Tksda Uts PDF
Tksda Uts PDF
Elinor Ostrom
(1933 – 2012)FEMA IPB
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT –
Teori Common-Pool Resources (CPRs) atau
Common Property Resources
• Substractibility atau rivalness di dalam
pemanfaatannya: batubara, minyak, kayu, air
bersih,dsb
• Overuse (dimanfaatkan berlebihan)
• Congestion (tidak seimbang supply & demand)
• Stock variable & flow variable of resources
• Tingginya biaya (cost) untuk membatasi akses
pihak lain (beneficiaries).
• Free rider (mau memanfaatkan sumberdaya
tapi tidak mau berkontribusi)
Ø Implikasi: perlunya sistem & mekanisme
kelembagaan cegah tragedy of the common! Elinor Ostrom, 1933 – 2012
Nobel Prize in Economic,
2009
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT – FEMA IPB
Sifat Barang (Type of Good)
Mengalihkan Ï
8 Unit
26 Unit KIP PULAU BANGKA KIP PULAU KUNDUR
6 Unit
KIP
8 Unit
KIP
PULAU BELITUNG
8 Unit
KIP
KETERANGAN
KIP: Kapal : IUP di Laut
Isap Produksi : IUP di Darat
2 Unit
KIP
Sumber:
Moore et al (2011)
(Natural Resource
Governance
Institute 2017)
Mendirikan lembaga-lembaga
pemerintah yang bergerak dalam tata
kelola SDA dan lingkungan hidup baik
nasional maupun daerah
Pendekatan Pendekatan
Aktor Kritis
http://ipb.ac.id
Pendekatan Aktor :
Asumsi Dasar
• Tata kelola SDA merupakan ajang pertarungan kepentingan
berbagai pihak untuk akses, penguasaan & kontrol atas SDA
• Kerusakan SDA timbul ketika terjadi ketidak-setaraan
kekuasaan (power) dikalangan para pihak yg terlibat
• Penelitian di berbagai negara berkembang: kekuatan global &
negara merupakan pihak yang banyak menjadi penyebab
langsung atau tidak langsung kerusakan SDA, marginalisasi
ekonomi rakyat, dan melonggarnya kohesivitas masyarakat
Pendekatan Aktor :
Asumsi Dasar
Manfaat-biaya (benefit-cost) dari perubahan
lingkungan menyebar tidak merata.
Contoh: Kerusakan Lingkungan akibat Pertambangan Batubara
LSM Masyarakat
lokal
Persinggungan antara Negara-Pasar-Masyarakat
Negara
Co-management Public-private
Contoh: PSBM, partnerships
Kehutanan, Kelautan, Contoh: Konsesi, logging,
Perairan mining, dll
http://ipb.ac.id
Karakteristik
Negara
• Basis hubungan adalah wewenang
(authority).
• Bentuk interaksi bersifat rutin
• Instrumen yang digunakan adalah
regulasi
• Pendekatan yang digunakan adalah
administratif dan formal
• Fleksibilitas dan inovasi rendah
(Evans 2014)
Pendekatan Tata Kelola SDA Berbasis Negara
Pendekatan Tata Kelola
Peran yang diasumsikan:
SDA Berbasis Negara
• Menerbitkan, mengimplementasikan, dan menegakkan kebijakan
terkait pengelolaan SDA dan lingkungan hidup
Peran yang diasumsikan:
• Mendirikan lembaga-lembaga pemerintah yang bergerak dalam tata
kelola SDA dan lingkungan hidup baik di tingkat
Menerbitkan, nasional maupun dan
mengimplementasikan,
daerah menegakkan kebijakan terkait pengelolaan
SDA dan lingkungan hidup
Law of 5/1990 Law of 31/2004 & 45/2009 Law of 27/2007 & 1/2014
Forestry Regime Fisheries Regime Coastal Management
• Voluntary instruments
• Self-regulatory program
Privatisasi
Menurunnya Peran Negara dan
State-capture corruption Lemahnya fungsi otoritas
kelembagaan negara ditambah
kuasa oligarki atas birokrasi
negara, menyebabkan
terjadinya state-captured
corruption.
http://ipb.ac.id
Alasan Penerapan
Kebijakan Desentralisasi
Motivasi Desentralisasi Negara
Transformasi Ekonomi-Politik Eropa Tengah, Eropa Timur, Rusia
Krisis politik yang dilatarbelakangi konflik etnis/kesukuan Bosnia, Etiopia, Nigeria, Srilangka, Afsel, Filipina
Krisis politik yang dilatarbelakangi konflik kewilayahan Indonesia, Madagaskan, Mali, Senegal, Uganda, Meksiko, Filipina
Meningkatkan partisipasi Argentina, Brazil, Bolivia, Kolombia, India, Pakistan, Filipina
Persyaratan penerimaan keanggotaan Uni Eropa Ceko, Slowakia, Hungaria, Polandia
Manuver Politik Peru, Pakistan
Krisis Fiskal (Keuangan) Rusia, Indonesia, Pakistan
Peningkatan Pelayanan Publik Chili, Uganda, Pantai Gading
Menggeser deficit ke pemerintah tingkat bawah Eropa Tengah, Eropa Timur, Rusia
Menggeser tanggungjawab program yang tidak populer Afrika
Pencegahan kembalinya Otokrasi Amerika Latin
Pelestarian kekuasaan komunis China
Globalisasi dan Revolusi Informasi Banyak Negara
Desen
tralisa
Instansi
De
si
Pemerintah
vo
lus
Pr
i
iva
Pemerintah tis
as
i
Kab/Kota
Kelompok
Pengguna Ilustrasi: https://rmol.id/read/2015/06/01/204622/61-
Perusahaan persen-otonomi-daerah-gagal-sarjana-katholik-keluarkan-
tujuh-seruan
Swasta
Contoh:
Kewenangan Pusat & Daerah di Pesisir-Laut
Menteri: pada wilayah lintas
provinsi dan Kawasan
Strategis Nasional Tertentu
http://ipb.ac.id
Pengelola Mata Kuliah
Sekretariat : Koordinator Mata Kuliah Tata Kelola Sumberdaya Alam (KPM-224)
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM)
Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) Jalan
Kamper Wing-1 Level-5 Kampus IPB Darmaga Telepon 0251-8425252;
0251-8621902 dan Faksimil 0251-8627793
http://ipb.ac.id
Pendekatan Kritis
1. Kritik terhadap makna manusia dan alam sebagai komoditi ;
à Dominasi terhadap alam àdominasi sesama manusia
2. Menekankan pada pengaruh sejarah/pengalaman dan budaya
(nilai, norma, tradisi, pendidikan) terhadap evolusi konsep
perubahan dan degradasi lingkungan à Alam adalah hasil
konstruksi sosial
3. Kritik terhadap pendekatan positivisme yang apriori terhadap
konsep ilmu lingkungan à tawaran Konstruktivisme
4. Politik pengetahuan dan pengaruhnya pada kebijakan
• Kalau terlalu bertumpu pada politik maka kebijakan lingkungan tidak akan
mampu menyentuh faktor biofisik dalam masalah lingkungan, sehingga
menyebabkan KETIDAKAKURATAN.
Orang miskin tidak peduli terhadap Orang miskin sangat sadar terhadap dampak negatif
lingkungan dari lingkungannya mengingat mereka sering
tergantung pada lingkungan untuk hidup
Orang miskin kurang memiliki Orang miskin dapat melakukan pengelolaan
pengetahuan dan sumberdaya untuk lingkungan yang lebih baik, khususnya ketika
memperbaiki lingkungannya insentif dan informasi tersedia. Namun sayangnya
pengetahuan tradisional mereka seringkali
diabaikan.
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
From National to Global Governance (2)
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
Global Governance of Resources
Actors — the actors that participate in global resources governance include but are not limited to governments, inter-
governmental organisations (IGOs), private entities from commercial and non-profit sectors, and diverse communities within
civil society. Each of these actors pursues different sets of interests at different spatial scales, in different social, cultural,
political, economic and environmental contexts.
Normative frameworks — decision-making by different actors concerning resources is enabled, constrained and influenced by
a wide variety of normative frameworks. These frameworks have varying degrees of formality. More formal normative
frameworks include treaties, laws, regulations, policies, contractual agreements and technical standards. Less formal normative
frameworks include administrative, commercial, professional, cultural and interpersonal practices.
Behavioural relationships — both actors and normative frameworks are influenced and shaped by relationships of power,
authority, cooperation or influence at multiple levels. These relationships are often described as vertical when they are
predominantly hierarchical, horizontal when they are predominantly cooperative and voluntary.
Spatial boundaries — different actors and normative frameworks shape global resources governance at different spatial scales,
including local, national, regional and international.
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
Global Governance of Resources
Sumber: Milligan
and O’Keeffe (2018)
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
Local to Global Framework
Sumber:
Schilling et al (2018)
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
ILUSTRASI GLOBAL
RESOURCE GOVERNANCE
Different Terms of UN Normative Framework
Traktat (treaty)
• Perjanjian yang paling formal dan merupakan persetujuan dari dua negara atau lebih.
• Isi perjanjian mencakup bidang ekononi dan politik.
• Mengandung ketentuan hukum yang bersifat umum, sehingga mengikat negara yang menandatanganinya.
• Contoh: International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture tahun 2021 di Roma.
Konvensi (convention)
• Persetujuan formal yang bersifat multilateral dan tidak berhubungan dengan kebijaksanaan tingkat tinggi atau high policy.
• Konvensi ini harus dilegalisasi oleh wakil yang berkuasa penuh.
• Contoh: Convention on Biological Diversity tahun 1993 di Rio de Janeiro; United Nations Framework Convention on
Climate Change (UNFCC) tahun 1995 di Berlin.
Persetujuan (agreement)
• Merupakan perjanjian yang memiliki sifat teknis dan administratif.
• Namun perjanjian ini tidak begitu formal karena sifatnya yang tidak resmi seperti traktat dan konvensi.
• Contoh: Kyoto Protocol tahun 1997 (COP 3); Paris Agreement tahun 2015 (COP 21).
Protokol (protocol)
• Juga merupakan persetujuan yang tidak formal dan biasanya dibuat oleh kepala negara.
• Protokol dibuat untuk mengatur masalah-masalah tambahan seperti adanya penafsiran beberapa klausal tertentu.
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
Illustration on UN Convention
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
Illustration of UN Agreement
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2021)
Approved by 195 countries
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
Illustration on UN Voluntary Guidelines
Endorsed by CFS in May 2012,
first ever internationally agreed
document on the governance of
tenure
Centrality of legitimate tenure
rights for sustainable livelihoods
Encourage states to recognize,
respect and protect all tenure
rights holders and their rights,
including indigenous and
customary tenure
Have a human rights based
approach
Interrelation between different
sets of tenure rights (formal,
informal, collective, customary
etc.) and different natural
resources
Cover a very broad spectrum of
areas
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
Guidelines for Whom?
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
Illustration of UN Sanctions to Prevent
“Blood Resource”
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
More International Frameworks
on Natural Resources
Sumber:
McCarthy et al
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
The Main Focus of Governance (1):
Resource and Environmental Efficiency
Sumber: Milligan
and O’Keeffe (2018)
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
The Main Focus of Governance (2):
Protection of Local Community
Sumber: Milligan
and O’Keeffe (2018)
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia – IPB © Shohibuddin (2023)
Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Pendekatan Aktor dalam
Tata Kelola SDA:
Peran Swasta/Market dalam Tata Kelola SDA
NEGARA
MULTILATERAL
PASAR
MASYARAKAT
STATE
COMMUNITY MARKET
PRIVATE-SOCIAL PARTNERSHIP
(e.g. payment for ecosystem services,
ecotourism)
Source: Lemos & Agrawal (2006) Annual Review of Environmental Resources. 31:297-325
KARAKTERISTIK PASAR
Tree
• Kemunculan “green capitalism” untuk
merekonsiliasi bisnis dan lingkungan;
ing
Sun
Cycl
ny
• Green capitalism bukan tanpa masalah.
• Aksi ekslusi terjadi untuk menutup
akses nelayan akibat “pengklavlingan”
c ycle nd
Wi
oleh perusahaan wisata bahari yang
Re
sejatinya adalah “green” 🡪“Tragedy of
Enclosure”
(Satria 2009)
Pasar sebagai Instrumen
Pembayaran atas jasa
Transferable Quota lingkungan (PES) Ecolabelling
(Satria
2011) Negara Pasar Adat
Revitalisasi
Non Adat
Adat
Sentralisasi Desentralisasi
Kelemahan Pasar dalam Konservasi
Laut
Studi Muswar & Satria (2011) menunjukkan
bahwa proses ecolabelling mendukung
edukasi pada nelayan untuk penangkapan
ikan ramah lingkungan;
Namun secara ekonomi tidak memberikan
dampak yang signifikan karena tidak ada
perbedaan harga yang diterima nelayan
Kolaborasi Pasar - Masyarakat
Conservation
Technocratic/ Populist/
Modern Communitarian
Centralistic Decentralistic
PENUTUP
• Negara, pasar, dan masyarakat
tidak bisa lagi dipertentangkan
• Pasar tidak bisa hanya dimaknai
sebagai aktor (swasta), tapi ia
juga bisa berbentuk instrumen
Memahami Ragam Rezim Tata Kelola
Sumber Daya Alam: Pengelolaan SDA
oleh Masyarakat (PSM)
1 2
Kuat
Pengelolaan oleh Ko-manajemen
PEMERINTAH
Pemerintah
KAPASITAS
Lemah
3 4
Pengelolaan oleh Pengelolaan Berbasis
Swasta Masyarakat
Lemah Kuat
MODAL SOSIAL Sumber : Birner & Wittmer (2000)
Pengertian
1
Teritorial 2 Fungsional
Penggolongan Penggolongan
berdasarkan berdasarkan
tempat tinggal jenis pekerjaan
(geografis)
Pentingnya
PSM
Dimensi: keseimbangan
Masyarakat ekonomi, sosial, ekologi
sebagai aktor
utama • Kesamaan akses
pengelolaan terhadap SDA
SDA • Jaminan mata
pencaharian
• Berorientasi pada
keberlanjutan
Unsur-unsur PSM
Batas wilayah
Sanksi 1 Aturan
6 2
5 3
Monitoring 4 Hak
Pemegang
otoritas
(Ruddle 1999)
Batas Wilayah
Batas wilayah harus jelas
Mengandung
sumberdaya yang
bernilai bagi masyarakat
ATURAN (Rules )
Constitutional
level rules
Collective (aturan mengenai siapa yang
mengatur mengenai siapa
level rules yang berwenang bekerja
2 Withdrawl Right
5
2 3 Management Right
1
4
3 4 Exclusion Right
5 Alienation Right
1
Access right : the right to enter a defined physical
property and enjoy non-subtractive benefits,
4
Exclusion right : the right to determine who will have an
access right and how that right may be transferred, and
Management X X X
Exclusion X X
Alienation X
Organisasi Pengelolaan
Bersifat formal maupun informal
(Ostrom 1990)
Kriteria SDA SDA yang menjadi
untuk PSM tumpuan hidup
masyarakat lokal secara
turun temurun
Sumber
Pendekatan
Inisiasi Pendekatan
•Informal •Informal
LSM •Partisipasi
•Partisipasi Masyarakat
sedang penuh
Tipe PSM berdasarkan Orientasi
Konservatif
sasi laut Haruku dan Buano, ngam Hybrid Tinggi
di Kataloka, Barat, Eha Laut dan
Mane’e di Talaud, papadak di
01 02 Desa Adaut dan desa pesisir
lainnya di Pulau Selaru,
Rote Ndao Provinsi Maluku awig-awig di
Lombok
Orientasi pasar lemah Orientasi pasar kuat