Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan kesehatan akan meningkat seiring bertambahnya usia. Dalam
perawatan kesahatan beberapa kelompok individu sering disebut sebagai kelompok
rentan, salah satunya adalah kelompok lansia ini dikarenakan lansia mudah sekali
terkena penyakit menular maupun tidak menular, hal ini terkait oleh proses menua
pada Lansia dengan bertambahnya usia seseorang akan mengalami penurunan atau
perubahan fungsi seperti fisik, psikis, biologis, spiritual, dan hubungan sosialnya,
serta hal ini memberikan dampak pada berbagai aspek kehidupan Lansia salah
satunya yaitu kondisi kesehatan (Fitrianti & Putri, 2018).
Proses menua pada lansia dapat memperlambat keseimbangan proses
fisiologis, psikologis, sosial lansia sehingga meningkatkan kerentanan terhadap
kondisi kesakitan dan faktor risiko lainya, dan masalah yang berhubungan dengan
Lansia mempengaruhi kualitas hidup atau aktivitas sehari-harinya (Miller, 2012).
Seiring dengan proses penuaan fungsi organ tubuh juga mengalami penurunan,
sistem kardiovaskuler Lansia pun rentan mengalami gangguan. Gangguan sistem
kardiovaskuler pada Lansia dapat terjadi pada jantung, pembuluh darah dan darah,
salah satu gangguan yang sering dialami Lansia pada sistem organ ini adalah
hipertensi, dalam Sumaryati, (2018) mendefinisikan hipertensi sebagai sebuah
kondisi medis dimana sesorang mengalami peningkatan tekanan darah sistol diatas
normal normal yaitu 140 mmHg dan tekanan diastol diatas 90 mmHg, selain itu
penyakit ini sering dikatakan sebagai the silent killer karena karena orang yang
menderita hipertensi sering tidak menunjukkan gejala.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2021) menunjukkan pada tahun 2020
secara global terdapat 727 juta jiwa yang berusia 65 tahun atau lebih, sedangkan
Jumlah Lansia di Indonesia saat ini sekitar 29,3 juta orang atau hampir 10% dari
total penduduk. WHO menetapkan hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga
etiologi kematian di dunia, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa mengalami
penyakit hipertensi. Perkiraan prevalensi hipertensi tahun 2021 secara global sebesar
1,28 juta diantaranya umur 30-79 tahun dari total penduduk dunia di Negara
berkembang dan menengah (World Health Organization, 2021). mengalami
gangguan penglihatan.
Pada Lansia hipertensi disebabkan oleh perubahan pada penurunan elastisitas
dinding aorta, katup jantung menebal serta menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa untuk darah, hilangnya elastisitas pembuluh darah dan meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer (Fitrianti & Putri, 2018). Gejala yang dirasakan
oleh penderita hipertensi antara lain: sakit kepala, pandangan mata kabur, marah-
marah, suit tidur, nyeri dada, pusing, tengkuk terasa pegal, denyut jantung kuat dan
cepat. Tanda dan gejala yang muncul ini dapat mengakibatkan perubahan secara fisik,
psikologis, mental, sosial maupun spiritual yang terjadi pada lansia dan
mempengaruhi kualitas hidup Lansia (Pratiwi & Mumpuni, 2017). Hipertensi yang
tidak terkontrol dapat menimbulkan gangguan target organ, dan dapat menyebabkan
serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan (Widiana & Ani, 2017).
Pada lansia juga terjadi kelebihan asam urat dalam darah (hiperurisemia) yang
menjadi masalah serius dan merupakan penyakit degenerasi yang mengganggu
kesehatan yang dapat mengakibatkan cacat secara fisik (Artini et al., 2012). Kadar
asam urat berlebih biasanya menyebabkan timbulnya penyakit yang dikenal dengan
nama arthritis gout (Weaver, 2008). Arthrithis gout paling sering dialami pada lanjut
usia (Diantari dan Chandra, 2013). Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena
proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya
berbagai macam penyakit seperti peningkatan kadar asam urat (Andry etal., 2009).
Asam urat dihasilkan oleh setiap makhluk hidup akibat proses metabolisme utama
yaitu suatu proses kimia dalam inti sel yang berfungsi menunjang kelangsungan
hidup. Bila terjadi penyimpangan dalam proses ini, maka asam urat akan menumpuk
(Ahmad, 2011)
Salah satu tanda dari Gout Arthritis adalah nyeri pada persendian. Nyeri ini
awalnya bersifat akut namun bila dibiarkan lama kelamaan akan menjadi kronis.
Nyeri kronis akan bersifat lebih kompleks karena memiliki korelasi dengan faktor
psikologis, dan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Sedangkan Gout
Arthritis yang dibiarkan akan membentuk gumpalan di sendi atau yang disebut
dengan thopi yang dapat menyebabkan nyeri sampai dengan kerusakan sendi
hingga kecacatan (Suhadi, 2018). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018, prevalensi penyakit asam urat berdasarkan diagnosa tenaga
kesehatan di indonesia 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7% jika
dilihat dari karakteristik umur kurang lebih dari 75 tahun (54,8%). Penderita wanita
juga lebih banyak (8,46%) dibanding dengan pria (6,13%) (Kementerian kesehatan
RI, 2018).
Penyakit Gout Arthritis tidak mengancam jiwa, tetapi bila penyakit ini
menyerang penderita dapat mengalami siksaan nyeri, pembengkakan atau cacat
persendian tangan dan kaki. Rasa sakit dari pembengkakan tersebut disebabkan
karena endapan kristal monosodium urat yang disebut thopi, yang terbentuk dari
Asam Urat yang sudah jenuh sehingga mempermudah pembentukan kristal tersebut.
Penumpukan kristal pada umumnya terjadi pada jaringan sekitar sendi, sehingga
menimbulkan rasa nyeri pada daerah tersebut (Zahara, 2015).
Maka dari itu dari hasil pengabdian masyarakat yang dilakukan di RW 04 Desa
Pasir Halang ini merupakan salah satu lokasi praktik keperawatan gerontic dimana
masyarakat khususnya lansia di daerah tersebut mayoritas memiliki penyakit tidak
menular seperti hipertensi dan asam urat. Sehingga perlu adanya perlu adanya
pendekatan yang lebih nyata untuk melihat secara langsung pola perilaku kebiasaan
hidup sehat dan cara mengurangi atau mengatasi penyakit tersebut pada masyarakat.
Serta memberikan fasilitas berupakan Pendidikan Kesehatan dan praktik senam, serta
skrining hipertensi dan tes asam urat di masyarakat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang hipertensi dan rheumatoid
arthritis (asam urat) yang terjadi pada lansia di RW 04 Desa Pasir
Halang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep penyakit dari Hipertensi dan Asam Urat yang
terjadi pada Lansia.
b. Mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan gerontic yang
sesuai diberikan pada lansia dengan asam urat.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan manfaat pemahaman tentang
penyakit hipertensi dan asam urat.
2. Manfaat Praktik
a. Masyarakat RW 04 Desa Pasir Halang
Dengan adanya skrining hipertensi, asam urat dan senam
hipertensi, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan
untuk masyarakat terutama lansia di RW 04 Desa Pasir
Halang. Sehingga meningkatkan motivasi masyarakat untuk
mengikuti program yang telah difasilitasi oleh mahasiswa.
b. Mahasiswa
Mampu mengaplikasikan konsep Kesehatan gerontik secara
nyata kepada masyarakat dan memperluas wawasan tentang
konsep penyakit hipertensi dan asam urat yang terjadi pada
lansia di RW 04 Desa Pasir Halang.

Anda mungkin juga menyukai