Anda di halaman 1dari 3

PERAN MEDIA MASSA DALAM MANAJEMEN BENCANA

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tumbuh semakin pesat dan semakin
merambah ke seluruh sendi kehidupan. Media massa menjadi salah satu bagian yang turut
mengubah paradigma manusia di era revolusi industri 4.0. Media tersebut tak sekadar menjadi
alat komunikasi, melainkan juga digunakan dalam banyak keperluan, mulai dari sekadar
berinteraksi, beriklan, manajemen konflik, hingga manajemen bencana(Mulyani & Koswara,
2020).

Salah satu peran media massa yaitu memberikan tambahan wawasan kepada masyarakat,
di antaranya informasitentang bencana alam. Media massa surat kabar merupakan bagian yan
gvital dalamsistempemberitaanyang sangat berpengaruh penting bagi khalayak dalam
penyebaran informasi. Dalam hal ini media massa cetak berbentuk harian dapat memainkan
perannya yang signifikan,seperti memberikan informasi pada khalayak mengenai berbagai isu
penting terutama info yang berkaitan dengan pemberitaan bencana alam(Roem, 2011).

Peranan media massa memberitakan informasi yang diperlukan masyarakat diatur dalam
Undang-Undang Nomor 40Tahun 1999 Tentang Pers. Dalam pasal 6 point (a) Undang-Undang
tersebut dinyatakan masyarakat memiliki hak untuk mengetahui apa yang diperlukan dan dalam
hal ini lembaga pers berkewajiban memenuhinya. Menurut Effendi(1993),surat kabar adalah
lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi dimasyarakat dengan ciri-ciri, publisitas (isi
surat kabar tersebut disebar luaskan kepada publik), periodisitas(surat kabar terbit secara teratur
setiap hari,seminggu sekali atau dua mingguan), universalitas (isi surat kabar tersebut bersifat
umum yang menyangkut segala aspek kehidupan) dan aktualitas (yang dimuat surat kabar
mengenai permasalahan aktual.

Fungsi media massa juga diatur dalam Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999
Tentang Pers. Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang tersebut berbunyi; “Pers nasional mempunyai
fungsi sebagai media informasi,pendidikan,hiburan dan control sosial”. Sementara peranan pers
nasional sebagai media untuk mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang
tepat, akurat, benar dan melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum serta memperjuangkan keadilan dan kebenaran dinyatakan
dalam pasal 6 (point c,d,e) Undang-Undang tersebut. Penggambaran fungsi media massa secara
lebih jelas dikemukakan Schramm mengemukakan tiga fungsi media massa dalam pembangunan
(jahi,1993);

(1) Memberi tahu tentang pembangunan nasional,memusatkan perhatian mereka


padakebutuhanuntukberubah, kesempatan untuk menimbulkan perubahan, metoda dan
cara menimbulkan perubahan dan jika mungkin meningkatkan aspirasi;

(2)Membantu rakyat berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan,memperluas


dialog dan menjaga agar informasi mengalir baik keatas maupun kebawah;
(3)Mendidik rakyat agar memiliki keterampilan.

PERAN LEMBAGA AKADEMIS DALAM MANAJEMEN BENCANA

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang rawan bencana. Bencana alam
maupun sosial dapat terjadi dalam waktu yang tak terduga, terutama di daerah yang berada
dalam kawasan cincin api (ring of fire). Perguruan Tinggi melalui tridarmanya memiliki peran
strategis dalam penanggulangan bencana, terutama berkaitan dengan pembelajaran, penelitian
dan pengabdian masyarakat. Pelaksanaan peran tersebut berlangsung dengan partisipasi aktif
dosen dan mahasiswa melalui berbagai program dan kegiatan, baik secara internal maupun
eksternal. Pendidikan menjadi salah satu sarana yang efektif untuk mengurangi risiko bencana
dengan memasukkan materi pelajaran tentang bencana alam sebagai pelajaran wajib bagi setiap
pelajar di semua tingkatan, terutama di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan yang berada di
wilayah risiko bencana. Kurikulum yang berbasis kearifan lokal, diharapkan dapat diterima dan
dapat dengan mudah di pahami oleh pelajar(Suarmika & Utama, 2017).

Makna peran dapat dipahami melalui berbagai pendapat para ahli, antara lain berdasarkan
Miftah Thoha yang mengatakan bahwa konsep peran didefinisikan sebagai satu rangkaian
perilaku yang diharapkan oleh seseorang. Selanjutnya, Thoha dalam Tjoetra (2017) bahwa
konsep peran diambil dari proses yang terjadi pada panggung teater guna menjelaskan apa saja
yang dapat dilakoni oleh seorang artis. Dengan demikian, jika dikaitkan dengan proses yang
berlangsung dalam sebuah organisasi maka makna peran berhubungan dengan pemahaman atau
perpaduan antara tujuan dan misi organisasi.

Berikutnya, Narwoko memaknai peran sebagai aspek yang dinamis dari kedudukan
(status). Status dan peran saling berkaitan. Jika seseorang telah menjalankan hak-hak dan
kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan
sesuatu peran. Seterusnya, Narwoko (2004:138-139) mengatakan bahwa suatu peran sekurang-
kuranya terdiri dari 3 (tiga) hal, yakni:

a) meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat;
b) suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat.
c) dimaknai sebagai perilaku seseorang yang penting terhadap struktur sosial masyarakat.

Dengan demikian, sesuai uraian para ahli tersebut maka peran dapat dimaknai sebagai
rangkaian perilaku yang dilakukan secara individu atau seseorang sesuai status sosialnya maupun
dapat dilakukan oleh lembaga atau instansi tertentu untuk kepentingannya maupun
pengembangan masyarakat.
Definisi Perguruan Tinggi dapat merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 tentang Perguruan Tinggi (UU PT). Berdasarkan UU PT Pasal 1 angka 6 menjelaskan
bahwa Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.
Berikutnya, UU PT dalam Pasal 1 angka 2 mengatur bahwa “Pendidikan Tinggi dinyatakan
sebagai jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma,
program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta program
spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa
Indonesia”. Selanjutnya, dalam UU PT juga menerangkan mengenai peran strategis pendidikan
tinggi dalam pembangunan. Hal ini dapat diketahui pada salah satu konsideran UU PT yaitu
“pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran strategis
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa
Indonesia yang berkelanjutan”(Maifizar, 2019).

DAFTAR PUSTAKA :

Maifizar, A. T. dan A. (2019). Peran Perguruan Tinggi dalam Mitigasi Bencana (Studi Kasus
pada UnitKegiatan Mahasiswa Penanggulangan Kebencanaan Universitas Teuku Umar).
TALENTA Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA), 2(3).
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://talentaconfseries.usu.ac.i
d/lwsa/article/download/582/541/
&ved=2ahUKEwibgo2X1uvwAhW28XMBHRwECncQFjAMegQIEBAC&usg=AOvVaw2
AnTArxpb2pXggd4Lt5_Zo
Mulyani, N. A., & Koswara, I. (2020). ADAPTASI DAN MITIGASI BENCANA (I. Bakti, S.
Sumartias, & P. Subekti (eds.); 1st ed.). UNPAD PRESS.
Roem, E. R. (2011). Persepsi Masyarakat tentang Peran Media Cetak Lokal dalam Mitigasi
Bencana Alam. Jurnal Ilmu Komunikasi, 9, 143–156.
http://journal-old.unhas.ac.id/index.php/kareba/article/view/572
Suarmika, P. E., & Utama, E. G. (2017). PENDIDIKAN MITIGASI BENCANA DI SEKOLAH
DASAR (SEBUAH KAJIAN ANALISIS ETNOPEDAGOGI). Jurnal Pendidikan Dasar
Indonesia, 2, 18–24. https://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JPDI/article/view/327

Anda mungkin juga menyukai