Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH TAFSIR TARBAWIH

(Tafsir Peserta Didik [Q.S AN- NISA: 170] )

DOSEN PENGAMPUH:

FITRIAH, S.Th.I.,M.Th.I

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

 SERLIN SUPRATNO 22022092


 HARMITI 21822077
 ENDANG MARYAM MUSMIN 22022061

KELAS : 4/ B

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

KENDARI

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah TA’ALA karena dengan rahmat, karunia,
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Tafsir Peserta Didik
[Q.S AN- NISA: 170] ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga
kami berterima kasih pada Bapak FITRIAH, S.Th.I.,M.Th.I, selaku Dosen mata kuliah
Tafsir Tarbawih yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Kepedulian Terhadap Lingkungan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon saran dan kritik yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.

Kendari,18 April 2022


Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I ..............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ..........................................................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................................1

C. Tujuan Makalah ...................................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................2

PEMBAHASAN .............................................................................................................................2

A. Pengertian Peserta Didik ..................................................................................................2

B. Tugas Dan Tangung Jawab Peserta Didik........................................................................6

C. Etika Peserta Didik Dalam Islam .....................................................................................7

D. Sifat-sifat Ideal Peserta Didik ..........................................................................................8

BAB III .........................................................................................................................................10

PENUTUP.....................................................................................................................................10

A. Kesimpulan.....................................................................................................................10

B. Saran...............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai
pedoman bagi kehidupan manusia (way of life) mengandung beberapa aspek yang terkait
dengan pandangan hidup yang dapat membawa manusia ke jalan yang benar dan menuju
kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dari beberapa aspek tersebut, secara global
terkandung materi tentang kegiatan belajar-mengajar atau pendidikan yang tentunya
membutuhkan komponen-komponen pendidikan, diantaranya yaitu pendidik dan peserta
didik.

Pendidik dalam proses pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk
mencapai tujuan pendidikan. Selain pendidik, peserta didik juga mempunyai peran penting
dalam proses pendidikan, tanpa adanya peserta didik maka pendidik tidak akan bisa
menyalurkan pengetahuan yang dimilikinya sehingga proses pembelajaran tidak akan terjadi
dan menghambat tercapainya tujuan pendidikan antara pendidik dan peserta didik harus
sejalan agar tujuan pendidikan dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang angkat dalam makalah ini diantaranya:


1) Apakah pengertian dari peserta didik atau objek pendidikan itu berdasarkan Q.S An-
Nisa : 170?
2) Bagaiamana tafsir dari Q.S An-Nisa mengenai peserta didik?
3) Apa saja tugas dan tanggung jawab dari peserta didik?
4) Bagaimanakah etika seorang peserta didik dalam pandangan islam?
5) Bagaimana sifat –sifat ideal dari peserta didik?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui lebih jauh mengenai
siapakah objek pendidikan yang dijelaskan dalam Q.S An-Nisa ayat 170 berdasarkan tafsir
ayatnya dan untuk mengetahui juga tugas, etika dan sifat-sifat seorang peserta didik dalam
pandangan islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik

Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan
memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Disini,
peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang
belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-
bagian lainnya. Dari segi ruhaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan
pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan. Barikut ini akan diuraikan pengertian peserta
didik dari sudut pandang Pendidikan Islam, yaitu:
a) Muta'allim
Muta'allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang sedang belajar.
Muta'allim erat kaitannya dengan mu'allim karena mu'allim adalah orang yang
mengajar, sedangkan muta'allim adalah orang yang diajar Kewajiban menuntut ilmu
atau belajar sesuai dengan dengan firman Allah swt. yang artinya: "Dan bertanyalah
kepada orang-orang yg berilmu jika kalian tdk mengetahui." Dan Sabda Rasulullah
Saw "Menuntut ilmu adalah wajib bagi laki-laki dan perempuan.
b) Mutarabbi
Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan orang yang
dipelihara. Defenisi Mutarabbi adalah lawan dari defenisi murabbi yaitu pendidik,
pengasuh. Sedangkan mutarabbi adalah yang dididik dan diasuh.
c) Muta'addib
Muta'addib adalah orang yang yang diberi tata cara sopan santun atau orang yang
dididik untuk menjadi orang yang baik dan berbudi. Muta'addib juga berasal dari
muaddib yang artinya mendidik dalam hal tingkah laku peserta didik. Jadi,
mutaaddib adalah orang yang diberi pendidikan tentang tingkah laku

Anak didik adalah sasaran pendidikan. Pihak yang dididik, diarahkan, dipimpin dan diberi
anjuran-anjuran norma norma dan bermacam-macam llmu pengetahuan dan keterampilan
atau dikatakan juga pihak yang dihu- manisasikan. Anal adalah orang yang senantiasa
menga- lami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal. Adapun perkembangan itu
sendiri adalah perubahan yang terus menerus yang menyangkut diri anak atau pe- dengan
Pendidik dalam hal ini hendaklah selalu memberikan bimbingan secara terartur memberikan

2
perlindungan dan harus sabar serta tekun dan juga memberikan bimbingan sesuai dengan
perkem- bangan yang sedang dialami oleh anak.

1. Q.S an-Nisa Ayat 170 dan Terjemahannya

‫َﻖ ﻣِ ﻦ رﱠ ِﺑّ ُﻜ ْﻢ ﻓَﺂﻣِ ﻨُﻮاْ َﺧﯿْﺮا ً ﻟﱠ ُﻜ ْﻢ وَ إِن‬


ِ ّ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﻨﱠﺎسُ ﻗَ ْﺪ ﺟَﺎء ُﻛ ُﻢ اﻟﺮﱠ ﺳُﻮ ُل ﺑِﺎ ْﻟﺤ‬
﴾١٧٠﴿ ً ‫ﻋﻠِﯿﻤﺎ ً َﺣﻜِﯿﻤﺎ‬
َ ُ ّ َ‫ض وَ ﻛَﺎن‬
ِ ْ‫ت وَ اﻷ َر‬
ِ ‫ﺴﻤَﺎوَ ا‬
‫ﺗَ ْﻜﻔُﺮُ واْ ﻓَﺈِنﱠ ِ ﱠ ِ ﻣَﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱠ‬
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan
(membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik
bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun)
karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan
adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S an-Nisa : 170)

2. Mufradat (Kosa Kata) Q.S an-Nisa Ayat 170

ُ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﻨﱠﺎس‬ : Wahai manusia

‫ﻗَ ْﺪ ﺟَﺎء ُﻛ ُﻢ اﻟﺮﱠ ﺳُﻮ ُل‬ : Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad)

‫َﻖ‬
ِ ّ ‫ﺑِﺎ ْﻟﺤ‬ : Dengan (membawa) kebenaran

‫ﻣِ ﻦ رﱠ ِﺑّ ُﻜ ْﻢ‬ : Dari Tuhanmu

ْ‫ﻓَﺂﻣِ ﻨُﻮا‬ : Maka berimanlah kamu

‫َﺧﯿْﺮا ً ﻟﱠ ُﻜ ْﻢ‬ : Itulah yang lebih baik bagimu

ْ‫وَ إِن ﺗ َ ْﻜﻔُﺮُ وا‬ : Dan jika kamu kafir

‫ض‬
ِ ْ‫ت وَ اﻷ َر‬
ِ ‫ﺴﻤَﺎوَ ا‬
‫اﻟ ﱠ‬ : Langit dan Bumi

ً ‫ﻋﻠِﯿﻤﺎ ً َﺣﻜِﯿﻤﺎ‬
َ : Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana

3
3. Penafsiran Q.S an-Nisa Ayat 170
a) Tafsir Ibnu KATSIR
Telah datang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kalian dengan
membawa hidayah, agama yang hak, dan keterangan yang memuaskan dari Allah
subhanahu wa ta’ala Karena itu, berimanlah kalian kepada apa yang didatangkannya
kepada kalian dan ikutilah dia, niscaya hal itu baik bagi kalian.

Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan jika kalian kafir, (maka kekafiran
itu tidak merugikan sedikit pun kepada Allah), karena sesungguhnya apa yang di langit
dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. (An-Nisa: 170) Dengan kata lain, Dia tidak
memerlukan kalian dan iman kalian, dan Dia tidak terkena mudarat karena kekafiran
kalian. Perihalnya sama dengan makna ayat lain, yaitu firman-Nya: Dan Musa berkata,
"Jika kalian dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya kafir, maka
sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Ibrahim: 8) Dalam firman
selanjutnya disebutkan: Dan adalah Allah Maha Mengetahui. (An-Nisa: 170) terhadap
orang yang berhak memperoleh hidayah dari kalian, maka Dia memberinya hidayah, dan
terhadap orang yang berhak mendapat kesesatan, lalu Dia menyesatkannya. lagi
Mahabijaksana. (An-Nisa: 170) Yaitu dalam semua ucapan, perbuatan, syariat dan
takdir-Nya."

b) Tafsir Al-Maraghi,
Setelah Allah swt. Memberi hujjah kepada Ahli Kitab dan menolak keraguan dan usul
mereka yang sembrono dan bersifat menentang, maka beralihlah pembicaraan Allah
ditujukan kepada umat manusia seluruhnya. Maka, mereka diperintahkan supaya
beriman. Sesudah itu, Allah katakan pula janji-Nya atas amal kebaikan dan ancaman-Nya
terhadap perbuatan jahat, yakni sebagai isyarat, bahwa alasan telah cukup jelas, dan
hujjah tak bisa lagi dibantah. Jadi tidak tersisa lagi alasan apa pun untuk tidak mau atau
menghalangi orang lain yang akan mengikuti seruan Nabi dan menerima kebenaran dari
Rasul yang mulia ini. Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz VI,

Maka, berimanlah kalian; itu lebih baik bagimu. Karena iman akan membersihkan dan
mensucikan kamu dari dosa dan kejahatan, bahkan membuatmu patut mendapat
kebahagiaan abadi. Dan kalau kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak butuh
imanmu dan Allah Maha Kuasa dalam memberi balasan atas akibat-akibat yang

4
ditimbulkan oleh kekafiran dan perbuatanmu yang buruk. Karena, Allah mempunyai apa
saja yang ada di langit dan bumi. Semua itu milik-Nya dan ciptaan-Nya, dan semuanya
adalah hamba-Nya. Mereka tunduk kepada hukum-Nya, baik dan taat atau paksaan.
Penghambaan paksaan tanpa kehendak sendiri (ikhtiar), adalah terjadi dengan
ketundukan terhadapkekuasaan dan sunah-sunah-Nya di alam semesta. Penghambaan itu
bersifat umum, mencakup seluruh makhluk, baik yang berakal maupun tidak. Sedang
pengabdian ikhtiar adalah khusus dilakukan oleh orang-orang Mu’min yang baik-baik,
dan para Malaikat yang suci.

Dan adalah Allah itu Maha Tahu dengan ilmu-Nya yang meliputi, dan Maha Bijaksana
dengan kebijaksanaan yang sempurna dalam segala perbuatan dan hukum-hukum-Nya.
Bagi-Nya, perkara kamu beriman, kafir atau seluruh keadaan yang lain itu tidaklah
tersembunyi. Dan diantara kebijaksanaan Allah, bahwa Dia memberimu balasan atas
dosa-dosa dan kemaksiatan yang kamu lakukan. Karena Allah menciptakan kamu ini
tidaklah sia-sia, dan takkan membiarkan begitu saja.Oleh karena itu, berhagialah orang
yang mampu menahan diri dari kemauan nafsunya, dan lebih mengutamakan kehidupan
akhirat daripada dunia. Celakalah bagi orang yang tak mau larangan-Nya, bahkan
bersahabat dengan setan dan tentara-tentaranya.

Walaupun ayat di atas sebab turunnya adalah terkait dengan kaum Yahudi, namun bahasa
yang digunakan oleh Allah s.w.t. adalah bahasa yang bersifat umum, yaitu “Ya-ayyuhan-
nasu” yang artinya “wahai sekalian manusia’. Para ulama menyebutkan bahwa kasus
seperti ini sering terjadi, dan kemudian mereka mengambil suatu kaedah
“Standar/kriteria (sesuatu) itu adalah umumnya lafadz (bahasa), bukan khususnya
sebab.”Sebagaimana diketahui, memang ayat tersebut untuk kaum Yahudi secara
asbabun-nuzulnya (sebab turunnya ayat), namun yang menjadi pathokan adalah bahasa
yang digunakan Allah s.w.t. yang bersifat umum, yaitu “wahai sekalian manusia”.

Menurut Quraish Shihab (Muthohar 2013), kehadiran Rasul s.a.w. yang dinyatakan
dengan kata-kata, “datang kepada kamu” dan juga pernyataan bahwa yang beliau bawa
adalah tuntunan dari “Tuhan (Pembimbing dan Pemelihara) kamu”, itu dimaksudkan
sebagai rangsangan kepada mitra bicara (kamu) agar menerima siapa yang datang dan
menerima apa yang dibawanya. Karenanya, wajib bagi yang didatangi untuk
menyambutnya dengan gembira. Dengan demikian, sesungguhnya ayat ini berkaitan

5
dengan objek pendidikan secara global, yaitu seluruh umat manusia, tanpa terkecuali.
Artinya menjadi kewajiban setiap muslim untuk memiliki misi mendidik seluruh umat
manusia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Allah dalam surat Ali Imran: 110,
bahwasanya umat Islam adalah khaira ummah atau umat yang terbaik.

4. Keterkaitan Q.S an-Nisa Ayat 170 Dengan Pendidikan

Dalam ayat ini Allah menyeru manusia untuk manusia, sebab sudah ada Rasul (Nabi
Muhammad SAW) yang diutus untuk membawa syari’at yang benar. Adapun manusia,
karena adanya kesamaan jenis, ukhuwah basyari’ah, maka dakwah dan tarbiyahnya
kepada non muslim pun harus dilakukan, tentunya dengan jalan yang baik. Nabi SAW
bersabda: “dari Abdullah ibn ‘Amr ibn Al Ash ra. Berkata, sesungguhnya Nabi SAW
bersabda: sampaikanlah dariku walau satu ayat…” (HR.Bukhari). menunjukkan bahwa
yang menjadi objek pendidikan adalah seluruh manusia, baik yang muslim maupun non
muslim merupakan objek dakwah dan tarbiyah. Namun disini perlu diluruskan bahwa
proses dakwah dan tarbiyah tidak harus dengan kekerasan dan perang, tetapi dengan
jalan yang hikmah, mau’idhoh hasanah, dan argument yang bertanggungjawab

B. Tugas Dan Tangung Jawab Peserta Didik

Athiyah al-Abrasyis mengemukakan bahwa kewajiban-kewajiban yang harus senantiasa


dilakukan peserta didik adalah:
1. Sebelum memulai aktivitas pembelajaran, peserta didik harus terlebih dahulu
membersihkan hatinya dari sifat yang buruk, karena belajar-mengajar itu merupakan
ibadah dan ibadah harus dilakukan dengan hati yang bersih.
2. Peserta didik belajar harus dengan maksud mengisi jiwanya dengan berbagai keutamaan
untuk mendekatkan diri kepada Allah.
3. Bersedia mencari ilmu ke berbagai tempat yang jauh sekalipun, meskipun harus
meninggalkan keluarga dan tanah air.
4. Tidak terlalu sering menukar guru, dan hendaklah berpikir panjang sebelum menukar
guru
5. Hendaklah menghormati guru, memuliakan, dan mengagung- kannya karena Allah serta
berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik

6
6. Jangan merepotkan guru, jangan berjalan di hadapannya jangan duduk di tempat
duduknya, dan jangan mulai bicara sebelum diizinkan guru.

C. Etika Peserta Didik Dalam Islam

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi perkembangan manusia. Etika


memberikan orientasi pada manusia bagaimana seseorang menjalani hidup ini. Etika dapat
diterapkan pada segala aspek atau sisi kehidupan kita, sehinga etika dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sesuai etika manusianya.Etika peserta didik adalah sesuatu yang harus
dipenuhi dalam proses pendidikan. Dalam etika peserta didik, peserta didik memiliki
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh peserta didik. Dalam buku yang ditulis oleh Rama
yulis , menurut Al-Ghozali ada beberapa kewajiban peserta didik yaitu :
1. Belajar dengan niat ibadah dengan rangka taqorrub kepada Allah Swt, sehinga dalam
kehoidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanya dari akhlak
yang rendah dan watak yang tercelah.
2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi daripada masalah ukhrowi.
3. Bersikap tawadhu’ dengan cara meninggalkan kepetingan pribadi untuk kepentingan
pendidikannya.

Adapun etika personal seorang peserta didik

Pertama, Imam al-Nawawi berpendapat bahwa seorang peserta didik harus mensucikan
hatinya dari berbagai macam penyakit hati agar dengan mudah menerima ilmu dan
menghafalnya untuk selanjutnya mengamalkannya. Karena bersihnya hati dalam menyerap
ilmu sama halnya seperti bersihnya tanah dalam menerima benih untuk ditanami.

Kedua, seorang peserta didik harus menghilangkan segala hal yang dapat merintangi
usahanya untuk menyempurnakan ijtihadnya dalam mendapat ilmu dan selalu ridha
dalammenerima kekurangan dalam hal pangan dan bersabar atas kesulitan hidup.
Pernyataan Imam al-Nawawi dipertegasnya dengan mengutip pernyataan Imam syafi’i,
“janganlah dianggap orang sukses dalam menuntut ilmu itu jika orang tersebut memiliki
fasilitas dan prestise yang tinggi tetapi yang disebut orang sukses dalam menuntut ilmu itu
adalah orang yang mencari ilmu dengan mengarahkan segala kemampuannya serta hidup
dalam kesulitan dan mengikuti kehidupan para ulama. Ilmu itu tidak dapat diperoleh
kecuali dengan sabar dan kesusahan.”

7
Ketiga, Imam al-Nawawi berpendapat bahwa seorang peserta didik harus bersifat tawaduk
kepada guru dan ilmu yang akan diterimanya, tunduk patuh kepada gurunya dan ilmu yang
diterimanya, tunduk patuh kepada gurunya dan mendiskusikan segala persoalan dan
meminta pendapatnya sebagaimana seorang pasien itu mematuhi segala nasihat dokternya.

Berdasarkan pada uraian tersebut kita dapat memahami kandungan atau tafsir dari surat-
surat dan ayat-ayat yang telah diuraikan diatas yang dimana kandunganya mencangkup
semua kajian tentang kajian objek pendidikan, dimana kita diperintahkan untuk mencari
ilmu seluas-luasnya atau sebanyak mungkin.karena Setiap ilmu pengetahuan berguna dan
dapat mencerdaskan kehidupan kita dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama,
wajib dipelajari. Umat Islam diperintahkan Allah untuk memakmurkan bumi ini dan
menciptakan kehidupan yang baik, Sedang ilmu pengetahuan adalah sarana untuk mencapai
tujuan tersebut.

D. Sifat-sifat Ideal Peserta Didik

Dalam upaya mencapai tujuan sifat-sifat yang baik didik hendaknya memili dan menanam
ideal yang dalam diri dan kepribadiannya.Di antara sifat-sifat keras atau perlu dimiliki
peserta didik misalnya berkemauan keras atau pantang menyerah, memiliki motivasi yang
tinggi, sabar, tabah tidak mudah putus asa, dan lain sebagainya..

Berkenaan dengan sifat ideal di atas, Imam al-Ghazali, didik sebagaimana dikutip Fatahiyah
asan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat yang patut dan harus dimiliki peserta didik kepada
10 macam sifat, yaitu:
a. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka tagarrub ila Allah . Konsekuensi dari sikap ini,
peserta didik akan senantiasa dunia mensucikan diri dengan akhlaq al karimahdalam
kehidupan sehari-harinya, serta berupaya meninggalkan watak dan akhlak yang rendah
(tercela) sebagai refleksi atas Q.S. Al- Anaam/6:162 dan Adz Dzaariyaat/5 1:56.
b. Mengurangi kecederungan pada kehidupan duniawi hidup dibanding ukhrawi atau
sebaliknya. Sifat yang ideal adalah manus menjadikan kedua dimensi kehidupan (dunia
akhirat sebagai alat yang integral untuk melaksanakan amanat-Nya, baik secara vertikal
maupun horizontal.
c. Bersikap tawadhu (rendah hati).

8
d. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran. Dengan
pendekatan ini, peserta didik akan melihat berbagai pertentangan dan perbedaan
pendapat sebagai sebuah dinamika yang bermanfaat untuk me numbuhkan wacana
intelektual, bukan sarana saling menuding dan mengganggap diri paling benar.
e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum ama maupun agama.
f. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan memulai ide pelajaran yang mudah
(konkrit) menuju pelajaran yang sulit (abstrak); atau dari ilmu yang fardhu ain menuju
ilmu yang fardhu kifayah (Q.S. Al Fathl48:19)
g. Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya.
Dengan cara ini, peserta didik akan memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara
mendalam.
h. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari rrubiali.
i. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
j. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, watak yaitu ilmu
pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan, serta memberi
keselamatan hidup dunia dan akhirat, baik untuk dirinya maupun atas manusia pada
umumnya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan ini kami dapat menyimpulkan bahwa Dalam Qs An Nisa ayat 170,
menunjukkan bahwa yang menjadi objek pendidikan adalah seluruh manusia, baik yang
muslim maupun non muslim merupakan objek dakwah dan tarbiyah. Namun disini perlu
diluruskan bahwa proses dakwah dan tarbiyah tidak harus dengan kekerasan dan perang,
tetapi dengan jalan yang hikmah, mau’idhoh hasanah, dan argument yang
bertanggungjawab.

B. Saran

Manusia baik yang muslim maupun non muslim merupakan objek dakwah dan tarbiyah.
Namun, disini perlu diluruskan, bahwa proses dakwah dan tarbiyah tidak harus dengan
kekerasan dan perang, tetapi dengan jalan yang hikmah, mau’idhoh hasanah, dan argument
yang bertanggung jawab.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Katsir, Abul Fida Ismail. 2000. Tafsir Ibnu Katsir(Terjemah), Bandung: Sinar Baru Al-
Gensindo.

Al-Mahalli, Jalaluddin dan Jalaluddin As-Suyuthi. 2010. Tasik Malaya: myface


online.blogspot.com.

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Juz VI, (Semarang : CV Toha Putra, 1989)

11

Anda mungkin juga menyukai