Anda di halaman 1dari 5

Legal Memorandum

Abdulloh Adi_032111133014_Argumetasi Hukum A-2


Berita 1:
Masih Jadi Saksi, Pacar Mario Bisa Saja Jadi Tersangka Penganiayaan D karena Alasan Ini
Penulis : Larissa Huda
Editor : Larissa Huda
Kompas.com - 27/02/2023, 06:32 WIB
Berita 2:
Tak Ada Niat Menjebak, Agnes Hanya Ingin Ambil Kartu Pelajar dari David
Penulis: Achmad Al Fiqri

 Kasus Posisi
JAKARTA, KOMPAS.com - Publik masih bertanya-tanya soal status AG (15) dalam
penganiayaan D (17) yang dilakukan kekasihnya, Mario Dandy Satrio (20). Seperti diketahui,
AG disebut-sebut memiliki peran sebagai pemicu adanya penganiayaan yang dilakukan
Mario terhadap D. Tak hanya itu, AG juga berada di lokasi saat penganiayaan terjadi.
Penganiayaan itu terjadi di Kompleks Grand Permata, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta
Selatan pada Senin (20/2/2023) malam. Baca juga: Ramai-ramai Mendorong AG Jadi
Tersangka Penganiayaan D, Bisakah Pacar Mario Dijerat Pidana? Pakar hukum dari
Dalimunthe & Tampubolon Laywers (DNT Lawyers) Boris Tampubolon menjelaskan, AG
tidak bisa diancam pidana hanya karena ia adalah orang yang melihat penganiayaan tapi tidak
melaporkan. Sebaliknya, kata Boris, AG bisa dijerat pidana apabila ia dianggap mengetahui
ada rencana tersebut. "Yaitu, orang yang mengetahui ada rencana untuk melakukan tindak
pidana yang membahayakan nyawa orang lain, namun ia tidak segera mencegah dengan cara
melaporkan kepada polisi," kata Boris kepada Kompas.com, Minggu (26/2/2023). Akibat
tidak melapor itu, kata Boris, tindak pidana tersebut terjadi sehingga jatuh korban. Padahal,
Boris melanjutkan, seharusnya penganiayaa masih bisa dicegah kalau ia segera melapor.
Baca juga: Saat Polisi Pertanyakan Penyesalan Pelaku Usai Aniaya D, Mario: Ya, Nyesal
Lah, Bu.. Desakan masyarakat agar AG, kekasih Mario yang menganiaya D hingga koma,
segera ditetapkan jadi tersangka kian ramai dibicarakan publik. Bahkan, belum lama ini
belasan karangan bunga yang berisi permintaan untuk menahan AG memenuhi halaman
Kepolisian Resor (Polres) Metro Jakarta Selatan. Adapun AG saat ini masih berstatus sebagai
saksi dalam kasus penganiayaan terhadap anak pengurus GP Ansor tersebut. Kendati
demikian, Boris menilai, tidak tepat juga menjadikan AG tersangka hanya karena ada
desakan publik. Menurut dia, hukum itu harus berdasarkan fakta dan bukti-bukti yang sah.
Menurut Boris, AG bisa saja ditetapkan jadi tersangka meskipun ia tidak terlibat langsung
dalam penganiayaan terhadap D. "Meski AG tidak ikut menganiaya, tapi bila ikut
merencanakan dan tahu tujuanya untuk menganiaya, maka bisa dianggap turut serta Pasal 55
KUHP," kata dia. Baca juga: Mario Sengaja Suruh Shane Rekam Penganiayaan David,
Pengamat Sosial: Demi Pengakuan Dalam Pasal 55 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP), AG bisa dipidana apabila ikut melakukan, menyuruh melakukan, memberikan
kesempatan, atau pun sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan
tersebut. AG pun sudah diperiksa sebagai saksi sebanyak dua kali di Polres Metro Jakarta
Selatan terkait kasus penganiayaan yang dilakukan Mario terhadap D. Mario menganiaya D
karena mendengar kabar dari saksi berinisial APA yang menyebut pacarnya, AG, mendapat
perlakuan tidak baik dari korban. Mario kemudian menceritakan hal itu kepada temannya,
Shane Lukas (19). Kemudian, Shane memprovokasi Mario sehingga Mario menganiaya
korban sampai koma. Baca juga: Saat Pacar Mario Minta Namanya Dibersihkan dan Tepis
Tuduhan Ikut Rencanakan Penganiayaan… Shane juga merekam penganiayaan yang
dilakukan Mario. Kini Mario dan Shane telah ditetapkan sebagai tersangka. Mario dijerat
dengan Pasal 76c juncto Pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
subsider Pasal 351 ayat 2 KUHP. Sementara itu, Shane dijerat Pasal 76c juncto Pasal 80 UU
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak subsider Pasal 351 KUHP._Berita 1
JAKARTA - Kuasa hukum Agnes Gracia Haryanto (AG), Mangatta Toding Allo menyebut
pertemuan kliennya dengan David hanya ingin mengambil kartu pelajar. Ia menegaskan,
kliennya tersebut tak ada niat sama sekali untuk menganiaya dan memprovokasi Mario untuk
menganiaya David hingga terbaring koma. Magatta melanjutkan, inisiatif untuk mengambil
kartu pelajar itu bermula saat kliennya dijemput kekasihnya, Mario Dandy Satriyo saat jam
pulang sekolah. Mario sendiri kini telah ditetapkan sebagai tersangka akibat tindakannya
tersebut. Selain anak pejabat pajak itu, polisi juga menetapkan temannya berinisial S.
Tersangka S diduga terlibat dalam penganiayaan terhadap korban David. "Si tersangka ini
harusnya magang, dia akhirnya menjemput AG, layaknya orang pacaran seperti biasa. Tidak
ada perencanaan sama sekali, karena awalnya memang mau mengambil kartu pelajar," ujar
Mangatta di Mapolres Jakarta Selatan, dikutip Sabtu (25/2/2023). Kendati demikian,
Mangatta berkata, kliennya sempat ada diksusi dengan Dandy. Hingga akhirnya, mereka tetap
ingin mengambil kartu pelajar dari David secara mendadak. "Hal ini juga bisa dikonfortir ke
saksinya atau tersangka S yang baru ditetapkan tadi bahwa ini semua serba mendadak,"
tuturnya "Dan memang akhirnya mengunjungi ke sana, pihak R yang memiliki rumah itu
juga dihubungi baik-baik, ujarnya. “Dan akhirnya mengambil, Kemudian ada serah terima
kartu di situ. (A) Tidak ada niatan untuk misalnya memprovokasi atau menggiring itu ke sana
(penganiayaan David)," tutup Mangatta. _Berita 2

 Fakta Hukum
Penganiayaan yang dilakukan oleh Maro Dandy Satrio (20) selanjutnya disebut dengan MDS
kepada David (17) selanjutnya disebut dengan D di Kompleks Grand Permata, Kecamatan
Pesanggrahan, Jakarta Selatan yang didasari oleh kabar dari saksi yang berinisial APA
menyebut apabila kekasih Mario Dandy Satrio (20) yaitu Agnes Gracia Haryanto (15)
selanjutnya disebut dengan AGH yang mana juga mantan kekasih D mendapat tindakan tidak
menyenangkan yang dilakukan oleh D kepada AGH saat masih menjalin kasih, sehingga hal
tersebut menimbulkan kemurkaan MDS tehadap D. Sebelum terjadinya tindakan
penganiayaaan yang dilakukan oleh MDS kepada D, MDS beritikad baik untuk mengajak
bertemu D, namun, permintaan tersebut dihiraukan D, sehingga hal tersebut menambah rasa
murka yang ada pada MDS. Lebih lanjut, MDS menceritakan tindakn tersebut kepada
temannya yang bernama Shane Lukas (19) selanjutnya disebut dengan SL yang mana Ia juga
meemprovokasi MDS untuk menganiaya D hingga koma dan merekam tindakan
penganiayaaan tersebut. Disinyialir AGH juga mempunyai peran untuk merencanakan
tindakan tersebut dimana AGH meminta bertemu dengan D untuk mengembalikan Kartu
Tanda Pelajarnya yang terbawa oleh D, namun sejatinya hal tersebut dilakukan untuk
memulai tindak pidana yang dlakukan oleh MDS dan SL kepada D. Oleh karena itu, atas
keajadian tersebut MDS dijerat Pasal 76c juncto Pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak subsider Pasal 351 ayat 2 KUHP. Sementara, SL dijerat Pasal 76c juncto
Pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak subsider Pasal 351 KUHP.

 Isu Hukum
1. Apakah tindakan yang dilakukan MDS terhadap D memenuhi aturan hukum yang
termaktub pada Pasal 76C jo Pasal 80 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perlindungan Anak subsidair Pasal 351 ayat (2) KUHP ?
2. Apakah tindakan yang dilakukan SL terhadap D memenuhi aturan hukum yang termaktub
pada Pasal 76C jo Pasal 80 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak subsidair Pasal 351 KUHP ?
3. Apakah tindakan yang dilakukan oleh AGH dapatt dikenakan tindakan turut serta ?

 Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

 Analisis Hukum
1. Berdasarkan Pasal 76C jo Pasal 80 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perlindungan Anak (Selanjutnya disebut dengan UUPernak) yang menyatakan
bahwasanya “ Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan Kekerasan terhadap Anak.” Sehingga, norma
hukum yang termaktub pada klausul tersebut merupakan sebuah norma larangan, yang
mana dalam klausul tersebut terdapat larangan untuk melakukan kekerasan terhadap anak
dimana dalam kasus ini korban D memenuhi syarat anak yaitu kurang dari 18 tahun
berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPernak dan telah melakukan tindakan kekerasan terhadap
D. Selanjutnya, ancaman yang diterima MDS berdasarkan Pasal 80 ayat (2) yang
menyatakan “ Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (serratus juta rupiah).” . Lebih lanjut, berdasarkan Pasal 351
ayat (2) KUHP menyatakan bahwasannya yang pada intinya apabila penganiayaan
mengakibatkan luka berat, maka akan dipidana paling lama lima tahun.
2. Berdasarkan Pasal 76C jo Pasal 80 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perlindungan Anak (Selanjutnya disebut dengan UUPernak) yang menyatakan
bahwasanya “ Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan Kekerasan terhadap Anak.” Sehingga, norma
hukum yang termaktub pada klausul tersebut merupakan sebuah norma larangan, yang
mana dalam klausul tersebut terdapat larangan untuk melakukan kekerasan terhadap anak
dimana dalam kasus ini korban D memenuhi syarat anak yaitu kurang dari 18 tahun
berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPernak dan telah melakukan tindakan kekerasan terhadap
D. Selanjutnya, ancaman yang diterima MDS berdasarkan Pasal 80 ayat (1) yang
menyatakan “ Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun 6 bulan dan/atau denda
paling banyak Rp72.000.000,00 (serratus juta rupiah).” . Lebih lanjut, berdasarkan Pasal
351 ayat (1) KUHP menyatakan bahwasannya yang pada intinya apabila penganiayaan
mengakibatkan luka berat, maka akan dipidana paling lama dua tahun delapan bulan
3. Konsep tindak turut serta diatur pada Pasal 55 ayat (1) KUHP yang menyatakan
bahwasannya “ (1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan
perbuatan; mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan,
atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang
lain supaya melakukan perbuatan “. Sehingga, berdasarkan klausul tersebut apabila AGH
mengetahui tindakan yang akan dilakukan oleh MDS dan membantu MDS melancarkan
tindak pidanya makan AGH dapat dikenakan tindak turur sertta dan telah memenuhi
konsep turut serta yang termaktub pada klausul tersebut. Lebih lanjut, menurut Wirjono
Prodjodikoro dalam bukunya yang berjudul Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia
halaman 126-127 menjelaskan berdasarkan teori subjektivitasnya yang didasarkan 2
ukuran yaitu;
1. Wujud Kesengajaan Pelaku
2. Kepentingan dan tujuan pelaku
Sehingga, pembagian wilayah antara lapangan fisik (Actus Reus atau Kejahatan yang
dilakukan) dan sikap batin pelaku (Mens Rea atau Pertanggunggungjawaban) merupakan
sebuah satu -kesatauan dalam memenuhi unsur turut serta. Bukan hanya itu, AGH dalam
kasus ini juga bukan merupakan subjek hukum pidana umum, namun apabila AGH dapat
dikenakan tindak turut serta maka AGH harus mengikuti hukum acara yang termaktub
pada UUSPPA.
 Kesimpulan
1. Berdasarkan uraian diatas MDS telah tepat dikenakan Pasal Pasal 76C jo Pasal 80 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak subsider Pasal 351
ayat (2) KUHP.
2. Berdasarkan uraian diatas SL telah tepat dikenakan Pasal 76C jo Pasal 80 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak subsidair Pasal 351
KUHP
3. Berdasarkan uraian diatas AGH belum bisa dikenakan tindak pidana turut serta dalam
kasus tersebut. Perlu adanya proses penyidikan untuk mengumpulkan informasi dan fakta
hukum yang terjadi. Apabila AGH dikenakan Pasal tindak turut serta maka dalam
prosesnya AGH harus mengikuti hukum acara yang termaktub pada UUSPPA.

 Saran
Perlu adanya langkah hukum terhadap AGH, mengingat AGH juga bukan merupakan
subjek hukum pidana umum apabila AGH ditetapakan sebagai pelaku dalam tindakan
penganiayaan MDS terhadap D.

Anda mungkin juga menyukai