Anda di halaman 1dari 91

PEMETAAN KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

EMAS TANPA IZIN (PETI) TAHUN 2022 DI KECAMATAN


TABIR, KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI
MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 OLI

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Studi Diploma III Teknologi Penginderaan Jauh Di
Universitas Negeri Padang

OLEH :
DEBY ANGGRAINI
NIM/BP : 19331029/2019

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH


DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
ii
PEMETAAN KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN EMAS
TANPA IZIN (PETI) TAHUN 2022 DI KECAMATAN TABIR, KABUPATEN
MERANGIN, PROVINSI JAMBI MENGGUNAKAN LANDSAT 8 OLI

Oleh :
Deby Anggraini
Program Studi Diploma III Teknologi Penginderaan Jauh
Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Padang
2022

ABSTRAK

Pertambangan adalah salah satu kegiatan pengelolaan sumber daya atau kekayaan yang ada
di dalam bumi. salah satu contoh pertambangan yang banyak di temukan yaitu pertambangan
emas baik secara legal maupun ilegal. kegiatan pertambangan emas tanpa izin atau ilegal ini
mulai marak di lakukan dalam beberapa tahun terakhir di Provinsi Jambi terutama di
Kabupaten Merangin. kerusakan lahan pada wilayah Kabupaten Merangin sudah mencapai
sebanyak 3.920 hektar lahan dan pada Kecamatan Tabir mencapai 25 hektar lahan yang
mengalami kerusakan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk memetakan kerusakan
lahan akibat pertambangan emas tanpa izin di Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin,
Provinsi Jambi (2) untuk memetakan kerapatan vegetasi di sekitar pertambangan emas tanpa
izin di Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Metode yang digunakan
untuk kerusakan lahan akibat pertambangan tanpa izin yaitu metode NDMI (Normalized
Difference Mouisture Index) sedangkan untuk kerapatan vegetasi di sekitar pertambangan
menggunakan metode NDVI ( Normalized Difference Vegetation Index). Berdasarkan hasil
penelitian Kerusakan lahan akibat pertambangan emas tanpa izin terbagi di 5 Kelurahan dan 6
Desa yang mengalami kerusakan sebanyak (25 Ha) yang terbagi menjadi tiga kategori
kerusakan yakni : kerusakan rendah seluas (27643 Ha), Kerusakan sedang seluas (4509 Ha)
dan Kerusakan tinggi seluas (1656 Ha). Kerusakan lahan yang paling dominan terjadi di
Kelurahan Dusun Baru yang berada di 1°44'32.15"S,102°17'20.87"E dan Kelurahan
Pasar Baru yang berada di 1°57'24.47"S,102°16'47.08"E yang disebabkan banyaknya
aktivitas tambang ilegal. Sedangkan kerapatan vegetasi disekitar area pertambangan emas
tanpa izin juga terbagi atas tiga kategori yakni : Kategori tinggi/rapat seluas (32160 Ha),
kategori sedang seluas (1542 Ha) dan kategori rendah/sangat jarang seluas (109 Ha) yang
tersebar secara merata di Kecamatan Tersebut. Vegetasi yang masuk dalam kategori rendah
adalah vegetasi yang terdapat disekitar area tambang dan faktor penyebabnya yaitu air raksa
yang digunakan dalam aktivitas tersebut yang menyebabkan tanah yang di tumbuhi vegetasi
tidak lagi menyimpan unsur hara yang baik untuk pertumbuhan vegetasi, sehingga dapat
menyebabkan vegetasi punah atau mati.

Kata kunci : Kerusakan Lahan,Penginderaan Jauh,Kerapatan Vegetasi

vi
MAPPING OF LAND DAMAGE DUE TO UNLIMITED GOLD MINING IN
2022 IN TABIR DISTRICT, MERANGIN REGENCY, JAMBI PROVINCE
USING LANDSAT 8 OLI

By :
Deby Anggraini
Diploma III Study Program in Remote Sensing Technology
Faculty of Social Science. Padang State University
2022

ABSTRACT
Mining is one of the activities of managing resources or wealth that is in the earth.
One example of mining that is often found is gold mining, both legally and illegally.
Unlicensed or illegal gold mining activities have been carried out in recent years in
Jambi Province, especially in Merangin Regency. Land damage in the Merangin
Regency area has reached 3,920 hectares of land and in the Tabir District reached 25
hectares of land that was damaged. The aims of this study were (1) to map land
damage caused by illegal gold mining in Tabir District, Merangin Regency, Jambi
Province (2) to map the density of vegetation around illegal gold mining in Tabir
District, Merangin Regency, Jambi Province. The method used for land damage due
to mining without a permit is the NDMI (Normalized Difference Mouisture Index)
method, while for the density of vegetation around the mine using the NDVI
(Normalized Difference Vegetation Index) method. Based on the results of the
research, land damage due to gold mining without a permit was divided into 5 sub-
districts and 6 villages which suffered damage (25 Ha) which were divided into three
categories of damage, namely: low damage (27643 Ha), medium damage (4509 Ha)
and high area (1656 Ha). The most dominant land damage occurred in Dusun Baru
Village which was at 1°44'32.15"S,102°17'20.87"E and Pasar Baru Village which was
at 1°57'24.47"S,102°16'47.08"E due to the large number of illegal mining activities.
While the density of vegetation around the gold mining area without a permit is also
divided into three categories, namely: high/dense category (32160 Ha), medium
category (1542 Ha) and low/very rare category (109 Ha) which are spread evenly in
the District The. Vegetation that is included in the low category is vegetation that is
found around the mining area and the causative factor is the mercury used in the
activity which causes the soil on which vegetation grows to no longer store nutrients
that are good for vegetation growth, so that it can cause vegetation to become extinct
or die.
Keywords: Land Damage, Remote Sensing, Vegetation Density.

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis. Sholawat berangkaikan salam

kepada yang mulia Nabi Muhammad SAW atas perjuangan beliau hingga penulis

bisa mengecap ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Allhamdulillah akhirnya

penulis ini telah dapat menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Teknologi

Penginderaan Jauh Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi pengambilan

program diploma di Program Studi Teknologi Penginderaan Jauh Jurusan Geografi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih banyak atas bimbingan yang telah di berikan kepada

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda Abdul Rahman dan Ibunda Jumiati selaku kedua orang tua

penyusun yang telah menjadi orang tua terhebat yang tiada hentinya

memberikan dukungan semangat, perhatian, kasih dan sayang, serta doa yang

selalu tercurahkan.

2. Ketua dan Sekretaris Departemen Geografi Fakultas Ilmu Sosial.

3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknologi Penginderaan Jauh Fakultas

Ilmu Sosial.

viii
4. Dosen pembimbing Triyatno, S.Pd, M.Si yang telah memberikan waktu

panjang dalam masa bimbingan dan banyak pengalaman lain yang sangat

membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir yang disusun ini masih banyak kekurangan

baik isi maupun tata bahasa dan oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritikan

yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata, semoga

hasil dari kajian keilmuan dalam tugas akhir ini dapat bermanfaat dan berguna bagi

pembaca suatu saat nanti.

Padang, Desember 2022

Deby Anggraini

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................................. v
ABSTRACT..........................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................xii
BAB I...................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah..................................................................................................... 4
C. Batasan Masalah...........................................................................................................5
D. Rumusan Masalah........................................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian..........................................................................................................5
F. Manfaat Penelitian........................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................ 7
A. Kajian Teori..................................................................................................................7
B. Penelitian Relevan...................................................................................................... 13
C. Kerangka Konseptual................................................................................................. 25
BAB III................................................................................................................................. 26
METODOLOGI PENELITIAN........................................................................................ 26
A. Jenis Penelitian........................................................................................................... 26
B. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................................... 26
C. Alat dan Bahan Penelitian.......................................................................................... 29
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................................... 30
E. Tahap Lapangan......................................................................................................... 31
F. Diagram Alir...............................................................................................................40

x
G. Teknik Analisa Data................................................................................................... 41
BAB IV................................................................................................................................. 44
DESKRIPSI WILAYAH.................................................................................................... 44
A. Kondisi Fisik.............................................................................................................. 44
B. Kondisi Kependudukan.............................................................................................. 45
C. Kondisi Sosial.............................................................................................................47
BAB V................................................................................................................................... 48
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................... 48
A. Hasil Penelitian...........................................................................................................48
B. Pembahasan Penelitian............................................................................................... 58
BAB VI................................................................................................................................. 64
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................... 64
A. Kesimpulan.................................................................................................................64
B. Saran........................................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 68

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Relevan........................................................................................... 13


Tabel 3. 1 Alat Penelitian............................................................................................. 29
Tabel 3. 2 Bahan Penelitian..........................................................................................29
Tabel 4. 1 Data Sensus Kecamatan Tabir,2022............................................................ 45
Tabel 5. 1 Data Survei Kerusakan Lahan.....................................................................69
Tabel 5. 2 Data Survei Lapangan Vegetasi................................................................ ..84

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian................................................................................... 28


Gambar 5. 1 Peta Kerusakan Lahan (PETI)................................................................. 51
Gambar 5. 2 Peta Kerapatan Vegetasi..........................................................................55
Gambar 5. 3 Dokumentasi Kerusakan Lahan...............................................................61
Gambar 5. 4 Dokumentasi Kerapatan vegetasi............................................................ 63

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertambangan adalah salah satu kegiatan pengelolaan sumber daya atau

kekayaan yang ada didalam bumi. Salah satu contoh pertambangan yang

banyak ditemukan yaitu pertambangan emas. Kegiatan pertambangan emas di

Indonesia telah ada sejak lama baik secara legal maupun ilegal, pertambangan

ini tersebar dari timur hingga ke barat wilayah Indonesia.

Menurut Herman (2006) dalam dokumen kuno yang telah ada sejak zaman

kolonial Belanda menyebutkan bahwa kegiatan penambangan emas di

wilayah ini telah ada sejak abad ke 17, hal ini di tandai dengan bekas-bekas

tambang emas aluvial, lubang-lubang tambang, penggalian, shafts dan sluices

merupakan bukti dari adanya kegiatan tersebut . Provinsi Jambi adalah salah

satu Provinsi yang ada di sumatera dan di kenal juga dengan Provinsi yang

memiliki potensi akan sumberdaya tambang dan mineral, potensi ini di

antaranya yaitu minyak bumi, batu bara hingga logam mulia seperti emas.

Kegiatan pertambangan emas tanpa izin mulai marak di lakukan dalam

beberapa tahun terakhir di Provinsi Jambi terutama di Kabupaten Merangin

masuk dalam kategori pertambangan emas ilegal atau tanpa izin.

Menurut UU Nomor 4 Tahun 2009 mengenai pertambangan emas tanpa

izin, pertambangan emas bisa dikatakan ilegal apabila tidak mendapat izin

1
usaha resmi dari pemerintah berdasarkan hukum yang berlaku karena pada

dasarnya tambang emas yang ilegal dapat berdampak buruk bagi masyarakat

sekitar seperti dampak pencemaran lingkungannya.

Pertambangan emas yang terdapat Di Provinsi jambi sudah mengalami

kerusakan lahan yang cukup parah. Seperti pada wilayah Kabupaten Merangin

sudah mengalami kerusakan mencapai sebanyak 3.920 hektar lahan.

Kerusakan lahan di 189 titik tersebut, tersebar di 12 Kecamatan dalam

Kabupaten Merangin, dimana kerusakan yang terjadi di Kecamatan mencapai

25 hektar (jambidaily,2022).

Kecamatan yang mengalami kerusakan lahan yang cukup banyak ialah di

Kecamatan Tabir. Pada Kecamatan Tabir terdapat 5 Kelurahan dan 6 Desa.

Adapun Kerusakan lahan pada 5 Kelurahan yakni : Kelurahan Pasar baru

mengalami kerusakan seluas (5 hektar) yakni terdapat pada daerah yang

berada di pinggir sungai, Kelurahan Pasar mengalami kerusakan seluas (1,5

hektar) yang berada pada daerah perkebunan warga, Kelurahan Dusun Baru

mengalami kerusakan seluas (5,5 hektar) berada pada perkebunan warga dan

pinggiran sungai, Kelurahan Mampun mengalami kerusakan seluas (3,5 hektar)

pada pinggir sungai utama, dan Di Kelurahan Kampung Baruh seluas (3

hektar) di sekitar permukiman dan perkebunan. Kerusakan lahan pada Desa

yakni : Desa seling ( 1 hektar), Desa Lubuk Napal (1 hektar), Desa Tanjung

ilir ( 0,5 hektar), Desa Kandang (1 hektar) pada lahan di sekitar permukiman ,

Desa Koto Rayo seluas (0,5 hektar) dan Desa Beluran Panjang (1 hektar) pada

2
keenam Desa tersebut Kerusakan paling banyak di tengah perkebuanan warga

dan pinggiran sungai.

Kerusakan lahan pada Kecamatan Tabir sebelumnya tidak terlalu parah,

karena dahulu pertambangan emas hanya dilakukan dengan cara manual yaitu

dengan menggunakan sebuah wadah yang lebar yang di sebut dengan dulang.

Namun, beberapa tahun ini para pencari emas sudah menggunakan alat yang

bernama dompeng sehingga tingkat kerusakan pada lahan dan vegetasi pun

semakin tinggi. Kegiatan pertambangan emas tanpa izin di Kecamatan Tabir,

Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi menciptakan banyak permasalahan,

salah satunya seperti : menyebabkan kerusakan yang cukup serius pada lahan

lingkungan serta tumbuhan vegetasi disekitarnya.

Kerusakan lingkungan yang di sebabkan oleh pertambangan emas tanpa

izin ini tak hanya berdampak untuk masyarakat sekitar, namun juga untuk

untuk kondisi tanah di lingkungan tersebut. Kondisi tanah yang berada di

sekitar pertambangan tanpa izin tersebut sudah tidak memiliki unsur hara

yang baik dan tanah tersebut sudah tidak subur, hal ini di karenakan kerasnya

air raksa yang di gunakan dalam proses pertambangan emas tanpa izin. Oleh

karena itu, tanah tersebut tidak bisa di manfaatkan kembali baik untuk

pembangunan maupun aktivitas pertanian.

Penelitian ini perlu diteiti agar ada gerakan pemerintah untuk mengimbau

atau mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam melakukan pertambangan

emas dan mengajak masyarakat untuk tidak lagi melakukan pertambangan

3
tanpa izin melainkan dengan adanya izin dari pemerintah dan selain itu,

penelitian yang di lakukan di Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin yaitu

untuk melihat sejauh mana kerusakan lahan tersebut, karena lahan merupakan

sumberdaya yang terbatas. Dari hasil pemetaan tersebut maka akan dapat di

lihat wilayah mana yang memiliki tingkat kerusakan tertinggi. Sehingga

kedepan dapat menjadi pertimbangan dalam program penanganannya.

B. Identifikasi Masalah

Dari pembahasan latar belakang maka didapat identifikasi masalah yakni :

1. Kerusakan lahan di Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi

jambi mengalami peningkatan.

2. Kerapatan vegetasi di sekitar area bekas pertambangan.

3. Daerah aliran sungai (DAS) utama yang terkontaminasi akibat

pertambangan emas tanpa izin.

4. Lingkungan yang terkontaminasi di sekitaran aktivitas pertambangan

emas.

5. Tingkat kerusakan pada lahan aktivitas pertambangan emas tanpa izin.

6. Berkurangnya lahan yang sehat untuk di jadikan sebagai lahan

pertanian masyarakat sekitar.

4
C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat di batasi pada nomor (1 dan 2)

sebagai berikut:

1. Pemetaan kerusakan lahan di Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin,

Provinsi Jambi

2. Kerapatan vegetasi di sekitar area bekas pertambangan.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah maka di dapat rumusan masalah yakni :

1. Bagaimana kerusakan lahan akibat pertambangan emas tanpa izin (PETI)

di Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi?

2. Bagaimana kerapatan vegetasi di sekitar area pertambangan emas tanpa

izin di Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi?

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah didapatkan tujuan penelitian yakni :

1. Untuk memetakan kerusakan lahan akibat pertambangan emas tanpa izin

di Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

2. Untuk memetakan kerapatan vegetasi di sekitar area pertambangan emas

tanpa izin di Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

5
F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yakni :.

1. Sebagai penambah pengetahuan tentang bagaimana cara memetakan

kerusakan lahan dan kerapatan vegetasi di area pertambangan emas tanpa

izin di Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Merangin dalam hal

kerusakan lahan akibat PETI. Sehingga hasil dari penelitian ini dapat di

gunakan Pemerintah Kabupaten Merangin dalam mengambil kebijakan

untuk mengawasi pertambangan emas tanpa izin yang terjadi

3. Sumber informasi bagi penelitian yang sejenis pada masa yang akan

datang khususnya yang berkaitan dengan pemetaan kerusakan lahan akibat

pertambangan emas tanpa izin (PETI) di Kecamatan Tabir, Kabupaten

Merangin, Provinsi Jambi.

4. Memberikan edukasi kepada masyarakat di Kecamatan Tabir, Kabupaten

Merangin, Provinsi Jambi untuk mengetahui dampak yang di akibatkan

oleh pertambangan tanpa izin.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Penginderaan jauh

Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) keduanya berpendapat bahwa

penginderaan yang jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

tentang objek, wilayah, atau gejala dengan cara menganalisis data yang

diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek,

wilayah, atau gejala yang dikaji dan secara sederhana, penginderaan jauh juga

bisa di artikan sebagai perkembangan dari teknologi pemotretan yang

dilakukan di udara. Di katakan demikian karena dengan teknologi ini kegiatan

pemotretan di lakukan tanpa kontak langsung dilapangan.

2. Pertambangan Emas tanpa izin

Pertambangan tanpa izin adalah kegiatan penambangan atau penggalian

Sumber Daya Alam (SDA) yang di lakukan oleh perusahaan yang tidak

memiliki izin, prosedur operasional, aturan dari pemerintah maupun prinsip

penambangan yang baik dan benar atau sering disebut sebagai Good Mining

Practice. Terdapat 3 sisi dampak yang diakibatkan oleh pertambangan tanpa

izin, yaitu sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan. pertambangan emas tanpa izin

ini banyak terjadi di beberapa wilayah sumatera seperti salah satunya di

7
Provinsi Jambi dan hampir seluruh lahan kosong atau terbuka digunakan

sebagai tempat penggalian untuk penambangan emas ilegal tersebut.

3. Dampak Pertambangan Emas Tanpa izin

 Dampak Positif

- Membuka lapangan pekerjaan

- Meningkatkan kesejahteraan

- Sebagai sumber devisa

 Dampak Negatif

- Kerusakan Lingkungan dan vegetasi

- Kerusakan kualitas air sungai

- Gangguan Kesehatan

- Konflik Sosial

Selain itu juga terdapat beberapa dampak sebagai berikut :

 Dampak Ekonomi

Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam, salah

satunya hasil tambang. pertambangan menjadi salah satu pemasukan

utama APBN, sehingga adanya pertambangan ilegal akan merugikan

negara. Pertambangan tanpa izin mengeksploitasi sumber daya alam

secara besar-besaran, mendistribusikan, dan menjual hasil tambangnya

secara ilegal, Sehingga terhindar dari pajak negara dan merusak harga

pasaran, karena hasil yang mereka jual umumnya dibawah harga pasar.

8
 Dampak Lingkungan

Lingkungan menjadi dampak yang paling dirugikan dari

pertambangan tanpa izin karena dampak yang disebabkan tersebut

diantaranya adalah Penurunan kualitas lingkungan, pencemaran

lingkungan, menyebabkan longsor dan banjir, berkurangnya populasi

dan habitat satwa, dan lain sebagainya.

 Dampak Sosial

Selain mengganggu lingkungan, Pertambangan tanpa izin juga

berpengaruh pada aktivitas masyarakat disekitar pertambangan.

contohnya penambang yang menggali bumi hingga membentuk lubang

maupun terowongan mengakibatkan ketersediaan oksigen yang sedikit

dan tak hanya itu penambang yang tidak cukup teredukasi akan

terancam keselamatannya. Sedangkan untuk masyarakat yang tidak

bekerja sebagai penambang ilegal tentunya hal ini menjadi dampak

besar untuk mata pencahariannya pada lahan yang sudah mengalami

kerusakan tersebut.

4. Kerusakan Lahan Akibat Pertambangan Tanpa Izin

Kerusakan lahan atau degradasi lahan adalah proses penurunan

produktivitas lahan, baik yang sifatnya sementara maupun tetap. Lahan

terdegradasi dalam definisi lain sering disebut lahan tidak produktif, lahan

kritis, atau lahan yang mengalami kerusakan akibat aktivitas ilegal manusia

9
yakni salah satunya akibat pertambangan emas tanpa izin. Klasifikasi

kerusakan lahan akibat pertambangan emas tanpa izin terbagi tiga bagian

sebagai berikut :

5. Metode NDMI (Normalized Difference Mouisture Index)

Menurut Bell (2011) Index kelembaban (NDMI) merupakan salah satu

index yang digunakan untuk mendeteksi kelembaban suatu permukaan lahan.

kelembaban yang berperan pada tanah dan vegetasi di sekitarnya. NDMI

merupakan metode yang dapat digunakan dalam menentukan kelembaban

permukaan lahan terlebih jumlah kandungan air yang berperan penting

terhadap keberadaan suatu vegetasi. Hal ini dikarenakan pada saat

vegetasi/tumbuhan berfotosintesi pada umum nya kandungan air pada daun

tingkat konsentrasinya besar. Metode NDMI (Normalized Difference

Mouisture Index) adalah salah satu metode yang banyak digunakan oleh

masyarakat untuk mendeteksi kerusakan lahan. Hal ini dikarenakan metode

ini tidak membutuhkan parameter yang banyak untuk mendeteksi suatu lahan

yang mengalami kerusakan salah satunya akibat pertambangan tanpa izin ini.

10
6. Kerapatan Vegetasi (NDVI)

Menurut Prahasta (2008) mengatakan dari beberapa wacana mengenai

konsep indeks vegetasi, yang paling sering digunakan dan paling populer

adalah NDVI (normalized difference vegetation index). Indeks vegetasi atau

NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) adalah indeks yang

menggambarkan tingkat kehijauan suatu tanaman. indeks vegetasi merupakan

kombinasi matematis antara band merah dan band NIR (Near-Infrared

Radiation) yang telah lama di gunakan sebagai indikator keberadaan dan

kondisi vegetasi.

Kerapatan vegetasi merupakan presentase suatu spesies vegetasi atau

tumbuhan yang hidup di suatu luasan tertentu. Nilai index vegetasi ini

dihitung sebagai rasio pantulan yang terukur dari band merah (R) dan band

Inframerah (NIR) pada spektrum gelombang elektromagnetik (Jochem O.

Klompmaker, 2017).

7. Citra Landsat 8 oli

Landsat 8 diluncurkan pada 11 Februari 2013. Satelit pemantauan bumi ini

memiliki dua sensor yaitu sensor Operational Land Imager (OLI) dan Thermal

Infrared Sensor (TIRS). Kedua sensor ini menyediakan resolusi spasial 30

meter (visible, NIR, SWIR), 100 meter (thermal), dan 15 meter (pankromatik).

Landsat 8 memiliki orbit Sun-Synchronous orbit pada ketinggian 705 km.

Landsat 8 memiliki resolusi temporal selama 16 hari.

11
Rincian band pada sensor OLI yakni : Band 1 Coastal/Aerosol, (0.435 –

0.451 µm), resolusi 30 m, Band 2 Blue (0.452 – 0.512 µm), resolusi 30 m, Band

3 Green (0.533 – 0.590 µm), resolusi 30 m, Band 4 Red (0.636 – 0.673 µm),

resolusi 30 m, Band 5 Near-Infrared (0.851 – 0.879 µm) resolusi 30 m, Band 6

SWIR-1 (1.566 – 1.651 µm), resolusi 30 m, Band 7 SWIR-2 (2.107 – 2.294 µm),

resolusi 30 m, Band Pankromatik, (0.503 – 0.676 µm), resolusi 15 m, Band

Cirrus, (1.363 – 1.384 µm), resolusi 30 m. Sedangkan band pada sensor TIRS

yakni : Band 10 TIRS-1, (10,60 -11,19µm), resolusi 100 m, Band 11 TIRS-2,

(11,50 -12,51 µm), resolusi 100 m.

12
B. Penelitian Relevan

Adapun penelitian relevan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 2. 1 Penelitian Relevan

No Nama Judul Tujuan dan Metode Hasil Persamaan dan Perbedan


Penelitian penelitian
(Tahun)
1 Ayub Ricardo Pelaksanaan Tujuan penelitian ini Hasil dari Persamaan :
(2016) pemetaan untuk mengetahui penelitian ini - Sama-sama
kerusakan kerusakan yakni mengkaji
lingkungan lingkungan akibat informasi penggunaan lahan
sebagai pertambangan dalam bentuk dan pemetaan
akibat ilegal/tanpa izin di cara kerusakan lahan
pertambanga kabupaten menyuke pengendalian akibat pertambangan
n emas ilegal dan mengevaluasi kerusakan ilegal atau tanpa
di sungai penggunaan lahan lahan akibat izin.
menyuke dikabupaten tersebut pertambanga - Tahap dan cara
kabupaten untuk pemetaan n emas ilegal dalam
landak,kalim kerusakan akibat atau tanpa mengklasifikasinya
antan barat pertambangan emas izin. sama yaitu digitasi
ilegal.metode yang on-screen.
digunakan yakni Perbedaan :
digitasi on-screen - Lokasi dan waktu
penelitian yang
berbeda
- Klasifikasi
penggunaan lahan

13
No Nama Judul Tujuan dan Metode Hasil Persamaan dan Perbedan
Penelitian penelitian
(Tahun)
yang berbeda
- Data dan parameter
yang berbeda

2 Romiyanto Pemetaan Tujuan penelitian ini Hasil dari Persamaan :


(2015) model spasial untuk mengetahui penelitian ini - Sama-sama
kerusakan kerusakan lahan dan yakni mengkaji kerusakan
lahan dan pencemaran air informasi lahan dan kerusakan
pencemaran akibat akibat dalam bentuk air sungai akibat
air akibat pertambangan cara pertambangan ilegal
kegiatan ilegal/tanpa izin di pengendalian atau tanpa izin.
pertambanga daerah aliran sungai kerusakan - Tahap dan cara

14
No Nama Judul Tujuan dan Metode Hasil Persamaan dan Perbedan
Penelitian penelitian
(Tahun)
n emas tanpa sungai raya dan lahan dan dalam
izin didaerah mengevaluasi lahan pengendalian mengklasifikasinya
aliran sungai yang belum tercemar pencemaran sama yaitu digitasi
raya, akibat pertambangan air akibat on-scree,overlay
kalimantan emas ilegal serta pertambanga serta pemetaan DAS.
barat mengatasi masalah n emas ilegal Perbedaan :
terkontaminasinya di daerah - Lokasi dan waktu
daerah aliran aliran sungai penelitian yang
sungai .metode yang raya. berbeda
digunakan yakni - Klasifikasi
digitasi on penggunaan lahan
screen,overlay dan yang berbeda
pemetaan DAS. -
3 Mailendra Kerusakan Tujuan penelitian ini Hasil dari Persamaan :
(2019) lahan akibat untuk mengetahui penelitian ini - Sama-sama
kegiatan kerusakan lahan yakni mengkaji
penambangan akibat pertambangan informasi penggunaan lahan
emas tanpa ilegal/tanpa izin di dalam bentuk dan pemetaan
izin di sekitar sekitar sungai pemetaan kerusakan lahan
sungai singingi kabupaten DAS yang akibat pertambangan
singingi singingi dan tercemar ilegal atau tanpa
kabupaten mengevaluasi lahan akibat izin.
kuantan yang belum tercemar pertambanga - Tahap dan cara
singingi akibat pertambangan n emas ilegal dalam
emas ilegal serta dan cara mengklasifikasinya
mengatasi masalah pengendalian sama yaitu digitasi

15
No Nama Judul Tujuan dan Metode Hasil Persamaan dan Perbedan
Penelitian penelitian
(Tahun)
terkontaminasinya kerusakan on-screen
air sungai .metode lahan dan Perbedaan :
yang digunakan pengendalian - Lokasi dan waktu
yakni digitasi on- berupa solusi penelitian yang
screen . untuk berbeda
mengatasi - Klasifikasi
pencemaran penggunaan lahan
di sekitar yang berbeda
sungai - Data dan parameter
singingi yang berbeda
4 Desliyan Analisis Tujuan dari Hasil dari Persamaan :
Popira Herman kerusakan penelitian ini untuk penelitian ini - Sama-sama
dan Rozaka lahan pada mendapatkan data, ialah mengkaji
Putri penambangan memperoleh mendapatkan penggunaan lahan
emas tanpa informasi dan informasi dan pemetaan
izin di menganalisa data mengenai kerusakan lahan
kecamatan VI tentang sifat fisika sifat fisika akibat pertambangan
Nagari tanah pada tanah serta ilegal atau tanpa
Kabupaten penambangan emas penggunaan izin.
Sijunjung serta penggunaan lahan pada - Tahap dan cara
lahan di sekitar area dalam
penambangan emas . penambangan mengklasifikasinya
Sedangkan metode emas di sama yaitu digitasi
yang digunakan yaitu Kecamatan on-screen
menggunakan VI Nagari Perbedaan :
pendekatan deskritif Kabupaten - Lokasi dan waktu

16
No Nama Judul Tujuan dan Metode Hasil Persamaan dan Perbedan
Penelitian penelitian
(Tahun)
dan pengambilan Sijunjung penelitian yang
sample dengan berbeda
menggunakan Klasifikasi penggunaan
metode purposive lahan yang berbeda
sampling.
5 T. iskandar Dampak Tujuan penelitian ini Parameter Persamaan :
johan penambangan untuk mengetahui fisika dan - Sama-sama
emas kualitas air sungai kimia mengkaji
terhadap singingi berdasarkan perairan penggunaan lahan
kualitas air parameter fisika dan merupakan dan pemetaan
sungai kimia. Sedangkan bagian kerusakan lahan
singingi di metode yang terpenting akibat pertambangan
Kabupaten digunakan yaitu dalam ilegal atau tanpa
Kuantan metode survei pengelolaan izin.
singingi lapangan dan untuk perairan - Tahap dan cara
Provinsi Riau penentu titik umum. dalam
sampling yaitu Karena mengklasifikasinya
menggunakan perairan sama yaitu digitasi
porposive sampling tersebut on-screen
keseluruhan Perbedaan :
isinya air. - Lokasi dan waktu
penelitian yang
berbeda
Penelitian tentang air
6 Yudha G. Impact Of Unfortunately, the The results Equality :
Wibowo, Illegal Gold management of these showed that - Jointly study land

17
No Nama Judul Tujuan dan Metode Hasil Persamaan dan Perbedan
Penelitian penelitian
(Tahun)
Bimastyaji S. Mining In natural resources has the people of use and mapping
Ramadan, Anis Jambi, not been Sarolangun, land damage due to
T. Maryani, Indonesia appropriately Bungo, and illegal or unlicensed
Desy managed, which has Tebo were mining.
Rosarina And resulted in much aware that - The stages and
La Ode illegal gold mining. their illegal method of
Arkham Illegal mining gold classifying them are
activities have mining the same, namely
caused activities on-screen
environmental caused digitization
damage, mainly environmenta Difference :
decreased water l damage. - Different research
quality and changed However, locations and times
landscapes. This economic - Research about the
paper explains conditions mining
the illegal mining and
activities at Jambi insufficient
Province, including employment
its history, socio- opportunities
economic and made
environmental unlawful gold
impacts, as well as miners have
recent technologies no other
to reduce the choice.
environmental Illegal gold
damage.and mining

18
No Nama Judul Tujuan dan Metode Hasil Persamaan dan Perbedan
Penelitian penelitian
(Tahun)
Quantitative and activities
qualitative have also
methods were used shifted
in this research, people's
including interviews, livelihoods
questionnaires, and who
laboratory previously
measurements. worked as
farmers
7 A. Silvan anthropogeni he research Anthropogeni Equality :
Erusani1, c activities of approach is c activities - Jointly study land
Ardian illegal mine qualitative with the cause the use and mapping
Chandra Aji resistance to aim of producing a decline in land damage due to
the descriptive analysis environmenta illegal or unlicensed
environment related to the l quality and mining.
and social data collected based local people's - The stages and
economic on the construction livelihoods in method of
dynamics of existing theories meeting classifying them are
and literature. Field daily needs the same, namely
findings reveal that as well as on-screen
anthropogenic developing digitization
activities are still community Difference :
carried out by local capacity and - Different research
communities empowermen locations and times
in the defense of t in a - Research on water
illegal mining and participatory,

19
No Nama Judul Tujuan dan Metode Hasil Persamaan dan Perbedan
Penelitian penelitian
(Tahun)
have an impact on equitable,
environmental and
degradation and environmenta
meet daily needs in lly friendly
financing families manner so as
and the strength of to create
interaction between social
residents and economic
in utilizing natural resilience as
resources. Research well as
data analysis was resilience to
carried out in a the effects of
descriptive external
way, namely the changes by
impact of illegal not
mining and social carrying out
impacts society from mining
anthropogenic activities.
activities causing gold is illegal
prolonged considering
degradation that there are
casualties due
to the mining.
8 Basir-Cyio Gold Mining Central Sulawesi has Most mining Equality :
Muhammad , Activities and a large amount of activities - Jointly study land
Hasanah Its Impacts gold deposits existed are use and mapping

20
No Nama Judul Tujuan dan Metode Hasil Persamaan dan Perbedan
Penelitian penelitian
(Tahun)
Uswah, Nur on Land unevenly extended in traditionally land damage due to
Isrun,And Degradation a number of conducted in illegal or unlicensed
Serikawa Yuka in Central regencies and cities. the mining.
Sulawesi Some companies concession - The stages and
Indonesia with concession land land. The method of
have already held inability of classifying them are
contract of work and the local the same, namely
mining concession government on-screen
but yet to exploit the to control the digitization
land. activities has Difference :
led - Different research
encroachmen locations and times
t to protected - Research on water
forest and
agricultural
land. The
consumption
of mercury in
gold
processing
could reach
34,000kg
mercury day-
1 with gold
production
approximatel

21
No Nama Judul Tujuan dan Metode Hasil Persamaan dan Perbedan
Penelitian penelitian
(Tahun)
y 22.5-45 kg
day-1 .The
improper use
of mercury
has cause
chemical,
biological
and physical
soil
degradation.
9 Anthony Assessing the This research According to Equality :
Tapiwa impact of proposal is on Sithole illegal - Jointly study land
Mazikana illegal mining assessing the impacts mining use and mapping
on the of illegal mining on activities in land damage due to
environment: the environment: Mt Darwin illegal or unlicensed
A case of A case of ward 59 of has affected mining.
ward 59 of Mt Darwin South the faming - The stages and
Mt District. This chapter activities method of
Darwin South seeks to present the and the classifying them are
District background environment the same, namely
to the study, as a whole. In on-screen
statement of the Mt Darwin digitization
problem, research illegal mining Difference :
objectives, research activities are - Different research
questions, causing locations and times
significance of environmenta - Research on water

22
No Nama Judul Tujuan dan Metode Hasil Persamaan dan Perbedan
Penelitian penelitian
(Tahun)
the study, definition l challenges
of key terms and such as water
structure of the pollution,
research and chapter deforestation,
summary. poor soil
fertility and
limited
access to land
for
agriculture
productivity.
10 A Mubarak, B Analysis of The The results Equality :
Saputra, A Ranjo Batu research method uses showed that - Jointly study land
Frinaldi, A Community descriptive and the publics use and mapping
Triono et al Perception of quantitative data. perception land damage due to
2012 Unlicensed Data were obtained of illegal or unlicensed
Gold Mining by distributing valid environmenta mining.
Activities on and reliable l aspects was - The stages and
Environment questionnaires to 95 included in method of
al Quality respondents from a the classifying them are
total population of unfavorable the same, namely
1,736 people. The category, on-screen
descriptive analysis 53.61%. This digitization
method will use the perception Difference :
descriptive analysis score - Different research
method a percentage indicates that locations and times

23
No Nama Judul Tujuan dan Metode Hasil Persamaan dan Perbedan
Penelitian penelitian
(Tahun)
with the illegal gold - Research on water
category of mining from
respondent a community
achievement level perspective
(TCR). hurts the
environment
both in the
water, on
land.

24
C. Kerangka Konseptual
Pertambangan emas tanpa izin dapat menyebabkan banyak kerusakan

seperti kerusakan lahan serta vegetasi yang berada disekitarnya dan oleh

karena itu, pemetaan lahan yang rusak akibat pertambangan tersebut supaya

dapat dijadikan acuan untuk pemerintah untuk lebih memperhatikan dan

mengawasi aktivitas pertambangan tanpa izin serta menjaga lahan kondisi

lahan untuk ke depannya.

Dampak pada Dampak untuk


lingkungan sekitar masyarakat sekitar
Pertambangan
Emas Tanpa izin
(PETI)

Bertambahnya Berkurangnya lahan


kerusakan pada lahan sehat yang bisa
di sekitar pertambangan dimanfaatkan oleh
emas tanpa izin masyarakat setempat

Lahan yang mengalami Kerapatan vegetasi di sekitar


kerusakan akibat PETI pertambangan emas tanpa izin

Peta kerusakan lahan akibat pertambangan emas tanpa izin (PETI)


dan peta kerapatan vegetasi disekitar pertambangan emas tanpa
izin di Kecamatan Tabir , Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi

Tabel 2.1 kerangka konseptual

25
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

memanfaatkan teknik sistem informasi geografis untuk memberi gambaran

secara detail mengenai fenomena yang sedang terjadi. Penelitian ini juga

menggunakan pendekatan interpretasi citra penginderaan jauh untuk

memperoleh informasi tentang lahan yang rusak akibat penambangan emas

yang terjadi di Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi

dengan menggunakan metode NDMI dan NDVI untuk kerapatan vegetasi

pada sekitar area pertambangan tanpa izin. Penelitian ini juga dilengkapi

dengan survei lapangan yang dilakukan pada objek interpretasi sehingga dapat

menunjukkan tingkat akurasi antara data yang diolah dengan data yang

sebenarnya dilapangan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2022 di

Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi yang terletak

dibagian barat Provinsi Jambi dan secara geografis terletak antara

90°50'31.91"S dan 102°18'0.96"E . Dimana penelitian ini untuk mendapatkan

26
data serta mengidentifikasi lahan yang rusak akibat pertambangan emas tanpa

izin (PETI) Di Kecamatan tersebut.

27
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

28
C. Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 3. 1Alat Penelitian

No Alat Fungsi

1 Laptop Lenovo Corei7 Untuk mengolah data

ideapad

2 Software ArcGis 10.3 Analisis data penelitian

3 Software Microsoft office Analisis data penelitian

4 Software Google Earth Interpretasi citra

5 Aplikasi avenzaMAP Pengambilan titik koordinat

6 Kamera Dokumentasi survey lapangan

7 Alat Tulis Mencatat hasil survey lapangan

Sumber : (Data penelitian,2022)

Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Bahan Penelitian

No Bahan Sumber

1 Citra landsat 8 oli Kabupaten United states geological survey

Merangin tahun 2022 (USGS)

2 Data pendukung informasi PUPR Kabupaten Merangin,

pertambangan ilegal di Provinsi Jambi

29
Kabupaten merangin,Provinsi

Jambi

Sumber : (Data Penelitian,2022)

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini memerlukan sejumlah data pendukung baik data primer

maupun data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai

berikut :

1. Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data secara studi kepustakaan digunakan untuk

mecari,mengumpulkan dan memepelajari literatur yang diperoleh secara

online maupun dengan mengumpul kan buku-buku,skripsi,jurnal ataupun

dokumen pendukung lainnya yang memuat tentang lahan yang mengalami

kerusakan akibat penambangan emas tanpa izin,data pendukung lainnya

mengenai dampak dari penambangan emas tanpa izin Di Kecamatan Tabir,

Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Sehingga didapat informasi secara

teoritis yang membuat data peneliti bukan hasil duplikasi data yang ada

sebelumnya.

30
2. Survey

Teknik survei lapangan dilakukan langsung di Kecamatan Tabir di

lokasi penambangan emas tanpa izin di sepanjang aliran sungai Tabir dan

melakukan survei lapangan terhadap titik sampel yang telah di tentukan

untuk di lakukan pengamatan secara sistematis,pengambilan titik

koordinat dan dokumentasi lapangan yang mengalami kerusakan akibat

penambangan emas tanpa izin (PETI) di Kecamatan tersebut.

E. Tahap Lapangan

1) Pra Lapangan

Adapun tahap yang dilakukan saat pra-lapangan sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan Data

Tahap persiapan data dilakukan sebagai berikut :

1) Persiapan referensi dari Studi Kepustakaan

2) Persiapan data Administrasi Kecamatan Tabir, Kabupaten

Merangin, Provinsi Jambi

3) Persiapan alat dan bahan penelitian

b. Tahap Pra-Pengolahan Data

1) Persiapan data citra landsat 8 Oli untuk mengolah data

penelitian.

31
2) Clip wilayah berdasarkan batas administrasi kecamatan

Tabir.

c. Tahapan Pengolahan Data

Setelah dilakukan pra-pengolahan data,tahap selanjutnya

yang dilakukan pada Software ArcGis 10.3 dan Software

Office sebagai berikut:

1) Pemetaan kerusakan lahan menggunakan metode NDMI

Index kelembaban NDMI (Normalized Difference

Mouisture Index) merupakan salah satu index yang di

gunakan untuk mendeteksi kelembaban suatu permukaan

lahan. kelembaban yang berperan pada tanah dan vegetasi

di sekitarnya. Metode NDMI ini cocok untuk digunakan

dalam pemetaan kerusakan lahan akibat pertambangan

emas tanpa izin karena metode ini lebih spesifik pada

kelembaban tanah atau kerusakan tanah. Berikut langkah

dalam pengolahan data untuk pemetaan kerusakan lahan

akibat PETI.

 Buka aplikasi ArcGis ArcMap 10.3.1

32
 Klik Add data dan masukan Band 4,5 dan 6 yang

terdapat pada citra landsat 8 Oli

 Setelah add data, klik arctoolbox

 Setelah klik arctoolbox, pili spatial analyst tools dan

pilih raster calculator.

33
 Setelah itu masukan rumus NDMI pada raster calculator,

lalu klik oke

 Setelah muncul hasil raster calculator NDMI, klik

windows pilih image analysis dan klik clip pada bagian

processing

34
 Maka akan muncul hasil clip pada pengolahan NDMI.

 Sebelum masuk pada langkah akhir perhatikan kembali

klasifikasi, setelah itu lakukan layout pada peta NDMI

yang sudah diolah.

2) Kerapatan vegetasi dengan metode NDVI

Indeks vegetasi atau NDVI (Normalized Difference

Vegetation Index) adalah indeks yang menggambarkan

tingkat kehijauan suatu tanaman. indeks vegetasi

merupakan kombinasi matematis antara band merah dan

band NIR (Near-Infrared Radiation) yang telah lama di

gunakan sebagai indikator keberadaan dan kondisi vegetasi.

Berikut langkah dalam pemetaan kerapatan vegetasi

disekitar area pertambangan tanpa izin.

akibat PETI.

 Buka aplikasi ArcGis ArcMap 10.3.1

35
 Klik Add data dan masukan Band 4,5 dan 6 yang

terdapat pada citra landsat 8 Oli

 Setelah add data, klik arctoolbox

 Setelah klik arctoolbox, pili spatial analyst tools dan

pilih raster calculator.

36
 Setelah itu masukan rumus NDVI pada raster calculator,

lalu klik oke

 Klik windows pilih image analysis dan klik clip pada

bagian processing

 Maka akan muncul hasil clip pada pengolahan NDVI.

37
 Sebelum masuk pada langkah akhir perhatikan kembali

klasifikasi, lalu lakukan layout pada peta NDMI yang

sudah diolah.

3) Populasi dan sampel

Penentuan sampel merupakan salah satu cara yang di

lakukan untuk mengetahui kondisi dari suatu populasi.

pengambilan sampel dalam penelitian ini guna untuk

menguji keakuratan di lapangan menggunakan metode

random sampling. Dimana metode random sampling ini

diambil untuk mewakili setiap tingkat kerusakan lahan

yang terjadi.

4) Cek Lapangan

Adapun tahap yang di lakukan saat cek lapangan sebagai

berikut :

38
a) Melakukan survey lapangan (ground check)

terhadap titik sampel yang telah di berikan pada

peta kerusakan lahan akibat PETI tahun 2022

b) Mengambil koordinat titik sampel menggunakan

aplikasi AvenzaMap dan mengambil dokumentasi

lapangan dengan menggunakan kamera.

d. Pasca Lapangan

Adapun tahap yang dilakukan saat pasca lapangan sebagai berikut :

a) Re-interpretasi Citra

Reinterpretasi adalah suatu kegiatan mengedit peta

untuk menambah informasi atau data kenampakan hasil

survey lapangan sehingga peta menjadi akurat.

b) Klasifikasi Kerusakan Lahan Akibat PETI

Klasifikasi kerusakan lahan akibat pertambangan emas

tanpa izin terbagi tiga bagian sebagai berikut :

39
F. Diagram Alir

Pada diagram alir dapat kita lihat langkah atau tahapan dalam pengolahan

data tentang kerusakan lahan akibat pertambangan emas tanpa izin (PETI) Di

Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin , Provinsi Jambi ini dimulai dengan

melakukan persiapan data berupa citra lalu membuat peta batas administrasi

hingga akhirnya pada tahap akhir membuat peta NDMI untuk kerusakan lahan

dan peta NDVI untuk kerapatan vegtasi di sekitar area pertambangan emas tanpa

izin (PETI) tersebut. Berikut diagram alir dalam pemetaan ini :

Persiapan dan pengumpulan


data

Citra landsat 8 oli

Peta Batas Administrasi

Peta NDMI Peta Kerapatan


Kerusakan Lahan vegetasi NDVI

Peta Kerusakan lahan Peta Kerapatan


akibat pertambangan vegetasi NDVI
emas tanpa izin (PETI) di sekitar area
Tahun 2022 PETI tahun 2022

40
G. Teknik Analisa Data

Teknik analisa pada penelitian ini ialah berkaitan tentang pemetaan

kerusakan lahan yang terjadi akibat pertambangan emas tanpa izin (PETI) Di

Kelurahan Dusun Baru, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi

Jambi. Adapun teknik analisa atau parameter penelitian ini sebagai berikut :

a. Parameter Pemetaan Kerusakan lahan

Adapun untuk menghitung kerusakan lahan yaitu bisa menggunakan

metode NDMI (Normalized Difference Mouisture index) sebagai berikut :

Keterangan :

NIR = Kanal band 5

SWIR = Kanal band 6

Pada penelitian kerusakan lahan ini menggunakan metode NDMI pada

citra landsat 8. Adapun kegunaan metode NDMI sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi kelembapan permukaan tanah.

2. Mengidentifikasi sebaran genangan air dan edapan sungai.

3. Mengatahui sebaran tanah yang jenuh air maupun transformasi lahan

dari basa perairan sampai lahan terrestrial.

41
4. Untuk interpretasi tekstur tanah, mengingat adanya korelasi antara

tingkat kelembapan tanah dengan tekstur tanah bahwa ada koreksi

berbanding lurus apabila kelembapan tanah tinggi, maka kandungan

butiran lempung dan lanau juga tinggi, sebaliknya apabila tanah

dengan kandungan butiran pasir lebih dominan memiliki tingkat

kelembapan lebih rendah.

b. Klasifikasi Kerusakan Lahan Akibat PETI

Dikutip dari sebuah jurnal yang membahas mengenai kerusakan lahan

maka terdapat klasifikasi kerusakan lahan akibat pertambangan emas

tanpa izin terbagi atas tiga bagian sebagai berikut :

c. Kerapatan vegetasi di sekitar area pertambangan emas tanpa izin

(PETI)

Metode yang digunakan ialah NDVI. NDVI (Normalize Difference

Vegetation Index) merupakan indeks kehijauan atau aktivitas fotosintesis

vegetasi, dan salah satu indeks vegetasi yang paling sering di gunakan.

NDVI di dasarkan pada pengamatan bahwa permukaan yang berbeda-beda

merefleksikan berbagai jenis gelombang cahaya yang berbeda-beda.

Vegetasi yang aktif melakukan fotosintesis akan menyerap sebagian besar

42
gelombang merah sinar matahari dan mencerminkan gelombang

inframerah dekat lebih tinggi. Berikut rumus yang digunakan :

Keterangan :

NIR = Kanal band 5

RED = Kanal band 4

43
BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH

A. Kondisi Fisik

Kecamatan Tabir adalah salah satu Kecamatan yang berada Di Kabupaten

Merangin, Provinsi Jambi yang memiliki luas wilayah 7.668.61 km2.

Kecamatan Tabir memiliki beberapa bagian yaitu : 5 Kelurahan dan 6 Desa.

Adapun 5 Kelurahan tersebut terdiri dari : Kelurahan Pasar Baru Rantau

Panj]\ang memiliki luas wilayah (12.0 km2), Kelurahan Dusun Baru memiliki

luas wilayah (17,5 km2), Kelurahan Mampun memiliki luas wilayah (10.5

km2), Kelurahan Kampung Baruh memiliki luas wilayah (30,0 km2), dan

Kelurahan Pasar Rantau Panjang memiliki luas wilayah (15,1). Sedangkan 6

desa yang terdapat pada Kecamatan Tabir yaitu : Beluran Panjang yang

memiliki luas wilayah (6,0 km2), Kandang memiliki luas wilayah (30.0 km2),

Koto Rayo memiliki luas wilayah (220.0 km2), Lubuk Napal memiliki luas

wilayah (7,0) , Seling memiliki luas wilayah (165.0 km2), dan Tanjung Ilir

yang memiliki luas wilayah sebesar (8,7 km2).

Kecamatan Tabir adalah Kecamatan kedua Di Kabupaten Merangin yang

memiliki wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang banyak. Selain itu,

Kecamatan Tabir juga memiliki fasilitas berupa pasar yang letaknya strategis

dan dapat di jangkau oleh masyarakat setempat. Selain itu, masyarakat

memiliki aktivitas pertambangan, aktivitas pertambangan Di Kecamatan ini

44
yang paling besar dibandingkan dengan Kecamatan lainnya. Dimana, hampir

di setiap Kelurahan atau Desa Di Kecamatan tersebut terdapat aktivitas

tambang emas.

B. Kondisi Kependudukan

Kecamatan Tabir adalah Kecamatan yang terdapat Di Kabupaten

Merangin, Provinsi Jambi. Kecamatan Tabir memiliki 5 Kelurahan dan 6 Desa.

Adapun 5 Kelurahan tersebut terdiri dari : Kelurahan Pasar Baru Rantau

Panjang, Kelurahan Dusun Baru, Kelurahan Mampun, Kelurahan Kampung

Baru, dan Kelurahan Pasar Rantau Panjang. sedangkan 6 desa yang terdapat

pada Kecamatan Tabir yaitu : Beluran Panjang Kandang, Koto Rayo, Lubuk

Napal, Seling, dan Tanjung Ilir.

Berdasarkan data sensus Kecamatan Tabir tahun 2022 , Kecamatan Tabir

adalah salah satu Kecamatan yang kondisi kependudukannya selalu

mengalami peningkatan tiap tahunnya. Adapun jumlah kependudukan di

setiap Kelurahan dan Desa di Kecamatan Tabir Sebagai berikut :

Tabel 4. 1 Data Sensus Kecamatan Tabir,2022

NO NAMA KELURAHAN / DESA JUMLAH


PENDUDUK
1 Kelurahan Pasar Baru Rantau Panjang 2.226 Jiwa
2 Kelurahan Dusun Baru 11.129 Jiwa
3 Kelurahan Mampun 3.768 Jiwa
4 Kelurahan Kampung Baruh 4.588 Jiwa

45
5 Kelurahan Pasar Rantau Panjang 3.959 Jiwa
6 Desa Beluran Panjang 1.663 Jiwa
7 Desa Kandang 1.369 Jiwa
8 Desa Koto Rayo 1.649 Jiwa
9 Desa Lubuk Napal 505 Jiwa
10 Desa Seling 2.375 Jiwa
11 Desa Tanjung Ilir 1.637 Jiwa
JUMLAH 34.868 jiwa
Sumber : Data sensus Kecamatan Tabir tahun 2022

Berdasarkan data diatas dapat kita lihat jumlah penduduk pada Kecamatan

Tabir masuk dalam kategori banyak atau padat dan penyebab dari banyaknya

jumlah penduduk tersebut di karenakan banyaknya angka kelahiran tiap

tahunnya dan banyaknya angka perkawinan di bawah umur serta banyaknya

jumlah pendatang baru dari luar daerah yang bermukim di lingkungan

setempat.

Kondisi kependudukan Di Kecamatan Tabir ini masyarakat dominan

berprofesi sebagai petani, pedagang dan penambang emas. Dimana

masyarakat setempat memanfaatkan lahan pribadinya untuk dijadikan lahan

pertanian seperti menanami pohon karet, berladang dan lain sebagainya. Tak

hanya itu bahkan lahan kosong di sekitar sungai pun ikut dimanfaatkan

masyarakat untuk dijadikan area tambang emas tanpa mengetahui dampak

serta kerugian sekitarnya.

46
C. Kondisi Sosial

Kecamatan Tabir adalah salah satu Kecamatan yang memiliki luas

wilayah yang cukup luas dibandingkan Kecamatan lainnya yang berada pada

Kabupaten Merangin. Selain di kenal memiliki wilayah yang luas Kecamatan

ini juga di kenal memiliki jumlah penduduk yang cukup padat. Kepadatan

penduduk yang terjadi pada Kecamatan ini di akibat kan banyaknya

pernikahan di bawah umur yang menyebab kan angka kelahiran pun semakin

meningkat. Kecamatan Tabir adalah Kecamatan yang masih menjujung tinggi

norma adat istiadat setempat, dimana setiap ada acara adat masyarakat selalu

bersemangat dalam menyambut acara tersebut.

Masyarakat pada Kecamatan ini masih memiliki pemikiran yang belum

berkembang. Contohnya masih banyak masyarakat awam yang beranggapan

bahwa pendidikam pada anak cukup sampai anak mengerti baca tulis saja,

setelah itu masyarakat lebih memilih kerja dan menikah. Hal ini tentunya

menjadi dampak kondisi sosial Di Kecamatan ini buruk, tak hanya dari segi

pernikahan dini namun angka kemiskinan dan anak yang kurang gizi pun

semakin meningkat akibat kurangnya pengetahuan dan lapangan pekerjaan.

Kondisi sosial di Kecamatan ini masuk dalam kategori yang belum cukup

baik, dimana masyarakat umumnya berkerja sebagai petani karet, tukang ojek,

serta tambang emas ilegal. Oleh karena itu, masyarakat hanya bisa

mengandalkan lahan yang mereka miliki untuk dijadikan sebagai mata

pencaharian mereka.

47
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kerusakan lahan akibat pertambangan emas tanpa izin (PETI)

Berdasarkan peta kerusakan lahan akibat pertambangan emas tanpa

izin (PETI) Tahun 2022 Skala 1: 250.000 yang diperoleh dari hasil

interpretasi Citra Landsat 8 Oli dengan menggunakan parameter NDMI

(Normalized Difference Mouisture Index) yang dapat kita lihat hampir

seluruh wilayah di Kecamatan tersebut yang mengalami kerusakan yang

cukup serius.

Menurut Boateang (2014) dampak dari kegiatan PETI yang tidak

mengikuti kaidah-kaidah pertambangan yang benar, telah mengakibatkan

kerusakan lingkungan, pemborosan sumber daya mineral, dan kecelakaan

tambang. Hal ini menimbulkan bencana jika tidak dikelola dengan baik

dan benar dan kegiatan di Kecamatan ini tidak terpantau langsung

kegiatannya oleh pemerintahan di tambah lagi karena kegiatan

pertambangan ini adalah kegiatan pertambangan ilegal. Kecamatan Tabir

adalah salah satu Kecamatan yang memiliki hasil tambang yang cukup

besar karena kondisi tanah tanah pada Kecamatan ini mengandung emas

yang banyak tersebar secara menyeluruh Di wilayah Kecamatan tersebut

akan tetapi, lahan pada Kecamatan tersebut kini masuk dalam kategori

48
lahan yang mengalami kerusakan yang cukup serius yang dikarenakan

aktivitas ini semakin tahun semakin meningkat aktivitas tambang disetiap

wilayahnya.

Kerusakan lahan Di Kecamatan Tabir ini sudah merusak lahan

sebanyak 25 hektar yang meliputi 5 Kelurahan dan 6 Desa. Adapun

kerusakan lahan pada 5 Kelurahan yakni : Kelurahan Pasar baru

mengalami kerusakan seluas (5 ha ) yakni terdapat pada daerah yang

berada di pinggir sungai, Kelurahan Pasar mengalami kerusakan seluas

(1,5 ha) yang berada pada daerah perkebunan warga, Kelurahan Dusun

Baru mengalami kerusakan seluas (5,5 ha) berada pada perkebunan warga

dan pinggiran sungai, Kelurahan Mampun mengalami kerusakan seluas

(3,5 ha) pada pinggir sungai utama, dan Di Kelurahan Kampung Baruh

seluas (3 ha) di sekitar permukiman dan perkebunan. Sedangkan

kerusakan lahan pada Desa yakni : Desa seling ( 1 ha), Desa Lubuk Napal

(1 ha), Desa Tanjung ilir ( 0,5 ha), Desa Kandang (1 ha) pada lahan di

sekitar permukiman , Desa Koto Rayo seluas (0,5 ha) dan Desa Beluran

Panjang (1 ha) pada keenam Desa tersebut Kerusakan paling banyak di

tengah perkebuanan warga dan pinggiran sungai (gantra.com 2019).

Kerusakan lahan yang terjadi di Kecamatan Tabir memiliki tiga

kategori kerusakan yang tersebar disetiap wilayahnya dan kategori

kerusakan ini banyak disebabkan oleh faktor banyaknya penambang emas

ilegal yang menjadikan lahan disekitarnya rusak, meskipun aktivitasnya

49
hanya dilakukan manual ataupun secara modern dengan alat dompeng

yang tentunya tetap berpengaruh untu kehidupan disekitarnya. Berikut

peta Kerusakan lahan akibat pertambangan emas tanpa izin (PETI) Di

Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi menggunakan

Citra landsat 8 oli:

50
Gambar 5. 1 Peta Kerusakan Lahan (PETI)

51
Berdasarkan peta diatas kerusakan lahan akibat pertambangan emas

tanpa izin (PETI) di Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin Provinsi

Jambi terbagi menjadi 3 kategori kerusakan yakni kerusakan rendah,

sedang dan tinggi. Kerusakan lahan yang masuk dalam kategori rendah

seluas (27643 Ha) tersebar di beberapa wilayah yakni : Desa Seling yang

berada di 1°50'51.01"S,102°13'54.86"E dengan kerusakan lahan seluas (1

Ha), Desa Kandang berada di 1°48'51.50"S,102°12'11.89"E mengalami

kerusakan seluas (1 Ha) dan Desa Koto Rayo yang berada di 1°48'1.26"S,

102° 9'6.61"E yang mengalami kerusakan seluas (0,5 Ha). Faktor yang

menyebabkan kerusakan lahan masuk kategori rendah ialah tidak terdapat

banyak aktivitas tambang dan permukiman warga disekitar aktivitas

tambang tersebut.

Kerusakan lahan yang masuk kategori sedang mencapai (4509 Ha)

yang banyak tersebar dibeberapa wilayah sebagai berikut : Kelurahan

Mampun berada di 1°51'41.23"S,102°17'0.24"E mengalami kerusakan

seluas (3,5 Ha), Desa Beluran Panjang berada di

1°47'27.66"S,102°21'48.21"E dengan kerusakan seluas (1 Ha), Desa

Tanjung ilir berada di 1°47'12.98"S,102°22'19.78"E dengan kerusakan

seluas (0,5 Ha) , Desa lubuk Napal berada di 1°47'4.05"S,102°23'11.34"E

dengan kerusakan seluas (1 Ha). Faktor yang menyebabkan kerusakan

lahan kategori sedang yakni dimana aktivitas tambang cukup banyak dan

52
juga terdapat permukiman warga disekitarnya serta kondisi lahan

dibeberapa wilayah tersebut sudah mulai rusak atau mulai kritis.

Kerusakan lahan akibat pertambangan emas tanpa izin (PETI) yang

masuk kategori tinggi mencapai (1656 Ha) yang tersebar merata diwilayah

Kecamatan tabir dan kelurahan yang masuk kategori ini yakni : Kelurahan

Dusun Baru yang berada di 1°44'32.15"S,102°17'20.87"E mengalami

kerusakan seluas (5,5 Ha) dan Kelurahan Pasar Baru yang berada di

1°57'24.47"S,102°16'47.08"E yang mengalami kerusakan seluas (5 Ha).

Adapun faktor yang menyebabkan kerusakan lahan masuk kategori tinggi

yakni : banyaknya aktivitas tambang ilegal diwilayah tersebut, akses jalan

tertutup diakibakan banyaknya bekas galian tambang, dan padatnya

permukiman disekitar area pertambangan selain itu, kondisi lahan yang

makin memburuk karena bekas galian tambang yang digenangi oleh air

sehingga, kualitas tanah pada lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan

kembali untuk aktivitas apapun.

53
2. Kerapatan vegetasi di sekitar area pertambangan emas tanpa izin (PETI)

Berdasarkan peta kerapatan vegetasi disekitar area pertambangan emas

tanpa izin (PETI) Tahun 2022 Skala 1: 250.000 yang diperoleh dari hasil

interpretasi Citra Landsat 8 Oli dengan menggunakan parameter NDVI

(Normalized Difference vegetation Index) terdapat tiga kategori kerapatan

vegetasi yang tersebar merata diwilayah tersebut. Kerapatan vegetasi

NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) terbagi menjadi tiga

kategori yakni : kategori tinggi (rapat), sedang (cukup), dan rendah

(sangat jarang).

Kerapatan vegetasi disekitar pertambangan emas tanpa izin di

Kecamatan masuk dalam kategori kerapatan vegetasi yang rendah atau

buruk. Kerapatan vegetasi yang masuk dalam kategori rendah adalah

vegetasi yang berada disekitar area tambang emas tanpa izin dan secara

tidak langsung kondisi lahan atau tanah yang ditumbuhi vegetasi tersebut

sudah tidak mengandung unsur hara yang mampu menjadikan tumbuhan

hidup dengan sempurna. Kerapatan vegetasi yang buruk disekitar area

pertambangan tanpa izin selain disebabkan oleh faktor alami juga

disebabkan oleh aktivitas manusia saat melakukan aktivitas tambang yakni

menggunakan air raksa yang menyebabkan tanah kehilangan unsur hara

dan menghambat pertumbuhan vegetasi disekitarnya. Berikut peta

kerapatan vegetasi disekitar area PETI dengan tiga kategori kerapatan

vegetasi :

54
Gambar 5. 2 Peta Kerapatan Vegetasi

55
Berdasarkan peta kerapatan vegetasi disekitar area pertambangan

emas tanpa izin (PETI) diatas terdapat tiga kategori kerapatan vegetasi

yang tersebar merata di Kecamatan Tabir. Ketiga kategori tersebut ialah :

Kategori tinggi/Rapat memiliki kerapatan seluas (32160 Ha), kategori

kerapatan sedang/cukup memiliki luas kerapatan mencapai (1542 Ha) dan

untuk kategori rendah/ sangat jarang yakni seluas (109 Ha) yang berada

disekitar area pertambangan emas tanpa izin (PETI).

Kategori pertama dalam kerapatan vegetasi yang termasuk kategori

tinggi/rapat memiliki luas (32160 Ha) yang tersebar merata dibeberapa

wilayah yakni : Desa seling yang berada di 1°50'51.01"S,102°13'54.86"E ,

Desa Kandang yang berada di 1°48'51.50"S,102°12'11.89"E , dan Kelurahan

mampun yang berada di 1°51'41.23"S,102°17'0.24"E . kerapatan vegetasi

yang masuk dalam kategori tinggi/rapat ini umumnya hanya ada beberapa

saja aktivitas ilegal tapi tidak tidak berada pada lahan pertanian atau

permukiman warga setempat.

Kategori kedua adalah kategori sedang pada kerapatan vegetasi

memiliki luas kerapatan mencapai (1542 Ha) yang tersebar di beberapa

wilayah yakni : Desa tanjung ilir berada di 1°47'12.98"S,102°22'19.78"E,

Desa Lubuk Napal yang berada di 1°47'4.05"S,102°23'11.34"E , Desa

Beluran Panjang berada di 1°47'4.05"S,102°23'11.34"E. Kerapatan vegetasi

yang masuk kategori sedang difaktori oleh beberapa hal yakni dimana

56
diwilayah tersebut terdapat aktivitas tambang ilegal dan terdapat

permukiman disekitar aktivitas tambang.

Kategori ketiga dalam kerapatan vegetasi yakni kategori

rendah/sangat jarang yang tersebar merata hampir disetiap Kelurahan di

Kecamatan ini. Akan tetapi kerapatan vegetasi yang paling dominan yakni

di Kelurahan Dusun Baru yang berada di 1°57'24.47"S,102°16'47.08"E dan

Kelurahan Pasar Baru yang berada di 1°44'32.15"S,102°17'20.87"E. Adapun

faktor yang mempengaruhi vegetasi yang masuk kategori tinggi adalah

adanya aktivitas tambang disekitar vegetasi dan aktivitas tersebut terdapat

disepanjang aliran sungai dan disekitar akses jalan warga diperkebunan

dan aktivitas tambang juga berada disekitar permukiman warga dan

perkebunan warga setempat. Faktor lainnya yakni karena kerasnya air

raksa yang digunakan dalam aktivitas tambang yang mengakibatkan

vegetasi tidak dapat berkembangbiak secara baik.

57
B. Pembahasan Penelitian

Pemanfaatan data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis telah

banyak digunakan sebagai alat bantu untuk kebutuhan identifikasi kerusakan

lahan serta kerapatan vegetasi di sekitar area pertambangan emas tanpa izin

(PETI). Kecamatan Tabir adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten

Merangin yang memiliki kekayaan alam berupa emas yang tersebar hampir di

seluruh wilayah di Kecamatan tersebut dengan banyaknya kekayaan alam

yang tersebar diseluruh wilayah, masyarakat di Kecamatan Tabir

memanfaatkan hasil alam tersebut untuk di jadikan mata pencahariannya

sehari – hari. Adapun aktivitas tersebut yakni pertambangan emas tanpa izin

atau dikenal dengan penambangan ilegal.

Pertambangan emas tanpa izin atau ilegal ini menimbulkan banyak dampak,

tak hanya dampak positif namun juga lebih ke dampak negatif. Salah satu

dampak negatif dari aktivitas ini ialah kerusakan lahan. Kerusakan lahan yang

diakibatkan aktivitas ilegal di Kecamatan Tabir sudah merusak lahan

mencapai 25 hektar. Kerusakan lahan pada 5 Kelurahan yakni : Kelurahan

Pasar baru mengalami kerusakan seluas (5 hektar) yakni terdapat pada daerah

yang berada di pinggir sungai, Kelurahan Pasar mengalami kerusakan seluas

(1,5 hektar) yang berada pada daerah perkebunan warga, Kelurahan Dusun

Baru mengalami kerusakan seluas (5,5 hektar) berada pada perkebunan warga

dan pinggiran sungai, Kelurahan Mampun mengalami kerusakan seluas (3,5

hektar) pada pinggir sungai utama, dan Di Kelurahan Kampung Baruh seluas

58
(3 hektar) di sekitar permukiman dan perkebunan. Sedangkan kerusakan lahan

pada Desa yakni : Desa seling ( 1 hektar), Desa Lubuk Napal (1 hektar), Desa

Tanjung ilir ( 0,5 hektar), Desa Kandang (1 hektar) pada lahan di sekitar

permukiman , Desa Koto Rayo seluas (0,5 hektar) dan Desa Beluran Panjang

(1 hektar) pada keenam Desa tersebut Kerusakan paling banyak di tengah

perkebuanan warga dan pinggiran sungai (sumber : gantra.com).

Kerusakan lahan yang terjadi terbagi menjadi tiga kategori kerusakan

yakni : kerusakan rendah, kerusakan sedang dan kerusakan tinggi. Kerusakan

lahan yang masuk dalam kategori rendah seluas (27643 Ha) tersebar di

beberapa wilayah yakni : Desa Seling yang berada di

1°50'51.01"S,102°13'54.86"E dengan kerusakan lahan seluas (1 Ha), Desa

Kandang berada di 1°48'51.50"S,102°12'11.89"E mengalami kerusakan seluas

(1 Ha) dan Desa Koto Rayo yang berada di 1°48'1.26"S, 102° 9'6.61"E yang

mengalami kerusakan seluas (0,5 Ha). Faktor yang menyebabkan kerusakan

lahan masuk kategori rendah ialah tidak terdapat banyak aktivitas tambang

dan permukiman warga disekitar aktivitas tambang tersebut.

Kerusakan lahan yang masuk kategori sedang mencapai (4509 Ha) yang

banyak tersebar dibeberapa wilayah sebagai berikut : Kelurahan Mampun

berada di 1°51'41.23"S,102°17'0.24"E seluas (3,5 Ha), Desa Beluran Panjang

berada di 1°47'27.66"S,102°21'48.21"E dengan kerusakan seluas (1 Ha), Desa

Tanjung ilir berada di 1°47'12.98"S,102°22'19.78"E dengan kerusakan seluas

(0,5 Ha) , Desa lubuk Napal berada di 1°47'4.05"S,102°23'11.34"E dengan

59
kerusakan seluas (1 Ha). Faktor yang menyebabkan kerusakan lahan kategori

sedang yakni dimana aktivitas tambang cukup banyak dan juga terdapat

permukiman warga disekitarnya serta kondisi lahan dibeberapa wilayah

tersebut sudah mulai rusak atau mulai kritis.

Kerusakan lahan akibat pertambangan emas tanpa izin (PETI) yang masuk

kategori tinggi mencapai (1656 Ha) yang tersebar merata diwilayah

Kecamatan tabir dan kelurahan yang masuk kategori ini yakni : Kelurahan

Dusun Baru yang berada di 1°44'32.15"S,102°17'20.87"E mengalami kerusakan

seluas (5,5 Ha) dan Kelurahan Pasar Baru yang berada di

1°57'24.47"S,102°16'47.08"E yang mengalami kerusakan seluas (5 Ha). Adapun

faktor yang menyebabkan kerusakan lahan masuk kategori tinggi yakni :

banyaknya aktivitas tambang ilegal diwilayah tersebut, akses jalan tertutup

diakibakan banyaknya bekas galian tambang, dan padatnya permukiman

disekitar area pertambangan selain itu, kondisi lahan yang makin memburuk

karena bekas galian tambang yang digenangi oleh air sehingga, kualitas tanah

pada lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan kembali untuk aktivitas apapun.

Kerusakan lahan yang disebabkan oleh pertambangan emas tanpa izin ini

didasari oleh banyaknya lubang galian penambangan emas serta efek dari

penggunaan air raksa pada aktivitas pertambangan tersebut. Air raksa adalah

suatu senyawa yang bersifat keras yang mampu merusak air serta tanah yang

terkena cairannya, sebab air raksa saja mampu memisahkan antara tanah

dengan butiran-butiran emas yang ada didalam tanah.

60
Kerusakan lahan akibat pertambangan emas tanpa izin (PETI) disertai

dengan survei lapangan yang dilakukan pada 20 titik yang mengalami

kerusakan lahan memiliki ketiga kategori diatas. Baik kerusakan lahan yang

berada disekitar aliran sungai utama ataupun ditengah perkebunan warga.

Kerusakan lahan akibat pertambangan emas ini membawa banyak dampak

buruk untuk masyarakat sekitar salah satunya seperti masyarakat tak lagi

memiliki lahan yang layak karena lahan tersebut sudah banyak terdapat

lubang bekas galian, dan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai juga tidak

dapat menikmati air bersih yang biasanya digunakan untuk kebutuhan sehari-

hari. Berikut gambar aktivitas pertambangan emas tanpa izin yang mampu

merusak lahan di sekitarnya.

Gambar 5. 3 Dokumentasi Kerusakan Lahan

Lokasi : Kelurahan Pasar Baru Lokasi : Kelurahan Dusun Baru


Terletak pada koordinat Terletak pada koordinat
1°44'32.15"S,102°17'20.87"E 1°57'24.47"S,102°16'47.08"E

Sumber : Data penelitian 2022

61
Dari gambar diatas dapat kita perhatikan bahwa kondisi lahan didua

Kelurahan tersebut yang dijadikan aktivitas tambang mengalami kerusakan

yang sangat parah dan terdapat lubang besar yang digenangi oleh air. Secara

tidak langsung lahan tersebut nantinya tidak dapat dimanfaatkan lagi

meskipun aktivitas tambang sudah tiada namun tetap sangat berpengaruh

untuk kegunaan lahan dan keberlangsungan hidup makhluk hidup disekitarnya.

Kerusakan lahan yang diakibatkan oleh aktivitas pertambangan emas tanpa

izin ini juga sangat berpengaruh untuk vegetasi yang ada disekitarnya.

Dimana dapat kita perhatikan kondisi vegetasi disekitar area pertambangan

emas tanpa izin memiliki kerapatan yang sangat buruk dan tak hanya itu,

kualitas dari vegetasinya juga tidaklah baik meskipun ada beberapa vegetasi

yang mampu tumbuh dikondisi tanah yang terkontaminasi air raksa pada

aktivitas tambang. Kerapatan vegetasi disekitar area pertambangan emas tanpa

izin tersebar merata dan memiliki tiga kategori kerapatan yaitu : kerapatan

rendah/sangat jarang, sedang/cukup dan tinggi/rapat baik vegetasi yang berada

disekitar aliran sungai ataupun ditengah perkebunan warga. Berikut contoh

kerapatan vegetasi disekitar area pertambangan emas tanapa izin :

62
Gambar 5. 4 Dokumentasi kerapatan vegetasi

Lokasi : Kelurahan Pasar Baru Lokasi : Kelurahan Dusun Baru


Terletak pada koordinat Terletak pada koordinat
1°44'32.15"S,102°17'20.87"E 1°57'24.47"S,102°16'47.08"E

Sumber : data penelitian 2022


Berdasarkan gambar hasil penelitan diatas kerapatan vegetasi berada didua

Kelurahan yang memiliki kategori kerapatan vegetasi yang rendah/sangat

jarang. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas tambang besar yang menjadi

dampak aktivitas tersebut salah satunya adalah vegetasi. Vegetasi yang

terdapat pada gambar adalah vegetasi pohon sawit. Secara fisik pohon sawit

mampu tumbuh dikondisi lahan dan tanah yang sudah tidak memiliki unsur

hara yang baik namun pertumbuhan vegetasi tersebut tentunya tidaklah

sempuna dan bisa dikatakan vegetasi tersebut tidak mampu bertahan dalam

jangka panjang atau bisa dikatakan punah untuk kedepannya.

63
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Kerusakan lahan akibat pertambangan emas tanpa izin Di Kecamatan

Tabir merusak lahan hampir 25 hektar lahan. Kerusakan lahan ini terbagi

di 5 Kelurahan dan 6 Desa yang ada Di Kecamatan Tabir tersebut.

Kerusakan lahan pada 5 Kelurahan yakni : Kelurahan Pasar baru (5 hektar),

Kelurahan Pasar (1,5 hektar), Kelurahan Dusun Baru (5,5 hektar),

Kelurahan Mampun (3,5 hektar), Kelurahan Kampung Baruh (3 hektar).

Sedangkan kerusakan lahan pada Desa yakni : Desa seling ( 1 hektar),

Desa Lubuk Napal (1 hektar), Desa Tanjung ilir ( 0,5 hektar), Desa

Kandang (1 hektar), Desa Koto Rayo (0,5 hektar), dan Desa Beluran

Panjang (1 hektar). Selain itu kerusakan lahan terbagi menjadi tiga

kategori yakni : Kerusakan lahan yang masuk dalam kategori rendah

seluas (27643 Ha) tersebar di beberapa wilayah yakni : Desa Seling yang

berada di 1°50'51.01"S,102°13'54.86"E dengan kerusakan lahan seluas (1

Ha), Desa Kandang berada di 1°48'51.50"S,102°12'11.89"E mengalami

kerusakan seluas (1 Ha) dan Desa Koto Rayo yang berada di 1°48'1.26"S,

102° 9'6.61"E yang mengalami kerusakan seluas (0,5 Ha). Kerusakan lahan

yang masuk kategori sedang mencapai (4509 Ha) yang banyak tersebar

dibeberapa wilayah sebagai berikut : Kelurahan Mampun berada di

64
1°51'41.23"S,102°17'0.24"E mengalami kerusakan seluas (3,5 Ha), Desa

Beluran Panjang berada di 1°47'27.66"S,102°21'48.21"E dengan kerusakan

seluas (1 Ha), Desa Tanjung ilir berada di 1°47'12.98"S,102°22'19.78"E

dengan kerusakan seluas (0,5 Ha) , Desa lubuk Napal berada di

1°47'4.05"S,102°23'11.34"E dengan kerusakan seluas (1 Ha). Kerusakan

lahan akibat pertambangan emas tanpa izin (PETI) yang masuk kategori

tinggi mencapai (1656 Ha) yang tersebar merata diwilayah Kecamatan

tabir dan kelurahan yang masuk kategori ini yakni : Kelurahan Dusun

Baru yang berada di 1°44'32.15"S,102°17'20.87"E mengalami kerusakan

seluas (5,5 Ha) dan Kelurahan Pasar Baru yang berada di

1°57'24.47"S,102°16'47.08"E yang mengalami kerusakan seluas (5 Ha).

Adapun faktor yang menyebabkan kerusakan lahan masuk kategori tinggi

yakni : banyaknya aktivitas tambang ilegal diwilayah tersebut, akses jalan

tertutup diakibakan banyaknya bekas galian tambang, dan padatnya

permukiman disekitar area pertambangan selain itu, kondisi lahan yang

makin memburuk karena bekas galian tambang yang digenangi oleh air

sehingga, kualitas tanah pada lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan

kembali untuk aktivitas apapun.

2. Kerapatan vegetasi di sekitar area pertambangan emasn tanpa izin

memiliki tiga kategori kerusakan sebagai berikut : Kategori pertama dalam

kerapatan vegetasi yang termasuk kategori tinggi/rapat memiliki luas

(32160 Ha) yang tersebar merata dibeberapa wilayah yakni : Desa seling

65
yang berada di 1°50'51.01"S,102°13'54.86"E , Desa Kandang yang berada

di 1°48'51.50"S,102°12'11.89"E , dan Kelurahan mampun yang berada di

1°51'41.23"S,102°17'0.24"E . kerapatan vegetasi yang masuk dalam

kategori tinggi/rapat ini umumnya hanya ada beberapa saja aktivitas ilegal

tapi tidak tidak berada pada lahan pertanian atau permukiman warga

setempat. Kategori kedua adalah kategori sedang pada kerapatan vegetasi

memiliki luas kerapatan mencapai (1542 Ha) yang tersebar di beberapa

wilayah yakni : Desa tanjung ilir berada di 1°47'12.98"S,102°22'19.78"E,

Desa Lubuk Napal yang berada di 1°47'4.05"S,102°23'11.34"E , Desa

Beluran Panjang berada di 1°47'4.05"S,102°23'11.34"E. Kerapatan vegetasi

yang masuk kategori sedang difaktori oleh beberapa hal yakni dimana

diwilayah tersebut terdapat aktivitas tambang ilegal dan terdapat

permukiman disekitar aktivitas tambang. Kategori ketiga dalam kerapatan

vegetasi yakni kategori rendah/sangat jarang yang tersebar merata hampir

disetiap Kelurahan di Kecamatan ini. Akan tetapi kerapatan vegetasi yang

paling dominan yakni di Kelurahan Dusun Baru yang berada di

1°57'24.47"S,102°16'47.08"E dan Kelurahan Pasar Baru yang berada di

1°44'32.15"S,102°17'20.87"E. Adapun faktor yang mempengaruhi vegetasi

yang masuk kategori tinggi adalah adanya aktivitas tambang disekitar

vegetasi dan aktivitas tersebut terdapat disepanjang aliran sungai dan

disekitar akses jalan warga diperkebunan dan aktivitas tambang juga

berada disekitar permukiman warga dan perkebunan warga setempat.

66
Faktor lainnya yakni karena kerasnya air raksa yang digunakan dalam

aktivitas tambang yang mengakibatkan vegetasi tidak dapat

berkembangbiak secara baik.

B. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Diperlukannya perhatian dari pemerintah untuk meninjau langsung

aktivitas pertambangan emas tanpa izin (PETI) Di Kecamatan Tabir,

Kabupaten Merangin agar pemerintah mengetahui bahwa adanaya

aktivitas pertambangan emas tanpa izin di daerah tersebut dan

mengetahui dampak dari pertambangan emas tanpa izin tersebut.

2. Perlunya perhatian dari masyarakat untuk lebih mengawasi vegetasi

yang ada supaya kelestarian alam dan tumbuhan tetap terjaga dari

oknum ilegal seperti oknum yang melakukan pertambangan ilegal

tersebut.

3. Perlunya gerakan dari pemerintahan untuk memberantas akitivitas

pertambangan yang tidak memiliki izin tambang dari pemerintahan

setempat.

4. Perlunya kesadaran dari masyarakat untuk lebih memperhatikan

lingkungan di sekitar dan lebih memperhatikan lahan yang pantas

untuk dijadikan tempat aktivitas pertambangan.

67
DAFTAR PUSTAKA

Borana, S.L., S.K. Yadav, S.K. Parihar, and V.S. Palria. 2014. Impact analysis of
sandstone mines on environment and lu/lc features using remote sensing
and GIS GIS technique: A case study of the Jodhpur City, Rajasthan,
India. J. Environ. Res. Dev. Qual., 02:797-804..

Setiabudi, B.T., M. Sukandar dan A. Ahdiat. 2006. Pemantauan dan Pendataan


Bahan Galian pada Bekas Tambang dan Wilayah Peti di Kabupaten
Banjar. (diakses 12 Juni 2014).

Lillesand, T. ., & Kiefer, R. W. (1997). Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.


(S. Y. Terjemahan Dulbahri, Prapto Suharsono, Hartono, Ed.).
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Antomi, Yudi, 2017. The Dynamics Land Use Change In Padang City For
Hydrological Modelling.http://geographyenviro.bolgspot.ac.id.

Hidayat, W., Rustiadi, E., & Kartodihardjo, H. (2015). Dampak Pertambangan


Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan dan Kesesuaian Peruntukan
Ruang (Studi Kasus Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan).
Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, 26(2), 130–146.
https://doi.org/10.5614/jpwk.2015.26.2.5

Kasworo, Y. (2015). Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI), Dapatkah


Ditanggulangi ? Jurnal RechtsVinding Online.

Kusumaningrum, T. E., & Sukojo, B. M. (2013). Analisa Kesehatan Mangrove


Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index
Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2. Jurnal Teknik POMITS, x(x), 1–6.

Martini, R. A. S., & Sudirman. (2017). Analisa dampak penambangan terhadap


aliran sungai. Jurnal Penelitian Dan Kajian Teknik Sipil, 5(1), 12–23.

68
Pirwanda, F., & Pirngadie, B. H. (2015). Dampak Kegiatan Tambang Timah
Inkonvensional Terhadap Perubahan Guna Lahan di Kabupaten Belitung.
Jurnal Planologi Unpas, 2(3), 177–194

Shen, L. and Gunson, A. J. (2006) “The role of artisanal and small-scale mining in
China’s economy,” Journal of Cleaner Production, 14(3–4), pp. 427–435.
doi: 10.1016/j.jclepro.2004.08.006.

Tomiyasu, T., Matsuyama, A., Eguchi, T., Fuchigami, Y., Oki, K., Horvat, M.,
Rajar, R. and Akagi, H. (2006) “Spatial variations of mercury in sediment
of Minamata Bay, Japan,” Science of The Total Environment, 368(1), pp.
283–290. doi: 10.1016/j.scitotenv.2005.09.090.

Tsuda, T., Yorifuji, T., Takao, S., Miyai, M. and Babazono, A. (2009) “Minamata
disease: Catastrophic poisoning due to a failed public health response,”
Journal of Public Health Policy, 30(1), pp. 54–67. doi:
10.1057/jphp.2008.30. United Nations Environmental Programme (2013)
Global mercury assessment.

Velásquez Ramírez, M. G., Vega Ruiz, C. M., Gomringer, R. C., Pillaca, M.,
Thomas, E., Stewart, P. M., Gamarra Miranda, L. A., Dañobeytia, F. R.,
Guerrero Barrantes, J. A., Gushiken, M. C., Bardales, J. V., Silman, M.,
Fernandez, L., Ascorra, C. and Torres, D. del C. (2021) “Mercury in soils
impacted by alluvial gold mining in the Peruvian Amazon,” Journal of
Environmental Management, 288, p. 112364. doi:
10.1016/j.jenvman.2021.112364.

69
LAMPIRAN

Tabel 5. Data Survei Kerusakan Lahan

Lokasi Survei lapangan klasifikasi

Kelurahan Dusun Baru


Berada di
1°44'32.15"S,102°17'20.87"E

Pada gambar diatas Klasifikasi keruskaan


terdapat lubang aktivitas tinggi atau kritis.
PETI yang dilakukan
secara manual yaitu
dengan dulang.
Kelurahan Dusun Baru
Berada di
1°44'32.15"S,102°17'20.87"E

Pada gambar diatas terdapat Kategori tinggi atau lahan


lahan yang berlubang yang kritis.
dulunya dijadikan aktivitas
PETI. Lahan yang sudah di
tinggal hampir 10 tahun
tersebut tidak dapat di

70
manfaatkan untuk pertanian.
Kelurahan Mampun
Berada di
1°51'41.23"S,102°17'0.24"E

Pada gambar diatas Kategori sedang atau


terdapat lahan yang cukup.
digenangi anak sungai ini
dulunya adalah lubang
kecil tempat aktivitas
PETI dengan cara
manual. Karena lubang
tersebut semakin melebar
akhirnya menyatu dengan
anak sungai yang ada
disamping aktivitas
tersebut
Kelurahan Mampun
berada di
1°51'41.23"S,102°17'0.24"E

Pada gambar di atas Kerusakan lahan masuk


adalah kerusakan lahan kategori tinggi atau lahan
yang berada di pinggiran kritis.
sungai utama. Kerusakan

71
lahan tersebut
menyebabkan air sungai
menjadi keruh .
Kelurahan Mampun
Berada di
1°51'41.23"S,102°17'0.24"E

Pada gambar diatas Kerusakan lahan masuk


terdapat warna air sungai kategori keruskaan tinggi.
coklat atau keruh yang
disebabkan banyaknya
aktivitas tambang manual
yang dilakukan
masyarakat yang tinggal
di sekitar bantaran sungai.
Kelurahan Pasar Baru
Berada di
1°57'24.47"S,102°16'47.08"E

Pada gambar terdapat Kerusakan lahan masuk


lahan yang digenangi kategori tinggi.
oleh air. Lahan tersebut
adalah tempat aktivitas
PETI masyarakat

72
setempat. PETI ini berada
di tepi jalan lintas dan
permukiman warga.
Awalnya dulu hanya
berupa lubang kecil yang
akhirnya menyebar dan
menjadi luas.
Kelurahan Pasar Baru
Berada di
1°57'24.47"S,102°16'47.08"E

Pada gambar diatas Kerusakan lahan masuk


terdapat alat yang mirip dalam kategori tinggi atau
dengan jembatan, alat kritis.
tersebut adalah Dompeng
yang digunakan dalam
aktivitas PETI.
Kelurahan Kampung Baruh
Berada di di
1°48'51.50"S,102°12'11.89"E

Pada gambar terdapat Kerusakan lahan kategori


lubang besar yang sedang.
ditutupi oleh semak
belukar. Lubang tersebut

73
adalah tempat aktivitas
PETI dengan cara manual
yakni dulang.

Desa seling
Berada di
1°50'51.01"S,102°13'54.86"E

Pada gambar diatas dapat Kerusakan lahan masuk


kita perhatikan terdapat kategori tinggi.
lubang seperti danau yang
berwarna kemerahan.
Lubang tersebut dulunya
tempat aktivitas PETI dan
menurut warga lahan ini
sudah di tinggalkan oleh
pemiliknya selama 10
tahun yang lalu.
Sumber : Data Survei Lapangan Tahun,2022

74
Tabel 5. 2 Data Survei Lapangan Vegetasi

Lokasi Data Survei Klasifikasi


Kelurahan Dusun Baru
Berada di
1°44'32.15"S,102°17'20.87"E

Pada gambar diatas Kerapatan masuk


kerapatan vegetasi masuk kategori sedang.
dalam kategori rendah
untuk kerapatannya. Akan
tetapi pohon sawit yang
hidup di sekitar
pertambangan emas
tersebut sudah tidak dapat
berbuah lagi.
Kelurahan Mampun
Berada di
1°51'41.23"S,102°17'0.24"E

Pada gambar diatas Kerapatan vegetasi


kerapatan vegetasi di masuk kategori tinggi
sekitar bekas
pertambangan masuk
kategori tinggi untuk
kerapatannya. Namun tidak
bisa digunakan untuk

75
aktivitas pertanian
Kelurahan Dusun Baru
Berada di
1°44'32.15"S,102°17'20.87"E

Pada gambar diatas dapat kerapatan vegetasi masuk


kita perhatikan kerapatan dalam kategori sedang
vegetasi masuk dalam untuk kerapatannya.
kategori sedang, karena
tidak ada vegetasi yang
lain yang bisa bertahan
hidup selain pohon sawit.
Meskipun pohon sawit
tersebut hidup namun
pohon tersebut tidak
mampu berbuah dengan
sempurna atau berbuah
kembali.

Kelurahan Mampun
berada di
1°51'41.23"S,102°17'0.24"E

Pada gambar diatas dapat Pada gambar diatas dapat


kita perhatikan kerapatan kita perhatikan kerapatan
vegetasi yang berada di vegetasi masuk dalam
sekitar area pertambangan kategori rendah karena
emas tanpa izin masuk vegetasi tidak dapat

76
dalam kategori rendah tumbuh atau hidup di
untuk kerapatannya. tanah yang sudah terkena
oleh air raksa.
Desa seling
Berada di
1°50'51.01"S,102°13'54.86"E

Pada gambar diatas dapat Kerapatan vegetasi


kita perhatikan kerapatan masuk kategori rendah.
vegetasi yang berada
dipinggir jalan masuk
dalam kategori sedang.
Kelurahan Pasar Baru
Berada di
1°57'24.47"S,102°16'47.08"E

Pada gambar diatas Kerapatan vegetasi


kerusakan lahan masuk masuk kategori rendah
dalam kategori buruk, karena ada bekas
namun kerapatan masuk aktivitas tambang
dalam kategori sedang. sehingga vegetasi tidak
dapat berkembang
dengan baik.

77
Pada gambar di atas Pada gambar diatas dapat
kerapatan vegetasi yakni kita perhatikan kerapatan
masuk dalam kategori vegetasi masuk dalam
rendah atau tidak rapat. kategori rendah karena
terdapat lubang besar
yang digenangi air yang
tidak bisa dimanfaatkan
untuk aktivitas lagi.

Sumber : Data Survei Lapangan Tahun,2022

78

Anda mungkin juga menyukai