Anda di halaman 1dari 12

RESUME DASAR-DASAR PSIKOLOG

Gejala-gejala Kejiwaan (Perilaku)

Anggota Kelompok 2 :
1. JUITA FARADIANA (182)
2. M. RAFIF FAIRUZAHRAN (183)
3. ALEN RAMMANG (184)
4. RETNO MULARSIH (185)
5. RINDIANI AYU NOVITA (186)

A. Gejala pengenalan (kognitif)


Kognitif berasal dari kata “cognitive” yang berarti hal yang berhubungan dengan
pengamatan. Dalam ilmu Psikologi, Kognitif merupakan bagian dari gejala jiwa manusia.
Kognitif merupakan gejala pengenalan yang terdiri dari penghayatan pengamatan tanggapan
asosiasi, reproduksi, apersepsi, ingatan, fantasi, berpikir dan intelegensi. Kognitif dipahami
sebagai proses mental karena Kognitif mencermikan pemikiran dan tidak dapat diamati secara
langsung. Oleh karena itu Kognitif tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui
perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya kemampuan anak untuk mengingat
angka dari 1-20, atau kemampuan untuk menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai
perilaku yang patut dan tidak untuk diimitasi.
a. Pengindraan
Pengindraan ialah penyaksian indera kita atas rangsangan yang merupakan
suatu kompleks (suatu kesatuan yang kabur, tidak jelas). Dalam penginderaan
bagian-bagian atau unsur-unsur dari ransangan yang belum terurai, masih menjadi
satu, bahkan diri kitapun seakan-akan termasuk didalamnya. Jadi jiwa kita pasif.
Misalnya pengindraan kita atas kendaraan-kendaraan yang simpang siur dijalan raya,
panas terik matahari yang kita rasakan waktu kita asyik bermain dan sebagainya.
Untuk jelasnya berikut ini adalah jenis-jenis atau kerjanya tiap-tiap indera dari
kelima panca indra kita sebagai berikut:
1. Indra penglihatan
Alat yang berhubungan dengan penginderaan ini adalah mata. Indera ini
menerima perangsangan cahaya, dan kerjanya dapat dibedakan menjadi 3
golongan:
I. Menurut adanya cahaya: terang dan gelap
II. Menurut Warna, ada warna-warna seperti: Merah, Jingga, Biru,
Kuning,Ungu, hitam, putih dan abu-abu
III. Menurut ukuran: besar, bentuk dan jarak.
2. Indera Pendengaran
Kita mendengar dengan telinga. Pada pengindraan pendengaran di bedakan
antara nada-nada (terdengar tenang dan teratur), dan desah-desah atau gersik
(gelisah dan tidak teratur). Kekuatan nada itu tergfantung pada amplitudo dari
getaran-getaran udara. Semakin tinggi jumlah getarannya semakin tinggilah
nadanya. Nada dengan kekuatan 20.000-30.000 getaran perdetik tidak bisa
lagi diamati noleh manusia. Nada paling rendah pada piano memiliki 27
getaran, sedangkan yang tertinggi memiliki 3. 480 getaran perdetik.
Orang-orang yang lahir tuli, biasanya juga tidak bisa berbicara (bisu),
sekalipun pada umumnya organ-organ bicaranya normal keadaannya.
3. Indera Pembau
Indera pembau berlangsung via perangsang-perangsang berbentuk gas yang
mengenai selaput lendir hidung. Pada selaput lendir inilah terletak
ujung-ujung syraf pembau. Menurut W. Henning (peneliti jerman 1924) ada 6
bau pokok: bau busuk, bau bunga, bau buah,bau sangit, bau akar dan bau
getah
4. Indera pengecap
Ini berlangsung karena adanya rangsangan-rangsangan cairan pada lidah dan
tekak (langit-lamgit) lunak. Kepekaan orang untuk indera pengecap ini pun
sangat berbeda. Kita membedakan empat cita rasa/pengecapan, yaitu manis,
asam, asin dan pahit. Sedangkan yang lainnya merupakan kombinasi dari
keempat cita rasa itu.
5. Indera peraba
Indera ini menerima perangsang tekanan atau suhu dan sakit. Penginderaan
terdapat pada seluruh tubuh, kecuali pada rambut, kuku dan gigi.
6. Indera keseimbangan
Indera ini menerima perangsang gangguan keseimbangan. Indera ini
terletak pada telinga. Bentuknya seperti rumah siput. Indera inilah yang
menjaga tubuh kita agar tetap tegak atau tetap seperti keadaan semula.

b. Pengamatan dan Tanggapan (persepsi)


1. Pengamatan
Manusia mengenal dunia ini secara riil, baik dirinya sendiri maupun dunia
sekitarnya dimana dia ada, dengan melihatnya, mendengarnya, membawanya
atau mengecapnya. Cara mengenal objek yang demikian itu disebut
mengamati, sedangkan melihat, mendengar dan seterusnya disebut modalitas
pengamatan. Hal yang diamati itu dialami dengan sifat-sifat; di sini, kini,
sendiri dan bermateri.
Pengamatan ialah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera.
Dan dapat juga diartikan pengamatan adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif
dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsang. Dalam
pengamatan dengan sadar orang dapat pula memisahkan unsure-unsur dari
obyek tersebut. Misalnya, becak melampaui kita, mula-mula Nampak
bulatnya (penginderaan), tetapi kemudian makin jelas catnya, belnya,
pengendaranya, rodanya, dan sebagainya.
Proses pengamatan itu melalui 3 saat:
1. Saat alami (physis) : saat indera kita menerima perangsang dari alam
luar.
2. Saat jasmani (saat physiologis) : saat perangsang itu diteruskan oleh
urat syaraf sensoris ke otak.
3. Saat rohani (saat phychis) : saat sampainya perangsang itu keotak,
kita menyadari perangsang itu dan bertindak.

Syarat-syarat terjadinya pengamatan ialah:


1. Ada perhatian kita terhadap perangsang itu
2. Ada perangsang yang mengenai alat indera kita
3. Urat syaraf sensoris harus dapat meneruskan perangsang itu ke otak
4. Kita dapat menyadari perangsang itu
2. Tanggapan
Tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada.
Jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tingal kesan-kesannya saja,
peristiwa sedemikian ini disebut dengan tanggapan. Definisi tanggapan itu
sendiri adalah gambaran ingatan dari pengamatan. Misalnya berupa kesan
pemandangan alam yang baru kita lihat, melodi indah yang baru menggema,
dan lain-lain.
Segala sesuatu yang pernah kita amati/alami selalu tertinggal jejaknya atau
kesannya didalam jiwa kita. Bekas jejak/kesan dari luar yang tertinggal pada
kita itu dapat kita timbulkan kembali (Reproduksi) sebagai Tanggapan.
Reproduksi suatu tanggapan itu dari keadaan bawah sadar kedalam ke adaan
sadar. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa tanggapan itu adalah
bayangan/kesan kenangan dari apa yang pernah kita amati dan kenali.
Tanggapan disebut latent (tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan
tersebut berada dibawah sadar, atau tidak disadari. Sedangkan tanggapan
yang disebut aktual, apabila tanggapan tersebut kiata sadari.
3. Perbedaan antara pengamatan dan tanggapan.
1. Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedangkan pada
tanggapan tidak terikat pada waktu dan tempat.
2. Obyek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan obyek pada
tanggapan tidak mendetail.
3. Pengamatan memerlukan perangsang, sedangkan pada tanggapan
tidak memerlukan perangsang.
4. Pengamatan bersifat sensoris, sedangkan pada tanggapan bersifat
imajiner.

c. Reproduksi dan Asosiasi


1. Reproduksi
Yang disebut ialah daya jiwa kita yang dapat menimbulkan
tanggapan-tanggapan ke kesadaran kita.
Reproduksi ialah permunculan tanggapan-tanggapan dari keadaan bawah
sadar (tidak disadari) kedalam keadaan disadari. Ketika mengingat kembali
suatu yang telah kita amati dan dan kitaa alami, karena adanya perangsang
atau pengaruh dari luar. Reproduksi juga dapat muncul dengan sendirinya
atau tidak sengaja, atau tidak ada sebab jadi secara spontan muncul dalam
kesadaran. Misalnya: tanpa sebab tertentu munculah peristiwa pedih yang
mengingatkan pada masa-masa lalu.
Menurut cara timbulnya, Reproduksi bisa juga terikat: yaitu diikat dan dirong
pleh kemauan sendiri, dengan kata lain, secara sengaja dan atas kemauan
sendiri dapat menimbulkan reproduksi itu. Dan reproduksi bisa juga bersifat
bebas atau tidak terikat, yakni reproduksi yang timbul dengan sendirinya,
dengan tidak disengaja, sehinga bersifat apa adanya dan liar dalam benak
kita.
2. Asosiasi
Asosiasi tanggapan ialah sangkut-paut antara anggapan satu dengan yang lain
di dalm jiwa. Tanggapan yang berasosiasi bercenderungan untuk
memproduksi, artinya apabila yang satu di sadari maka yang lain ikut di
sadari juga[9]. Tanggapan mengenai benda-benda disekitar diri kita itu selalu
terasosiasi dengan nama-nama dari bendanya. Setiap asosiasi selalu
menyertakan reproduksi. Maka psikologi kuno/lama menyusun lima hukum
asosiasi, sebagai berikut:
Hukum 1: Hukum persamaan waktu: tanggapan-tanggapan yang muncul
pada saat yang sama dalam kesadaran, akan terasosiasi bersama. Misalnya,
benda dengan namanya, kampus dengan jalannya, barang dengan bahannya,
dan lain-lain.
Hukum 2: Hukum perurutan: benda atau peristiwa yang mempunyai
perurutan, akan terasosiasi bersama. Misalnya: huruf-huruf Alfabet, melodi,
sanjak, dan lain-lain.
Hukum 3: Hukum persamaan (persesuaian): tanggapan- tanggapan yang
hamper sama, akan terasosiasi bersama. Misalnya: potret dangan orangnya,
Surabaya dan Jakarta, lautan dengan lautan pasir, dan lain-lain.
Hukum 4: Hukum kebalikan (lawan): tanggapan-tanggapan yang berlawanan
akan terasosiasi bersama. Misalnya: kaya miskin, tua-muda, besar-kecil, dan
lain-lain.
Hukum 5: Hukum galur tau pertalian logis: tanggapan-tanggapan yang
mempunyai perkaitan yang logis atau satu sama lain, akan terasoisasi
bersama. Misalnya, liburan dengan pesiar, musim pancaroba dengan
penyakit, dan lain-lain
Sebaliknya, psikologi modern hanya mengenal satu hokum asosiasi saja,
yaitu hukum kontiguitas (berbatasan, berdampingan). Bunyi hukum
kontiguitas ialah sebagai berikut: tanggapan-tanggapan akan terasosiasi satu
sama lain apabila mereka itu kontigu, berdampingan atau berbatasan satu
sama lain, karena mereka timbul bersamaan (koeksisiten), atau tersusun dekat
didalam kesadaran.
Pada proses asosiasi, bisa berlangsung hambatan emosional. Misalnya berupa
rasa malu, kecemasan, rasa minder, rasa takut, yang menghambat proses
repruduksi dan asosiasi. Oleh karena itu, demi berhasilnya pendidikan, semua
emosi yang hebat dan negatif sifatnya harus disingkirkan. Dan diperlukan
sekali ialah: suasana tenang untuk menumbuhkan perasaan-perasaan yang
seimbang.

B. Gejala perasaan dan emosi (Afektif)


a. Perasaan Dan Emosi
Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan (state) dari diri
organisme atau individu pada suatu waktu. Misalnya orang merasa sedih, senang,
terharu dan sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar sesuatu, mencium bau dan
sebagainya. Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang hanya
corak dan tingkatannya yang tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal
walaupun perasaan sering berhubungan dengan gejala pengenalan.
Perasaan ialah keadaan kerokhanian atau peristiwa kejiwaan senang atau
tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif.
Dengan perkataan lain perasaan disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa sebagai akibat
adanya peristiwa-peristiwa yang pada umumnya datang dari luar dan
peristiwa-peristiwa tersebut pada umumnya menimbulkan kegoncangan-kegoncangan
pada individu yang bersangkutan.
Reaksi dari masing-masing orang terhadap keadaan itu tidak sama benar satu dengan
yang lain. Karena itu dalam perasaan adanya beberapa sifat yang tertentu yaitu:
1. Bersangkut paut dengan gejala pengenalan. Perasaan yang berhubungan
dengan peristiwa persepsi, merupakan reaksi kejiwaan terhadap stimulus
yang mengenainya. Ada yang mengalami keadaan sangat menyenangkan,
tetapi sebaliknya juga ada yang biasa saja, dan bahkan mungkin ada yang
mengalami perasaan yang kurang senang. Dengan demikian, sekalipun
stimulusnya sama, tetapi perasaan yang ditimbulkan oleh stimulus tersebut
dapat berlain-lainan.
2. Perasaan bersifat subjektif, lebih subjektif bila dibandingkan dengan
peristiwa-peristiwa kejiwaan yang lain. Sekalipun stimulusnya sama,
perasaan yang ditimbulkan dapat bermacam-macam sifatnya sesuai dengan
keadaan masing-masing individu.
3. Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang yang tingkatannya
tidak sama. Walaupun demikian ada sementara ahli yang mengemukakan
bahwa perasaan senang dan tidak senang hanyalah merupakan salah satu
demensi saja dari perasaan.
Seperti telah dikemukakan di atas perasaan itu timbul sebagai akibat atau
reaksi terhadap stimulus yang mengenai individu, tetapi ini tidak berarti bahwa
keadaan perasaan itu semata-mata hanya bergantung kepada stimulus dari luar, sebab
ada kalanya sesuatu keadaan tidak menimbulkan perasaan sama sekali. Karena itu
perasaan selain tergantung kepada stimulus yang datang dari luar, juga bergantung
kepada:
1. Keadaan jasmani individu. Kalau keadaan jasmani kurang sehat dapat
mempengaruhi soal perasaan yang ada pada individu. Pada umumnya orang
yang dalam keadaan sakit, sifatnya lebih perasa bila dibandingkan dengan
keadaan jasmani yang sehat.
2. Pembawaan (keadaan dasar individu). Hal ini erat hubungannya dengan
struktur pribadi individu. Misalnya ada orang yang mudah marah, sebaliknya
ada orang yang sukar. Sehingga dengan demikian struktur pribadi individu
akan turut menentukan mudah tidaknya seseorang mengalami sesuatu
perasaan.
3. Keadaan individu pada sesuatu waktu, atau keadaan yang temporer
seseorang. Misalnya orang yang pada suatu waktu sedang kalut pikirannya,
akan mudah sekali terkena perasaan bila dibandingkan individu itu dalam
keadaan normal.

b. Tiga Demensi Perasaan Menurut Wundt


Seperti telah diketahui bahwa perasaan itu dialami oleh individu sebagai
perasaan senang atau tidak senang. Namun demikian ada yang memandang bahwa
soal senang atau tidak senang bukannya satu-satunya demensi dari perasaan. Menurut
W. Wundt perasaan tidak hanya dapat dialami oleh individu sebagai perasaan senang
atau tidak senang, tetapi masih dapat dilihat dari demensi lain. Perasaan yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dinyatakan oleh Wundt sebagai demensi
yang pertama. Disamping itu masih terdapat demensi lain yaitu excited atau innert
feeling; hal ini oleh Wundt digunakan sebagai demensi yang kedua. Sesuatu perasaan
yang dialami oleh individu itu dapat disertai tingkah laku perbuatan yang menampak,
misalnya orang menari-nari karena gembira sekali sehabis menerima uang banyak
atau lulus ujian, tetapi ada pula sekali pun ia menerima uang banyak atau lulus ujian
dan mengalami sesuatu perasaan, tetapi ia tetap tenang saja tanpa adanya
perbuatan-perbuatan atau tingkah laku yang menampak seperti pada orang yang
pertama. Demensi lain yang digunakan sebagai demensi yang ketiga yaitu expectancy
dan release feeling. Sesuatu perasaan dapat dialami oleh individu sebagai sesuatu
yang masih dalam pengharapan, tetapi ada pula perasaan yang dialami individu
karena peristiwa atau keadaan itu telah nyata terjadi atau telah release. (Woodworth &
Marquis, 1957).
Dengan demikian dapat diketahui bagaimana pendapat dari Wundt mengenai
perasaan. Menurut Woodworth dan Marquis apa yang diajukan Wundt itu memang
berharga, tetapi tidak adanya suatu alasan mengapa hanya tiga demensi saja, tidak
lebih dan tidak kurang. Sehubungan soal waktu dan perasaan, stern juga membedakan
perasaan dalam tiga golongan yaitu:
1. Perasaan-perasaan presens, yaitu yang bersangkutan dengan keadaan-keadaan
sekarang yang dihadapi. Hal ini berhubungan dengan situasi yang aktual.
2. Perasaan-perasaan yang menjangkau maju, merupakan jangkauan ke depan
dalam kejadian-kejadian yang akan datang, jadi masih dalam pengharapan.
3. Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan waktu-waktu yang telah lalu,
atau melihat kebelakang yang telah terjadi. Misalnya orang merasa sedih,
karena teringat pada waktu jaman ke-emasannya beberapa tahun yang
lampau.(Bigot dkk., 1950).

c. Perasaan dan gejala kejasmanian


Perasaan juga berkaitan erat dengan keadaan tubuh atau gejala jasmani seperti
misalnya kala ada orang bercakap-cakap umumnya disertai dengan gerakan mimik
muka, gerakan tangan dan gerakan lain untuk memperjelas apa yang dikatakan.
Contoh lain gerakan orang yang sedang memeberikan penghormatan akan berbeda
dengan geraklan orang yang sedang marah. Dengan demikian ada hubungan timbal
balik antara keadaan tubuh dengan perasaan. Keadaan tubuh akan mempengaruhi
perasaan namun perasaan akan mempengaruhi gerakan tubuh. Tanggapan-tanggapan
tubuh terhadap perasaan dapat berwujud :
a. mimik muka
b. pantomimik ; gerakan-gerakan anggota badan
c. Gejala pada tubuh seperti denyut nadi, wajah yang berubah menjadi pucat

d. Macam-Macam Perasaan
Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar adanya perasaan yang tinggi dan
perasaan yang rendah. Keadaan ini menunjukan adanya suatu klasifikasi dari
perasaan.
Max Scheler mengajukan pendapat bahwa ada 4 macam tingkatan dalam perasaan,
yaitu:
1. Perasaan tingkat sensoris
Perasaan ini merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang
berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panas,
dingin.
2. Perasaan kehidupan vital
Perasaan ini bergantung kepada jasmani seluruhnya, misalnya rasa segar,
lelah dan sebagainya.
3. Perasaan kejiwaan
Perasaan ini merupakan perasaan seperti rasa gembira, susah, takut.
4. Perasaan kepribadia
Perasaan ini merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan
pribadi, misalnya perasaan harga diri, perasaan putus asa, perasaan puas.

C. Gejala kemauan (Konasi)


Gejala kemauan atau konasi disebut juga motif atau alasan pendorong atau dorongan.
Kemauan adalah aktivitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan
pelaksanaan tujuan yang menjadi titik akhir dari gerakan yang menuju pada sesuatu arah.
Dorongan adalah suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung
di luar kesadaran kita. Dorongan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Dorongan pada tingkat biologis
1. Tropisme adalah dorongan yang bertujuan memenuhi syarat hidup tertentu
yang (misal: munculnya gerak tumbuhan dan binatang yang mengarahkan
atau menghindarkan diri pada matahari). Tropisme terjadi kalau mendapat
perangsang dari luar, tidak ada pendorong dari dalam untuk memberikan
respons.
2. Otomatisme adalah dorongan hidup yang bekerja yang menimbulkan
gerakan-gerakan yang terselenggara dengan sendirinya. Otomatisme dibagi
menjadi dua, yaitu otomatisme asli (misal: peredaran darah, pencernaan
makanan, pernapasan) dan otomatisme latihan (misal: mengetik, memetik
gitar, dan sebagainya).
3. Refleks adalah gerak reaksi yang muncul tanpa disadari terhadap perangsang.
Refleks dibagi menjadi tiga refleks bawaan (misal: gerakan menutup mata
kalau menentang cahaya yang terang dan badan gemetar kalau lapar), refleks
karena latihan (misal keterampilan mengemudikan: mobil), dan refleks
bersyarat (misal orang lapar keluar air liur ketika ada orang bercerita tentang
makanan, orang haus air liurnya keluar ketika melihat es jus atau es jeruk).
4. Insting adalah kemampuan berbuat tertentu yang dibawa sejak lahir yang
tertuju pada pemuasan dorongan-dorongan. Insting merupakan dorongan
alami untuk berbuat sesuatu demi tujuan tertentu dan digolongkan menjadi
tiga, yaitu insting mempertahankan diri (misal: insting untuk makan,
melindungi diri, beristirahat, dan sebagainya), insting mempertahankan jenis
(insting seksual, insting membela dan melindungi diri, dan sebagainya), dan
insting mengem- bangkan diri (insting belajar, menyelidiki, ingin tahu, dan
sebagainya).
5. Kebiasaan adalah gerak perbuatan yang berjalan dengan lancar dan
seolah-olah berjalan dengan sendirinya Perbedaannya dengan otomatisme,
perbuatan kebiasaan pada mulanya dipengaruhi kerja pikir, didahului dengan
pertimbangan dan perencanaan.
6. Nafsu adalah dorongan yang terdapat pada tiap-tiap manusia dan memberi
kekuatan bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidup tertentu.
7. Keinginan adalah nafsu yang telah mempunyai arah tertentu dan tujuan
tertentu. Kalau dorongan sudah menuju ke arah tujuan tertentu yang nyata
(dorongan keras yang terarah pada suatu objek) maka nafsu itu disebut
keinginan.
8. Hasrat suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang. Hasrat merupakan
motor penggerak perbuatan dan perilaku manusia yang berhubungan erat
dengan tujuan (baik positif maupun negatif); hasrat mengarah kepada
penyelenggaraan suatu tujuan sehingga dalam hasrat terdapat bibit-bibit
penjelmaan kegiatan.
9. Kecenderungan adalah keinginan-keinginan yang sering muncul sehingga
dapat menimbulkan dasar kegemaran terhadap sesuatu. Kecenderungan
adalah hasrat yang aktif mendorong kita untuk lekas bertindak.

b. Dorongan pada tingkat psikologi


Dorongan-dorongan yang terletak pada tingkat psikologis adalah. dorongan
nafsu makan, nafsu seksual, nafsu sosial, dan nafsu meniru. Contoh: dorongan pada
tingkat psikologis adalah dorongan rasa aman, menonjolkan diri, ingin tahu,
keindahan, kebaikan kebebasan dan dorongan kerja. Dorongan pada tingkat
psikologis adalah kemauan.
1. Gejala kemauan pada manusia
Kemauan adalah dorongan dari dalam berdasarkan kesadaran (pertimbangan
pikiran) dan perasaan, serta seluruh pribadi yang menimbulkan kegiatan yang
terarah pada tercapainya suatu tujuan yang berhubungan dengan kebutuhan
hidupnya. ciri-ciri kemauan adalah:
● Kemauan merupakan dorongan dari dalam, yang disadari, dan
dipertimbangkan (tidak hanya sekedar insting dan refleks).
● Kemauan berhubungan erat dengan suatu tujuan dan mendorong
timbulnya gerak/aktivitas ke arah tercapainya suatu tujuan.
● Kemauan sebagai pendorong timbulnya perbuatan di- dasarkan atas
berbagai pertimbangan (akal/pikir dan perasaan) sehingga ada
kesamaan arah antara dorongan kemauan, pikiran, perasaan, tujuan,
dan tindakan.
● Kemauan tidak hanya didukung pertimbangan pikir dan perasaan
tetapi seluruh privadi memberikan pengaruh dan corak pada
perbuatan kemauan.
● Di dalam gejala kemauan terkandung sifat aktif karena timbulnya
suatu dorongan sekaligus timbulnya tujuan yang dipandang berguna.
2. Proses kemauan
Gejala kemauan yang diikuti aktivitas disebut perbuatan; kemauan
yang bukan merupakan tindakan yang kebetulan tetapi disengaja dan terarah
pada tercapainya suatu tujuan. Dorongan kemauan menyebabkan timbulnya
kebulatan pikiran dan perasaan untuk bertindak mencapai suatu tujuan.
Kemauan yang bersumber pada dorongan yang menimbulkan aktivitas
mengarah pada tercapainya tujuan mengikuti proses tahapan-tahapan, yaitu:
● Adanya motif (alasan, pendorong). Motif digolongkan menjadi dua
yaitu motif bawaan dan motif yang dapat dipelajari. Motif bawaan
adalah motif yang dibawa sejak lahir tanpa dipelajari. Misal
dorongan untuk makan, minum, mempertahankan diri. Motif yang
dipelajari adalah motif yang timbul karena dipelajari (motif
berteman, bersahabat). Berdasarkan asal rangsangan motif dibagi
menjadi motif ekstrinsik dan intrinsik.
● Mempertimbangkan motif-notif. Sebelum mengambil keputusan,
pada batin manusia biasanya ada beberapa motif (ada yang bersifat
luhur dan dan ada yang rendah) sehingga terjadi proses perjuangan
motif.
● Memutuskan. Ketika seseorang membuat kep ia harus memilih satu
kemungkinan dan mening kemungkinan yang lain, sebab tak
mungkin see melaksanakan bermacam-macam kemauan pada waktu
yang sama.
● Melaksanakan keputusan kemauan.Kalau sudah mengambil
keputusan maka langkah selanjutnya adalah be tindak sesuai dengan
keputusan.

c. Dorongan pada tingkat spiritual


Dorongan-dorongan yang terletak pada tingkat spiritual (misal kerinduan untuk
memiliki kepastian memperoleh surga sesudah mati).

D. Gejala Campuran (Kombinasi)


Gejala campuran merupakan kombinasi dari gejala pengenalan, perasaan dan
kemauan. Gejala campuran dibedakan menjadi tiga macam, yaitu perhatian, kelelahan dan
sugesti.
a. Perhatian
● Pengertian perhatian
Menurut Dimyati Mahmud , perhatian yaitu pemusatan tenaga psikis terhadap
suatu objek atau banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas
atau pengalaman batin.
Selain dari dua definisi diatas, perhatian juga bisa didefinisikan sebagai
stadium persiapan sebelum kita sampai pada pengamatan. Memperhatikan
berarti mengkonsentrasikan diri atau mengarahkan aktivitas psikis pada satu
titik sentral. contohnya individu sedang memperhatikan suatu benda, secara
tidak langsung seluruh aktivitas individu dicurahkan atau dikonsentrasikan
pada benda tersebut. Dengan demikian, apa yang diperhatikan betul-betul
disadari dan jelas bagi individu tersebut. Sebagai akibat dari apa yang
diperhatikan, maka akan melekat pada pusat kesadaran.
Kemampuan manusia dalam memperhatikan sesuatu sejatinya adalah
terbatas, mungkin sering kali kita ingin memperhatikan dua atau tiga
peristiwa menarik dalam satu waktu, namun kemampuan kita sebagai
manusia yang sangat terbatas selalu memaksa dan memusatkan perhatian kita
pada satu masalah atau satu peristiwa saja.
● Macam-macam perhatian
Perhatian dapat dibedakan antara lain sebagai berikut :
1. Berdasarkan intensitasnya (banyak sedikitnya kesadaran yang
menyertai suatu aktivitas/pengalaman batin), perhatian dibedakan
menjadi :
a. Perhatian intensif, adalah perhatian yang betul-betul tercurah
pada objek.
b. Perhatian tidak intensif, adalah perhatian yang kurang
sepenuhnya tercurah pada suatu objek.
2. Berdasarkan cara timbulnya perhatian dibedakan menjadi:
a. Perhatian spontan(sengaja). Adalah perhatian yang timbul
dengan sendirinya tanpa direncanakan dan tidak didorong
oleh kemauan.
b. Perhatian reflektif, adalah perhatian yang timbul dengan
sengaja (tidak berdasarkan spontanitas).
3. Berdasarkan luasnya objek yang dikenai perhatian dibedakan
menjadi :
a. Perhatian distributif(perhatian memancar), adalah perhatian
yang pada suatu saat dapat tertuju pada macam-macam
objek.
b. Perhatian konsentratif(perhatian terpusat), adalah perhatian
yang pada suatu saat hanya tertuju pada objek yang sangat
terbatas.

4. Spontan dan disegaja.


Perhatian timbul dengan sendirinya (spontan) karena menarik sesuatu
dan tidak didorong oleh kemauan.

b. Kelelahan (Fatigue)
● Pengertian kelelahan
Lelah adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari
kerusakan lebih lanjut. Kelelahan selalu dikaitkan dengan keadaan tubuh atau
jasmani seseorang setelah melakukan suatu aktivitas. Biasanya terlihat dari
gejala-gejala yang sedikit banyak akan mempengaruhi psikis dengan diikuti
dengan menurunnya aktifitas kerja. Sebagai dampak dari kelelahan timbulah
ketegangan-ketegangan otot dan syaraf. Dalam kondisi demikian, maka
seluruh aktifitas yang sedang dilakukan harus dihentikan atau digantikan
dengan pekerjaan yang bersifat refreshing. Dengan demikian yang dimaksud
dengan kelelahan yaitu adalah menurunnya keaadaan fisik dan psikis
seseorang setelah melakukan suatu aktifitas, atau berkurangnya energi tubuh
seseorang sebagai akibat terkurasnya energi dalam menyelesaikan pekerjaan.
● Macam-macam kelelahan
Kelelahan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kelelahan jasmani (badan)
Yaitu merupakan kelelahan yang diakibatkan oleh menurunnya
kemampuan jasmani dalam melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan.
Implikasi dari kelelahan jasmani yaitu seluruh tubuh atau
bagian-bagian tubuh tertentu akan merasa sakit atau capek. Kelelahan
semacam ini dapat juga dirasakan sebagai kelelahan otot-otot yang
selanjutnya akan berdampak pada hasil pekerjaan yang dicapai
kurang maksimal. Jadi, apabila tubuh merasakan kelelahan sebaiknya
beristirahat sebentar sesuai dengan intensitas istirahat yang
dibutuhkan.
2. Kelelahan rohani
Kelelahan rohani terjadi akibat sebagai akibat bekerjanya otak
melebihi kapasitasnya. Tanda-tanda dari kelelahan rohani yaitu:
a. Otak akan merasa lelah (timbul kejenuhan dalam kurun
waktu yang lama) dan tidak dapat dipaksakan lagi untuk
melanjutkan suatu aktivitas atau pekerjaan.
b. Seluruh atau sebagian dari kejiwaan tidak lagi konsen
terhadap objek yang dihadapi.
c. Berkurangnya perhatian terhadap objek yang dituju.
Sedangkan dampak dari kelelahan rohani adalah sering
membuat kesalahan dalam melakukan pekerjaan yang sedang
dihadapi dengan mengeluarkan alasan diantaranya pusing,
gugup(nervous), dan terjadinya gangguan saraf lain sehingga tidak
mempunyai kesanggupan bekerja terus atau menyelesaikan pekerjaan
dengan tepat waktu.oleh karena itu, kelelahan rohani dapat bersifat
objektif (kelelahan disebabkan oleh pekerjaan) dan bersifat subjektif
(kelelahan disebakan oleh pekerjaan yang tidak menarik minat atau
menjemukan).
● Sebab-sebab terjadinya kelelahan
Adapun sebab-sebab terjadinya kelelahan menurut Thordike, yaitu:
a. Pengurangan (subtraksi) kekuatan yang menyebabkan rasa lelah.
b. Penambahan (addisi) nafsu menghambat reaksi yang menurunkan
kurve kupuasan, sehingga menimbulkan keseganan bekerja dalam
kurun waktu yang cukup lama.
Maka cara untuk mengurangi kelelahan yaitu dengan melakukan
reaksi insitingtif, seperti berdiri sebentar, jalan kesana-kesini sebentar,
bersiul-siul,menyanyi dan lain-lain yang bersigat menghibur otak.

c. Sugesti
● Pengertian sugesti
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan
seorang individu kepada individu lainnya, sehingga orang yang diberi sugesti
tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang disugestikan itu tanpa berpikir
secara rasional lagi. Sugesti merupakan pengaruh yang diterima oleh jiwa,
sehingga perbuatannya tidak lagi berdasarkan cipta, rasa dan karsa, juga
tanpa pertimbangan yang mendalam. Dengan demikian perasaan, pikiran
serta kemauan benar-benar dikesampingkan dan lebih mengutamakan
desakan dari keyakinan yang diterima dari seseorang.Contohnya, seorang
pasien yang menderita suatu penyakit berupaya mengobati penyakitnya
dengan menemui dokter yang menurutnya paling cocok dan manjur dalam
menangani penyakitnya. Ia merasa tidak akan sembuh apabila ia berobat
selain dokter tersebut.
● Jenis sugesti
Sugesti dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Sugesti kerumunan
Adalah penerimaan yang bukan didasarkan pada penalaran,
melainkan pada keanggotaan atau kerumunan. Contohnya, adanya
tawuran antar pelajar siswa-siswa yang terlibat dalam tawuran pada
umumnya dilakukan atas dasar setia kawan.
b. Sugesti negative
Merupakan sugesti yang ditujukan untuk menghasilkan
tekanan-tekanan tau pembalasan tertentu. Contohnya, seorang
pemuda mengancam akan memukul kekasihnya apabila ketahuan
selingkuh, sehingga kekasih pemuda tersebut akan menurut.
c. Sugesti prestise
Adalah sugesti yang muncul sebagai akibat adanya prestise orang
lain. Contohnya, tokoh masyarakat menganjurkan agar semua
warganya melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan, maka
anjuran tersebut akan dilaksanakan tanpa didahului dengan proses
berpikir.

Anda mungkin juga menyukai