Disusun oleh :
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
2023
Kata Pengantar
Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah Swt., karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu. Makalah
ini kami beri judul “KLASIFIKASI PENGERTIAN MORALI DAN CIRI MORAL”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen pengampu.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami
sebagai penulis dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal manfaat pelaksanaan
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Kosim
Afendy S.H , M.H.., selaku dosen pengampu. Tidak lupa bagi rekan-rekan mahasiswa lain
yang telah mendukung penyusunan makalah ini kami juga mengucapkan terima kasih.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna. Maka dari
itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar
pada tugas berikutnya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter,
watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep
yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan
yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut Martin (1993),
etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the performance index or
reference for our control system”. Dengan demikian, etika akan memberikan semacam
batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok
sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan
manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara
sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip – prinsip moral yang ada dan pada saat
yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam
tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari
kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan
memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama. Kode etik profesi dapat menjadi penyeimbang
segi-segi negative dari suatu profesi, sehingga kode etik ibarat kompas yang
menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin mutu moral
profesi itu dimata masyarakat. Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan
menetapkan hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang
dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik
yang berisikan nilai-nilai dan cita – cita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa
mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Moral
Berdasarkan asal katanya, moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mores yang
berarti aturan kesusilaan atau perilaku yang tepat. Pada dasarnya, moral digunakan
untuk bisa menentukan batasan perbuatan yang dapat dikatakan sebagai perbuatan
atau perilaku yang baik dan buruk. Penentuan batasan dari perilaku baik dan buruk itu
batasan perilaku baik dan buruk itu berasal dari agama dan budaya yang dianut dalam
Secara umum moral adalah suatu hukum perilaku yang diterapkan kepada
setiap individu dalam bersosialisasi dengan sesamanya, sehingga terjalin rasa hormat
dan menghormati antar sesama. Moral memiliki hubungan erat dengan prinsip,
tingkah laku, akhlak, budi pekerti, dan mental yang dapat membentuk karakter dalam
diri seseorang, sehingga dapat menilai dengan benar apa yang baik dan
buruk.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), moral adalah ajaran tentang
baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan
Selain pengertian moral secara umum, menurut para ahli moral juga
a. Menurut Chaplin
Menurut chaplin yang tertulis dalam kamus psikologi (2006), moral adalah
akhlak yang sesuai dengan aturan sosial dan juga hukum serta adat kebiasaan
b. Menurut Hurlock
Moral adalah kebiasaan dan adat yang bisa membentuk tingkah laku moral dari
Moral adalah sebuah nilai yang mampu mengatur tingkah laku manusia di suatu
Moral adalah beragam aturan yang digunakan untuk membuat perilaku manusia
Moral adalah tendensi rohani untuk mengikuti standar dan norma yang mengatur
Moral juga dapat dikaitkan dengan akhlak manusia yang memang memiliki
penuntun, pedoman sekaligus alat kontrol yang paling ampuh dalam mengarahkan
moral yang telah ada dalam diri manusia yang tepatnya berada dalam hati, maka
manusia tersebut akan menjadi manusia yang akan selalu melakukan perbuatan atau
martabatnya sendiri.
De Vos menyatakan bahwa moral adalah keseluruhan aturan, kaidah, atau
hukum yang berbentuk perintah dan larangan, yang mengatur perilaku manusia dan
masyarakat di mana manusia itu berada. Bertens sebagaimana dijabarkan dalam bab
sebelumnya mengatakan bahwa moral dekat dengan kata “etika”. Kata moral berasal
dari bahasa latin mos, dengan bentuk jamaknya yaitu mores yang dapat diartikan
sebagai adat kebiasaan. Sering dikatakan bahwa moral merupakan bagian dari
moralitas. Moralitas sendiri berasal dari bahasa latin “moralis” yang dapat diartikan
sebagai suatu sikap, watak, atau sebuah perilaku yang pantas. Long dan Sedley, dalam
intentions, decisions and actions between those that are distinguished as proper and
those that are improper.”(perbedaan niat, keputusan dan tindakan antara yang
dibedakan sebagai layak dan yang tidak tepat) Beranjak dari pengertian tentang moral
dan moralitas yang dikemukakan oleh para ahli di atas, penulis mendefinisikan
moralitas sebagai suatu sikap batin atau kondisi yang sadar penuh akan moral. Sikap
batin, yang dipenuhi dengan ide-ide tentang moral akan menciptakan manusia yang
memiliki moralitas. Dapat diibaratkan, moral adalah kedelai dan moralitas adalah
sebuah tahu. Moral dan moralitas tidaklah sama, akan tetapi moral lah yang
menciptakan moralitas.
Dengan merujuk pada arti kata etika yang sesuai, maka arti kata moral sama
dengan arti kata etika, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
mengenai tingkah laku seseorang, maka ini pula berkaitan dengan kesadaran yang
harus dijalankan oleh seseorang dalam memaknai dirinya sebagai manusia ciptaan
Tuhan. Disinilah manusia membedakan antara yang halal dan yang haram, yang boleh
Terdapat beberapa faktor penentu moralitas, yang secara garis besar dibedakan
a. Faktor Internal
Faktor Internal penentu moralitas berarti bahwa moralitas itu mulanya beranjak
dari pribadi masing-masing manusia. Ide dasar ini mirip dengan konsep hukum
kodrati (natural law) yang dibawakan oleh Thomas Aquinas. Menurutnya, hukum
kodrati adalah hukum yang bersumber dari nilai-nilai alamiah yang sudah
tertanam dalam diri manusia. Karena Aquinas merupakan seorang teolog, maka
Aquinas menyatakan bahwa hukum kodrati ialah hukum yang berasal dari Tuhan
dan nilai-nilai keTuhanan tersebut telah ditanamkan dalam pikiran manusia untuk
terbentuk dari adanya nilai-nilai moral yang ditanamkan Tuhan pada pikiran
manusia. Nilai-nilai moral itu kemudian ditentukan oleh apa dan bagaimana
moral pada pikiran manusia, namun manusia harus menemukan itu sendiri dalam
b. Faktor Eksternal
Berikutnya, moralitas tidak hanya ditentukan oleh adanya tujuan yang baik dalam
dengan baik oleh Thomas Hobbes dalam bukunya “Leviathan”. Dalam bukunya,
masing (individu), karenanya manusia dapat menjadi srigala bagi manusia lain.
pedoman mengenai baik dan buruk dan apa yang boleh dilakukan atau tidak,
inilah yang disebut sebagai kontrak sosial. Kontrak sosial ini kemudian menjadi
landasan suatu masyrakat sosial tadi dalam menjalankan kehidupan. Mereka yang
dalam kontrak sosial akan dianggap baik. Hal ini berlanjut hingga nilai-nilai
kontrak sosial tadi menjadi sebuah kebiasaan, kemudian berlanjut hingga menjadi
Frans Magnis Suseno mengemukakan lima (5) kriteria nilai moral yang
mengingkari misi profesinya, sehingga akan menjadi munafik, licik dan penuh
tipu daya.
mungkin tugas apa saja yang termasuk lingkup profesinya, bertindak secara
kewajibannya.
penilaian dan mempunyai pendirian sendiri. Mandiri secara moral berarti tidak
untung rugi (pamrih), penyesuaian diri dengan nilai kesusilaan dan agama.
5. Keberanian moral, adalah kesetiaan terhadap suara hati nurani yang menyatakan
menolak segala bentuk korupsi, kolusi suap, dan menolak segala bentuk cara
nilai yang satu dengan nilai yang lainnya. Dijelaskan dalam buku Etika dan Ajaran
Nilai moral sangat berkaitan dengan pribadi manusia yang bertanggung jawab.
Salah satu ciri khas dari nilai moral adalah bahwa hanya nilai ini yang dapat
menimbulkan "suara" dari hati nurani yang menuduh bila kamu meremehkan
nilai-nilai moral, namun memuji diri sendiri bila mewujudkan nilai-nilai moral.
3. Mewajibkan
Nilai-nilai moral yang satu ini mewajibkan detikers secara absolut dan tidak bisa
lain hanya berkaitan dengan imperative hypothesis. Artinya, kalau kamu ingin
moral itu mewajibkan manusia untuk begitu saja tanpa ada syarat tertentu.
4. Bersifat Moral
Dalam ciri nilai moral yang terakhir yakni bersifat moral, artinya tidak ada nilai
moral yang "murni" terlepas dari nilai-nilai lain. Hal itu lah yang dimaksudkan
Macam-macam Moralitas
Menurut Poesprodjo yang dikutip dari buku Puisi Amsal dan Konstruksi Nilai
oleh Imelda Oliva Wissang, terdapat empat macam moralitas dalam kehidupan
pihak pelaku.
Yulianingsih, Wiwin. "Penerapan Kode Etik Advokat Sebagai Salah Satu Bentuk
Ketahanan Moral Profesi Advokat." Seminar Nasional Fakultas Hukum UPN, Jatim.
Sinaga, Niru Anita. "Kode etik sebagai pedoman pelaksanaan profesi hukum yang
http://pa-sukamara.go.id/weblama/berita/artikel/786-etika-profesi-hakim-dalam-
hubungan-sosial-masyarakat-menurut-kepph
https://www.detik.com/bali/berita/d-6465389/moral-adalah-ciri-nilai-macam-tujuan-
dan-fungsinya
artikel detikbali, "Moral Adalah: Ciri Nilai, Macam, Tujuan, dan Fungsinya"
selengkapnya https://www.detik.com/bali/berita/d-6465389/moral-adalah-ciri-nilai-
macam-tujuan-dan-fungsinya