Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN KELOMPOK
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu dengan yang lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut (Mulyana, 2007).
DeVito (2002) mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan
perorangan yang relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa
tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu di antara mereka.
Menurut Syamsu et al. (1999) kelompok itu adalah kumpulan dua orang atau
lebih, yang secara intensif dan teratur selalu mengadakan interaksi sesama
mereka untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan, dan secara
sadar mereka merasa bagian dari kelompok, yang memiliki sistem norma
tertentu, peranan, struktur, fungsi dan tugas dari masing-masing anggota
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Kelompok menurut Slamet (2003) adalah dua atau lebih orang yang
berhimpun atas dasar adanya kesamaan, berinteraksi melalui pola/struktur
tertentu guna mencapai tujuan bersama, dalam kurun waktu yang relatif
panjang. Kemudian Syamsu et al. (1999) mengutip pendapat Gerungan (2004)
yang mendefinisikan kelompok sebagai kesatuan sosial yang terdiri atas dua
atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan
teratur, sehingga di antara individu terdapat pembagian tugas, struktur, norma-
norma tertentu yang khas bagi kesatuan sosial tersebut. Pendapat lain seperti
Koentjaraningrat (1990) dalam Soekanto (2009) menyatakan bahwa suatu
kelompok merupakan suatu masyarakat kecil yang saling berinteraksi antar
anggotanya yang diatur oleh adat istiadat dan sistemsistem norma tertentu
secara kontinyu serta adanya rasa identitas yang mempersatukan semua
anggotanya.

B. KARAKTERISTIK KELOMPOK
Suatu kelompok memiliki ciri-ciri tertentu, Saleh (2012) menerangkan
bahwa suatu ciri esensial kelompok adalah bahwa anggotanya mempunyai
sesuatu yang dianggap sebagai milik bersama. Anggota kelompok menyadari
bahwa apa yang dimiliki bersama mengakibatkan adanya perbedaan dengan
kelompok lain, sehingga memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Terdiri atas individu-individu (dua atau lebih) saling berinteraksi secara
kontinyu, idealnya dibatasi sekitar 20-25 orang.
2. Saling ketergantungan antar individu.
3. Partisipasi yang terus menerus dari individu.
4. Mandiri, yaitu mengarahkan diri sendiri.
5. Selektif dalam menentukan anggota, tujuan, kegiatannya, dan lain-lain.
6. Memiliki keragaman yang terbatas.
7. Adanya norma yang mengatur perilaku anggotanya.
8. Adanya pembagian tugas (status dan peran).
9. Berlangsung dalam waktu yang relatif lama.

Pendapat Cartwright dan Zander (1968) mengatakan bahwa terdapat sepuluh


ciri-ciri kelompok, yaitu :

1. Kelompok harus ditandai oleh adanya interaksi


2. Adanya pembatasan tertentu sebagai anggota
3. Menyadari bahwa mereka adalah kepunyaan kelompok
4. Berpartisipasi sesuai dengan kedudukannya terhadap obyek model ideal
yang sesuai dengan super egonya
5. Adanya ganjaran dari kelompok terhadap anggota yang melanggar norma
dan ketentuan kelompok lainnya
6. Adanya norma yang sesuai dengan kepentingan umum
7. Harus ada identifikasi terhadap obyek modelnya
8. Mempunyai sifat saling ketergantungan antara sesama anggota kelompok
dalam mencapai tujuan bersama
9. Mempunyai persepsi kolektif yang sama tentang segala sesuatu hal
sepanjang menyangkut kelangsungan hidup kelompok
10. Adanya kecenderungan berperilaku yang sama terhadap lingkungan
kelompok.

C. DEFINISI DINAMIKA KELOMPOK


Dinamika kelompok atau group dynamic, muncul di Jerman pada
menjelang tahun 1940-an, diilhami oleh teori kekuatan medan yang terjadi di
dalam sebuah kelompok, akibat dari proses interaksi antar anggota kelompok.
Teori ini dikembangkan oleh ahli-ahli psikologi Jerman penganut aliran
gestalt psycology. Salah seorang tokohnya adalah Kurt Lewin yang terkenal
dengan Force-Field Theory. Mereka melihat sebuah kelompok sebagai satu
kesatuan yang utuh, bukan sebagai kumpulan individu-individu yang terlepas
satu sama lain. Kesatuan ini muncul sebagai resultan dari adanya gaya tarik
menarik yang kuat diantara unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Unsur-
unsurnya adalah manusia yang ada dalam organisasi, yang masing-masing
bertindak sebagai ego, dengan gaya-gaya tertentu, sehingga terjadilah saling
tarik menarik, yang akhirnya menghasilkan resultan gaya yang kemudian
menjadi kekuatan kelompok. Kemampuan utama untuk mendukung
penerapan teori Lewin tersebut tergantung pada seberapa baik organisasi
menguatkan perilaku kelompok yang telah dipelajari dan disiapkan.
Dinamika Kelompok secara harfiyah merupakan sebuah kata
majemuk, terdiri dari dinamika dan kelompok, yang menggambarkan adanya
gerakan bersama dari sekumpulan orang atau kelompok dalam melakukan
aktivitas organisasi.
Dinamika Kelompok adalah suatu metoda dan proses yang bertujuan
meningkatkan nilai-nilai kerjasama kelompok. Artinya metoda dan proses
dinamika kelompok ini berusaha menumbuhkan dan membangun kelompok,
yang semula terdiri dari kumpulan individu-individu yang belum saling
mengenal satu sama lain, menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan,
satu norma dan satu cara pencapaian berusaha yang disepakati bersama.

D. DEFINISI TERAPI KELOMPOK


Setiap terapi adalah suatu proses yang kompleks. Proses tersebut akan
membawa pasien pada suatu perubahan, demikian juga dengan terapi
kelompok.Ada banyak pengertian dan berbagai konsep mengenai terapi
kelompok, menurut Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI (1988) seperti yang
tertuang dalam buku Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa
di Indonesia ialah: ”Suatu psikoterapi yang dilakukan atas sekelompok
penderita bersamasama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin
atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah
dilatih”.
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama berdiskusi satu sama lain yang dipimpin
atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah
terlatih. Keuntungan yang diperoleh individu melalui terapi aktivitas
kelompok ini adalah dukungan (support), pendidikan, meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan hubungan
interpersonal dan meningkatkan uji realitas. Sehingga terapi aktivitas
kelompok ini dapat dilakukan pada karakteristik ganggguan seperti, gangguan
konsep diri, harga diri rendah, perubaha persepsi sensori halusinasi. Selain itu,
dapat mengobati klien dalam jumlah banyak, dapat mendiskusikan masalah
secara kelompok. Belajar bermacam masalah dan belajar peran di dalam
kelompok.
.
E. KELEBIHAN DAM KEKURANGAN TERAPI KELOMPOK
Partisipasi dalam pengalaman terapi kelompok akan menghilangian
perasaan-perasaan terisolasi dalam diri pasien dan keunikan dari penyakitnya,
dan demikian menghilangkan kecemasan-kecemasannya dan mendorongnya
untuk membicarakan perasaan-perasaan batinnya dengan sepenuh hati. Terapi
kelompok juga memiliki beberapa keuntungan khusus, yaitu:
1. Terapi kelompok lebih murah, krena beberapa pasien ditangani pada
waktu yang sama.
2. Format kelompok member peluang kepada pasien untuk mempelajari
bagaimana orang lain mengalami masalah-masalah yang serupa
menangani kesulitan-kesulitan mereka, dan para anggota lain dalam
kelompok dan terapis memberi merekan dukungan sosial.
3. Terapi kelompok memungkinkan terapis menggunakan sumber daya
terbatas. Format kelompok mungkin meningkatkan jumlah orang-orang
yang dapat ditangani oleh seorang terapis, dan dapat mengurangi
kewajiban orang untuk menantikan giliran wawancara dengan terapis.
4. Terapi kelompok dapat memberikan sumber informasi dan pengalaman
hidup yang dapat ditimba oleh pasien.
5. Adanya dukungan kelompok untuk tingkah laku yang tepat. Para pasien
mungkin menginginkan terapis memberikan dukungan pada mereka,
tetapi dukungan yang diberikan oleh kawan-kawan sekelompok
mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan
harga diri dan kepercayaan diri.
6. Belajar bahwa masalah atau kegagalan yang dialami seseorang
bukanlah hal-hal yang unik.
7. Para anggota kelompok yang bertambah baik merupakan sumber
pengharapan bagi anggota-anggota lain dalam kelompok..
8. Adanya peluang-peluang untuk belajar menangani orang secara efektif.

Selain memiliki kelebihan terapi kelompok juga memilki kekurangan


antara lain:

1. Tidak semua klien cocok : tertutup, masalah verbal, interaksi


2. Peran terapis menyebar: menangani banyak orang sekaligus
3. Sulit menumbuhkan kepercayaan: kurang personal
4. Klien sangat tergantung dan beharap terlalu banyak pada kelompok
5. Kelompok tidak dijadikan sarana untuk berlatih
6. Membutuhkan terapis terlatih.

F. PERKEMBANGAN KELOMPOK

Pendapat tentang tahapan perkembangan kelompok yang dikemukakan oleh


Johnson dan Johnson (2000, dalam Walgito, 2007:19 ) mengidentifikasikan ada
tujuh tahapan dalam perkembangan kelompok, yaitu defining and structuring
prosedure, conforming to procedures and getting acquainted, recognizing
mutually and building trust, rebelling and differentiating, comitting to and taking
ownership for the goals, procedures, and other member, functioning maturely and
productively, dan terminating.

1. Defining And Structuring Prosedure


Pada tahap ini, pemimpin dalam pertemuan pertama kali menjelaskan
tentang prosedur yang digunakan dalam kelompok, tujuan kelompok,
menciptakan saling bergantung antar anggota, mengoorganisasikan kelompok
dan menyatakan dimulainya kerja kelompok
2. Conforming to Procedures And Getting Acquainted
Dalam tahapan ini, para anggota bergantung pada pimpinan dalam
mengarahkan dan menjelaskan tujuan serta prosedur kelompok serta norma
yang perlu diikuti oleh anggotanya
3. Recognizing Mutually And Building Trust
Anggota menyadari adanya ketergantungan antar anggota kelompok dan
mulai membentuk kepercayaan melalui pengungkapan pikiran, ide, perasaan
dan respon yang bersifat penerimaan, mendukung, dan saling mengungkapkan
satu sama lain. Anggota mulai bertanggung jawab satu sama lain dan
melakukan performa dan perilaku yang tepat.
4. Rebelling And Differentiating
Pada tahapan ini anggota kelompok mulai menentang pemimpin dan
prosedur yang telah ditentukan dan membedakan dirinya dengan anggota
kelompok lain sehingga menimbulkan konflik yang mewajibkan pemimpin
harus dapat bertindak bijaksana.
5. Comitting To And Taking Ownership For The Goals, Procedures, And
Other Member
Ketergantungan pada pimpinan dan konformitas pada prosedur beralih
pada ketergantungan terhadap anggota lain dan komitmen personal terhadap
kolaboratif dari pengalaman. Jiwa kelompok menjadi terinternalisasi, motivasi
menjadi lebih instrinsik daripada ekstrinsik.
6. Functioning Maturely And Productively
Dalam tahap ini terbentuk identitas kelompok. Anggota kelompok
bekerjasama untuk mencapai tujuan kelompok. Pemimpin berperan sebagai
konsultan. Hubungan antar anggota dan pemimpin semakin berkembang.
7. Terminating
Berakhirnya kehidupan kelompok ditandai dengan anggota kelompok
yang mulai pergi meninggalkan kelompok sesuai dengan apa yang
dikehendaki dan membawa pengalam yang pernah dialami untuk
mendapatkan pengalaman yang baru.
G. FAKTOR / EFEK TERAPEUTIK TERAPI KELOMPOK

1. Instillation of Hope maksud nya adalah dengan adanya terapi kelompok


akan dapat menumbuhkan sesuatu harapan.
2. Universality maksud nya adalah dengan adanya terapi kelompok akan
menimbulkan rasa kebersamaan antara satu anggota dengan yang lainnya.
3. Imparting of information adalah penyampaian informasi yang tepat yang
disampaikan dari satu anggota ke anggota yang lainnya.
4. Altruism adalah Menghargai diri sendiri dan orang. Dengan diadakannya
terapi kelompok maka akan menimbulkan sifat menghargai antara sesama
anggota kelompok.
5. Koreksi rekapitulasi dari kelompok keluarga primer (the corrective
recapitulation of the primary family group).
6. Perkembangan sosialisasi dan keterampilan sosial dasar merupakan satu
faktor terapeutik yang beroperasi dalam semua kelompok terapi.
7. Perilaku imitatif (imitative behavior) pada level paling rendah pun
manusia mempunyai kemampuan untuk menirukan.
8. Pembelajaran interpersonal (interpersonal learning) memberi pengetahuan
kepada klien untuk berinteraksi dengan orang lain

H. MANFAAT TERAPI KELOMPOK

Dapat membantu memenuhi kebutuhan dan tugas perkembangan secara


positif. Kegiatan dalam terapi aktivitas kelompok menciptakan kesempatan untuk
belajar bekerjasama dalam menghadapi masalah seperti konflik, kecemburuan,
agresi serta dapat membandingkan perilaku dan pemikiran antar paien . Manfaat
terapi kelompok menurut Irvin Yalom :

1. Dapat diikuti oleh siapa saja (universality)


2. Mengajarkan kepedulian terhadap orang lain (altruism)
3. Berbagi pengetahuan dan saran
4. Memberikan harapan bagi pasien
5. Memberikan keluarga baru bagi pasien
6. Kerukunan antar sesama anggota (cohesiveness)
7. Faktor eksistensial
8. Mengajarkan perilaku yang baik (imitative behavior)
9. Teknik bersosialisasi
10. Meluapkan perasaan yang terpendam (catharsis)
11. Merasa diterima oleh anggota kelompok (belongingness)

Pasien yang bergabung dengan kelompok pendukung dan memiliki tempat untuk
meluapkan dan berbagi pengalaman, pendapat, dan perasaannya, dapat menyadari
bahwa ia tidak sendirian dalam menghadapi masalahnya. Hal ini saja sudah dapat
meringankan beban pasien. Selain itu, pasien juga mendapatkan pendapat dari orang
lain yang dapat membantu mereka agar bisa menghadapi situasi mereka dengan lebih
baik.

I. CARA KERJA TERAPI KELOMPOK


Terapi kelompok memiliki pola yang beragam, namun prinsip dasar yang
sama; orang-orang yang menderita atau memiliki masalah yang sama akan
dikumpulkan dalam suatu kelompok yang dijadwalkan untuk bertemu secara
teratur. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk memberikan dukungan antar
anggota kelompok. Faktor-faktor yang membedakan pola terapi adalah:
 Orang yang memimpin diskusi
 Orang yang dapat menjadi anggota kelompok; beberapa kelompok hanya
dapat diikuti oleh orang yang menderita penyakit tertentu (mis. bulimia
nervosa atau kelainan makan berlebihan secara terus menerus), namun ada
juga kelompok yang dapat diikuti oleh orang yang menderita penyakit
berbeda dari kategori yang sama (mis. semua jenis gangguan makan atau
semua jenis kanker)
Walaupun ada banyak orang yang merasa tidak nyaman berbagi pendapat,
perasaan, dan detail tentang situasi mereka, banyak anggota kelompok
pendukung yang akhirnya merasa nyaman dan menerima proses ini saat
mereka mengikuti terapi kelompok. Hal ini juga menjadi manfaat lain dari
terapi kelompok, karena terapi ini dapat meningkatkan kemampuan
bersosialisasi dengan orang lain.
Terapi kelompok dianggap sebagai metode pengobatan yang sangat efektif
namun biayanya terjangkau. Karena pasien menjalani pengobatan bersama
dengan anggota kelompok lainnya, mengikuti terapi kelompok membutuhkan
biaya yang lebih terjangkau dibandingkan terapi pribadi.

J. TAHAPAN AKTIVITAS TERAPI KELOMPOK


Tahap-tahap Dalam Terapi Kelompok Menurut (Yosep, 2007) ada tiga tahap
yaitu:

1. Tahap 1 : Tahap ini dimana therapist membentuk hubungan kerja dengan


para anggota kelompok. Tujuannya ialah agar para anggota saling
mengenal, mengetahui tujuan serta membiasakan diri untuk melakukan
diskusi kelompok.
2. Tahap 2 : Terutama tercapainya tranference dan perkembangan identitas
kelompok. Tranferece ialah suatu perilaku atau keinginan seorang pasien
(misalnya si A) yang seharusnya ditujukan kepada seseorang lain
(misalnya si B) tetapi dialihkan kepada orang lain lagi (si C, misalnya
therapist) contoh: perilaku seorang lansia seharusnya ditujukan kepada
orang tuanya tetapi didalam kenyataanya dialihkan kepada therapist.
Perkembangan identitas kelompok ialah tercapainya suatu “sense of
belonging” atau rasa menyatu dan berdasarkan kesatuan itu mereka
merasa mempunyai kesamaan dalam problem atau kesamaan dalam
konflik ini makin memberikan ikatan di antara kelompok.
3. Tahap 3 : Disebut tahap mutualisis (saling menganalisa), yaitu setiap
orang akan mendapatkan informasi atau reaksi atas apa yang sudah
dikemukakan. Dengan mendapat reaksi yang macam-macam, maka
kelompok juga dapat 13 mengambil kesimpulan reaksi mana yang benar.
Dengan demikian setiap orang akan mendapat koreksi atau kesan
kelompok secara umum atau tingkah lakunya.

Tahap tahapan yang dapat dilakukan dalam terapi kelompok adalah:


a. Tahap Intake
Tahap ini ditandai oleh adanya pengakuan dari klien mengenai
masalahnya yang mungkin tepat dipecahkan melalui terapi kelompok ataupun
terapis juga dapat menelaah situasi yang dialami klien. Tahap intake disebut
juga sebagai tahap kontrak antara terapis dengan klien, karena pada tahap ini
terdapat persetujuan dan komitmen antara terapis dan klien untuk melakukan
kegiatan-kegiatan perubahan tingkah laku melalui terapi kelompok.
b. Tahap Assesmen dan Perencanaan Intervensi
Terapis dan para anggota terapi (klien) mengidentifikasi permasalahan,
tujuan-tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahan
masalah. Pada tahap ini juga dibahas tempat atau ruangan pelaksanaan terapi
kelompok, frekuensi pertemuan, lama pertemuan dan waktu yang dibutuhkan.
c. Tahap Penyeleksian Anggota
Penyeleksian anggota untuk membentuk suatu kelompok harus dilakukan
terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari
keterlibatannya dalam kelompok. Dalam pembentukan kelompok harus
mempertimbangkan tipe permasalahan, persamaan tujuan, persamaan jenis
kelamin untuk masalah-masalah tertentu dan tingkatan umur.
Minat dan ketertarikan individu terhadap kelompok juga penting diperhatikan,
karena anggota yang memiliki perasaan positif terhadap kelompok akan
terlibat dalam berbagai kegiatan kelompok secara teratur.
d. Tahap Pengembangan Kelompok
Norma-norma, harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok
akan muncul dalam tahap ini sehingga dapat mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh aktivitas serta relasi yang berkembang dalam kelompok. Oleh karena itu,
pada tahap ini terapis memegang peranan penting untuk dapat membantu
kelompok mencapai tujuan.
e. Tahap Evaluasi dan Terminasi
Dalam langkah ini terapis perlu melihat sejauh mana keberhasilan terapi
kelompok yang telah dijalankan melalui evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi,
maka dilakukanlah terminasi atau pengakhiran kelompok. Terminasi
dilakukan berdasakan pertimbangan dan alasan mengenai tujuan individu
maupun kelompok tercapai, waktu yang ditetapkan telah berakhir, kelompok
gagal mencapai tujuan-tujuannya, serta keberlanjutan kelompok dapat
membahayakan satu atau lebih anggota kelompok
BAB II

LAPORAN KASUS

A. PASIEN 1
1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : Tn. G
b. Tempat, Tanggal, Lahir : Wonogiri, 28 April 1995
c. Usia : 27 tahun
d. Jenis Kelamin : Laki - laki
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Tidak bekerja
g. Status : Belum menikah
h. Alamat : Gunung Wiyu, Giriwoyo, Wonogiri
i. Bangsal : Nakula
j. Riwayat EPS : -
k. Riwayat NAPZA : -
l. Riwayat Percobaan Bunuh Diri : -
Diagnosis :
a. Aksis I : F06.8
b. Aksis II : -
c. Aksis III : -
d. Aksis IV : MInum Obat
e. Aksis V : 40 – 31 Terkini
f. Diferential Diagnosis : -
g. Insight : Derajat 1
h. Terapi Risp : -
i. Terapi Coz : -
2. Data Subjektif
a. Initial Assessment

Dari hasil interview dengan pasien di RSJD dr. Arif Zainudin,


Surakarta pada 18 Mei 2022, diperoleh hasil bahwa pasien bernama Tn. G
lahir dii Wonogiri pada 28 April 1995. Tn. G yang berusia 27 tahun itu
bertempat tinggal di Gunung Wiyu, Giriwoyo, Wonogiri . Tn. G beragama
islam dan belum menikah. Tn. G memiliki Orang Tua yang lengkap dan
Pasien juga memiliki 2 orang adik 1 perempuan dan 1 laki-laki Tn. G
sangat menyayangi keluarganya.

Kemudian, Tn. G menginformasikan bahwa riwayat pendidikan


terakhir beliau di salah satu SD yang berada di Wonogiri. Setelah lulus dari
SD, Tn. G tidak bekerja pasien hanya membantu ayahnya disawah. Dan
Keluarga Tn G tidak ada yang mengalami gangguan yang sma seperti pasien.

Awal Tn. G masuk ke RSJD dr. Arif Zainudin, Surakarta pada bulan
Januari 2022 karena marah-marah di rumah, Mengamuk, merusak barang,
memukul keluarga, bicara sendiri, berteriak - teriak . hal tersebut disebabkan
karena pasien tidak memiliki pekerjaan. Gangguan emosional Tn.G muncul
saat stress tidak memiliki. Sebelum masuk ke RSJD, Tn. G tidak memiliki
riwayat penyakit apapun. Adapun dari segi kemandirian Tn. G dapat makan,
minum, mandi, gosok gigi, BAB, BAK, berpakaian sendiri. dan mengendarai
kendaraan sendiri.

b. Observasi Klinis

Berdasarkan hasil observasi di RSJD dr. Arif Zainudin, Surakarta pada


18 mei 2022, dari segi penampilan, Tn. G memiliki tipe bentuk tubuh
endomorph. Berpakaiannya pun terlihat cukup bersih dan rapi. Untuk
berdandan Tn. G sedikit kurang dilihat dari rambut Tn. G yang tidak disisir,
lalu kuku Tn.G yang panjang dan sedikit kotor dan untuk gigi wajah dan kulit
pasien sedikit bersih. Selama interview Tn. G terlihat santai, beliau menjawab
pertanyaan pertanyaan dengan nada bicara yang tenang dan tetapi Tn.G ketika
menjawab pertanyaan sedikit kebingungan.

Untuk mengorientasikan waktu dan tempat Tn. G Melakukannya


dengan baik. Untuk atensinya perlu ditingkatkan, terkadang ada distraksi dari
lingkungan sekitar Tn. G akan melihat ke suara tersebut. Status emosional
pada bagian mood baik tidak mudah marah dan tidak mudah sedih, untuk
affect juga normal. Saat diajak komunikasi, kadang-kadang tidak ada kontak
mata. Ny. S sering kali delusi, hal itu dilihat ketika interview beliau selalu
mengatakan bahwa kondisinya sudah membaik dan Tn. Akan dijemput besok
oleh ayah beliau. Dan jawaban yang diberikan terkadang tidak konsisten saat
ada pertanyaan ulang.

3. Data Objektif

Pada 18 Mei 2022 dilakukan pemeriksaan kepada pasien di RSJD dr.


Arif Zainudin, Surakarta dengan beberapa blangko pemeriksaan. Adapun hasil
dari beberapa blangko tersebut, yaitu :

a. Mini-Mental State Examination (MMSE)

Berdasarkan pemeriksaan dengan MMSE, pasien mendapatkan skor di


setiap kategorinya. Pada pertanyaan pertama, pasien mampu menjawab
dengan lantang dan benar semua, sehingga mendapat skor 5. Pada pertanyaan
kedua, pasien mendapat skor 4 karena Tn. G tidak mampu menjawab 1
pertanyaan, yaitu Negara yang ditempati sekarang. Pada pertanyaan ketiga,
pasien mendapat skor 3. Ketika diminta mengulang 3 buah benda Tn. G
menyebutkan ketiga benda dengan baik, Pada pertanyaan keempat, pasien
tidak mendapatkan skor Karena ketika pasien diminta untuk melakukan
pengurangan pasien berkata tidak bisa berhitung. Pada pertanyaan kelima,
pasien tidak bisa menjwab pertanyaan sehingga tidak mendapatkan skor .
Pada pertanyaan keenam, pasien mampu menunjuk objek dengan benar
sehingga mendapat skor 2. Pada pertanyaan ketujuh, pasien mendapat skor 3
karena Pasien mampu mengulangi kalimat dengan benar. Dan pada
pertanyaan yang kedelapan, pasien mendapat skor 3 karena dapat melakukan
setiap instruksi dengan benar, cepat, dan tepat. Pada pertanyaan kesembilan
pasien bisa membaca tulisan tetapi pasien tidak bisa mengerjakan apa yang
dibaca sehingga pasien mendapatkan skor 1. Pada pertanyaan ke sepuluh
pasien bisa menulis kalimat bebas yang memiliki arti dan mendapatkan skoe 1
dan untuk pertanyaan keseblas pasien mampu mengkopi gamabar yang
diberikan skor 1. Dari 11 pertanyaan, pasien mendapatkan skor sejumlah 20
yang artinya Tn. G mengalami gangguan kognitif ringan.

b. The Role Checklist

Dari hasil pemeriksaan dengan The Role Checklist pada tanggal 18


mei 2022 peran yang berarti bagi pasien sesuai dengan skla prioritas yang
pertama adalah menjadi pekerja untuk masa depan , yang kedua menjadi
anggota keluarg, dan yang ketiga pasien ingin mengerjakan hobinya yaitu
bernyanyi dan mendengarkan musik .

4. Daftar Masalah.

Berdasarkan data subjektif, data objektif, dan beberapa pemeriksaan


dapat diketahui permasalahan yang ada pada pasien. Tn. G Ketika melakukan
aktivitas, atensi dan konsentrasinya cukup bagus. Isi pemikiran pada pasien
sering kali terlihat delusi dan kadang masih tidak konsisten dalam menjawab
pertanyaan yang berulang. Pasien sedikit mengalami kesulitan dengan
beberapa perintah yang memerlukan penalaran. Pasien memiliki sedikit
gangguan pada kognitifnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama berdiskusi satu sama lain yang dipimpin
atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah
terlatih. Keuntungan yang diperoleh individu melalui terapi aktivitas
kelompok ini adalah dukungan (support), pendidikan, meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan hubungan
interpersonal dan meningkatkan uji realitas. Sehingga terapi aktivitas
kelompok ini dapat dilakukan pada karakteristik ganggguan seperti, gangguan
konsep diri, harga diri rendah, perubaha persepsi sensori halusinasi. Selain itu,
dapat mengobati klien dalam jumlah banyak, dapat mendiskusikan masalah
secara kelompok. Belajar bermacam masalah dan belajar peran di dalam
kelompok. Namun, pada terapi ini juga terdapat kekurangan yaitu, kehidupan
pribadi klien tidak terlindungi dan klien sulit mengungkapkan masalahnya.
Dengan sharing pengalaman pada klien dengan isolasi sosial diharapakan
klien mampu membuka dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain.
Kerangka Acuan yang kami gunakan Psikodinamika, KA ini dgunakan
pada psien level kognitif tinggi maupun rendah. Yang bertujuan untuk
membantu pasien dalam mengekspresikan emosi atau perasaan,
mengendalikan emosi, meningkatkan penerimaan diri pada pasien. Selain itu
aktifitas yang kmi gunakan melukis bebas dapat membantu pasien dalam
memahami dirinya dan mengekspresikan diri.

B. Saran
Pasien diharapkan mampu mempraktikkan ketrampilan yang telah
diajarkan pada saat terapi kelompok yaitu melukis bebas. Dan sebagai bekal
pasien untuk menunmpahkan perasaan mereka kedalam lukisan atau hanya
sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang ketika keluar dari RSJ dr. Arif
Zainuddin Surakarta. Pihak rumah sakit juga diharapkan agar memberikan
pasien kesempatan untuk melakukan keterampilan melukis bebas disaat terapi
kelompok atau dilingkungan rumah sakit dilain waktu. Dan diharapkan
kepada keluarga, tetangga dan orang disekitar pasien agar memberi dukungan
berupa motivasi dan semangat kepada pasien agar pasien cepat sembuh dan
dapat beraktivitas dengan normal kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Bachroni, M. (2011). Pelatihan Pembentukan Tim untuk Meningkatkan Kohesivitas


Tim pada Kopertis V Yogyakarta. Jurnal Psikologi, 38(1), 40–51.

Keliat, B. A., Hastono, S. P., & Susanti, H. (2010). Terhadap Perkembangan Industri
Anak Usia Sekolah Di Panti Sosial Asuhan Anak Kota Bandung Tahun 2010.

Mulyana, D. (2016). Tahap Perkembangan Kelompok Informal. 1(1), 16.

Putra, I. A., & Pohan, L. D. (2018). Efektivitas Terapi Kelompok terhadap Test
Anxiety dan Self Efficacy pada Mahasiswa. Humanitas (Jurnal Psikologi), 2(1),
31–48. https://doi.org/10.28932/humanitas.v2i1.1044

Ri, K. P., Pendidikan, B., Pelatihan, D. A. N., Kepala, K., Pendidikan, B., Pelatihan,
D. A. N., & Jakarta, D. D. I. (2020). Bahan pembelajaran dinamika kelompok.
Kementerian Pertahanan Ri Badan Pendidikan Dan Pelatihan, 52.

Saleh, A. (2015). Pengertian, Batasan, dan Bentuk Kelompok. Dinamika Kelompok,


1–64. http://repository.ut.ac.id/4463/1/LUHT4329-M1.pdf

Trinurmi, S. (2021). Teknik Terapi Kelompok ( Group Theraphy ). Mental Health


Psychiatric Nursing, 8(1), 22–34.

Anda mungkin juga menyukai