Anda di halaman 1dari 21

TEKNIK PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL DENGAN MENGGUNAKAN

PROYEKSI WATER’S PADA KASUS SINUSITIS DI INSTALASI RADIOLOGI


RSAD TK. II UDAYANA DENPASAR

Laporan Kasus

Diajukan sebagai salah satu syarat


Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I

Disusun oleh:

1. I Putu Gede Arya Darma Putra (012114021)


2. I Dewa Gede Satria Mahendra (012114027)
3. I Kadek Mira Prastya Dewi (012114029)
4. Genoveva Adventania Niron (012114031)

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSIK DAN RADIOTERAPI (ATRO) BALI


TAHUN AJARAN
2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus : TEKNIK PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL


DENGAN MENGGUNAKAN PROYEKSI WATER’S PADA KASUS SINUSITIS DI
INSTALASI RADIOLOGI RSAD TK. II UDAYANA DENPASAR

Nama Kelompok :

1. I Putu Gede Arya Darma Putra (012114021)


2. I Dewa Gede Satria Mahendra (012114027)
3. I Kadek Mira Prastya Dewi (012114029)
4. Genoveva Adventania Niron (012114031)

Sekolah Tinggi : Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) Bali

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Tugas Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) I di Instalasi Radiologi RSAD Tk. II Udayana Denpasar, Program Studi
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi di Akademi Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi (ATRO) Bali.

Denpasar, 12 Agustus 2022


Mengesahkan:
Coordinator Pelayanan
RS TK. II UDAYANA Denpasar

NIP.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Teknik Pemeriksaan Sinus
Paranasal denagan proyeksi Water’s pada kasus sinusitis di Instalasi Radiologi RSAD Tk. II
Udayana Denpasar”.

Penyusunan laporan kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada Praktek
Kerja Lapangan 1 Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi ATRO Bali yang dilakukan di
RSAD Tk. II Udayana Denpasar yang berlangsung dari tanggal 24 oktober 2022 sampai
tanggal 30 November 2022..
Kami berharap laporan ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai Teknik Pemeriksaan Water’s pada kasus kasus sinusitis. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan
ini tepat pada waktunya.

Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan laporan ini.

Denpasar, 30 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................1
Latar Belakang..........................................................................................................1
Rumusan Masalah....................................................................................................1
Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................3
Anatomi dan Fisiologi................................................................................................3
Patologi.....................................................................................................................4
Proteksi Radiasi........................................................................................................5
Teknik Pemeriksaan Waters.....................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................11
A. Hasil Penelitian...................................................................................................11
B. Pembaasan.........................................................................................................14
BAB IV.....................................................................................................................16
Kesimpulan.............................................................................................................16
Saran.......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris, sinus frontalis,
sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis. Setiap rongga sinus ini dilapisi lapisan mukosa
yang merupakan lanjutan mukosa rongga hidung dan bermuara di rongga hidung melalui
ostium masing-masing.
Pada kondisi anatomi dan fisiologis normal, sinus terisi udara. Dalam melaksanakan
praktek sering dijumpai pasien dengan keluhan nyeri pada bagian pernafasan, bahkan
nyeri tersebut menjalar sampai pada bagian wajah. penyakit yang biasa terjadi pada rongga
sinus ini adaalah Sinusitis. Sinusitis yaitu peradangan di lapisan sinus, yang umumnya
ditandai dengan pilek, hidung tersumbat, dan nyeri di area wajah. Kondisi ini bisa
berlangsung dalam hitungan minggu, bulan, atau bahkan tahun.
Dalam kesempatan praktek kerja lapangan ini, penulis mendapat tempat di instalasi
Radiologi RSAD Tk. II Udayana Denpasar yang banyak menangani berbagai
pemeriksaan radiologi. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan di instalasi ini adalah
pemeriksaan Sinus Paranasal yaitu proyeksi Parietoacanthial (Waters) Open Mouth dan
Close Mouth, dan PA Axial (Caldwell) khususnya untuk penegakkan diagnose RSK.
Idealnya, berdasarkan (Merrill’s, 2016) pemeriksaan sinus paranasal proyeksi
Parietoacanthial (Waters) menggunakan dua posisi objek yaitu Open Mouth dan Close
Mouth, tetapi diinstalasi radiologi RSAD Tk. II Udayana cukup menggunakan posisi
objek Open Mouth untuk menampakkan Sinus Maxilla dan Sinus Sphenoid. Apakah
proyeksi tersebut sudah mencukupi untuk menegakkan diagnose RSK.. Hal ini yang
mendorong peneliti tertarik mengambil topik penelitian ini dan ingin membahas lebih
dalam mengenai teknik pemeriksaannya. Dengan demikian penulis mengangkat Laporan
Kasus berjudul “Teknik Pemeriksaan Sinus Paranasal denagan proyeksi Water’s pada
kasus sinusitis di Instalasi Radiologi RSAD Tk. II Udayana Denpasar”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:
1.2.1 Apa saja anatomi fisiologi sinus paranasal?

1
1.2.2 Bagaimana Teknik pemeriksaan Sinus Paranasal dengan kasus Sinusitis di Instalasi
Radiologi RSAD Tk. II Udayana?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulis membuat laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui prosedur teknik pemeriksaan radiologi Sinus Paranasal dengan
kasus sinusitis di Instalasi Radiologi RSAD Tk. II Udayana.

Manfaat laporan kasus ini adalah sebagai berikut:


1.4.1 Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan penulis mengenai teknik pemeriksaan Water’s pada
kasus sinusitis di Instalasi Radiologi RSAD Tk. II Udayana Denpasar dan untuk
memenuhi tugas praktek kerja lapangan di Instalasi Radiologi RSAD Tk. II
Udayana Denpasar.
1.4.2 Bagi Institusi
Laporan ini dapat menambah kepustakaan terutama referensi tentang teknik
pemeriksaan Waters pada kasus Sinusitis di Instalasi Radiologi RSAD Tk. II
Udayana Denpasar.
1.4.3 Bagi Pembaca
Memberikan gambaran yang lebih detail mengenai teknik pemeriksaan Water’s
pada kasus Sinusitis di Instalasi Radiologi RSAD Tk. II Udayana Denpasar.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi dan Fisiologi


Sinus Paranasal adalah Rongga Sinus yang mengandung udara dan dibagi
menjadi tulang frontal, ethmoidal, dan sphenoidal. Disebut sinus paranasal karena
terbentuk dari mukosa hidung. Sinus mulai berkembang di awal kehidupan janin,
pada awalnya muncul sebagai sacculations kecil dari mukosa dan dari meatus nasal
dan reses. Ketika kantong, atau kantung tumbuh, secara bertahap membentuk sinus
dan didalamnya terisi udara. Sinus maksila biasanya berkembang cukup baik
(Merrill’s, 2016).

(Merrill’s, 2016). Gambar 2.1 Anatomi Sinus Paranasal


1. Sinus Maxillary adalah Sinus terbesar. Sinus maksilaris, berpasangan dan terletak
di rahang atas. Meskipun sinus maksilaris tampak berbentuk segi empat pada
gambar 12 lateral, mereka hampir berbentuk piramidal dan hanya memiliki tiga
dinding. Kedua sinus maksila bervariasi dalam ukuran tetapi biasanya simetris.
Pada orang dewasa, setiap sinus maksilaris memiliki tinggi sekitar 3,5 cm dan lebar
2,5 hingga 3 cm. (Merrill’s, 2016)
2. Sinus frontal adalah sinus terbesar kedua, dan terletak di antara tulang frontal.
Sinus frontal sangat bervariasi dalam ukuran dan bentuk. Sinus ini mempunyai
ukuran sekitar 2 hingga 2,5 cm. (Merrill’s, 2016).
3. Sinus ethmoidal terletak di bagian lateral tulang ethmoid. Mereka terdiri dari
berbagai jumlah sel udara yang dibagi menjadi tiga kelompok utama: anterior,

3
middle, dan posterior. Sel-sel ethmoidal anterior dan middle bervariasi dalam
jumlahnya dari dua hingga delapan, dan setiap rongga sinus terhubung ke meatus
nasal tengah. Sel-sel posterior bervariasi dalam jumlahnya dari dua hingga enam
atau lebih dan mengalir ke meatus nasal superior. (Merrill’s, 2016).
4. Sinus sphenoidal biasanya berpasangan dan menempati tulang sphenoid. Sinus
sphenoidal bervariasi dalam ukuran dan bentuk dan biasanya asimetris. Mereka
terletak tepat di bawah sella turcica dan membentang antara dorsum sellae sampai
sel-sel udara ethmoidal posterior. Sinus sphenoidal membuka ke celah
phenoethmoidal dari rongga hidung. (Merrill’s, 2016)

2.1 Patologi
Indikasi klinis pada Sinus Paranasal yang perlu diketahui antara lain (Merrill’s, 2016) :
1. Polyp Polip hidung adalah suatu bentuk infeksi pada rongga hidung yang
berbentuk benjolan lunak. Benjolan tersebut menggantung seperti anggur kupas
tanpa biji. Biasanya polip hidung berkaitan dengan penyakit seperti asma, alergi,
sensitif terhadap obat tertentu. Penderita polip hidung seringkali tidak merasakan
gejala tertentu. Polip dapat bersifat jinak atau ganas. Polip hidung biasanya diatasi
dengan cara operasi.

Gambar 2.2 Polyp Hidung.


2. Sinusitis adalah infeksi dan pembengkakan pada sinus akibat adanya penyumbatan
di dalamnya. Gejala sinusitis dapat terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung hanya
dalam jangka waktu yang pendek (biasanya 4 minggu), dan hal itu biasanya
disebut sinusitis akut.

4
Gambar 2.3 Sinusitis
3. Sinusitis kronis atau disebut juga dengan Rino Sinusitis Kronis adalah kondisi di
mana rongga di sekitar saluran hidung (sinus) meradang dan membengkak selama
setidaknya 12 minggu, sulit untuk hilang walaupun telah dilakukan perawatan.
Kadang, kondisi ini bisa mengganggu saluran pernapasan dan menyebabkan
penumpukan lendir. Kondisi sinus kronis dapat diakibatkan oleh infeksi,
pertumbuhan pada sinus (polip hidung) atau penyimpangan septum hidung.
Kondisi ini paling umum menyerang dewasa muda dan dewasa, namun juga dapat
menyerang anak-anak.

Gambar 2.3 Sinusitis Kronis

2.2 Proteksi Radiasi


Proteksi Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh
radiasi yang merusak akibat paparan radiasi (BAPETEN).
a. Proteksi Radiasi bagi Paisen
Selama pemeriksaan berlangsung pemberian proteksi radiasi pada penderita
dengan cara mengatur luas lapangan penyinaran sesuai objek yang diperiksa,
menggunakan kondisi faktor eksposi yang tepat dan diperlukan tindakan
cermat untuk tidak mengalami pengulangan pemeriksaan (pengulangan foto).
b. Proteksi Radiasi bagi Patugas
Hal-hal yang merupakan proteksi radiasi bagi petugas radiasi yaitu:
1. Petugas berdiri dibelakang penahan radiasi selama penyinaran berlangsung.
2. Menggunakan film badge.
c. Proteksi Radiasi bagi Masyarakat Umum
Pemberian proteksi masyarakat umum sebagai berikut:
1. Tembok ruangan pemeriksaan dibuat dengan ketebalan 0,25 mm Pb atau
pintu ruangan di unit radiologi dilapisi Pb.

5
2. Memasang lampu misalnya warna merah diatas pintu ruangan pemeriksaan
yang jika lampu menyala maka tidak ada yang boleh masuk ruangan unit
radiologi.
3. Arah sumber sinar-x tidak diarahkan ke luar seperti pintu, ruangan, tetapi
diarahkan ke daerah yang aman.
4. Memberikan peringatan berupa tulisan, maupun tanda-tanda akan bahaya
radiasi sinar-x.

2.3 Teknik Pemeriksaan Waters


A. Pengertian
Pemeriksaan Radiografi Sinus Paranasal merupakan suatu teknik pemeriksaan secara
radiografi dengan menggunakan sinar-x pada sinus paranasal untuk melihat anatomi
ataupun kelainan-kelainan pada sinus paranasal.

B. Persiapan Pemeriksaan
1) Persiapan Pasien Tidak ada persiapan khusus, hanya melepas benda-benda
logam yang dapat menimbulkan artefak di daerah kepala seperti anting-
anting, jepit rambut, dan kacamata.
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) Pesawat sinar-x
b) Marker
c) Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm
d) Gonald shield

C. Proyeksi Pemotretan Sinus Paranasal.


1) Proyeksi Antero Posterior (PA) Axial (Caldwell Method)
a. Posisi Pasien:
- Sebelum memposisikan pasien merotasikan bucky stand ke
arah caudad dengan sudut 150.
- Pasien duduk menghadap bucky stand dengan kedua lengan
berpegangan disisi samping bucky.
b. Posisi Objek:
- Mid Sagital Plane (MSP) lurus pada pertengahan meja

6
pemeriksaan atau Image Receptor (IR).
- Menempatkan hidung dan dahi pasien menempel pada bucky
stand dan mengatur agar nasion berada tepat pada pertengahan
IR.
- Mengatur orbitomeatal (OML) kepala pasien tegak lurus
dengan bidang IR. (4)Memberi arahan kepada pasien agar
tidak bergerak.
c. Central Ray (CR)
- Horizontal lurus, arah sinar masuk pada MSP dan keluar pada
nasion.
- CR berada pada pertengahan IR d) Source Image Distance
(SID) : 100 cm e)
d. Kriteria evaluasi:
a. Kolimasi tepat mencakup area sinus
b. Sinus Frontal yang terletak di atas sutura frontonasal dan sel-sel
udara mengisi rongga ethmoidal anterior yang terletak di atas os
petrosa
c. Batas lateral kepala dengan batas lateral orbita kiri dan kanan
berjarak sama, dan tidak ada rotasi
d. Os petrosa simetris pada kedua sisi
e. Os petrosa terletak di sepertiga bawah orbit

Gambar 2.4 Proyeksi PA Axial (Caldwell) Sinus Paranasal (Merrill’s, 2016)

2) Proyeksi ParietoAcanthial (Waters) Close Mouth

a. Posisi Pasien

7
Pasien duduk menghadap bucky dengan kedua lengan berpegangan disisi
samping bucky.

b. Posisi Objek :

- Mid Sagital Plane (MSP) lurus pada pertengahan meja pemeriksaan


atau Image Receptor (IR).

- Mengekstensikan leher pasien.

- Menempatkan dagu dan hidung menempel pada bucky stand.

- Mengatur kepala sehingga OML membentuk sudut 370 dari bidang


IR.

- Memberi arahan pada pasien untuk mengatupkan mulut dan tidak


bergerak.
c. Central Ray : Horizontal pada pertengahan IR dan keluar menuju
achantion.
d. Source Image Distance (SID) : 100cm
e. Kriteria evaluasi:
- Kolimasi tepat mencakup area sinus.
- Piramida petrosa yang tampak lebih rendah dari sinus maksilaris.
- Batas lateral kepala dengan batas lateral orbita kiri dan kanan
berjarak sama, dan tidak ada rotasi
- Sinus Maxilla dan orbita tampak simetris
- Tingkat udara yang terlihat jelas, jika ada mengganggu di area
pemeriksaan, gambaran berada di tengah kaset.

Gambar 2.5 Proyeksi Parieto Achantial Close Mouth (Merrill’s, 2016)

8
3) Proyeksi ParietoAchantial (Waters) Open Mouth
a. Posisi pasien
Pasien duduk menghadap bucky dengan kedua lengan berpegangan disisi
samping bucky
b. Posisi objek :
- Mid Sagital Plane (MSP) lurus pada pertengahan meja pemeriksaan
atau Image Receptor (IR).
- Mengekstensikan leher pasien.
- Menempatkan dagu dan hidung menempel pada bucky stand.
Mengatur kepala sehingga OML membentuk sudut 37 derajat dari
bidang IR.
- Memberi arahan pada pasien untuk membuka mulut semaksimal
mungkin dan tidak bergerak.
c. Central Ray: Horizontal pada pertengahan IR dan keluar menuju achantion.
d. Source Image Distance (SID) : 100cm.
e. Kriteria evaluasi :
- Kolimasi tepat mencakup area sinus.
- Sinus Sphenoid tampak dengan proyeksi Open Mouth.
- Piramida petrosa yang tampak lebih rendah dari sinus maksilaris.
- Batas lateral kepala dengan batas lateral orbita kiri dan kanan
berjarak sama, dan tidak ada rotasi.
- Sinus Maxilla dan orbita tampak simetris.
- Tingkat udara yang terlihat jelas, jika ada.

Gambar 2.7 Proyeksi Parieto Achantial Open Mouth (Merrill’s, 2016)

9
2.4 Proteksi Radiasi.

2.4.1. Proteksi bagi pasien:

 Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan


dokter.
 Mengatur luas lapangan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan.
 Menggunakan faktor eksposi yang tepat untuk menghindari
pengulangan foto.
 Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan.
 Waktu penyinaran sesingkat mungkin
 Pasien menggunakan apron.
 Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda pemeriksaanny.

2.4.2. Proteksi bagi petugas:


 Tidak menggunakan berkas sinar–x yang mengarah ke petugas.
 Berlindung dibalik tabir / tirai saat melakukan eksposi.
 Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue selama
bertugas.

2.4.3. Proteksi bagi masyarakat umum:


 Pintu pemeriksaan tertutup rapat.
 Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan
umum.
 Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruang
pemeriksaan.
 Apabila diperlukan orang lain untuk membantu jalannya
pemeriksaan, orang tersebut harus menggunakan apron.

10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Ilustrasi Kasus
Pada tanggal 7 Agustus 2022 pasien dari poli dengan curiga mengalami klinis
sinusitis dibawa ke instalasi radiologi Rumah Sakit Tk. II Udayana Denpasar untuk
dilakukan foto rontgen dengan permintaan Water’s metod dengan identitas pasien
sebagai berikut :
Nama : Tn X
Umur : 20 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM : XXXXXX
Diagnosa Klinis : Sinusitis
Pemeriksaan : Sinus paranasal proyeksi Water’s

2. Prosedur Pemeriksaan
a. Persiapan Pasien
Melepaskan benda – benda yang dapat mengganggu gambaran radiograf yang
berupa logam atau benda – benda padat lainnya di area tubuh yaitu kepala yang
akan diperiksa seperti masker dan sebagainya.
3. Persiapan Alat dan Bahan
a. Non Steril
a) Pesawat Sinar-X

11
Gambar 3.1 Pesawat Sinar-X.

Merk : Toshiba
type : DR - 1609
Nomor seri tabung : 90311
Tahun : 1985

b) Imaging Plate

Gambar 3.2 Imaging Plate


Nama : Digital X-ray Image
Merk/ type : NMI/Saturn 8000 GS
Tahun : 2018

c) Digital Radiography (DR)

Gambar 3.3 Digital Radiography (DR)


Merk computer : SAMSUNG
Merk printer : EPSON L3110
d) Apron

12
Gambar 3.4 Apron
Merk Apron : Toshiba

4. Teknik Pemeriksaan
Proyeksi Water’s
 Posisi pasien
Pasien duduk menghadap bucky dengan kedua lengan berpegangan disisi
samping bucky
 Posisi objek :
- Mid Sagital Plane (MSP) lurus pada pertengahan meja pemeriksaan
atau Image Receptor (IR).
- Mengekstensikan leher pasien.
- Menempatkan dagu dan hidung menempel pada bucky stand.
Mengatur kepala sehingga OML membentuk sudut 37 derajat dari
bidang IR.
- Memberi arahan pada pasien untuk membuka mulut semaksimal
mungkin dan tidak bergerak.
 Central Ray: Horizontal pada pertengahan IR dan keluar menuju achantion.
 Source Image Distance (SID) : 100cm.

13
 Kriteria evaluasi :
- Kolimasi tepat mencakup area sinus.
- Sinus Sphenoid tampak dengan proyeksi Open Mouth.
- Piramida petrosa yang tampak lebih rendah dari sinus maksilaris.
- Batas lateral kepala dengan batas lateral orbita kiri dan kanan
berjarak sama, dan tidak ada rotasi.
- Sinus Maxilla dan orbita tampak simetris.
- Tingkat udara yang terlihat jelas, jika ada.
 Hasil bacaan
Pneumatisasi sinus frontalis kanan kiri normal
Pneumatisasi sinus ethmoidalis kanan kiri normal
Pneumatisasi sinus maxillaris kanan normal kiri tertutup perselubungan
Pneumatisasi sinus sphenoidalis kanan kiri normal
Septum nasi tampak di tengah
Cavum nasi normal Tulang-tulang yang tervisualisasi tak tampak kelainan
KESAN : Sinusitis maxillaris kiri.

B. Pembaasan

a. Secara umum prosedur pemeriksaan Sinus paranasal yang dilakukan di instalasi


radiologi Rumah Sakit Tk. II Udayana Denpasar adalah dengan menggunakan
proyeksi Water’s , yaitu Pasien duduk menghadap bucky dengan kedua lengan
berpegangan disisi samping bucky Central Ray: Horizontal pada pertengahan IR dan
keluar menuju achantion.
b. Usaha proteksi radiasi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Tk. II Udayana Denpasar
diterapkan terhadap pasien, petugas, dan lingkungan sekitarnya dengan cara :
 Meminimalisasi luas lapangan kolimasi sesuai objek yang diperiksa.
 Memberi arahan kepada pasien untuk menjauhkan pandangan dari radiasi.
 Mengatur faktor eksposi seoptimal mungkin.
 Petugas radiasi selalu berlindung di balik tabir saat melakukan ekspose.
 Petugas menjaga jarak dari sumber radiasi.
 Jika ada orang yang tidak berkepentingan di dalam ruang pemeriksaan
dipersilahkan keluar.

14
 Menutup semua pintu ruang pemeriksaan dengan rapat pada saat akan
melakukan ekspose.
 Menghindari pengulangan ekspose pada saat pemeriksaan.
 Dinding dan pintu ruang pemeriksaan sudah dilengkapi dengan lapisan
timbal (Pb).

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Prosedur pemeriksaan Sinus Paranasal dengan kasus sinusitis di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Tk. II Udayana Denpasar menggunakan proyeksi Water’s.
2. Proyeksi Water’s merupakan salah satu proyeksi yang lebih cenderung disarankan
untuk pemeriksaan sinus paranasal dengan kasus Sinusitis jika dibandingkan dengan
proyeksi-proyeksi lainnya, karena dari segi kenyamanan pasien lebih diutamakan serta
kualitas gambar yang dihasilkan juga sudah dapat membantu untuk menegakkan
diagnosa.
3. Usaha proteksi radiasi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Tk. II Udayana Denpasar
sudah dilakukan dengan cukup baik, yaitu sudah melakukan usaha proteksi terhadap
pasien, petugas radiasi, dan masyarakat umum (lingkungan sekitar).

B. Saran
1. Pada pemeriksaan sinus paranasal dengan sinusitis di Instalasi Radiologi RSAD Tk. II
Udayana Denpasar. Dalam melakukan pemeriksaan sebaiknya pasien diberi apron saat
pemeriksaan agar terlindungi dari radiasi hambur.
2. Pada pemeriksaan sinus paranasal dengan indikasi sinusitis di Instalasi Radiologi
RSAD Tk. II Udayana Denpasar. Dalam pengaturan posisi objek terhadap pasien harus
dimaksimalkan agar sphenoid tampak dengan jelas. Untuk meminimalisir hal tersebut
alangkah baiknnya ditambah dengan proyeksi lateral facebone agar seluruh sinus dapat
terlihat dan tidak ada data sinus yang terlewatkan.
3. Sebaiknnya pada saat pemerksaan radiografi sinus paranasal pasien dalam posisi
duduk supaya pasien lebih nyaman selama pemeriksaan berlangsung, dan pasien
dipastikan tidak terdapat benda logam di kepala yang dapat mengganggu hasil
radiograf.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/sinusitis

https://health.grid.id/read/352332046/jangan-abaikan-sinusitis-di-masa-pandemi-covid-
19-5-komplikasi-ini-bisa-saja-terjadi?page=all

https://www.alomedika.com/tindakan-medis/radiologi/rontgen-sinus

17

Anda mungkin juga menyukai