Anda di halaman 1dari 38

Metoda Pengukuran

dan Analisa Proses


Agroindustri
(Kuliah Minggu ke-9)

Dosen pengampu:
Borneo Satria Pratama, S.T., M.Si.
Metoda dan Analisis
Titrasi (Titimetri)
Titimetri
 Merupakan metode analisis jumlah (kuantitatif) yang
didasarkan pada pengukuran volume larutan yang
diketahui kepekatan (konsentrasi) –nya secara teliti,
yang kemudian direaksikan dengan larutan contoh
(sampel) yang akan ditetapkan kadarnya secara
stoikiometri
 Reaksi pada titrasi

Dimana:
 A = penitrasi (titran)
 T = senyawa yang dititrasi (titrat)
 a = jumlah mol titran
 t = jumlah mol titrat
Titimetri
 Prinsip kerja titrasi:
 Titran diteteskan sedikit demi sedikit dengan buret
hingga tercapai titik akhir (titik ekuivalensi
reaksi antara titran dan titrat)
 Untuk mengetahui kapan penambahan titran harus
dihentikan, maka digunakan sebuah zat yang
bernama indikator
 Indikator menunjukkan terjadinya kelebihan titran
dengan perubahan warna
 Titik akhir titrasi tercapai saat terjadi perubahan
warna akibat reaksi antara titran dan indikator
 Titik akhir titrasi dicapai sedekat mungkin dengan
titik ekuivalensi → perlu pemilihan indikator yang
tepat
Titimetri
 Persyaratan reaksi titrasi
 Berlangsung sempurna, tunggal, dan memiliki dasar teori yang
jelas (persamaan kimia)
 Reaksi berlangsung cepat dan reversible (dapat balik)
 Ada petunjuk akhir titrasi
 Timbul dari reaksi itu sendiri
→ titrasi campuran asam oksalat dan asam sulfat oleh KMnO₄
 Berasal dari pengaruh zat luar (indikator)
 Larutan baku (titran) yang direaksikan, harus bersifat:
 Mudah didapat
 Penggunaan yang sederhana
 Bersifat stabil (konsentrasi tidak mudah berubah
bila disimpan dalam waktu yang cukup lama)
Titimetri
 4 jenis analisa titrimetri:
 Titrasi berdasarkan reaksi netralisasi (asam-basa)
→ Titrasi Asidimetri
→ Titrasi Alkalimetri
 Titrasi berdasarkan reaksi pengendapan
→ Titrasi Presipimetri
 Titrasi berdasarkan reaksi pembentukan kompleks
→ Titrasi Kompleksometri
 Titrasi berdasarkan reaksi redoks (reduksi-oksidasi)
→ Titrasi Reduksimetri
→ Titrasi Oksidimetri
Peralatan Titrasi
 Buret
Digunakan untuk mengukur volume cairan
titran. Prinsip dan syarat penggunaannya:
 Buret harus dalam kondisi bersih dan kering
 Sebelum digunakan, buret harus berada dalam kondisi
baik (tidak bocor, skala penunjukan jelas, kran dapat
diputar dengan mudah, ujung buret tidak cacat,
pangkal buret masih utuh)
 Buret dipilih sesuai tingkat ketelitian yang dikehendaki
→ Buret biasa (0.05 mL) dan Mikroburet (0.01 mL)
 Gunakan corong/beaker glass untuk mengisi cairan ke
dalam buret, dan usahakan tidak ada gelembung!
 Letakkan skala pembacaan buret didepan
 Saat membaca buret, usahakan buret tidak bergerak,
dan posisi mata sama tinggi dengan meniskus
Peralatan Titrasi
 Klem & Statif
 Menjepit buret saat proses titrasi
 Statif dipasang dengan posisi yang kokoh
dan tegak lurus
 Erlenmeyer
 Menampung larutan titrat dan sebagai
wadah titrasi antara titran dan titrat
 Saat titrasi dilakukan, erlenmeyer
diguncang dengan gerakan memutar
sehingga reaksi terjadi secara merata
 Labu ukur
 Mengukur volume larutan secara spesifik
dan dengan ketelitian tinggi; umum
digunakan untuk pengenceran larutan
Peralatan Titrasi
 Karet penghisap (Rubber bulb)
 Digunakan untuk menyedot larutan saat
menggunakan pipet
 Pipet ukur
 Berfungsi untuk memindahkan larutan dari
satu wadah ke wadah lainnya dengan berbagai
ukuran volume; digunakan untuk memasukkan
larutan titrat ke dalam erlenmeyer
 Pipet tetes
 Berfungsi untuk memindahkan larutan dari
satu wadah ke wadah lainnya dengan jumlah
yang sangat kecil; digunakan untuk
memasukkan larutan indikator ke dalam
erlenmeyer yang telah berisi larutan titrat
Titrasi Berdasarkan
Reaksi Netralisasi
Titrasi Asidimetri-Alkalimetri
 Lebih dikenal sebagai Titrasi Asam-Basa atau Netralisasi
 Didasarkan pada reaksi netralisasi

 Perbedaan:
 Titrasi Asidimetri → analisa kuantitatif terhadap senyawa basa
 Titrasi Alkalimetri → analisa kuantitatif terhadap senyawa asam
 Jenis Titrasi Asam-Basa:
 Asam Kuat dengan Basa Kuat
 Asam Kuat dengan Basa Lemah
 Asam Lemah dengan Basa Lemah
→ tidak menghasilkan perubahan warna yang jelas
 Asam Lemah dengan Basa Kuat
Teknik menentukan
Titik Akhir Titrasi
 Pada titrasi alkalimetri dan
asidimetri, cara menentukan titik
ekuivalen
1. Menggunakan pH meter
❑ Monitoring pH larutan dilakukan
menggunakan pH meter selama
proses titrasi dilakukan untuk
memperoleh kurva titrasi
2. Memakai indikator tampak
3. Memakai indikator asam-basa
❑ Indikator akan berubah warna
ketika titik ekuivalen telah
terlewati
Titrasi Asidimetri-Alkalimetri
 Indikator dalam titrasi asam-basa
Contoh soal:
Suatu sampel Ba(OH)2 sebanyak 25 mL tepat dititrasi oleh
100 mL HCl 0,1 M, tentukan konsentrasi sampel tersebut!

JAWAB!
 Reaksi stoikiometri:
2 HCl + Ba(OH)₂ → BaCl₂ + 2H₂O
 Perhitungan:
Contoh soal:
Pada suatu proses fungsi titrasi asam basa, 20 mL HCl sebagai sampel
diencerkan hingga volumenya tepat 100 mL. Sebanyak 10 mL dari larutan
tersebut diambil dan dititrasi dengan KOH 0,1 M. Dari hasil eksperimen
ditemukan bahwa peniter (titran) berkurang sebanyak 20 mL. Tentukan
konsentrasi sampel awal!

JAWAB!
 Reaksi stoikiometri:  Menghitung konsentrasi HCl
KOH + HCl → KCl + H₂O yang sebelum diencerkan:
 Menghitung konsentrasi HCl
yang dititrasi:
Contoh soal:
Suatu sampel 0,5 g yang mengandung Na₂CO₃ dianalisis menggunakan metode
titrasi balik dimana pertama-tama ditambahkan 50 mL 0,1 M HCl, dididihkan
untuk menghilangkan CO₂ kemudian dititrasi balik dengan 0,1 M NaOH. Jika
diperlukan 5,6 mL NaOH untuk titrasi balik, berapa persen berat Na₂CO₃ dalam
sampel?

JAWAB!
 Reaksi awal:  Perhitungan mol HCl lebih:
Na₂CO₃ + 2 HCl → 2 NaCl + CO₂ + H₂O
 Reaksi saat titrasi balik:
NaOH + HCl → NaCl + H₂O
Contoh soal:
Suatu sampel 0,5 g yang mengandung Na₂CO₃ dianalisis menggunakan metode
titrasi balik dimana pertama-tama ditambahkan 50 mL 0,1 M HCl, dididihkan
untuk menghilangkan CO₂ kemudian dititrasi balik dengan 0,1 M NaOH. Jika
diperlukan 5,6 mL NaOH untuk titrasi balik, berapa persen berat Na₂CO₃ dalam
sampel?

JAWAB!
 Perhitungan mol Na₂CO₃  Perhitungan persentase berat:
Titrasi Berdasarkan
Reaksi Presipitasi
(Presipimetri)
Titrasi Argentometri
 Titrasi yang didasarkan dengan pembentukan
endapan perak untuk mengetahui konsentrasi
analit pada titrat
 Titrasi menggunakan larutan titran yang
mengandung ion perak (AgNO₃)
 Mekanisme reaksi:

 Aturan-aturan:
 Titrasi argentometri tidak menunggu sampai
endapan terbentuk sempurna
 Tidak boleh terjadi reaksi samping / kopresipitasi
 Kekurangan → terbatasnya jumlah indikator
Beberapa Metode dalam Titrasi Argentometri
 Metode Mohr
 Digunakan untuk penetapan kadar bromida (Br-) dan klorida (Cl-)
 Menggunakan Indikator Kalium kromat

 pH larutan saat bekerja antara 6.5 - 10


 Apabila > 10, terbentuk endapan AgOH
 Apabila < 6.5, terbentuk ion Cr2O72-

Sehingga memperbesar kesalahan titrasi


 Gangguan pada proses Titrasi
 Adanya ion yang membentuk kompleks
 Adanya kation yang mengendapkan kromat (yaitu Ba2+)
Beberapa Metode dalam
Titrasi Argentometri
 Metode Volhart
 Digunakan untuk penetapan kadar bromida,
klorida, iodida, tiosianat
 Larutan garam perak (berlebih) dititrasi dengan
garam tiosianat menggunakan indikator garam
besi (III), melalui reaksi:

 Titrasi
dilakukan dalam suasana asam
→ mencegah terjadinya hidrolisa ion Fe3+
Beberapa Metode dalam Titrasi Argentometri
 Metode Fajans
 Titik akhir
titrasi diketahui
dengan prinsip
adsorpsi
 Senyawa organik
yang sering
digunakan
sebagai
indikator
adalah
Fluororesin
(HFI)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pengendapan (Presipitasi)
 Temperatur
Kelarutan akan semakin meningkat seiring kenaikan suhu
 Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan
pelarut organik (alkohol, asam asetat)
 Pengaruh keberadaan ion sejenis
 Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion asam
lemah akan dipengaruhi oleh pH
 Pengaruh hidrolisis
 Pengaruh ion kompleks
Kelarutan garam semakin meningkat dengan pembentukan
kompleks. Contoh: AgCl + NH3 → Ag(NH3)2Cl
Titrasi Berdasarkan
Reaksi Senyawa
Kompleks
(Kompleksometri)
Titrasi EDTA
 Merupakan titrasi yang
melibatkan pembentukan
senyawa kompleks antara
Na2EDTA dan kation logam
 Contoh: Titrasi EDTA untuk
menentukan konsentrasi ion
kalsium dengan indikator EBT
(Eriochrome Black T)
Titrasi EDTA
 Konstanta kestabilan
senyawa kompleks kation
logam dan EDTA:

 Semakin besar nilai


konstanta kestabilan, maka
senyawa kompleks akan
semakin stabil
 Setiap kompleks logam-EDTA
memiliki kestabilan yang
berbeda-beda
Titrasi EDTA
 Faktor-faktor yang membuat EDTA dapat digunakan
sebagai pereaksi titimetri:
 Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan
dengan ion logam.
 Kestabilannya dalam membentuk senyawa kompleks
sangat konstan sehingga reaksi berjalan sempurna
 Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam
 Mudah diperoleh bahan baku primernya dan dapat
digunakan baik sebagai bahan yang dianalisis maupun
sebagai bahan untuk standarisasi
 Selektivitas kompleks dapat diatur dengan
pengendalian pH
Titrasi EDTA
 Jenis titrasi EDTA
 Titrasi langsung
 Dilakukan untuk ion-ion logam yang tidak mengendap
pada pH titrasi (Ca, Mg, Fe)
 Cara kerja: larutan yang mengandung ion logam
langsung dititrasi menggunakan larutan Na2EDTA dengan
indikator yang sesuai
 Titrasi kembali
 Dilakukan untuk ion-ion logam yang mengendap pada
pH titrasi (Timbal (II) sulfat, Kalsium oksalat)
 Cara kerja: larutan yang mengandung ion logam
ditambahkan EDTA berlebih, lalu pH larutan dibuat
tetap dan dipanaskan (untuk mempercepat
terbentuknya kompleks). Kemudian, sisa EDTA berlebih
dititrasi balik dengan larutan garam Zn atau Mg
Indikator Titrasi EDTA
 Selain menggunakan potensiometer, penentuan titik akhir
titrasi juga dapat dilakukan dengan indikator
 indikator yang digunakan disebut metalokromat
 Syarat indikator metalokromat:
 Saat hampir seluruh logam telah berkompleks dengan EDTA,
indikator harus membentuk warna yang kuat
 Reaksi warna bersifat spesifik
 Kompleks indikator-logam harus stabil
→ perubahan warna tajam
 Kompleks indikator-logam harus kurang stabil dibandingkan
kompleks logam-EDTA
 Kontras warna antara indikator-logam dan
indikator bebas harus mudah diamati
Indikator Titrasi EDTA
 Beberapa jenis indikator pada titrasi Kompleksometri EDTA
 Eriochrome Black T (EBT)
 Digunakan pada pH 8-10
 Digunakan untuk penentuan kadar
Ca, Mg, Cd, Zn, Mn, Hg
 Murexide
 Digunakan untuk Titrasi Ca pada pH 12
 Jingga Xilenol
 Digunakan untuk Titrasi dalam suasana asam
 Indikator bebas berwarna kuning,
Indikator-logam berwarna merah
 Calmagite
 Pengganti indikator EBT tanpa perubahan
prosedur untuk Ca dan Mg
Implementasi: Pengujian Kesadahan
 Berdasarkan SNI 06-6989.12-2004
Implementasi: Pengujian Kesadahan
 Berdasarkan SNI 06-6989.12-2004
Titrasi Berdasarkan
Reaksi Redoks
Titrasi Oksidimetri
Titrasi Redoks yang larutan titran-nya berperan sebagai
oksidator. Beberapa jenisnya:
 Permanganometri
Merupakan reaksi reduksi KMnO4 oleh titrat dalam suasana asam

 Indikator redoks yang digunakan:


feroin, asam N-fenil antranilat
*umumnya tidak diperlukan apabila konsentrasi KMnO4 > 0.01 N
 Penggunaan Titrasi Permanganometri
 Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, Hg (metode pengendapan oksalat)
 Ba, Pb (metode pengendapan kromat dan Besi (II) sulfat)
Titrasi Oksidimetri
 Dikhrometri
Merupakan reaksi reduksi K2Cr2O7 oleh titrat

 Serimetri
Merupakan reaksi reduksi Ce(SO4)2 oleh titrat

 Iodimetri
Merupakan reaksi reduksi I2 oleh titrat

dimana reaksi reduksi terjadi secara langsung


dengan senyawa lain yang memiliki potensial
oksidasi yang lebih rendah
Titrasi Reduksimetri
Titrasi Redoks yang larutan titran-nya berperan sebagai
reduktor. Salah satu jenisnya:
 Iodometri
Perbedaannya, titran yang digunakan adalah Natrium tiosulfat
Sehingga, terjadi reaksi oksidasi oleh titrat

dimana reaksi oksidasi terjadi secara langsung dengan senyawa


iodida, yang memiliki potensial oksidasi yang lebih tinggi
 Pada Iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi
dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium
yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat

Anda mungkin juga menyukai