membangun
agama dan negara dari arah luar.
Dalam bagian ini penulis sengaja Sebagai contoh sikap Hamka yang
menelusuri sifat-sifat yang melekat pada mengundurkan diri karena tidak
sosok besar Hamka. Hal ini sangat sepaham dengan pemerintah Soeharto.21
beralasan, mengingat Hamka terkenal Sikap ini selanjutnya ternyata diikuti
sebagai sosok yang sukses dalam lisan juga oleh KH. Ali Yafie, yang
dan tulisan. Beliau juga orang yang mengatakan mundur sebagai ketua MUI
supel bergaul di masyarakat. Penanya karena melihat kebijakan-kebijakan Gus
setajam pedangnya. Namun lisan beliau, Dur yang tidak akseptabel.22
dalam konotasi positif, lebih tajam lagi. Namun terkadang Hamka juga
Beliau sering disebut Singa Podium. berpendirian yang melawan arus. Bukan
Penulusuran terhadap karakter beliau berarti pendiriannya ini dalam konotasi
yang terdapat dalam tulisan yang positif. Hamka secara mental siap
membahas biografi beliau ini bisa menerima cela, kritik dan makian dari
dijadikan acuan untuk mengetahui corak mayoritas umat Islam Indonesia. Salah
dan karakter tafsir yang beliau tulis dan satunya adalah ketika pemerintah
Jepang mewajibkan rakyat Indonesia
untuk tunduk kepada kekuasaan Jepang
20
Azyumardi Azra, Islam Substansif: Agar
di Tokyo. Hamka dan pengikutnya
Umat Tidak Jadi Buih, h. 320. Selain Hamka, diminta datang menghadap pada tanggal
tokoh muslim sekaligus politisi yang 29 April 1942 dengan paksa untuk
dipenjarakan adalah Natsir, Roem, Prawoto, tunduk kepada kekuasaan Jepang. Hari-
Sutan Syahrir. Sementara itu Rasyidi
mendengar berita tersebut ketika di Montreal
dan ketika itu juga langsung pindah ke
Washington. Penulis mengkaitkan Hamka
21
dengan Rasyidi karena keduanya sezaman Pokok masalahnya adalah bahwa Hamka
dan mempunyai pemikiran yang sama tentang tidak setuju dengan Menteri Agama
Islam. Beda antara keduanya, Hamka dilihat Alamsyah yang meminta MUI untuk
masyarakat sebagai pujangga dan ulama. mencabut fatwa yang mengharamkan Natal
Sementara Rasyidi sebagai generasi bersama sebagai respon dari SK Menag
intelektual. Lihat Endang Basri Ananda No.35 tahun 1980 yang ditetapkan 30 Juni
(Penyunting), 70 Tahun Prof. Dr. H.M. 1980. Azyumardi Azra dan Saiful Umam
Rasyidi (Jakarta: Harian Umum Pelita, 1985), (ed), Mentri-Mentri Agama RI: Biografi
h. 66, h. 227. Lihat juga Azyumardi Azra dan Sosial Politik, 341. Lihat juga Alwi Shihab,
Saiful Umam (ed), Mentri-Mentri Agama RI: Membendung Arus: Respons Gerakan
Biografi Sosial Politik, (Jakarta: Indonesia- Muhammadiyyah Terhadap Penetrasi Misi
Netherland Cooperation in Islamic Studies Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan,
(INIS), Pusat Pengkajian Islam dan 1998), h. 181.
22
Masyarakat (PPIM), Badan Litbang Agama Azyumardi Azra, Islam Substanstif : Agar
Depag RI, 1998), h. 148. Umat Tidak Jadi Buih, h. 385.
56 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015
disebutkan tadi, pada umumnya tradisi dengan agama lain. Beliau bersama-
intelektual Islam kita masih sama dengan Isma’il al-Faruqi (w. 1986
menghasilkan karya-karya yang terbatas M) termasuk cendikiawan muslim yang
pada hal-hal elementer, bukan meneruskan tongkat estafet keilmuan
pemikiran dan perenungan mendalam.31 perbandingan agama (Comperative
Cerita lain, menurut Cak Nur, Religion). Hamka mempunyai
yang menunjukkan ketinggian kontribusi yang tidak sedikit dalam
intelektualitas Hamka adalah bidang yang disebut dengan
perumpamaan beliau terhadap Religionswissenschaft.33
Pancasila. Menurut Hamka, Pancasila
bagaikan bilangan 10.000. Dimana 6. Tafsir al-Azhar : Tela’ah
angka 1 (satu) merupakan Khusus
perumpamaaan sila Ketuhanan Yang Tafsir al-Azhar mulai ditulis
Maha Esa. Sedangkan bilangan nol pada tahun 1962. Tafsir ini melukiskan
yang jumlahnya ada empat dengan gamblang Hamka dalam
diumpamakan sebagai sila kedua suasana kuliah di pagi hari yang ia
sampai kelima. Maka apabila sampaikan pada tahun 1959 sampai
dihilangkan angka satunya, bilangan 1964 di masjid al-Azhar, Jakarta.
empat nol yang ada setelahnya menjadi Penulisan tafsir ini sempat ditulis di
tidak ada nilainya walaupun ditambah penjara selama tiga tahun, yaitu 1964-
lagi dengan deretan nol yang panjang.32 1966. Beliau di penjara pada rezim
Zuriati (2010) menambahkan Sukarno, karena pengaruhnya meluas
tentang kelebihan Buya Hamka. sangat mengganggunya dan dianggap
Menurut pandangnnya, Buya Hamka sebagai potensi adanya oposisi. Ujian-
(w. 1981 M) selain mengayomi internal ujian hidupnya, beliau kemukakan pada
Islam, beliau juga pandai berdiplomasi bab 12.34 Tafsir ini sebanyak 15 volume
bersama dengan novel-novel karya
beliau telah memperoleh minat dari
Arabi, akan tetapi beliau cenderung kepada pembaca bahkan telah menjadi standar
Tasawuf Akhlaki yang diusung oleh Junaid
al-Baghdadi dan al-Ghazali (w. 1111 M/505
buku bacaan di seluruh jalan di
H) Lihat Rooasfa Hashim, “Ethnic Relation: Singapura dan Malaysia.
Some Related Editorial Issues”, Malaysia,
Medwell Journal: The Social Science 7, no. 4 7. Isi Mukjizat al-Qur’an
(2012) : h. 557-559. Menurut Roshina Menurut Hamka
Hashim, Hamka bersama dengan Munshi
Abdullah, Shaykh Ahmad al Hady and Za'ba
of Malaya (Peninsular Malaysia), dan Sheikh Menurut Hamka mukjizat al-
Abd al-Samad al-Palimbani, Imam Zarkasyi, Qur’an itu adalah al-Qur’an itu sendiri.
Mahmud Yunus, Harun Nasution and Hasyim Namun, Secara lebih spesifikasi lagi,
Asy'ari termasuk ke dalam pemikir kemukjizatannya dapat diringkas
pendidikan. Lihat Rosnani Hashim (ed),
Reclaiming the Conversation: Islamic
menjadi tiga. Pertama, keistimewaan
Intellectual Tradition in the Malay yang pernah dicapai oleh bangsa Arab,
Archipelago, (Malaysia: Pustaka Perdana, yang kedua ialah makna atau ma’ani-
2010), h. 28.
31
Nurcholis Majid, Tradisi Islam (Peran dan
Fungsinya Dalam Pembangunan di 33
Zuriati ibn Muhammad Rashid, “Al-Faruqi
Indonesia, (Dian Rakyat dan Paramadina : and His Views on Comparative Religion,
Jakarta, 2008), h. 5. “International Journal of Business and Social
32
Nurcholis Majid, Islam Kemodernan dan Science 1, no. 1 (2010) : h. 1.
34
Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 1998), cet Peter Riddel, Islam and The Malay -
XI, h. 178. Indonesian World , h. 218.
Usep Taufik H. : Tafsir Al-azhar … 59
nya dan yang ketiga adalah ajaran bangkitnya minat kawula muda untuk
akhlaknya. Yang dimaksud ajaran mengkaji al-Qur’an di Indonesia dan di
akhlak di sini bukanlah ajaran agama, negara–negara yang berbahasa Melayu.
akan tetapi puncak budi dari manusia Beliau menganalogikan keadaan
yang cerdas, dan tidaklah dapat mereka ini dengan perumpamaan
dibantah bahwa itulah akhlak yang baik. rumah telah kelihatan, jalan ke sana
Untuk yang ketiga ini merupakan hal tidak ada. Ini adalah alasan pertama
yang jarang menjadi perhatian para menulis kitab ini. Kedua, tafsir al-Azhar
mufassir. Umumnya mereka melihat disusun untuk golongan para muballigh
dari sisi dzahir al-Qur’an saja.35 atau ahli dakwah. Mereka kadang
canggung untuk tampil, karena
8. Latar Belakang ditulis Tafsir wawasan umumnya sangat lemah. Pada
al-Azhar dan penamaannya hal mereka mempunyai kewajiban
sudah lebih luas dari pada muballigh
Hukum kausalitas mengatakan zaman lampau. Sekarang mereka
“setiap adanya aksi selalu diikuti menghadap bangsa yang cerdas.
dengan reaksi”. Hukum tersebut Rosnani Hashim menyimpulkan
menggambarkan akan karakter khas penelitiannya bahwa latar belakang
yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup yang menyetir Hamka untuk menulis
bukan hanya manusia. Suatu karya Tafasirnya adalah adanya kevakuman
yang besar, biasanya selain sudah pada golongan pemuda di negara-negara
dirancang secara matang, ia juga yang berbahasa Melayu, dan adanya
dihasilkan karena adanya suatu faktor kehausan dari mereka terhadap
X. Biasanya latar belakang pemahaman agama, terutama al-Qur’an.
dihubungkan dengan seberapa cepatkah Serta adanya kelemahan materi-materi
respon yang dimiliki dan umumnya yang disampaikan oleh para mubaligh.36
karya yang mempunyai latar belakang
nilai sejarah yang mengikuti 9. Haluan Tafsir
kemunculannya suatu karya
berpengaruh. Di dalam Sebelum menyampaikan
pendahuluannya, Hamka dengan penelitian sendiri Roshani Hashim
tawadhu mengakui bahwa beliau meneliti bahwa sumber Tafsir al-Azhar
bukanlah seorang yang multidisiplin. ini meliputi kitab-kitab tafsir klasik
Beliau mengakui bukan seorang yang terdiri dari tafsir kalangan Sunni,
pakar gramatika Arab, bukan pakar Mu’tazilah dan Syi’ah. Selanjutnya
sastra Indonesia (padahal beliau sudah dalam pembahasan awal dalam bab ini.
menulis karya tulis dengan bahasa Hamka menyatakan secara eksplisit
Indonesia sebanyak 100 buku besar dan tentang corak haluan dari
kecil di dalam bahasa Indonesia, bukan penafsirannya. Beliau memberikan
insinyur pertaniann dan bukan ahli istiah sendiri yaitu “textbook thinking”.
atom. Namun persyaratan tersebut tidak Yaitu suatu tafsir yang hanya menuruti
menghalanginya untuk melanjutkan riwayat atau naql dari orang terdahulu
penafsirannya. Menurutnya, ada soal
lain yang sangat mendesak yang 36
Rosnani Hashim, “Hamka: Intellectual and
menjadikan alasannya mempertahankan Social Transformation of the Malay World”,
tafsirnya. Alasan tersebut adalah in Reclaiming the Conversation: Islamic
Intellectual Tradition in Malay Archipelago ,
35
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Citra ed. Rosnani Hashim, (Kuala Lumpur: Perdana
Serumput Padi, 1982), juz I, h. 12. Leadership Foundation, 2010) : h. 194.
60 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015
yang baik tentu saja berawal dari Allah dalam al-Qur’an dapat terbuka
peranan akal dalam awal hidayahnya. secara sempurna. Ayat-ayat yang tidak
Tafsir al-Azhar tampil sebagai dipahami di masa lampau, akhirnya
salah satu agen Tuhan yang dapat terbuka setelah dipahami oleh
mendapatkan amanah untuk akal beberapa puluh atau bahkan
menyampaikan risalah ilahi, terutama ratusan tahun sesudahnya. 54 Jadi,
yang berkaitan dengan Tuhan dan intinya otak manusia itu selalu berputar.
makhluknya. 53 Bagaimakah kedudukan Ini mungkin yang menjadi kesimpulan
akal dalam Tafsir al- Azhar? Hamka dalam menafsirkan surat Fusilat
Hamka berkata dalam tafsirnya, tersebut.
”Yang terpenting daripada kelebihan Sebagai konsekuensi dari anugrah
manusia dengan akalnya adalah Tuhan berupa akal yang merdeka.
kesanggupannya membedakan dan Hamka menegaskan sikap
menyisihkan di antara yang buruk dan penentangannya terhadap taklid. Taklid
yang baik. Manusia melihat kepada menyebabkan kebekuan berfikir yang
alam sekeliling dengan panca indranya. berimplikasi kepada kebekuan
Maka menggetarlah apa yang kelihatan beragama dan pudarnya sinar agama.
dan kedengaran itu ke dalam jiwa. Sikapnya ini dapat digambarkan ketika
Maka tergambarlah bekasnya itu di beliau menafsirkan surat al-Isra’: 36.
dalam jiwa tadi dan menjadi kenangan. Menurut Hamka, kata wala taqfu
Dengan melihat dan mendengar, mengandung arti jangan mengikuti
tergambar dan mengembang itulah jejak. Orang yang taklid biasanya tidak
manusia membentuk persediaannnya bisa mempergunakannya
menempuh hidup. Dengan itu pulalah ia pertimbangannya sendiri. Terutama
dapat mengenal mana yang baik mana dalam beragama, orang yang taklid
yang buruk, mana yang jelek mana yang cenderung mencampurkan antara
indah. sunnah dan bid’ah karena dia sudah
Menurut Yunan Yusuf, posisi akal tidak bisa memfilter amalan-amalan
yang digambarkan Hamka di atas belum tersebut. Itulah sebabnya kita wajib
menggambarkan daya yang besar. Perlu beragama dengan berilmu.55
dilakukan penelusuran lebih lanjut tafsir Bila diperbandingkan wewenang
Hamka terhadap ayat-ayat kalam secara yang diberikan Hamka bagi akal dengan
langsung. Hamka mengatakan ketika wewenang yang diberikan oleh aliran-
menafsirkan ayat dalam surat Fussilat, aliran kalam bagi akal, maka dapatlah
bahwa dengan jalan berfkirlah ditarik persamaan antara pemikiran
(mempergunakan akal) isyarat-isyarat Hamka dengan pemikiran yang terdapat
dalam aliran Maturidiyyah Bukhara
53
Sufi klasik yang melakukan penafsiran sama-sama memberikan wewenang
melalui pendekatan filsafat ketuhanan adalah kepada akal untuk mengetahui bahwa
Ibnu ‘Arabi. Sebagaimana yang ditulis dalam
buku Nasir Hamid yang berjudul Falsafat al-
Tuhan itu ada dan untuk mengetahui
Ta’wil. Beliau menjelaskan secara terperinci mana yang baik dan yang buruk.
hubungan Tuhan, alam sebagai makrokosmos Sebagaimana yang disinggung
dan manusia sebagai mikrokosmos, ma’rifat, terdahulu, bahwa dalam pandangan
syari’at, hakikat dan relasi antara bahasa dan Maturidiyyah Bukhara, akal manusia
alam raya dan diakhir pembahasan beliau
menetapkan konsep ta’wil. Nasr Hamid Abu
Zayd, Falsafat al-Ta’wil: Dirasah fi Ta’wil 54
Yunan Yusuf, Corak pemikiran Kalam Tafsir
al-Qur’an ‘inda Muhyi al-Din bin ‘Arabi, al-Azhar, h. 125.
55
(Beyrut: al-Markaz al-Thaqafi al-‘Arabi, Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir
1996), h. 427. al-Azhar, h. 128.
66 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015
dilihat oleh bashirah (hati) dan melihat diperlukan. Fokus terhadap Allah dan
bukti dari perbuatannya. Sampai para hal yang menghantarkan kepada-Nya
ahli mengatakan bahwa tidak mungkin harus benar-benar menjadi prioritas
alam ini terjadi karena alam belaka. utama. Inilah tingkatan awal dari
Telah berjuta-juta tahun perjalanan seorang yang dianugrahi Allah
bumi mengelilingi matahari dengan kesempatan untuk menjadi wali-Nya,
sangat teratur. Demikian pula bulan yaitu khusyu’. Khusyu’ merupakan
mengelilingi bumi dengan sangat pijakan awal, seorang salik seiring
teratur. Ini adalah tanda dzahirnya dengan mengawali perjalanannya
Allah. Dan Dia juga al-Batin, tidak menempuh jalan Sufi. Khusyu’ menjadi
dapat dilihat, namun dapat dilihat di pendorong utama bagi Allah untuk
hati. Itu lah sebabnya mengapa manusia memberikan nur kepada hati Hamba-
diberi hati. Inilah yang dikatakan ahli Nya. 64 Ketika ia mulai memberikan
Tasawuf. kecondongannya kepada Allah, maka
Allah pun akan menyamputnya. Itulah
“Aku ini adalah perbendaharaan yang bekas dari Khusyu’.
tersembunyi, lalu Aku ciptakan Khusyu kepada Allah dalam
hambaku, dengan karunia-Ku lah pandangan Hamka dalam Tafsir nya
mereka dapat mengenal Aku.” sebagai salah satu tanda seorang
mukmin. Beliau mengkorelasikannya
Dalam penafsirannya tersebut, dengan Surat al-Anfal ayat 8, bahwa
Hamka mengajak pembaca untuk salah satu tanda bagaimana pengaruh
mengenal (ma’rifat) kepada Tuhannya. adanya iman itu kepada jiwa dan sikap
Maka setelah tahap pengenalan ini, kita. Dikatakan bahwa orang yang
mereka akan merasakan dengan jelas di beriman itu bila disebut orang saja
mana posisi Tuhan dan di mana posisi nama Allah, menjadi tersentuh hatinya
dia yang dha’if. 63 Selanjutnya doktrin dan apabila dibacakan orang kepadanya
Tasawuf yang akan dibahas pada tafsir ayat-ayat Allah, imannya pun
al-Azhar masih pada surat yang sama bertambah, dan dia pun bertambah
ayat 15, yaitu konsep uzlah. bertawakkal kepada Allah. Khusyuk
Manusia dianugerahi akal untuk adalah hati yang rendah dan tunduk
dijadikan alat dalam mengenali alam kepada Tuhan, yang insyaf akan
sekitar. Pengenalan yang dalam atau kerendahan dan kelemahan diri
akrab timbul dari kegiatan perhatian berhadapan dengan kuasa ilahi. Apabila
yang lebih terhadap objek dibandingkan sifat khusyu sudah tertanam dalam jiwa,
dengan objek lainnya. Dalam kondisi maka bersamaan dengan itu timbul juga
demikian maka dua pihak yang saling tekad yang kuat hendak melaksanakan
mengenal secara lebih jauh berarti apa yang diperintahkan-Nya.
kedua-duanya telah saling setia, tunduk, Menurut Abdullah bin Mubarak
patuh terhadap keputusan. Informasi yang bersumber dari Shalih al-Muri,
yang keluar dari kedua belah pihak. dari Qatadah dan dari Ibnu Abbas.
Pengenalan terhadap Allah juga Pertanyaan ini datang setelah 13 tahun
demikian, tidak akan mengenal secara masa sejak pertama turun. Bahkan
mendalam terhadap Allah apabila usaha menurutya satu riwayat dari Abdullah
untuk mengenalnya sangat minim. bin Mas’ud setelah 4 tahun kami
Totalitas di dalam hal ini sangat menerima Islam, ayat ini baru turun.
63
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Citra
64
Serumput, 1982), h. 269-272. Qs. al-Saf (61) : 5.
70 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015
Ilmu bisa saja bertambah, ayat-ayat al- dengan cerita yang menjadi sebab
Qur’an bisa turun terus menerus. Akan Fudayl bin ‘Iyad yang menjadi seorang
tetapi hal yang lekas hidangnya dari sufi. Fudayl jatuh cinta dengan seorang
sebagian muslimin adalah kekhusyuan wanita cantik, namun ketika mendengar
kepada Tuhan. ayat tersebut Fudayl meninggalkan
Rasul bersabda bahwa hidup demikian. Dan meneruskan
sesungguhnya yang mula-mula perjalanan ke Makkah dan menetap di
diangkatkan Allah dari hati manusia Baitul Haram. Fudayl hidup sebagai
ialah kekhusyu’an itu. Allah melarang seorang sufi besar sampai masa
umat Islam, berlaku seperti Yahudi dan Khalifah Harun al-Rashid.65
Nashrani, mereka membaca kitab suci Penafsiran Hamka terhadap term
nya setiap hari, bahkan sampai khusyu’ tidak jauh dari makna redaksi
dihapalnya, namun tidak ada pengaruh itu sendiri. Hamka sangat kaya dengan
dalam hatinya, sebab hati itu ielah materri tasawuf, namun hal itu tidak
kasar. Kitab sudah lama diterima, dipakainya untuk menafsirkan ayat-ayat
namun dia tidak berbekas lagi di hati. Tasawuf dengan ajaran-ajaran Tasawuf
Dan banyak di antara mereka yang yang sudah definitif. Beliau seolah-olah
fasik. ingin membiarkan al-Qur’an bicara
Menurut Hamka, sikap kasar sendiri tentang Tasawuf.
cerminan dari bahwa hatinya telah
kasar, seharusnya mereka memahami 17. Uzlah
terhadap perubahan sikap tersebut. Al-
Qurtubi menjelaskan bahwa Selanjutnya doktrin Tasawawuf
pemahaman mereka terhadap al-Kitab yang terdapat dalam surat al-Hadid ayat
membuat mereka egoisme dan semua 26 adalah uzlah. Dalam ayat ini
keputusan mereka tidak boleh dibantah. memakai kata rahbaniyyah. Penulis
Hamka mengkaitkan ayat ini merelevansikannya karaena adanya
dengan kedua sufi ternama, Adullah bin kesamaat tanda yang ada pada kata
Mubarak dan Fudayl bin ‘Iyad. tersebut. Adapun secara etimologi
Keduanya tersentak sadar ketika keduanya sama-sama menghindar dari
mendengar ayat ini. Ayat yang kerumunan hiruk-pikuk manusia,
menjadikan mereka menjadi seorang keduanya sama-sama berasal dan
zahid. Abdullah bin Mubarak dinisbahkan kepada pendeta Nashrani.
menceritakan bahwa beliau disadarkan Apakah konsep ‘uzlah Hamka
oleh seekor burung yang bernyayi. sama dengan uzlah dalam terminilogi
Namun nyanyiannya adalah bacaan Ilmu Tasawuf. Maka perlu adanya
Surat al-Hadid: 16. penelusuran terhapap ayat-ayat yang
Pada hal ini, Hamka terlihat tidak semakna degan kata uzlah. Dalam hal
konsisten dengan pandangannya bahwa ini, penulis akan mentafsirkan surat al-
wali telah berubah yang dibahsa Hamka Hadid: 27. Dalam ayat ini terdapat
ketika menafsirkan surat Yunus. Wali redaksi rahbaniyyah yang artinya
bukanlah seorang yang sakti kependetaaan. Hamka, menafsirkan
mandraguna. Penuh dengan hikmat dan bahwa kependetaan itu tidak
karomah. Hamka menolak persepsi diperintahkan oleh Allah. Namun hal
masyarakat umum tersebut. Namun, itu keingian mereka sendiri untuk lebih
beliau sendiri malah menjadikannya prihatin menyembah Allah. Menurut
sebagai materi penafsirannya. Hamka
juga menyempurnakan tafsirnya ini
65
Hamka, Tafsir al-Azhar, juz XXVII, h. 292.
Usep Taufik H. : Tafsir Al-azhar … 71
67 68
Hamka, Tafsir al-Azhar, juz XI, h. 251-263. Hamka, Tafsir al-Azhar, h. 268.
Usep Taufik H. : Tafsir Al-azhar … 73
tidak disertai dengan kepatuhan. Cinta makna leterlek saja, yaitu bukti-bukti.
yang tidak mengikuti bimbingan Nabi. Tanpa mena’wilkannya sebagaimana
Maka ini adalah maghdub. Cinta yang yang telah terkonsep dalam Ilmu
direka-reka dan direncanakan sendiri Tasawuf.71
maka ia dhalim.69
21. Ilmu Ladunni
20. Konsep Mujahadah: Studi
analisis al-Ankabut ayat 69 Dalam tafsirnya Hamka
mendefinisikan apa yang dimaksud
Allah memberikan jaminan dengan ilmu ladunni. Beliau
kepada siapa saja yang menyediakan mengartikan dengan ilmu yang
akan dirinya menempuh jalan Allah. langsung dari Kami. Menurut Hamka,
Tujuan mereka hanya Allah. Semua jiwa seseorang yang sudah berolah
rintangan dilaluinya hanya dengan tazkiyah dari hawa nafsu, maka hatinya
tujuan menuju Allah. Mereka akan laksana kaca, bening tiada noda.
mengetahui bahwa jalan yang akan Maka timbullah nur yang bersumber
mereka lalui adalah sulit, tetapi mereka dari dirinya, dan akan menerima nur
terus melangkahkan kaki seraya bekerja dari luar. Inilah yang disebut dengan
keras. Karena jiwa mereka ikhlas, telah nur ‘ala nur. Maka ia akan bertambah
terbuka, bertauhid dan berma’rifat, dekat dengan Tuhan, ia menjadi derajat
husnudzhan, maka selanjutnya Allah al-Muqarrabin. Dalam tingkatan
sendiri yang membimbing mereka. demikian, maka ia akan mudah
Mereka yang berbuat demikian adalah menerima ilmu dari Tuhannya. Baik
orang-orang muhsin yang senantiasa berupa wahyu untuk Nabi maupun
disertai Allah. Fudayl bin ‘Iyad ilham untuk orang shalih. Orang yang
mempertalikan antara ikhlas dan Ihsan. demikian akan cepat dikenal sama
Ikhlas ialah memperbaiki niat sejak orang yang selevel dengannya, ketika
semula agar beramal benar-benar karena ia bertemu walaupun hanya sekali.
Allah dan bersedia berjihad untuk itu. Menurut Hamka, Sayyid Qutub tidak
Ihsan adalah membuat amalan yang menafsirkan abdun shalih ini sebagai
awal menjadi lebih baik dengan cara Nabi Khidir As. Menurut Sayyid Qutub,
mengikuti Sunnah yang digariskan jalan ceritanya yang ghaib mengatakan
Nabi. Beliau memberikan I’tibar, bahwa sebaiknya cerita ini dibiarkan dalam
Nabi yang ummi saja mampu melewati keghaibannya tidak perlu ditambah-
rintangan tersebut dengan baik bahkan tambah yang kadang telah bercampur
beliau bisa mengajak umat untuk dengan dongeng dan cerita Israiliyyat
mengikutinya secara berjamaah. yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Seharusnya umat masa kini yang nilai Hamka mengakui bahwa ayat ini
intelektualnya lebih meningkat secara menjadi sandaran ahli Tasawuf dalam
umum harus bisa mencapai apa yang etika Murid dan Mursyid. Menurut
telah dicapai Nabi dan para sahabat.70 Hamka, apa yang dialami Musa juga
Hamka tidak mendefinisikan term dialami oleh umumnya manusia,
bashirah, nur, ma’rifat secara utuh tentunya sesuai dengan tingkatan
sebagaimana apa yang didefinisikan masing-masing yang dicapainya.72
oleh para praktisi Tasawuf. Beliau
hanya mengartikan bashirah dengan
71
Hamka, Tafsir al-Azhar, juz XIII-XIV, h. 48.
69
Hamka, Tafsir al-Azhar, juz III, h. 218. Qs. Yusuf : 108.
70 72
Hamka, Tafsir al-Azhar, juz XXI, h. 36. Hamka, Tafsir al-Azhar, juz XV, h. 226.
74 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015
Majid, Nurcholis. Tradisi Islam: Peran Ya’kub, Zul’azmi “Falsafah Alam dan
dan Fungsinya Dalam Konteks Falsafah Ketuhanan
Pembangunan di Indonesia Dian Menurut Hamka,” International
Rakyat dan Paramadina: Jakarta, Journal of Islamic Thought. Vol.1
2008. (June 2012) : 2.