Anda di halaman 1dari 4

Resiko Hipertensi pada lansia

Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lansia diklasifikasikan menjadi 4 menurut
WHO (2013) yaitu (1) middle age, kelompok usia 45 sampai 59 tahun, (2) elderly, antara 60
sampai 74 tahun, (3) old, antara 75 sampai 90 tahun, (4) very old, distas 90 tahun.
Lansia sering dikaitkan dengan hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah sistolik 2 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik 290 mmHg
(P2PTM Kemenkes RI, 2020)
Hipertensi yang terjadi, timbul akibat peran faktor risiko yang terjadi secara bersamaan (common
underlying risk factors), sehingga satu faktor risiko yang dialami belum tentu menyebabkan
hipertensi. (Friska Adriani, 2016)
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi primer, hipertensi sekunder, hipertensi
resisten, hipertensi maligna, dan hipertensi terisolasi (Kohli P, 2019)
Terdapat empat faktor yang mendominasi patogenesis hipertensi (Yogiantoro, 2014 dalam Putri,
2019) yaitu
(1) Peran volume intravaskular
(2) Peran kendali saraf otonom
(3) Peran dinding vaskuler pembuluh darah
(4) Peran Renin Angiotensin Aldosterone (RAAS)

Patofisiologi hipertensi pada lanjut Usia

Baik tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) meningkat sesuai
meningkatnya umur. TDS meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan
TDD meningkat sampai umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap atau sedikit
menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya pengkakuan
pembuluh darah dan (compliance) arteri dan ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai
dengan umur
Seperti diketahui, tekanan nadi merupakan prediktor terbaik dari adanya perubahan struktural di
dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama
dari kekakuan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh
darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas
pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan kelenturan aorta
dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan peningkatan TDS. Penurunan elastisitas
pembuluh darah Menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas baroreseptor
juga berubah dengan baroreseptor mungkin dapat umur. Perubahan mekanisme refleks
pemantauan terus menerus. Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan
refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi
ortostatik.
Penegakan diagnosis hipertensi pada lanjut usia

Komplikasi Hipertensi

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan
otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal
jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner
dan miokard. Pada otak sering terjadi stroke dimana terjadi perdarahan yang disebabkan oleh
pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi
adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic
Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada
proses akut seperti pada hipertensi maligna(Nuraini, 2015).

Penegakan diagnosis hipertensi pada lanjut usia

Hipertensi esensial adalah suatu keadaan ketika tekanan di pembuluh darah meningkat secara
kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu
fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal.
Hipertensi sering dihubungkan dengan pengerasan dan hilangnya elastisitas dinding arteri.
Tahanan vaskular perifer meningkat dalam pembuluh darah yang keras dan tidak elastis. Hal ini
bisa dipengaruhi oleh faktor umur pada lanjut usia terjadi perubahan struktur dan fungsi
pembuluh darah yaitu sifat elastisitas pembuluh darah menjadi berkurang dan terjadinya
kekakuan pada dinding pembuluh darah arteri, sehingga pengembangan pembuluh darah menjadi
terganggu.

2.4.5 Pencegahan

Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari ½-½
sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan
minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan,
lari, jogging. Bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga
untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stres (Kemenkes RI, 2014).

Untuk mengatasi masalah Kesehatan lansia, terdapat program Kesehatun lansia yang sudah
dikembangkan (Suprayitno and Huzaimah, 2020), seperti:
(1) Pelayanan kesehatan santun lanjut usia yang diberikan di Puskesmas dengan memberikan
pelayanan yang baik dan berkualitas
(2) Menjadikan lansia sebagai penerima layanan prioritas dan penyediaan sarana yang aman
dan mudah diakses
(3) Memberikan dukungan atau bimbingan pada lanjut usia dan care giver secara
berkesinambungan
(4) Melakukan pelayanan secara proaktif untuk menjangkau lansia yang ada di sekitar
wilayah kerja Puskesmas
Daftar pustaka

Indriani,S., Fitri,A,D., & Septiani,D.,Dkk. (2021) Jurnal Pengabdian Kesehatan


Masyarakat :Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Lansia dengan Riwayat Hipertensi
Mengenai Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi,1(2),39-50
doi.org/10.31849/pengmaskesmas.v1i2/5754
Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1-7.
Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. J Majority, 4(5), 10-19.
Rosari ,F.(2014) Diagnosis and management of hipertension in the elderly patient,
J majority, 3(7) 46.

Anda mungkin juga menyukai