Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SOSIAL BUDAYA

PELAPISAN SOSIAL KESEDERAJATAN

OLEH
KELOMPOK 6 :
SITI HADIJAH (2010020089)
RAUDATUL FIRDAUSA (2010020034)
YURIA SARI NURFITRIANI (2110020106)

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI


UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2022
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................ 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 3
C. Tujuan Permasalahan ........................................................................................................................ 3
D. Manfaat Permasalahan ..................................................................................................................... 3
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ 4
BAB II ............................................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN .............................................................................................................................................. 5
A. Pengertian Pelapisan Sosial............................................................................................................. 5
B. Pelapisan Stratifikasi sosial dengan status sosial ........................................................................... 5
C. Tiga Lapisan Sosial Dengan Dasar Kualitas Pribadi .......................................................................... 6
D. Sebab-Sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial...................................................................................... 6
E. Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial................................................................................................ 7
F. Kritea Dasar Penentuan Stratifiasi Sosial ........................................................................................ 7
G. Sifat Stratifikasi Sosial ..................................................................................................................... 8
H. Fungsi Stratifikasi Sosial .................................................................................................................. 8
I. Makna Keragaman dan Kesederajatan dalam Masyarakat ............................................................ 9
J. Dampak Keragaman Terhadap Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara ................................. 10
BAB III ......................................................................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan kebudayaan yang beragam. Struktur


masyarakat Indonesia ditandai dengan keragaman suku bangsa, ras, agama dan budaya. Namun
keragaman ini menimbulkan konflik dimana-mana. Keadaan seperti ini menggambarkan bahwa
unsur-unsur yang ada di Indonesia belum berfungsi secara satu kesatuan. Yang menjadi
pemasalahan sekarang adalah bagaimana membuat unsur-unsur yang ada di Indonesia menjadi
suatu system yaitu adanya jalinan kesatuan antara satu unsur dengan unsur yang lain, atau
bagaimana membuat Bangsa Indonesia dapat terintegrasi secara nasional.
Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam
kehidupan di masyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami
masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu mendatang. Sebagai fakta,
keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima sebagai fakta yang dapat
memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor penyulit.
Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik
yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.
Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya
pranata-pranata sosial, terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme kontrol yang secara
ketat dan adil mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam
kehidupan nyata. Kesetaraan derajat individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat
sama dengan meniadakan hierarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya berdasarkan
atas asal rasial, sukubangsa, kebangsawanan, atau pun kekayaan dan kekuasaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pelapisan sosial?
2. Bagaimana pelapisan stratifikasi sosial dengan status sosial?
3. Apakah tiga lapisan sosial dengan dasar kualitas pribadi?
4. Sebab-sebab timbulnya stratifikasi sosial?
5. Proses terjadinya stratifikasi sosial?
6. Kritea dasar penentuan stratifiasi sosial?
7. Sifat stratifikasi sosial?
8. Fungsi stratifikasi sosial?
9. Makna keragaman dan kesederajatan dalam masyarakat?
10. Dampak keragaman terhadap kehidupan bermasyarakat dan bernegara?

C. Tujuan Permasalahan
1. Untuk mengetahui pengertian pelapisan sosial.
2. Untuk mengetahui pelapisan stratifikasi sosial dengan status sosial.
3. Untuk mengetahui tiga lapisan sosial dengan dasar kualitas pribadi.
4. Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya stratifikasi sosial.
5. Untuk mengetahui proses terjadinya stratifikasi sosial
6. Untuk mengetahui kritea dasar penentuan stratifiasi sosial.
7. Untuk mengetahui sifat stratifikasi sosial.
8. Untuk mengetahui fungsi stratifikasi sosial.
9. Untuk mengetahui makna keragaman dan kesederajatan dalam masyarakat.
10. Untuk mengetahui dampak keragaman terhadap kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

D. Manfaat Permasalahan
Dapat menambah wawasan tentang pelapisan sosial, keragaman dan kesederajatan.
KATA PENGANTAR

‫الرحِ ي ِْم‬
َّ ‫من‬
ِ ‫الر ْح‬
َّ ‫هللا‬
ِ ‫س ِم‬
ْ ‫ِب‬

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Banjarmasin, 23 Mei 2022

Penyusun Kelompok 6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelapisan Sosial

Pelapisan social disebut juga stratifikasi atau stratification berasal dari kata STRATA atau
STRATUM yang artinya LAPISAN. Karna itu social stratification sering diterjemahkan dengan
pelapisan masyarakat. Sejumlah induvidu yang memiliki kedudukan (status) yang sama menurut
ukuran masyarakat, dikatakan berada dalam suatu lapisan atau stratum.
Sederajat artinya adalah sama tingkatan (pangkat, kedudukan). Dengan demikian,
kesederajatan adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia
tetap memilik satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki setiap manusia dilahirkan
setara, meskipun dengan keragaman identitas yang disandang.
Stratifikasi sosial (social stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal)
atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam sosiologi, stratifikasi sosial dapat
diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara betingkat.
Pelapisan sosial dapat juga didasarkan atas hubungan kekerabatan. Misalnya dapat dilihat dari
perbedaan antara hak dan kewajiban antar-anak, ayah, ibu, kakek dan sebagainya seiring
mengarah ke suatu hierarki.
Ketika kita memperhatikan masyarakat sekitar, terdapat orang kaya, miskin, buruh,
pengusaha, sarjana, tukang, dan sebagainya. Kehidupan masyarakat pasti berbeda-beda dan
perlakuan terhadap mereka pasti juga berbeda. Orang yang memiliki harta berlimpah lebih
dihargai daripada orang yang miskin. Demikian pula orang yang lebih berpendidikan lebih
dihargai daripada yang kurang berpendidikan. Atas dasar itu, kemudian masyarakat
dikelompokkan secara vertical dan bertingkat-tingkat sehingga membentuk lapisan-lapisn social
tertentu dengan kedudukannya masing-masing.
Masyarakat sebenarnya telah mengenal pebagian atau pelapisan social sejak dulu.
Aristoteles menyatakan bahwa di dalam setiap Negara selalu terdapat tiga unsure-unsur, yakni
orang-orang kaya, orang-orang melarat, dan orang-orang yang berada di tengah-tengah. Menurut
Aristoteles, orang-orang kaya di tempatkan pada lapisan atas oleh masyarkat, sedangkan orang-
orang melarat ditempatkan pada lapisan bawah, dan orang-orang sitengah-tengah ditempatkan
pada lapisan masyarakat menengah.

Ada beberapa defenisi stratifikasi social, yakni sebagai berikut:


1. Pitiri A.Sorokin, mendefenisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau
masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
2. Bruce J. Cohen, Stratifikasi sosial ialah sistem yang di tempati seorang individu yang sesuai
dengan kualitas yang dimiliki dan memberikan mereka tempat dalam kelas sosial yang sesuai.
3. Cuber, mendefinisikanstratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan diatas kategori
dari hak-hak yang berbeda.

B. Pelapisan Stratifikasi sosial dengan status sosial

Status atau kedudukan, yaitu posisi seseorang di dalam masyarakat yang didasarkan pada
hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu. Dalam teori sosiologi, unsur-unsur dalam system
pelapisan masyarakat adalah status (kedudukan) dan role (peranan). Kedua unsur ini merupakan
unsur baku. Dengan demikian statu sosial atau kedudukan sosial merupakan unsur yang
membentuk terciptanya stratifikasi sosial, sedangkan stratifikasi sosial adalah pelapisan sosial
yang disusun dari status–status sosial.

Pelapisan masyarakat dibagi menjadi beberapa kelas :


▪ Kelas atas (upper class)
Inilah golongan elite yang duduk di hierarki teratas kelas sosial masyarakat. Menduduki
puncak segitiga, jumlah kelas atas adalah yang paling sedikit di setiap negara. Meski
jumlahnya sedikit, namun kelas atas memiliki pengaruh dan dominasi terbesar dalam
masyarakat. Pendapatan masyarakat kelas atas ini di atas rata-rata, namun gaya hidup mereka
tidak melulu mewah dan konsumtif.
Masyarkat kelas atas justru selalu mencari cara untuk mempertahankan dan menambah
kekayaan mereka. Hal itu dilakukan dengan membuka bisnis dan usaha baru, menambah
ilmu, dan menerapkan target-target baru untuk dicapai.

▪ Kelas menengah (middle class)


Kelas menengah bisa dikatakan mendominasi masyarakat Indonesia saat ini. Masyarakat
kelas menengah memiliki pengaruh yang besar dalam pertumbuhan perekonomian di
Indonesia. Bisa dibilang, kehidupan kelas menengah cenderung stabil dan teratur. Mereka
bisa memenuhi kebutuhan dan pengeluaran sehari-hari. Meningkatknya jumlah kelas
menengah di Indonesia turut mempengaruhi penurunan angka kemiskinan. Pertumbuhan
kelas menengah sendiri dapat diukur dengan kenaikan PDB (Pendapatan Domestik Bruto).
Kelas menengah juga menjadi target utama bagi wirausaha untuk memasarkan produk mereka
karena kelas ini cenderung konsumtif. Dengan pendapatan lebih yang dimiliki, kelas
menengah mampu memenuhi kebutuhan tersier dengan barang-barang seperti fashion,
gadget, dan makanan.

▪ Kelas bawah (lower class)


Sebagai negara berkembang, jumlah masyarakat kelas bawah di Indonesia masih dominan.
Dilihat dari sisi pendapatan, golongan masyarakat ini memiliki angka penghasilan di bawah
rata-rata. Itulah mengapa masyarakat kelas bawah biasanya hidup di bawah garis kemiskinan.
Di Indonesia, kehidupan masyarakat kelas bawah disubsidi oleh pemerintah dalam berbagai
aspek.
Mulai dari program pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan, masyarakat kelas bawah
mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Jumlah masyarakat kelas bawah
mempengaruhi angka kemiskinan di Indonesia.

C. Tiga Lapisan Sosial Dengan Dasar Kualitas Pribadi

Dalam masyarakat yang paling sederhana dan homogeny, perbedaan peranan dan status
relative sedikit, sehingga stratifikasi sosialnya pun sedikit. Pelapisan sosial dalam masyarakat ini
umumnya didasarkan pada jenis kelamin, senioritas, dan keturunan yang merupakan kualitas
pribadi seseorang.
1. Jenis kelamin
Pada sebagian masyarakat Indonesia, kedudukan laki-laki dinilai lebih tinggi daripada
kedudukan wanita. Laki-laki yang menjadi kepala keluarga/rumah tangga dihormati oleh istri
dan anak-anak mereka.
2. Senioritas
Senioritas di sini dapat berarti senioritas usia maupun generasi. Orang yang lebih tua memiliki
kedudukan yang lebih tinggi daripada anak-anak mereka.
3. Keturunan
Keturunan bangsawan dianggap lebih tinggi daripada keturunan rakyat jelata.

D. Sebab-Sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial

Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, seperti kepandaian, kekayaan,


kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat, dan sebagainya. Selama manusia
membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, akan timbul lapisan-
lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan masyarakat/seseoramg
terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau lapisannya. Sebaliknya, mereka
yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak memiliki sekali, mempunyai kedudukan dan
lapisan yang rendah.
Adanya system lapisan sosial bisa terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan
masyarakat, tetapi bisa juga dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alas
an tebentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat
umur (yang senior), sifata keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan juga
mungkin harta dalam batas-batas tertentu. Alasan yang dipakai punberlainan bagi tiap-tiap
masyarakat. Pada masyarakat yang hidup dari berburu hewan, alasan utamanya adalah kepandaian
berburu. Adapun pada masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam, kerabat pembuka
tanah (yang dianggap asli) dianggap sebagai orang orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini
dapat dilihat pada masyarakat Batak, di mana marga tanah yakni marga yang pertam-tama
membuka tanah dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi. Demikian pula, golongan pembuka
tanah dikalangan orang Jawa di desa, dianggap mempunyai kedudukan tinggi, karena mereka
dianggap sebagai pembuka tanah dan pendiri desa yang besangkutan. Masyarakat lainnya
menganggap bahwa kerabat kepala masyarakatlah yang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam
masyarakat, misalnya pada masyarakat Ngaju di Kalimantan Selatan.
Secara teoretis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi, kenyataan hidup
kelompok-kelompok yang ada dimasyarakat tidaklah demikian. Perbedaan atas lapisan
merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.

E. Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial tejadi melalui proses sebagai berikut:


a. Terjadinya secara otomatis karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya,
kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam
masyarakat. Proses ini bejalan sesuai dengan pertubuhan masyarakat itu sendiri. Adapun
orang-orang yang menduduki lapisan dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang
disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya.
Pengakuan terhadap kekuasaan dan wewenang tumbuh dengan sendirinya. Karena sifatnya
yang tanpa disengaja inilah bentuk lapisan dan dasar dari pelapisan itu bervariasi menurut
tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat tempat sistem itu berlaku.
b. Terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama. Biasanya dilakukan dalam pembagian
kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti
pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, dan angkatan bersenjata. Didalam
sistem lapisan ini diatur secara tegas dan jelas adanya wewenang dan kekuasaan yang
diberikan kepada seseorang. Dengan adanya pembagian yang jelas dalam hal wewenang dan
kekuasaan ini, jelas bagi setiap oaring ditempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang yang
dimiliki dan dalam suatu organisasi, baik secara vertical maupun horizontal.
c. Sistem lapisan berpangkal pada pertentangan yang terjadi dalam masyarakat. Sistem demikian
hanya mempunyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi objek
penelitian.

F. Kritea Dasar Penentuan Stratifiasi Sosial

Kriteria atau ukuran yang umumnya digunakan untuk mengelompokkan anggota masyarakat
kedalam suatu lapisan tertentu sebagai berikut:
1. Kekayaan
Kekayaan atau sering juga disebut ukuran ekonomi. Orang yang memiliki harta benda
berlimpah (kaya) akan lebih dihargai da dihormati daripada orang yang miskin.
2. Kekuasaan
Kekuasaan dipengaruhi oleh kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat. Sesorang
yang memiliki kekuasaan dan wewenang besar akan menempati lapisan sosial atas, sebliknya
orang yang tidak mempunyai kekuasaan berada dilapisan bawah.
3. Keturunan
Ukuran keturunan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan. Keturunan yang dimaksud
adalah keturunan berdasarkan golongan kebangsawanan dan kehormatan. Kaum bangsawan
akan menempati lapisan atas seperti gelar Andi di masyarakat Bugis, Raden dimasyarakat
Jawa, Tengku dimasyarakat Aceh.
4. Kepandaian/penguasaan ilmu pengetahuan
Seseorang yang berpendidikan tinggi dan meraih gelar keserjanaan atau yang memiliki
keahlian/profesioanal dipandang kedudukan lebih tinggi disbanding orang yang
berpendidikan rendah. Status seseorang juga ditentukan dalam penguasaan pengetahuaan lain,
misalnya pengetahuan agama, keterampilan khusus, kesaktian dan sebagainya.

G. Sifat Stratifikasi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi
sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem pelapisan sosial
campuran.

1. Stratifikasi sosial tertutup (Closed Social Stratification)


Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas
vertikal. Walaupun ada, mobilitas sangat terbatas pada mobiltas horizontal saja. Satu-satunya
jalan untuk masuk menjadi anggota suatu lapisan masyarakat adalah kelahiran. Sistem
pelapisan tertutup ini adalah ditemukan di India yang masyarakatnya mengenal sistem kasta.
Selain itu, dijumpai pada masyarakat feudal atau masyarakat berdasarkan realism, seperti
pemerintah di Afrika Selatan yang masih membiarkan politik apartheid atau perbedaan warna
kulit yang disahkan oleh undang-undang. berikut ini adalah contoh kasta tertutup:
a) Sistem kasta. Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.
b) Rasialis. Kulit hitam (negro) yang dianggap diposisi rendah tidak bisa pindah kedudukan
di posisi kulit putih.
c) Feodal. Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.

2. Stratifikasi sosial terbuka (Opened Social Stratification)


Stratifikasi ini bersfat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat
bebas melakukan mobilitas sosial, baik verikal maupun horizontal.
Sistem seperti ini dapat dijumpai dalam masyarakat Indonesia. Setiap orang dapat diberikan
kesempatan untuk menduduki semua jabatan jika syarat-syaratnya terpenuhi. Dalam
hubungannya dengan hubungan masyarakat, sistem pelapisan masyarakat yang terbuka sangat
menguntungkan sebab setiap warga masyarakat diberi kesempatan untuk bersaing dengan
yang lain. Dengan demikian setiap orang berusaha untuk mengembangkan segala
kecakapannya agar meraih kedudukan yang dicita-citakan. Demikian sebaliknya oleh mereka
yang cakap sehingga yang bersangkutan bisa jadi jatuh ke urutan yang lebih rendah.
Beberapa contoh pelapisan terbuka ini:
a) Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya atau sebaliknya.
b) Seorang yang tidak/kurang pendidikan dap[at memperoleh pendidikan selama ada niat dan
usaha.

3. Stratifikasi Sosial Campuran


Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi terbuka dan tertutup.
Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun
apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.

H. Fungsi Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial berfungsi sebagai berikut:


1. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat kekayaan,
keselamatan, dan wewenang pada jabatan atau pangkat seseorang.
2. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut
prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima anugerah penghargaan
atau gelar kebangsawanan dan sebagainya.
3. Kriteria sistem pertantangan yaitu apakah didapati melalui kualitas pribadi, keanggotaan
kelompok, kerabat tertentu, kepemilikian, wewenang atau kekuasaan.
4. Penentu kambang-lambang (symbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara
berpakaiaan, dan bentuk rumah.
5. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki sistem sosial yang
sama dalam masyarakat.

I. Makna Keragaman dan Kesederajatan dalam Masyarakat

Keragaman, kemajemukan, dan pluralitas adalah suatu keadaan dalam sebuah masyarakat
yang terdiri dari berbagai suku golongan, agama, ras dan budaya. Indonesia adalah Negara yang
majemuk, beragam dan plural yaitu sebuah masyarakat negara yang terdiri atas lebih dari 500
suku bangsa yang dipersatukan oleh sebuah sistem nasional sebagai bangsa dalam wadah sebuah
negara kesatuan Indonesia.
Sebagai warga bangsa, patutlah kita mensyukuri nikmat keberagaman sosial budaya, etnis,
dan agama yang ada di Indonesia sehingga setiap orang memandang keragaman itu dalam bingkai
kesatuan. Mensyukuri nikmat keragaman itu dengan memandangnya sebagai bagian kenyataan
sosial yang tidak dapat ditampilkan. Bahkan, agama Islam mengajarkan bahwa keragaman itu
merupakan tanda sunnatullah yang harus dikelolah agar satu sama lain bisa mengenal (ta’aruf)
dan berlomba-lomba menuju kebaikan (fastabiq al-khairat). Allah berfirman dalam surah Al-
Hujuraat ayat 13 yang oada intinya menyebutkan diantara manusia yang multibudaya ini, umat
Islam diperintahkan oleh Allah untuk saling berta’aruf (berkenalan). Jika sudah saling mengenal
(ta’aruf), kita akan mengenal potensi, asal-usul dan juga hobi masing-masing. Setelah saling
mengenal, umat Islam diperintahkan untuk fastabiq al-khairat (berlomba-lomba untuk melakukan
inovasi). Setelah itu, manusia paling mulia dalam pandangan Allah bukanlah manusia yang
berasal dari golongan, suku, ras, dan agama tertentu, tetapi manusia yang bertakwa (manusia yang
memiliki kualitas inovasi yang baik).

Bagaimana menjadikan keragaman yang ada di Indonesia sebagai kekayaan dan sosial
adalah persoalan utama bangsa Indonesia. Rumusan tentang bagaimana hidup bersama terus
dibuat dan coba diterapkan. Akan tetapi, keragaman ini tak kunjng bisa benar-benar menjadi
modal sosial bagi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. Saban hari, masyarakat
Indonesia terus dihantui oleh bahaya kerusuan sosial, disintegrasi, rasialisme, dan hegemoni serta
monopoli kekuatan budaya tertentu atas yang lain.
Belajar dari masa lalu, rumusan kerukunan dimasa depan tidak harus merepresi
keragaman, melainkan membiarkan keagaman itu dirayakan dan dihayati oleh komunitasnya.
Dengan demikian tidak ada yang harus merasa terdiskriminasi dan terepresi. Merayakan
keregaman tentu tidak serta merta berarti merayakan kekacauan atau chaos. Pengakuan terhadap
keragaman justru akan mendekatkan setiap entits dengan entitas lain. Semua entitas harus tampil
dalam kehidupan public agar mereka bisa berinteraksi denagan yang lain. Dari sana, kemudian
akan muncul sikap saling pengertian bahwa beragam adalah sebuah keniscayaan.
Keragaman adalah sebuah keniscayaan, sedangkan kesederajatan manusia merupakan suatu
keharusan. Ini memang suatu konsep yang agak membingungkan. akan tetapi, seperti dikatakan
sebelumnya bahwa keberagaman itu tidak menjadikan semua manusia untuk saling menghabisi
dan menghancurkan, bahkan ia sebenarnya merupakan potensi untuk melakukan inovasi. Sebuah
pepatang yang menyatakan beraneka ragam dalam kesatuan, berbeda tetapi bersatu, Bhineka
Tunggal Ika merupakan pepatah yang ideal da harus dikonkretkan.
Sesuai degan pandangan hidup bangsa Indonesia yang dituangkan dalam peraturan
perundangan serta Piagam Internasional mengenai hak asasi manusia, bangsa Indonesia mengakui
persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antar sesame manusia. Harkat dan
martabat manusia merupakan hal yang paling asasi bagi manusia. Dalam arti, pengakuan terhadap
harkat dan martabat manusia sama dengan pengakuan terhadap hak asasinya. Hak itu merupakan
anugrah Tuhan kepada manusia sehingga tidak dapat dipisahkan dari pribadi manusia.
Persamaan harkat adalah persamaan nilai, harga taraf yang membedakan makhluk yang satu dan
makhluk yang lain. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang di bekali
cipta, rasa, karsa, dan hak-hak serta kewajiban asasi manusia. Martabat adalah tingkatan harkat
kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat, sedangkan derajat kemanusiaan adalah tingkatan,
martabat dan kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan kodrat, hak,
dan kewajiban asasi.
Dengan adanya persamaan harkat, derajat dan martabat manusia, setiap orang harus
mengakui serta menghormati adanya hak-hak, derajat dan martabat manusia. Sikap ini harus
ditumbuhkan dan dipelihara dalam hubungan kemanusiaan, baik dalam lingkungan keluarga,
lembaga pendidikan maupun lingkungan pergaulan masyarakat.
Pengakuan akan adanya kesamaan derajat manusia itu diatur dalam beberapa peraturan
yang menjadi landasan adanya kesamaan derajat, yaitu:
1. Landasan ideal; pancasila
2. Lansdasan konstitusional; UUD 1945 yakni:
a) Pembukaan UUD 1945 pada alenia ke-1, 2, 3 dan 4.
b) Batang tubuh (pasal) UUD 1945 yaitu pasal 27, pasal 28, pasal 29, pasal 30, pasal 31, pasal
32, pasal 33, dan pasal 34.

1) Landasan Konstitusional Kesamaan Derajat dalam Pembukaan UUD 1945


Alinea pertama ditegaskan pengakuan hak asasi kebebasan atau kemerdekaan semua bangsa
dari segala bentuk penjajahan dan penindasan oleh bangsa lain. Misalnya kebebasan berpendapat.
Jika anda sedang berbicara dengan teman anda, berilah kesempatan kebebasan kepadanya untuk
mengeluarkan pendapat dan janganlah memaksa kehendak.
Alinea kedua adalah pengakuan hak asasi sosial yang berupa keadilan dan pengakuan asasi
ekonomi yang berupa kemakmuran dan kesejahteraan. Misalnya dapat diilihat mengenai
hubungan antara majikan/tuan tanah atau pemilik kapal dengan nelayan atau pekerja dan pemilik
modal dengan buruh.
Alinea ketiga adalah hak kodrat yang dianugerahkan oleh Tuha Yang Maha Esa kepada semua
bangsa. Misalnya hak untuk memeluk agama, berbicara, dan sebagainya.
Alinea keempat memuat tujuan Negara. Misalnya polisi tidak diperkenangkan menangkap
seseorang tanpa alasanyang jelas, pemerintah harus memajukan kesejahteraan umum dan warga
Negara Indonesia hendaknya ikut mewujudkan ketertiban dunia dan sebagainya.

2) Batang Tubuh UUD 1945 sebagai Landasan Kesamaan Derajat


Didalam batang tubuh UUD 1945 terdapat beberapa ketentuan yang mengatur persamaan derajat
manusia yang dicantumkan sebagai hak dan kewajiban warga Negara, yaitu:
1. Segala warga negara bersamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintah (pasal 27 ayat 1).
2. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2).
3. Kebebasan berserikat, berpendapat, dan berpolitik (pasal 28).
4. Kebebasan memeluk dan melakasanakan agama atau kepercayaan (pasal 29 ayat 1).
5. Hak dan kewajiban membela negara (pasal 30).
6. Tiap-tipa warga negara berhak mendapatkan pengajaran (pasal 31).
7. Dan amandemen kedua dicantumkan pada pasal 28a-28j.

J. Dampak Keragaman Terhadap Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara

1. Aspek Positif dan Negatif Dari Sistem Pelapisan Sosial


Sistem pelapisan sosial yang terjadi dalam masyarakat sangatlah mungkin terjadi, karena
adanya tingkatan kesenjangan-kesenjangan yang didasari dari beberapa hal misalnya dari segi
Ekonomi, ini akan menimbulkan stratifikasi sosial yang sangat mencolok. Masyarakat dan
lingkungan sosialnya menjadi elemen yang tak dapat terpisahkan sehingga akan menimbulkan
efek-efek tertentu sesuai dengan pola pikir dan lingkungan masyarakt sosial itu sendiri.
Beberapa aspek yang akan timbul akan menimbulkan kesenjangan sosial dan diskriminasi,
aspek negatif ini bisa saja terjadi pada daerah-daerah pedesaan, pasalnya pedesaan yang umumnya
petani akan senantiasa lebih dikuasai oleh tengkulak-tengkulak yang memainkan harga pasar yang
cenderung seringkali merugikan para petani, contohnya para petani daun bakau untuk pembuatan
rokok, harga bakau harus ditentukan oleh tengkulak yang sudah bekerja sama dengan produsen
rokok yang telah memiliki nama. Tingkatan ekonomi lah yang membuat stratifikasi sosial ini
muncul, belum lagi karena jabatan dan tingkat pendidikan.
Aspek lain dari pelapisan sosial ini bisa saja menjadi hal yang menguntungkan bagi sebagian
orang, aspek positif ini dapat kita jumpai di berbagai tempat contohnya jika kita seorang pejabat
pemerintah kita mungkin akan sedikit lebih mudah dalam urusan birokrasi, karena adanya bantuan
orang dalam yang memiliki jabatan. Plapisan sosial di pedesaan mungkin akan menimbulkan hal
baik bagi para pencari modal apabila seseorang yang memilik tingkat ekonomi menengah ke atas
berpendidikan tinggi juga mempunyai jabatan dapat bekerja sama dengan masyarakat ke bawah
untuk saling membantu dengan mendirikan koperasi kecil-kecilan dengan modal yang sudah di
danai oleh orang yang mempunyai pengaruh kuat di daerah itu.

Kekerasan merupakan dampak dari adanya pemaknaan dan pengelolaan keragaman yang
terjadi selama ini. Bhineka Tunggal Ika nyaris menjadi semboyan hampa ditengah orang
Indonesia yang cenderng egoistis akibat terkikis krisis politik berkepanjangan. Keragaman yang
mestinya menjadi kekuatan pembangun, justru menjadi lahan empuk bagi politik kekerasan elit.
Kemiskina makin meluas dalam situasi seperti ini. Kekerasan menjadi tampilan sehari-hari bangsa
Indonesia. Keragaman cenderung dihilangkan megemukanya kesukuan, etnis, agama atau
kelompok seperti dalam situasi negara tak bertuan.
Perkembangan kekerasan di Indonesia memang membuat hati miris. Dari cerita bangsa
ramah-tamah dan hangat terhadap orang lain, bangsa kita seolah menjadi bangsa biadab. Sila
kedua pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab sangat berlawanan dengan kenyataan hidup
masyarakat Indonesia.
Kekerasan tersebut terwujud dalam delapan bentuk tindakan. Bentuk pertama adalah
kekerasan terhadap alam, berupa eksploitas hutan dan lauta secara membabi buta. Jenis kedua
adalah kekerasan terhadap diri sendiri, seperti ketergantungan pada obat, dorongan bunuh diri.
Selanjutnya muncul kekerasa terhadap anggota keluarga berupa kekerasan terhadap anak dan
kekerasan terhadap perempuan. Kedua jenis kekerasan ini tergolong dalam kekerasan dalam
rumah tangga. Urutan keempat adalah kekerasan sehari-hari berupa kejahatan di jalan raya.
Selanjutnya, ada kekerasan antarkelompok yang melibatkan terorisme, pertentangan etnik,
kampong, bahkan agama.
Yang keenam adalah kekerasan negara, umumnya dalam bentuk monopoli sarana negara
dalam kondisi tertentu. Terkadang ini diselewengkan untuk menindas rakyat sendiri yang
menimbulkan rangkaian kekerasan demi kekerasan akibatnya, terjadilah kejahatan politik yang
dalam keadaan tertentu meningkat menjadi terorisme negara.
Bentuk kekerasan ketujuh adalah kekerasan terhadap negara. Aksi terorisme yang terjadi saat ini
sebagian besar dikategorikan dalam bentuk kekerasan ini. Bentuk kedelapan adalah kekerasan
satu atau berbagai negara terhadap negara lain. Contoh kasus bentuk kekerasan ini adalah
serangan Amerika Serikat terhadap Irak.
Kekerasan yang dominan di Indonesia, menurut Ronny Nitibaskara, terdiri dari dua jenis,
yaitu kekerasan individual dan kekerasan kelompok. Kekerasan individual disebabkan orang
semakin tidak takut terhadap ancaman sanksi sosial, terlebih sanksi hokum yang mandul. Ini
semakin memudahkan orang, terutama dikalangan bawah untuk betindak agresif.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelapisan sosial adalah golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam
kesadaran tertentu. Pelapisan sosial adalah gejala yang bersifat universal atau keseluruhan. Di
dalam masyarakat mana pun, pelapisan sosial selalu ada.
Status atau kedudukan, yaitu posisi seseorang di dalam masyarakat yang didasarkan pada hak-
hakdan kewajiban-kewajiban tertentu.
Pelapisan sosial dalam masyarakat umumnya didasarkan pada jenis kelamin, senioritas,
dan keturunan yang merupakan kualitas pribadi seseorang.
Keragaman, kemajemukan, dan pluralitas adalah suatu keadaan dalam sebuah masyarakat
yang terdiri dari berbagai suku golongan, agama, ras dan budaya.
.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas maka penulis menyarankan mahasiswa untuk dapat menambah
wawasan tentang pelapisan sosial, keragaman dan kesederajatan.
HASIL DISKUSI
Pertanyaan

1. Bella anggaraini dijawab oleh Yuria Sari Nurfitriani


Mengapa harus ada stratifikasi sosial dalam masyarakat?
jawab :
Karena adanya keinginan seseorang untuk dihargai dalam suatu kelompok masyarakat sepanjang
masyarakat memberikan penghargaan terhadap sesuatu yang dianggap lebih, maka stratifikasi
sosial akan dianggap ada.

2. Salma dijawab oleh Raudatul Firdausa


Apa kaitan antara stratifikasi sosial dengan gaya hidup?
jawab :
Sangat berkaitan erat bagi sebagian besar masyarakat. ketika seseorang berada dalam strata sosial
yang tinggi, maka hampir dipastikan ia akan menerapkan gaya hidup yang tinggi pula, karena ia
memiliki uang untuk memenuhi gaya hidupnya. yang membuatnya seperti itu tidak sekedar karena
memiliki uang berlebihan, namun lebih karena gengsi terhadap orang-orang yang strata sosialnya
juga tinggi.

3. Tamjidillah dijawab oleh Siti Hadijah


Bagaimana pendapat kalian tentang penyartaan pelapisan sosial kesederajatan disebutkan bahwa
orang-orang pada lapisan soisal yang sama "sering bergaul" dengan sesama nya?
jawab :
Pernyataan tersebut benar adanya, biasanya kelompok masyarakat tertentu terutama lapisan sosial
atas, akan bergaul dengan sesamanya. Penjelasan: Lapisan sosial di masyarakat membuat
masyarakat menjadi beberapa golongan. Seperti golongan sosial atas, golongan sosial menengah,
dan golongan sosial bawah, dan masing-masing golongan sosial ini biasanya akan membentuk
komunitasnya sendiri, sehingga mereka hanya akan berbaur dan bergaul dengan sesamanya.
Contohnya seperti orang kaya, hanya bergaul dengan orang kaya tidak mau bergaul dengan orang
kelas menengah ataupun kelas bawah karena adanya gengsi.

Anda mungkin juga menyukai