OLEH
KELOMPOK 6 :
SITI HADIJAH (2010020089)
RAUDATUL FIRDAUSA (2010020034)
YURIA SARI NURFITRIANI (2110020106)
BAB I ............................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................ 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 3
C. Tujuan Permasalahan ........................................................................................................................ 3
D. Manfaat Permasalahan ..................................................................................................................... 3
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ 4
BAB II ............................................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN .............................................................................................................................................. 5
A. Pengertian Pelapisan Sosial............................................................................................................. 5
B. Pelapisan Stratifikasi sosial dengan status sosial ........................................................................... 5
C. Tiga Lapisan Sosial Dengan Dasar Kualitas Pribadi .......................................................................... 6
D. Sebab-Sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial...................................................................................... 6
E. Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial................................................................................................ 7
F. Kritea Dasar Penentuan Stratifiasi Sosial ........................................................................................ 7
G. Sifat Stratifikasi Sosial ..................................................................................................................... 8
H. Fungsi Stratifikasi Sosial .................................................................................................................. 8
I. Makna Keragaman dan Kesederajatan dalam Masyarakat ............................................................ 9
J. Dampak Keragaman Terhadap Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara ................................. 10
BAB III ......................................................................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pelapisan sosial?
2. Bagaimana pelapisan stratifikasi sosial dengan status sosial?
3. Apakah tiga lapisan sosial dengan dasar kualitas pribadi?
4. Sebab-sebab timbulnya stratifikasi sosial?
5. Proses terjadinya stratifikasi sosial?
6. Kritea dasar penentuan stratifiasi sosial?
7. Sifat stratifikasi sosial?
8. Fungsi stratifikasi sosial?
9. Makna keragaman dan kesederajatan dalam masyarakat?
10. Dampak keragaman terhadap kehidupan bermasyarakat dan bernegara?
C. Tujuan Permasalahan
1. Untuk mengetahui pengertian pelapisan sosial.
2. Untuk mengetahui pelapisan stratifikasi sosial dengan status sosial.
3. Untuk mengetahui tiga lapisan sosial dengan dasar kualitas pribadi.
4. Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya stratifikasi sosial.
5. Untuk mengetahui proses terjadinya stratifikasi sosial
6. Untuk mengetahui kritea dasar penentuan stratifiasi sosial.
7. Untuk mengetahui sifat stratifikasi sosial.
8. Untuk mengetahui fungsi stratifikasi sosial.
9. Untuk mengetahui makna keragaman dan kesederajatan dalam masyarakat.
10. Untuk mengetahui dampak keragaman terhadap kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
D. Manfaat Permasalahan
Dapat menambah wawasan tentang pelapisan sosial, keragaman dan kesederajatan.
KATA PENGANTAR
الرحِ ي ِْم
َّ من
ِ الر ْح
َّ هللا
ِ س ِم
ْ ِب
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun Kelompok 6
BAB II
PEMBAHASAN
Pelapisan social disebut juga stratifikasi atau stratification berasal dari kata STRATA atau
STRATUM yang artinya LAPISAN. Karna itu social stratification sering diterjemahkan dengan
pelapisan masyarakat. Sejumlah induvidu yang memiliki kedudukan (status) yang sama menurut
ukuran masyarakat, dikatakan berada dalam suatu lapisan atau stratum.
Sederajat artinya adalah sama tingkatan (pangkat, kedudukan). Dengan demikian,
kesederajatan adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia
tetap memilik satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki setiap manusia dilahirkan
setara, meskipun dengan keragaman identitas yang disandang.
Stratifikasi sosial (social stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal)
atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam sosiologi, stratifikasi sosial dapat
diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara betingkat.
Pelapisan sosial dapat juga didasarkan atas hubungan kekerabatan. Misalnya dapat dilihat dari
perbedaan antara hak dan kewajiban antar-anak, ayah, ibu, kakek dan sebagainya seiring
mengarah ke suatu hierarki.
Ketika kita memperhatikan masyarakat sekitar, terdapat orang kaya, miskin, buruh,
pengusaha, sarjana, tukang, dan sebagainya. Kehidupan masyarakat pasti berbeda-beda dan
perlakuan terhadap mereka pasti juga berbeda. Orang yang memiliki harta berlimpah lebih
dihargai daripada orang yang miskin. Demikian pula orang yang lebih berpendidikan lebih
dihargai daripada yang kurang berpendidikan. Atas dasar itu, kemudian masyarakat
dikelompokkan secara vertical dan bertingkat-tingkat sehingga membentuk lapisan-lapisn social
tertentu dengan kedudukannya masing-masing.
Masyarakat sebenarnya telah mengenal pebagian atau pelapisan social sejak dulu.
Aristoteles menyatakan bahwa di dalam setiap Negara selalu terdapat tiga unsure-unsur, yakni
orang-orang kaya, orang-orang melarat, dan orang-orang yang berada di tengah-tengah. Menurut
Aristoteles, orang-orang kaya di tempatkan pada lapisan atas oleh masyarkat, sedangkan orang-
orang melarat ditempatkan pada lapisan bawah, dan orang-orang sitengah-tengah ditempatkan
pada lapisan masyarakat menengah.
Status atau kedudukan, yaitu posisi seseorang di dalam masyarakat yang didasarkan pada
hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu. Dalam teori sosiologi, unsur-unsur dalam system
pelapisan masyarakat adalah status (kedudukan) dan role (peranan). Kedua unsur ini merupakan
unsur baku. Dengan demikian statu sosial atau kedudukan sosial merupakan unsur yang
membentuk terciptanya stratifikasi sosial, sedangkan stratifikasi sosial adalah pelapisan sosial
yang disusun dari status–status sosial.
Dalam masyarakat yang paling sederhana dan homogeny, perbedaan peranan dan status
relative sedikit, sehingga stratifikasi sosialnya pun sedikit. Pelapisan sosial dalam masyarakat ini
umumnya didasarkan pada jenis kelamin, senioritas, dan keturunan yang merupakan kualitas
pribadi seseorang.
1. Jenis kelamin
Pada sebagian masyarakat Indonesia, kedudukan laki-laki dinilai lebih tinggi daripada
kedudukan wanita. Laki-laki yang menjadi kepala keluarga/rumah tangga dihormati oleh istri
dan anak-anak mereka.
2. Senioritas
Senioritas di sini dapat berarti senioritas usia maupun generasi. Orang yang lebih tua memiliki
kedudukan yang lebih tinggi daripada anak-anak mereka.
3. Keturunan
Keturunan bangsawan dianggap lebih tinggi daripada keturunan rakyat jelata.
Kriteria atau ukuran yang umumnya digunakan untuk mengelompokkan anggota masyarakat
kedalam suatu lapisan tertentu sebagai berikut:
1. Kekayaan
Kekayaan atau sering juga disebut ukuran ekonomi. Orang yang memiliki harta benda
berlimpah (kaya) akan lebih dihargai da dihormati daripada orang yang miskin.
2. Kekuasaan
Kekuasaan dipengaruhi oleh kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat. Sesorang
yang memiliki kekuasaan dan wewenang besar akan menempati lapisan sosial atas, sebliknya
orang yang tidak mempunyai kekuasaan berada dilapisan bawah.
3. Keturunan
Ukuran keturunan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan. Keturunan yang dimaksud
adalah keturunan berdasarkan golongan kebangsawanan dan kehormatan. Kaum bangsawan
akan menempati lapisan atas seperti gelar Andi di masyarakat Bugis, Raden dimasyarakat
Jawa, Tengku dimasyarakat Aceh.
4. Kepandaian/penguasaan ilmu pengetahuan
Seseorang yang berpendidikan tinggi dan meraih gelar keserjanaan atau yang memiliki
keahlian/profesioanal dipandang kedudukan lebih tinggi disbanding orang yang
berpendidikan rendah. Status seseorang juga ditentukan dalam penguasaan pengetahuaan lain,
misalnya pengetahuan agama, keterampilan khusus, kesaktian dan sebagainya.
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi
sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem pelapisan sosial
campuran.
Keragaman, kemajemukan, dan pluralitas adalah suatu keadaan dalam sebuah masyarakat
yang terdiri dari berbagai suku golongan, agama, ras dan budaya. Indonesia adalah Negara yang
majemuk, beragam dan plural yaitu sebuah masyarakat negara yang terdiri atas lebih dari 500
suku bangsa yang dipersatukan oleh sebuah sistem nasional sebagai bangsa dalam wadah sebuah
negara kesatuan Indonesia.
Sebagai warga bangsa, patutlah kita mensyukuri nikmat keberagaman sosial budaya, etnis,
dan agama yang ada di Indonesia sehingga setiap orang memandang keragaman itu dalam bingkai
kesatuan. Mensyukuri nikmat keragaman itu dengan memandangnya sebagai bagian kenyataan
sosial yang tidak dapat ditampilkan. Bahkan, agama Islam mengajarkan bahwa keragaman itu
merupakan tanda sunnatullah yang harus dikelolah agar satu sama lain bisa mengenal (ta’aruf)
dan berlomba-lomba menuju kebaikan (fastabiq al-khairat). Allah berfirman dalam surah Al-
Hujuraat ayat 13 yang oada intinya menyebutkan diantara manusia yang multibudaya ini, umat
Islam diperintahkan oleh Allah untuk saling berta’aruf (berkenalan). Jika sudah saling mengenal
(ta’aruf), kita akan mengenal potensi, asal-usul dan juga hobi masing-masing. Setelah saling
mengenal, umat Islam diperintahkan untuk fastabiq al-khairat (berlomba-lomba untuk melakukan
inovasi). Setelah itu, manusia paling mulia dalam pandangan Allah bukanlah manusia yang
berasal dari golongan, suku, ras, dan agama tertentu, tetapi manusia yang bertakwa (manusia yang
memiliki kualitas inovasi yang baik).
Bagaimana menjadikan keragaman yang ada di Indonesia sebagai kekayaan dan sosial
adalah persoalan utama bangsa Indonesia. Rumusan tentang bagaimana hidup bersama terus
dibuat dan coba diterapkan. Akan tetapi, keragaman ini tak kunjng bisa benar-benar menjadi
modal sosial bagi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. Saban hari, masyarakat
Indonesia terus dihantui oleh bahaya kerusuan sosial, disintegrasi, rasialisme, dan hegemoni serta
monopoli kekuatan budaya tertentu atas yang lain.
Belajar dari masa lalu, rumusan kerukunan dimasa depan tidak harus merepresi
keragaman, melainkan membiarkan keagaman itu dirayakan dan dihayati oleh komunitasnya.
Dengan demikian tidak ada yang harus merasa terdiskriminasi dan terepresi. Merayakan
keregaman tentu tidak serta merta berarti merayakan kekacauan atau chaos. Pengakuan terhadap
keragaman justru akan mendekatkan setiap entits dengan entitas lain. Semua entitas harus tampil
dalam kehidupan public agar mereka bisa berinteraksi denagan yang lain. Dari sana, kemudian
akan muncul sikap saling pengertian bahwa beragam adalah sebuah keniscayaan.
Keragaman adalah sebuah keniscayaan, sedangkan kesederajatan manusia merupakan suatu
keharusan. Ini memang suatu konsep yang agak membingungkan. akan tetapi, seperti dikatakan
sebelumnya bahwa keberagaman itu tidak menjadikan semua manusia untuk saling menghabisi
dan menghancurkan, bahkan ia sebenarnya merupakan potensi untuk melakukan inovasi. Sebuah
pepatang yang menyatakan beraneka ragam dalam kesatuan, berbeda tetapi bersatu, Bhineka
Tunggal Ika merupakan pepatah yang ideal da harus dikonkretkan.
Sesuai degan pandangan hidup bangsa Indonesia yang dituangkan dalam peraturan
perundangan serta Piagam Internasional mengenai hak asasi manusia, bangsa Indonesia mengakui
persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antar sesame manusia. Harkat dan
martabat manusia merupakan hal yang paling asasi bagi manusia. Dalam arti, pengakuan terhadap
harkat dan martabat manusia sama dengan pengakuan terhadap hak asasinya. Hak itu merupakan
anugrah Tuhan kepada manusia sehingga tidak dapat dipisahkan dari pribadi manusia.
Persamaan harkat adalah persamaan nilai, harga taraf yang membedakan makhluk yang satu dan
makhluk yang lain. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang di bekali
cipta, rasa, karsa, dan hak-hak serta kewajiban asasi manusia. Martabat adalah tingkatan harkat
kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat, sedangkan derajat kemanusiaan adalah tingkatan,
martabat dan kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan kodrat, hak,
dan kewajiban asasi.
Dengan adanya persamaan harkat, derajat dan martabat manusia, setiap orang harus
mengakui serta menghormati adanya hak-hak, derajat dan martabat manusia. Sikap ini harus
ditumbuhkan dan dipelihara dalam hubungan kemanusiaan, baik dalam lingkungan keluarga,
lembaga pendidikan maupun lingkungan pergaulan masyarakat.
Pengakuan akan adanya kesamaan derajat manusia itu diatur dalam beberapa peraturan
yang menjadi landasan adanya kesamaan derajat, yaitu:
1. Landasan ideal; pancasila
2. Lansdasan konstitusional; UUD 1945 yakni:
a) Pembukaan UUD 1945 pada alenia ke-1, 2, 3 dan 4.
b) Batang tubuh (pasal) UUD 1945 yaitu pasal 27, pasal 28, pasal 29, pasal 30, pasal 31, pasal
32, pasal 33, dan pasal 34.
Kekerasan merupakan dampak dari adanya pemaknaan dan pengelolaan keragaman yang
terjadi selama ini. Bhineka Tunggal Ika nyaris menjadi semboyan hampa ditengah orang
Indonesia yang cenderng egoistis akibat terkikis krisis politik berkepanjangan. Keragaman yang
mestinya menjadi kekuatan pembangun, justru menjadi lahan empuk bagi politik kekerasan elit.
Kemiskina makin meluas dalam situasi seperti ini. Kekerasan menjadi tampilan sehari-hari bangsa
Indonesia. Keragaman cenderung dihilangkan megemukanya kesukuan, etnis, agama atau
kelompok seperti dalam situasi negara tak bertuan.
Perkembangan kekerasan di Indonesia memang membuat hati miris. Dari cerita bangsa
ramah-tamah dan hangat terhadap orang lain, bangsa kita seolah menjadi bangsa biadab. Sila
kedua pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab sangat berlawanan dengan kenyataan hidup
masyarakat Indonesia.
Kekerasan tersebut terwujud dalam delapan bentuk tindakan. Bentuk pertama adalah
kekerasan terhadap alam, berupa eksploitas hutan dan lauta secara membabi buta. Jenis kedua
adalah kekerasan terhadap diri sendiri, seperti ketergantungan pada obat, dorongan bunuh diri.
Selanjutnya muncul kekerasa terhadap anggota keluarga berupa kekerasan terhadap anak dan
kekerasan terhadap perempuan. Kedua jenis kekerasan ini tergolong dalam kekerasan dalam
rumah tangga. Urutan keempat adalah kekerasan sehari-hari berupa kejahatan di jalan raya.
Selanjutnya, ada kekerasan antarkelompok yang melibatkan terorisme, pertentangan etnik,
kampong, bahkan agama.
Yang keenam adalah kekerasan negara, umumnya dalam bentuk monopoli sarana negara
dalam kondisi tertentu. Terkadang ini diselewengkan untuk menindas rakyat sendiri yang
menimbulkan rangkaian kekerasan demi kekerasan akibatnya, terjadilah kejahatan politik yang
dalam keadaan tertentu meningkat menjadi terorisme negara.
Bentuk kekerasan ketujuh adalah kekerasan terhadap negara. Aksi terorisme yang terjadi saat ini
sebagian besar dikategorikan dalam bentuk kekerasan ini. Bentuk kedelapan adalah kekerasan
satu atau berbagai negara terhadap negara lain. Contoh kasus bentuk kekerasan ini adalah
serangan Amerika Serikat terhadap Irak.
Kekerasan yang dominan di Indonesia, menurut Ronny Nitibaskara, terdiri dari dua jenis,
yaitu kekerasan individual dan kekerasan kelompok. Kekerasan individual disebabkan orang
semakin tidak takut terhadap ancaman sanksi sosial, terlebih sanksi hokum yang mandul. Ini
semakin memudahkan orang, terutama dikalangan bawah untuk betindak agresif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelapisan sosial adalah golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam
kesadaran tertentu. Pelapisan sosial adalah gejala yang bersifat universal atau keseluruhan. Di
dalam masyarakat mana pun, pelapisan sosial selalu ada.
Status atau kedudukan, yaitu posisi seseorang di dalam masyarakat yang didasarkan pada hak-
hakdan kewajiban-kewajiban tertentu.
Pelapisan sosial dalam masyarakat umumnya didasarkan pada jenis kelamin, senioritas,
dan keturunan yang merupakan kualitas pribadi seseorang.
Keragaman, kemajemukan, dan pluralitas adalah suatu keadaan dalam sebuah masyarakat
yang terdiri dari berbagai suku golongan, agama, ras dan budaya.
.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas maka penulis menyarankan mahasiswa untuk dapat menambah
wawasan tentang pelapisan sosial, keragaman dan kesederajatan.
HASIL DISKUSI
Pertanyaan